BAB I PENDAHULUAN 1.1
Maksud •
Mengetahui komposisi penyusun batuan sedimen secara mikroskopis.
•
Menggambarkan diagenesa batuan sedimen.
• Memberikan nama batuan sedimen berdasarkan klasifikasi After Dott (1964).
1.2
Tujuan • Dapat
mengetahui
komposisi
penyusun
batuan
sedimen
secara
mikroskopis. • Dapat menggambarkan diagenesa batuan sedimen. • Dapat memberikan nama batuan sedimen berdasarkan klasifikasi After Dott (1964).
1.3
Waktu dan Temapt Pelaksanaan Praktikum Kegiatan praktikum Petrografi acara batuan sedimen siliklastik ini dilaksanakan pada : hari
: Kamis
tanggal : 26 April 2012 pukul
: 20.00 WIB – 21.30 WIB
tempat
: Lab. Petrografi Gedung Pertamina Sukowati, Teknik Geologi 1
2
BAB II DASAR TEORI 2.1 Batuan Sedimen Istilah sedimen berasal dari kata sedimentum, yang mempunyai pengertian yaitu material endapan yang terbentuk dari proses pelapukan dan erosi dari suatu material batuan yang ada lebih dulu, kemudian diangkut secara gravitasi oleh media air, angin atau es serta diendapkan di tempat lain dibagian permukaan bumi. Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau dari hasil aktivitas kimia ataupun organisme, yang diendapakan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan (Pettijohn et al, 1904). Berdasarkan ada tidaknya proses transportasi dari batuan sedimen dapat dibedakan menjadi 2 macam : 1.
Batuan Sedimen Klastik Yaitu batuan sedimen yang terbentuk berasal dari hancuran batuan lain. Kemudian tertransportasi dan terdeposisi yang selanjutnya mengalami diagenesis dan litifikasi.
2.
Batuan Sedimen Non Klastik Yaitu batuan sedimen yang tidak mengalami proses dari batuan lain. Pembentukannya adalah kimiawi dan organis.
2.2 Penggolongan Batuan Sedimen Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen telah dikemukakan oleh para ahli, baik berdasarkan genetis maupun deskriptif. Secara genetis disimpulkan dua golongan (Pettijohn et al, 1904 dan Huang, 1962), yaitu batuan sedimen klastik dan batuan sedimen non-klastik. 2.2.1 Batuan Sedimen Klastik
3
Merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf, atau batuan sedimen itu sendiri. Batuan sedimen ini diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk di lingkungan darat maupun di lingkungan air (laut). Batuan berukuran besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunung api dan diendapakan di sekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapakan di lingkungan air seperti sungai, danau, atau laut. Konglomerat biasanya diendapkan di lingkungan sungai dan Batupasir dapat terjadi di lingkungan laut, sungai, danau, maupun delta. Semua batuan tersebut di atas termasuk dalam detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari Batulanau, serpih, Batulempung, dan napal. Batuan yang termasuk dalam golongan ini pada umumnya diendapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai ke laut dalam. Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis (disintegrasi) maupun secara kimiawi (dekomposisi), kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan. Setelah fragmentasi berlangsung sedimen mengalami diagenesa, yakni proses perubahan-perubahan yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Hal ini merupakan proses merubah sedimen menjadi batuan keras. Proses diagenesa antara lain: a. Kompaksi Sedimen Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat beban di atasnya. Di sini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu dengan yang lain menjadi rapat. b. Sementasi 4
Yaitu turunnya material-material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi mengikat butir-butir sedimen satu dengan yang lain. Sedimentasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan (permeabilitas relatif) pada ruang antar butir semakin besar. c. Rekristalisasi Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atau
sbelumnya.
Rekristalisai
sangat
umum
terjadi
pada
pembentukan batuan karbonat. d. Autigenesis Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral tersebut merupakan partikel batu dalam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut: karbonat, silika, klorit, illite, gipsum, dan lain-lain. e. Metasomatisme Yaitu penggantian mineral sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan volume asal. Contoh: dolomitasi, dapat merusak bentuk suatu batuan karbonat atau fosil. 2.2.2 Batuan Sedimen Non-Klastik Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari hasil kegiatan organism. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik (penggaraman unsurunsur laut, pertumbuhan kristal dari agregat kristal yang terpresipitasi dan replacement). Menurut Koesoemadinata (1980), batuan sedimen dibedakan menjadi enam golongan utama, yaitu: a. Golongan detritus kasar Batuan sedimen ini diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan ini antara lain breksi, konglomerat, dan
5
Batupasir. Lingkungan tempat diendapkannya batuan ini dapat di lingkungan sungai, danau, atau laut. b. Golongan detritus halus Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya diendapkan di lingkungan laut dan laut dangkal sampai laut dalam. Termasuk golongan ini antara lain Batulanau, serpih, Batulempung, dan napal. c. Golongan karbonat Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae, foraminifera, atau lainnya yang bercangkang kapur. Atau oleh proses pengendapan yang merupakan perombakan dari batu yang sudah terbentuk terlebih dahulu dan diendapkan di suatu tempat. Proses pengendapan biasanya pada lingkungan laut litoras sampai neritik, sedangkan proses kedua diendapakan pada laut neritik sampai batial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali bergantung pada material penyusun misalnya: Batugamping pada terumbu terbentuk karena batuan tersebut disusun oleh material terumbu koral. d. Golongan silika Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara proses kimiawi dan organik untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini adalah rijang (chert), radiolarian, dan tanah diatome. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali. e. Golongan evaporit Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup, sehingga sangat memungkinkan selalu terjadinya pengayaan unsur-unsur tertentu. Suatu contoh adalah larutan garam yang akan semakin pekat apabila lingkungan tempat ia itu berupa danau yang tidak ada 6
saluran pembuangannya. Dan faktor yang penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari lautan tersebut. Batuan-batuan yang termasuk ke dalam golongan ini adalah gip, anhidrit, batugaram, dan lain-lain. f. Golongan batubara Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organic yaitu dari tumbuh-tumbuhan. Di mana sewaktu tumbuhan itu mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebal di atasnya sehingga tidak memungkinkan untuk terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentunya batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati atau tumbang tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.
2.3 Tekstur Batuan Sedimen Berdasarkan kejadiannya, batuan sedimen dibedakan menjadi batuan sediment klastik dan non klastik. Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari material – material hasil rombakan batuan yang telah ada sebelumnya. Tekstur adalah suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir serta susunannya. Butiran tersusun atau terikat oleh semen dan masih adanya rongga di antara butirnya. Pembentukannya di kontrol oleh media dan cara transportasinya. Pembahasan tekstur meliputi : 2.3.1. Ukuran Butir (Grain Size) Pemilahan ukuran butir didasarkan pada skala Wenworth, 1922
7
Tabel 2.1 Klasifikasi Wenworth, 1922 Ukuran
Nama Butir
Butir (mm) > 256 64-256 4-64
Nama Batuan
Bongkah (Boulder) Berangkal (Couble) Kerakal (Pebble)
Breksi : jika fragmen berbentuk runcing Konglomerat : jika
2-4
Kerikil (Gravel)
membulat fragmen
1-2
Pasir Sangat Kasar
berbentuk
membulat
1/2-1
(Very Coarse Sand) Pasir Kasar (Coarse Sand)
1/4-1/2 1/8-1/4
Pasir Sedang (Fine Sand) Pasir halus (Medium Sand)
1/16-1/8
Pasir Sangat Halus
1/256-1/16 <1/256
( Very Fine Sand) Lanau Lempung
Batupasir
Batulanau Batulempung
2.3.2 Pemilahan (sorting) Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya, maka pemilahan semakin baik. Beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pemilahan batuan adalah: Well sorted
: terpilah baik
Medium sorted
: terpilah sedang
Poor sorted
: terpilah buruk
2.3.3 Kebundaran Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya butiran dimana sifat ini hanya bisa diamati pada batuan sedimen klastik kasar. Kebundaran dapat dilihat dari bentuk batuan yang terdapat dalam batuan tersebut. Tentunya terdapat banyak sekali variasi dari bentuk
8
batuan, akan tetapi untuk mudahnya dipakai perbandingan sebagai berikut: - well rounded (membundar baik) Semua permukaan konveks, hampir equidimensional, dan sferodial - rounded (membundar) Pada umumnya permukaan-permukaan bundar, ujung-ujung dan tepi-tepi butiran bundar - subrounded (membundar tanggung) Permukaan umumnya datar dengan ujung yang membundar - subangular (menyudut tanggung) Permukaan pada umumnya datar dengan ujung-ujung yang tajam - angular (menyudut) Permukaan konkaf dengan ujungnya yang tajam
Gambar 2.1 Klasifikasi Roundness 2.3.4 Shape Shape adalah bentuk daripada butiran tersebut, dapat dibedakan menjadi 4 macam. Golongan pertama : oblate/lobular Golongan kedua
: equent/equiaxial
Golongan ketiga
: bladed/triaxial
Golongan keempat : prolate/rod shaped 2.3.5 Porositas
9
Porositas suatu batuan adalah perbandingan seluruh permukaan poridengan volume dari batuan. Bila dijadikan dalam presentase adalah sebagai berikut: Porositas =
SeluruhPermukaanPori x100% VolumeBatuan
2.3.6 Fragmen Merupakan butiran penyusun suatu batuan sedimen yang berukuran lebih besar daripada pasir. 2.3.7 Matrik Matrik adalah semacam butir (klastik), tetapi sangat halus sehingga aspek geometri tak begitu penting, tedapat diantara butiran sebagai massa dasar. 2.3.8 Semen Semen bukan merupakan butir, tetapi material pengisi rongga antar butir, biasanya dalam bentuk amorf atau kristalin. Bahan-bahan semen yang lazim adalah: klasit, solomit, sulfat, karbonatan, silika, oksida, firit, lempung, silit, dan siderite 2.3.9 Kemas (fabric) Terbagi menjadi dua: - kemas terbuka yaitu butiran tidak saling bersentuhan (mengambang dalam matriks) - kemas tertutup yaitu butiran saling bersentuhan satu dengan yang lainnya
10
2.4 Klasifikasi Batuan Sedimen 2.4.1 Klasifikasi batuan sedimen klastik
Gambar 2.2 klasifikasi batupasir Folk (1980)
Gambar 2.3 klasifikasi batupasir after Dott (1964)
11
LABORATORIUM PETROGRAFI Nama batuan : Wackestone Klasifikasi : Embry & Klovan (1971) Jenis batuan : Carbonate
No. Peraga
STA BC-9
Perbesaran : 4 X
Deskripsi Sayatan Tipis
MP 1
Tekstur : - Grain size means : 0,004 mm - Grain size range : 0,004 – 20 mm - Sorting : poor - Roundness : rounded - Grain contact : grain floating, connect - Structure : -
Komposisi : - Matriks : Lempung karbonat (40 %) : Semen dolomite (10%) : replacement calcite (5%) - Butiran : Alga hijau (skeletal grain, 30 %) : Foraminifera kecil (15%)
Diagenesis : batuan ini mengalami diagenesis sementasi dengan jenis semen dolomite, semen tersebut mengisi celah antar butir yang terbentuk akibat proses sedimentasi, kemudian setelah batuan ini terdiagenesis, batuan ini mengalami pengompakan komposisi sehingga terlihat lenih massif sampai akhirnya terlithifikasi dan kemudian mengalami diagenesis lanjut berupa replacement dari mineral dolomite yang tergantikan oleh kalsit akibat ketidakresistensian mineral dolomite terhadap proses eksogen.
Porositas : -
Fasies : Fasies belakang terumbu (Back reef facies).
MP 2
3.1 Sayata BC-9
12
LABORATORIUM PETROGRAFI Nama batuan : Bafflestone Klasifikasi : Embry&Klovan (1971) Jenis batuan : Carbonate Perbesaran : 4 X MP 1 koral (5E; 6G; 5I)
Acara
Paraf asisten No. Peraga
GP-6 Deskripsi Sayatan Tipis Tekstur : - Grain size means : 7 mm - Grain size range : 0,5 – 15 mm - Sorting : poor - Roundness : well-rounded - Grain contact : connect - Structure : Komposisi : - Matriks : Lempung karbonat (15 %) : Semen micrite (20%) : stylolyte porosity (7%) - Butiran : koral (skeletal grain, 50 %) : Foraminifera kecil (3%)
MP 2 Koral (3D) lumpur karbonat (4B), Stylolyte (3E)
Diagenesis : batuan ini mengalami diagenesis sementasi dengan jenis semen micrite, semen tersebut mengisi celah antar butir yang terbentuk akibat proses sedimentasi, kemudian setelah batuan ini terdiagenesis, batuan ini mengalami pengompakan komposisi sehingga terlihat lenih massif sampai akhirnya terlithifikasi. Porositas : intergranular porosity & stylolyte porosity Fasies : Fasies depan terumbu (Fore reef facies).
3.2 Sayatan GP-6
13
LABORATORIUM PETROGRAFI Nama batuan : Framestone Klasifikasi : Embry&Klovan (1971) Jenis batuan : Carbonate Perbesaran : 4x MP 1 Koral (B4)
Acara
Paraf asisten No. Peraga
MST-1 Deskripsi Sayatan Tipis Tekstur : - Grain size means : 10 mm - Grain size range : 2 – 20 mm - Sorting : poor - Roundness : well-rounded - Grain contact : connect - Structure : Komposisi : - Matriks : Semen Sparite (5 %) : Semen micrite (30%) : replacement calcite (15%) - Butiran : koral (skeletal grain, 50 %)
MP 2 MICRITE (4B), KALSIT (5A)
Diagenesis : batuan ini mengalami diagenesis sementasi dengan jenis semen micrite, semen tersebut mengisi celah antar butir yang terbentuk akibat proses sedimentasi, kemudian setelah batuan ini terdiagenesis, batuan ini mengalami pengompakan komposisi sehingga terlihat lenih massif sampai akhirnya terlithifikasi. Kemudian mengalami diagenesis lanjut yaitu mengalami replacement. Porositas : Fasies : Fasies depan terumbu (Fore reef facies).
14
3.3 Sayatan MST-1
LEMBAR DATA PETROGRAFI BATUAN SEDIMEN KLASTIK DAN KARBONAT
Nama Batuan Klasifikasi Range ukuran butir Perbesaran Butiran terrigenous Monocrystalline quartz Straight extinction Undulose extinction
Quartz arkose after Dott, 1964 1 mm 4X % 80 %
Feldspars Potash feldspar Plagioclase feldspar Microline Lithic fragments Igneous Acid Basic Metamorphic Polycristalline quartz Low grade Mod. Grade High grade Sedimentary Chert Claystone Siltstone Sandstone Accessory minerals Micas Glauconite Heavy minerals Carbonacous mat Opaque minerals Pyrite
TIPE BATUAN DAN TEKSTUR Sorting Roundness Hubungan antar butir
Poorl y sorted Angular Concavo-convex
Struktur
-
Matriks Lempung detrital
% 10 %
Carbonate mud Pseudomatrix Vulcanic glass Indeterminate CEMENTS Silica (qz overgrowth) Pyrite Chlorite Kaolinite Illite pyrite Indeterminate clays Calcite spar Dolomite Siderite calcite Ferroan dolomite
% 10 %
REPLACEMENT Calcite spar Dolomite Siderite Kaolinite Chlorite Pyrite Indeterminate clays
%
% Butiran karbonat Buitiran skeletal Foraminiferals Arenaceous forams Planktonic forams Small benth. forams Large forams Mollucas Pellecypoda Gastropoda Ostracoda Algals Red algae Green algae Blue green algae Echinoderms Brachiopod Bryozoan Pylloid algae Corals Indeterminate bioclast Non skeletal grains Intraclast Oolites Pisolites Oncolites
POROSITAS Conec/isolated/inter
3.4 Sayatan Kali Muncar
15
LEMBAR DATA PETROGRAFI BATUAN SEDIMEN KLASTIK DAN KARBONAT
Nama Batuan
Mudstone LABORATORIUM Klasifikasi After Dott, 1964 PETROGRAFI Range ukuran butir 1/256 mm Perbesaran x Nama batuan : 4 Wackestone
TIPE BATUAN DAN TEKSTUR SortingAcara Roundness Hubungan antar butir
WellParaf sorted asisten Well rounded Tertutup
Struktur
-
Klasifikasi : Embry &Klovan, 1971 Jenis batuan : Carbonate Sedimentary Perbesaran : 4x alga (2H; 3G), Foraminifera (3A), Dolomite (4B)
No. Peraga Kali Muncar
Deskripsi Sayatan Tipis Tekstur : - Grain size means : 0,004 – 20 mm - Grain size range: 0,004 mm - Sorting : poor - Roundness : rounded - Grain Contact : floating - Structure: Komposisi : - Matriks : lumpur karbonat (40 %) : semen dolomit (10%) : replacement calcite (5%) - Grain : green algae (30 %) : foraminifera (15%)
Alga hijau (4C; 2F) Foraminifera (4C
Diagenesis : batugamping ini mengalami diagenesis berupa proses sementasi berjenis semen kalsit, semen tersebut mengisi celah antar batuan yang terbentuk pada proses sedimentasi, selanjutnya ketika batuan tersebut telah tersedimentasi batuan ini mengalami pengompakan dan akhirnya terlithifikasi. Selanjutnya batuan ini mengalami diagenesis lanjut dengan proses penggantian dari mineral dolomite menjadi mineral kalsit akibat ketidakstabilan mineral dolomite terhadap proses eksogen. Porositas : Fasies : Fasies belakang terumbu (Back Reef Facies)
Butiran terrigenous Monocrystalline quartz Straight extinction Undulose extinction Feldspars
% 10
Matriks Lempung detrital
Carbonate mud Pseudomatrix Vulcanic glass
% 90
% Butiran karbonat Buitiran skeletal Foraminiferals Arenaceous forams Planktonic forams Small benth. forams
16
Potash feldspar Plagioclase feldspar Microline Lithic fragments Igneous Acid Basic Metamorphic Polycristalline quartz Low grade Mod. Grade High grade Sedimentary Chert Claystone Siltstone Sandstone Accessory minerals Micas Glauconite Heavy minerals Carbonacous mat Opaque minerals Pyrite
Indeterminate
Large forams
CEMENTS Silica (qz overgrowth) Pyrite Chlorite Kaolinite Illite pyrite Indeterminate clays Calcite spar Dolomite Siderite calcite Ferroan dolomite
%
REPLACEMENT Calcite spar Dolomite Siderite Kaolinite Chlorite Pyrite Indeterminate clays
%
Mollucas Pellecypoda Gastropoda Ostracoda Algals Red algae Green algae Blue green algae Echinoderms Brachiopod Bryozoan Pylloid algae Corals Indeterminate bioclast Non skeletal grains Intraclast Oolites Pisolites Oncolites
POROSITAS Conec/isolated/inter
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Sayatan STA 15 Berdasarkan pengamatan secara mikroskopis pada sayatan batuan STA 15 dengan perbesaran 4x dapat terlihat bahwa batuan ini memiliki warna coklat yang mengindikasikan bahwa batuan ini memiliki komposisi matriks dalam sayatan tersebut. Ukuran butir pada batuan ini berkisar antara 1/256 mm yang menunjukkan ukuran lempung. Berdasarkan deskripsi teksturnya dapat diketahui batuan ini memiliki sortasi baik karena ukuran butir pada batuan ini cenderung seragam, tingkat kebundaran (roundness) dari batuan ini adalah well rounded karena ukuran butir yang kecil mencerminkan bahwa butiran pada batuan ini sudah mengalami proses transportasi yang cukup jauh jaraknya dan otomatis proses erosi pada butiran tersebut sudah sangat signifikan, dari yang awal bentuk butirnya angular menjadi well-rounded dan grain contactnya berjenis connect/isolated/inter porosity karena porositas pada batuan ini cenderung sangat sedikit dijumpai.
17
Berdasarkan pengamatan dari komposisi penyusun batuan dapat diketahui batuan ini sebagian besar terdiri dari matriks berupa lempung detrital yang memiliki ciri-ciri berwarna kecoklatan keruh dengan kelimpahan sebesar 85 %. Komposisi batuan STA 15 ini juga terdiri dari semen berupa kalsit yang memiliki ciri-ciri colorless dan pecahan banyak tidak beraturan, semen kalsit memiliki kelimpahan sebesar 15 %. Batuan ini pada awalnya mengalami proses terombakan kemudian tererosi menjadi suatu material sedimen yang lepas lalu tertransportkan dengan jarak yang cukup jauh dari batuan induknya, dengan energi transport cenderung kecil karena material yang terendapkan pada batuan ini sangat kecil, setelah tertransport material sedimen ini terendapkan pada suatu cekungan, kemudian material sedimen teresbut mengalami proses diagenesa yaitu pada awalnya yaitu proses sementasi, semen yang ada pada batuan ini berjenis
karbonatan/kalsit,
diduga
pada
saat
material
sedimen
ini
tersedimentasikan ada fluida berjenis karbonatan yang masuk ke dalam material sedimen ini sehingga setelah material sedimen ini tersemenkan, batuan ini mengalami proses kompaksi yaitu
pemadatan massa endapan
akibat pengisian semen, kemudian setelah massa endapan sedimen memadat air dari rongga-rongga butiran sedimen tersebut keluar lalu endapan tersebut terlithifikasikan menjadi sebuah batuan. Dari seluruh pendeksripsian di atas batuan ini tergolong batuan yang mature dewasa karena ukuran butirnya yang berukuran 1/64 – 1/256 mm, lalu sortasi batuan yang baik menandakan bahwa batuan tersebut sudah mengalami proses transportasi yang sangat signifikan jadi dapat dikatakan batuan ini derajat kedewasaannya mature. Berdasarkan berbagai penjelasan dan mekanisme genesis serta diagenesa batuan ini, dapat disimpulkan bahwa batuan ini lingkungan pengendapannya berada di daerah hulu menuju daerah laut dangkal karena adanya semen kalsit yang mencirikan adanya komponen laut dangkal pada batuan ini. Berdasarkan komposisi dari batuan STA 15 diatas, batuan dapat diklasifikasikan kedalam Mudstone (After Dott, 1964 ). 18
4.2. Sayatan 11-SK6 Berdasarkan pengamatan secara mikroskopis pada sayatan batuan 11SK6 dengan perbesaran 4x dapat terlihat bahwa batuan ini memiliki warna yang bervariasi ada yang putih, hitam, pink orange dan lainnya. Warna putih dan hitam menunjukkan mineral kuarsa, sedangkan warna pink menunjukkan mineral kasit yang menjadi semen pada batuan ini. Ukuran butir pada batuan ini berkisar antara 0,7 mm yang menunjukkan ukuran butir pasir halus (1/81/4 mm). Berdasarkan deskripsi teksturnya dapat diketahui batuan ini memiliki sortasi baik karena ukuran butir pada
batuan ini cenderung
seragam, tingkat kebundaran (roundness) dari batuan ini adalah sub-angular yang mengidikasikan proses erosi pada butiran sedimen ini belum cukup signifikan dan grain contactnya berjenis concavo-convex, karena butiran pada batuan ini cenderung sangat berdekatan antara butiran yang lainnya. Berdasarkan pengamatan dari komposisi penyusun batuan dapat diketahui batuan ini sebagian besar terdiri dari grain atau butiran berupa mineral kuarsa dengan sifat optiknya memiliki gelapan yang bergelombang, tidak memiliki warna/colorless, kelimpahannya pada batuan ini sebesar 75 %. Komposisi batuan STA 15 ini juga terdiri dari semen berupa kalsit yang memiliki ciri-ciri colorless dan pecahan banyak tidak beraturan, semen kalsit memiliki kelimpahan sebesar 15 %. Selanjutnya terdapat komposisi lithic/fragment batuan yang bentuknya berupa butiran-butiran kecil yang mengumpul/mengompak jadi satu kesatuan yang utuh, kelimpahannya pada batuan ini sebesar 10 %. Pada awalnya batuan ini terombakan dari batuan induknya kemudian tererosi menjadi material sedimen yang lepas kemudian tertransportasi dengan energi transport yang kecil, karena material yang tertransport pada batuan ini tergolong kecil dan halus-halus, lalu batuan ini tertransport cukup jauh dari batuan induknya karena pada saat proses trasnportasi butiranbutiran pada
batuan sedimen ini mengalami proses erosi yang cukup
signifikan sehingga mengalami perubahan bentuk dan ukuran yang signifikan 19
pula, lalu setelah tertransport, material sedimen ini terendapkan pada suatu cekungan dan mengalami proses sedimentasi, setelah itu mengalami diagenesa. Pada tahap diagenesa yaitu pada awalnya yaitu proses sementasi, semen yang ada pada batuan ini berjenis karbonatan/kalsit, diduga pada saat material sedimen ini tersedimentasikan ada fluida berjenis karbonatan yang masuk ke dalam material sedimen ini sehingga setelah material sedimen ini tersemenkan, batuan ini mengalami proses kompaksi yaitu pemadatan massa endapan akibat pengisian semen, kemudian setelah massa endapan sedimen memadat air dari rongga-rongga butiran sedimen tersebut keluar lalu endapan tersebut terlithifikasikan menjadi sebuah batuan. Dari seluruh pendeksripsian di atas batuan ini tergolong batuan yang sub-mature/cukup dewasa karena ukuran butirnya yang berukuran 0,7 mm yang berjenis pasir halus, lalu sortasi batuan yang baik menandakan bahwa batuan tersebut sudah mengalami proses transportasi yang sangat signifikan jadi dapat dikatakan batuan ini derajat kedewasaannya mature. Berdasarkan berbagai penjelasan dan mekanisme genesis serta diagenesa batuan ini, dapat disimpulkan bahwa batuan ini lingkungan pengendapannya berada di daerah hulu menuju daerah laut dangkal karena adanya semen kalsit yang mencirikan adanya komponen laut dangkal pada batuan ini. Berdasarkan komposisi dari batuan STA 11-SK6 diatas, batuan dapat diklasifikasikan kedalam Quartz Arenites (After Dott, 1964 ). 4.3 Sayatan STA 205 EA Jambi Berdasarkan pengamatan secara mikroskopis pada sayatan batuan dengan kode peraga STA 205 EA Jambi dengan perbesaran 4x dapat terlihat bahwa batuan ini memiliki warna yang bervariasi ada yang putih, hitam, orange dan lainnya. Warna putih dan hitam menunjukkan mineral kuarsa. Ukuran butir pada batuan ini berkisar antara 1 mm yang menunjukkan ukuran butir pasir sangat kasar (1-2 mm). Berdasarkan deskripsi teksturnya dapat diketahui batuan ini memiliki sortasi buruk karena ukuran butir pada batuan
20
ini cenderung tidak seragam, hal tersebut diindikasikan tempat proses pembentukkan batuan ini berada pada daerah hulu yang memiliki ukuran butir yang bervariasi mulai dari yang kecil maupun yang besar-besar jadinya material
yang
terendapkan
ukurannya
beragam,
tingkat
kebundaran
(roundness) dari batuan ini adalah angular yang mengidikasikan proses erosi pada butiran sedimen ini belum cukup signifikan dan grain contactnya berjenis concavo-convex, karena butiran pada batuan ini cenderung sangat berdekatan antara butiran yang lainnya. Berdasarkan pengamatan dari komposisi penyusun batuan dapat diketahui batuan ini sebagian besar terdiri dari grain atau butiran berupa mineral kuarsa dengan sifat optiknya memiliki gelapan yang bergelombang, tidak memiliki warna/colorless, kelimpahannya pada batuan ini sebesar 80 %. Komposisi batuan STA 15 ini juga terdiri dari semen berupa silika (quartz overgrowth) yang memiliki ciri-ciri colorless, semen silika ini memiliki kelimpahan sebesar 10 %. Selanjutnya terdapat komposisi lempung detrital yang
dicirikan
dari
kenampakan
optiknya
berwarna
coklat
keruh,
kelimpahannya pada batuan ini sebesar 10 %. batuan ini mengalami proses perombakan dari batuan asalnya (provenance) kemudian tertransportkan dengan energi transport yang sedang sampai besar karena materi yang terendapkan pada batuan ini tergolong besar, lalu batuan ini tertransportkan dari batuan induknya dengan jarak yang tergolong masih dekat, setelah melalui proses transportasi, material-material sedimen yang masih dalam kondisi lepas terendapkan pada suatu cekungan lalu material tersebut mengalami proses sedimentasi. Setelah mengalami proses sedimentasi, selanjtnya mengalami proses diagenesis. Pada
tahap
diagenesis, yaitu pada awalnya berupa proses sementasi, semen yang ada pada batuan ini berjenis silika (quartz overgrowth), diduga pada saat material sedimen ini tersedimentasikan ada fluida berjenis silikaan yang masuk ke dalam material sedimen ini sehingga setelah material sedimen ini tersemenkan, batuan ini mengalami proses kompaksi yaitu pemadatan massa endapan akibat pengisian semen, kemudian setelah massa endapan sedimen 21
memadat air dari rongga-rongga butiran sedimen tersebut keluar lalu endapan tersebut terlithifikasikan menjadi sebuah batuan. Dari seluruh pendeksripsian di atas batuan ini tergolong batuan yang immature/belum dewasa karena ukuran butirnya yang berukuran 1 mm, lalu sortasi batuan yang buruk menandakan bahwa batuan tersebut belum mengalami proses transportasi yang sangat signifikan jadi dapat dikatakan batuan ini derajat kedewasaannya immature. Berdasarkan
berbagai
penjelasan dan mekanisme genesis serta diagenesa batuan ini, dapat disimpulkan bahwa batuan ini lingkungan pengendapannya berada di daerah hulu. Berdasarkan komposisi dari batuan STA 15 diatas, batuan dapat diklasifikasikan kedalam Quartz Arenites (After Dott, 1964 ). .
4.4 Sayatan STA Kali Muncar Berdasarkan pengamatan secara mikroskopis pada sayatan batuan dengan kode peraga STA Kali Muncar dengan perbesaran 4x dapat terlihat bahwa batuan ini memiliki warna coklat yang mengindikasikan bahwa batuan ini memiliki komposisi matriks dalam sayatan tersebut. Ukuran butir pada batuan ini berkisar antara 1/256 mm yang menunjukkan ukuran lempung. Berdasarkan deskripsi teksturnya dapat diketahui batuan ini memiliki sortasi baik karena ukuran butir pada
batuan ini cenderung seragam, tingkat
kebundaran (roundness) dari batuan ini adalah well rounded karena ukuran butir yang kecil mencerminkan bahwa butiran pada batuan ini sudah mengalami proses transportasi yang cukup jauh jaraknya dan otomatis proses erosi pada butiran tersebut sudah sangat signifikan, dari yang awal bentuk butirnya angular menjadi well-rounded dan grain contactnya berjenis connect
22
karena butiran pada batuan ini cenderung menempel namun antar butiran tidak saling berdesakan. Berdasarkan pengamatan dari komposisi penyusun batuan dapat diketahui batuan
ini sebagian besar terdiri dari matriks berupa lempung
detrital yang memiliki ciri-ciri berwarna kecoklatan keruh dengan kelimpahan sebesar 90 %. Komposisi batuan STA Kali Muncar ini juga terdiri dari semen berupa silika (quartz overgrowth) yang memiliki ciri-ciri colorless dan gelapan bergelombang, kelimpahan semen silika pada batuan ini berjumlah 15 %. Skema dan mekanisme pembentukkan batuan ini yakni pada awalnya batuan ini mengalami proses perombakan dari batuan asalnya, kemudian tertransport dengan jarak yang cukup jauh dari batuan asalnya karena pada saat proses transportasi butiran yang ada dalam batuan ini sudah tererosi cukup signifikan, lalu energi transport yang mengendapkan batuan ini kecil karena material pada batuan ini tergelong kecil dan berukuran halus, lalu setelah tertransport, batuan ini tersedimentasikan pada suatu cekungan. Akibat adanya suatu proses geologi tertentu batuan ini terburialkan di bawah permukaan kemudian terkena suatu gaya tektonik berupa gaya kompressi di bawah permukaan sehingga proses kompaksi dan pemadatan pun berjalan cepat dengan bantuan gaya kompressi tersebut lalu ketika gaya kompressi menekan batuan ini terus menerus hingga batuan ini tidak bisa menahan gaya tekan tersebut akhirnya terbentuklah fracture yang menyebabkan adanya celah pada
batuan ini kemudian celah tersebut terisi oleh fluida yang bersifat
silikaan yang selanjutnya menjadi komponen mineral pengisi celah tersebut.. Dari seluruh pendeksripsian di atas batuan ini tergolong batuan yang mature dewasa karena ukuran butirnya yang berukuran 1/64 – 1/256 mm, lalu sortasi batuan yang baik menandakan bahwa batuan tersebut sudah mengalami proses transportasi yang sangat signifikan jadi dapat dikatakan batuan ini derajat kedewasaannya mature. Berdasarkan
berbagai penjelasan dan
mekanisme genesis serta diagenesa batuan ini, dapat disimpulkan bahwa batuan ini lingkungan pengendapannya berada di daerah hulu menuju daerah 23
laut dangkal karena adanya semen kalsit yang mencirikan adanya komponen laut dangkal pada batuan ini. Berdasarkan komposisi dari batuan STA 15 diatas, batuan dapat diklasifikasikan kedalam Mudstone (After Dott, 1964 ).
24
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan, sebagai berikut : a. Berdasar komposisi dari batuan STA 15 yang dominan lempung detrital, batuan dapat diklasifikasikan kedalam mudstone (after Dott, 1964). b. Berdasar komposisi dari batuan STA 76, yang sebagian besar merupakan grain/butiran berupa mineral kuarsa, batuan dapat diklasifikasikan kedalam Quartz Arenite (after Dott, 1964). c. Berdasar komposisi dari batuan STA 205 yang sebagian besar merupakan grain/butiran berupa mineral kuarsa, batuan dapat diklasifikasikan kedalam Quartz Arenite (after Dott, 1964). d. Berdasar komposisi dari batuan STA Kali Muncar yang sebagian besar komposisinya berupa lempung detriltal, batuan dapat diklasifikasikan kedalam mudstone (after Dott, 1964).
5.2 Saran a. Pada saat melakukan pengamatan agar melakukan pengamatan dengan teliti sehingga semua komposisi batuan dapat diketahui. b. Dalam melakukan pemberian persentase komposisi batuan beku agar menggunakan komparator sehingga pemberian persentase komposisi lebih akurat.
25
DAFTAR PUSTAKA
Staff
asisten
petrografi
2012.
2012.
Buku
Panduan
Praktikum
Petrografi.Laboratorium Paleontologi, Geologi Foto dan Geologi Optik Program Studi Teknik Geologi Universitas Diponegoro.
26