BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Apabila pemerintah membebaskan pasar dalam negeri dari proteksi dan mengalihkan captive market yang selama ini dimiliki BUMN menjadi competitive market maka tuntutan sistem manajemen yang efisien semakin tinggi. Hal ini memaksa manajer BUMN meningkatkan efesiensi dan keahlian manajemennya. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu lokomotif perekonomian nasional yang diharapkan mampu menghadapi persaingan global. Misi yang demikian berat menuntut BUMN memiliki kinerja yang baik. Misi ini pula yang membuat BUMN selalu mendapat sorotan tajam dari publik. Salah satu hal yang selalu mendapat sorotan adalah pengelolaan yang tidak efisien dibandingkan dengan perusahaan swasta, walaupun hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Banyak BUMN yang memiliki kinerja lebih baik dari perusahaan swasta. Kinerja seperti itu tentu tidak lepas dari dedikasi dan kerja keras para karyawan, staf dan pimpinan BUMN (Usahawan, 203 : 26). BUMN sebagai Badan Usaha Milik Negara sebagian besar sahamnya berasal dari masyarakat. BUMN diharapkan dikelola dengan baik dan menghasilkan keuntungan tinggi. Kepercayaan masyarakat mulai memudar karena iklim kerja di lingkungan BUMN sangat sarat dengan KKN (Firdanianty, 2004). Penguasaan BUMN atas aset nasional yang menguasai hajat hidup orang banyak masih kalah jauh dibanding perusahaan swasta yang dimiliki oleh para konglomerat. Diperkirakan 10
1
konglomerat papan atas mampu menguasai hampir 50 % aset nasional sementara seluruh BUMN baru menguasai sekitar 30 % aset nasional, sisanya dimiliki oleh pengusaha kecil swasta nasional dan koperasi (Baswir dalam Wahyudi, 1994). Hal ini menunjukkan bahwa BUMN belum efisien dan belum mampu bersaing dengan perusahaan swasta (Wahyudi, JKAP, 1996). Kinerja BUMN tidak hanya visi ekonomis yang berupa profit making tetapi juga visi layanan publik yang mengandung nilai–nilai dan kriteria lebih komplek. Setelah melalui proses pembangunan di Indonesia yang cukup lama, BUMN jadi salah satu kekuatan ekonomi utama bagi penggerak pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Upaya pemerintah dalam memperbaiki kinerja BUMN seperti pemberian penghargaan BUMN dan CEO BUMN untuk pertama kalinya pada tahun 2002. Pemberian penghargaan ini dimaksudkan untuk mendukung upaya pemerintah dalam pelaksanaan tata kelola yang baik (Good Corporate Governance atau GCG). Selain itu, dengan penetapan Undang Undang BUMN pada tanggal 27 Mei 2003 landasan hukum bagi pengelolaan dan pengawasan BUMN menjadi jelas dan tegas. UU BUMN dimaksudkan untuk memenuhi visi pembangunan BUMN di masa yang akan datang : 1. Menciptakan sistem pengelolaan dan pengawasan BUMN berlandaskan pada prinsip efisensi dan produktivitas guna meningkatkan kinerja dan nilai BUMN. 2. Menata dan mempertegas peran lembaga pemerintah dan posisi wakil pemerintah sebagai pemegang saham atau pemilik modal BUMN.
2
3. Mempertegas dan memperjelas hubungan BUMN sebagai operator atau pelaku usaha dengan lembaga pemerintah sebagai regulator. 4. Dan menghindarkan BUMN dari tindakan pengeksploitasian di luar mekanisme korporasi. 5. Dan meletakkan dasar–dasar atau prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Dalam menilai keberhasilan BUMN sebagai organisasi maka evaluasi kinerja dimaksudkan untuk menilai keberhasilan sebagai badan usaha dan keberhasilan sebagai alat kebijakan pemerintah. Sebagai badan usaha, BUMN mempunyai tujuan komersial yang sama dengan perusahaan swasta yaitu pencapaian keuntungan, pertumbuhan, dan menjaga kelangsungan usaha guna meningkatkan nilai perusahaan. Sebagi alat kebijakan pemerintah, BUMN bertujuan mencapai efisiensi ekonomi, sebagai sumber pendapatan negara, distribusi pendapatan, dan tujuan lain yang bersifat makro yaitu prasarana, pelayanan umum, promotor atau pendorong pembangunan atau bisnis yang bersifat komersial. Sesuai sasaran BUMN yang dinyatakan pada UUD 45 pasal 33 yaitu menjadi landasan konstitusional, yaitu untuk mencapai kemakmuran masyarakat. Dalam hal pembuktian bahwa tujuan meningkatkan effisiensi dan kinerja BUMN telah tercapai dengan baik dan guna membuktikan apakah perusahaan BUMN memang lebih baik kinerjanya dari perusahaan swasta nasional maka diperlukan suatu penelitian empiris tentang kinerja BUMN dibandingkan perusahaan swasta nasional. Agar penelitian dapat berhasil dengan baik maka dipilih perusahaan swasta nasional
3
dan BUMN yang memiliki transparansi yang lebih baik pada laporan keuangan sehingga masalah inside information dapat diminimalkan. Sutojo (dalam Ardiansyah, 2004) ada beberapa alasan perusahaan melakukan go public. Alasan go public pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) biasanya adalah memasyaratkan saham BUMN tersebut dan agar BUMN tersebut lebih efisien karena adanya pengawasan melekat dari masyarakat yang merasa ikut memiliki perusahaan dengan memiliki saham perusahaan sedangkan alasan go public bagi perusahaan swasta pada umumnya karena masalah keuangan. Untuk mengetahui keberhasilan dan perkembangan perusahaan salah satunya dapat dilakukan dengan meneliti dan menganalisis laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan merupakan alat untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil–hasil operasi yang telah dicapai oleh perusahaan bersangkutan, apakah perusahaan dalam posisi laba atau rugi. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai landasan bagi pengambilan keputusan khususnya yang bersifat finansial baik bagi pihak eksternal (misal : investor, kreditur, supplier) maupun internal (pihak manajemen) dari perusahaan yang bersangkutan. Analisis rasio keuangan merupakan teknik analisis untuk mengetahui hubungan di antara pos–pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara bersama – sama (Faisal, 2003). Tujuan dari analisis rasio keuangan adalah untuk membantu manajemen dalam memahami apa yang sebenarnya terjadi di perusahaan berdasarkan suatu informasi laporan keuangan baik dengan perbandingan rasio–rasio sekarang dengan yang lalu dan yang akan datang dalam perusahaan yang sama atau perbandingan internal maupun perbandingan rasio
4
perusahaan dengan perusahaan lainnya atau dengan rata–rata industri pada satu titik yang sama atau perbandingan eksternal (Munawir, 2002). Berdasarkan uraian di atas maka penulis terdorong untuk membandingkan kinerja keuangan BUMN dengan perusahaan swasta nasional untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara kinerja BUMN dengan perusahaan swasta nasional. Penelitian ini penulis beri judul “ Perbandingan Kinerja Keuangan Badan Usaha Milik Negara Dengan Perusahaan Swasta Di Bursa Efek Jakarta”.
B. Pokok Permasalahan Dalam mewujudkan tujuan perusahaan, perlu diketahui aspek–aspek yang mempengaruhi
keberhasilan
suatu
perusahaan
(performa)
guna
menjaga
kelangsungan hidup perusahaan yang bersangkutan. Tanpa adanya keberhasilan mengelola yang digambarkan dalam kinerja perusahaan maka tujuan perusahaan tidak akan terwujud. Dari uraian di atas maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan apakah ada perbedaan antara kinerja perusahaan BUMN dengan perusahaan swasta nasional yang terdaftar di BEJ ?
C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas banyak hal yang perlu diteliti untuk mengetahui besaran–besaran pengaruh berbagai aspek atau faktor terhadap keberhasilan suatu perusahaan dalam kinerjanya. Atas pertimbangan–pertimbangan efisiensi, minat, keterbatasan waktu dan tenaga, serta pengatahuan penulis, maka penulis akan membatasi penelitian pada :
5
1. Kinerja perusahaan yang diteliti adalah kinerja keuangan, yaitu meliputi : rasio likuiditas, rasio Leverage, rasio profitabilitas dan rasio nilai pasar. 2. Penelitian dilakukan pada perusahaan BUMN dan perusahaan swasta nasional sebagai pembanding yang memiliki persamaan jenis industri (selain sektor perbankan) hal ini dikarenakan laporan keuangan sektor manufaktur dengan sektor perbankan berbeda. 3. Perusahaan yang diteliti merupakan perusahaan yang sudah go public dan listing di BEJ selama 5 tahun berturut – turut yaitu periode 1999 – 2003. Hal ini digunakan sebagai pertimbangan data terbaru yang dipublikasikan resmi oleh BEJ. 4. Selama periode pengamatan perusahaan memiliki data yang lengkap yang akan digunakan dalam penelitian. 5. Data yang dibutuhkan adalah data sekunder berdasarkan laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember sebagai akhir tahun pembukuan selama 5 tahun yaitu tahun 1999 – 2003. Data yang diteliti diambil dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2002 – 2004. 6. Dalam menilai kinerja perusahaan alat analisisnya menggunakan uji parametrik yaitu t – test beda dua sampel.
D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah perusahaan BUMN yang telah go public memiliki kinerja keuangan yang berbeda dengan perusahaan swasta nasional yang telah go public.
6
E. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, antara lain: 1.
Pihak manajemen BUMN yang terdaftar di BEJ untuk menetapkan kebijakan (pengambilan keputusan) untuk perbaikan kinerja.
2.
Bagi pemerintah sebagai bahan masukan untuk mengambil langkah kebijakan dalam menilai kelangsungan hidup perusahaan dan menentukan pembinaan bagi manajemen.
3.
Bagi investor sebagai bahan pertimbangan dalam memilih dan melakukan investasi.
F. Hipotesis Sebagai organisasi publik, BUMN didirikan dengan sebuah mission sacre sesuai dengan maksud pasal 33 Undang Undang Dasar 1945, yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat, dalam arti bahwa keuntungan yang diperoleh BUMN dimaksudkan untuk sebesar–besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis penelitian ini : Ho :
Tidak ada perbedaan kinerja keuangan antara BUMN dengan perusahaan swasta nasional.
Ha : Ada perbedaan kinerja keuangan antara BUMN dengan perusahaan swasta nasional. Kemudian dirumuskan dengan melakukan uji hipotesis alternative secara parsial sebagai berikut :
7
1. Likuiditas (Kinerja Keuangan Jangka Pendek) Diproksikan oleh rasio lancar (Current Ratio) yaitu Aktiva Lancar dibagi Hutang Lancar. Ha1 : Kinerja Keuangan Jangka pendek (likuiditas) yang diwakili oleh Current Ratio perusahaan BUMN berbeda dari kinerja perusahaan swasta nasional yang sama–sama go public.
2. Leverage ( Kinerja Keuangan Jangka Panjang) Diproksikan oleh rasio hutang (Debt Ratio) yaitu Total Hutang dibagi Total Aktiva (Debt). Ha2 : Kinerja Keuangan Jangka Panjang (Leverage) yang diwakili oleh total Debt to Total Assets perusahaan BUMN berbeda dari perusahaan swasta nasional yang sama–sama go public.
3. Profitabilitas a. ROA (Return on Total Asset) yaitu Laba Bersih dibagi Total Aset. Ha3 : Kinerja Keuangan profitabilitas total yang diwakili oleh Return on Total Asset perusahaan BUMN berbeda dari perusahaan swasta nasional yang sama–sama sudah go public.
8
b. ROE (Return on Common Equity) yaitu laba Bersih dibagi Equity. Ha4 : Kinerja Keuangan profitabilitas internal yang diwakili Return on Common Equity perusahaan BUMN berbeda dari perusahaan swasta nasional yang sama–sama sudah go public.
4. Kinerja Keuangan Eksternal (Market) Rasio terakhir digunakan dalam penelitian ini adalah rasio pasar yaitu rasio yang mengukur harga pasar relative, Price Earning Ratio yaitu Harga Pasar/lembar dibagi Laba Bersih/ lembar. Ha5 : Kinerja Perusahaan Eksternal (dari sudut pandang investor) terhadap prospek pertumbuhan perusahaan BUMN yang go public yang diwakili oleh nilai Price erning Ratio berbeda dari perusahaan swasta nasional yang sudah go public
G. Devinisi Operasional Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengkaji manfaat yang bisa diambil dari analisa rasio keuangan. Seperti Almilia dan Kristijadi (2003), merupakan penelitian yang mengkaji pemanfaatan analisa rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan-perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia. Rasio-rasio keuangan yang digunakan adalah rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, efesiensi operasi, posisi kas profit margin.
9
Ediningsih (2004) menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEJ. Sedangkan Ardiansyah (2004) menggunakan rasio keuangan untuk mengetahui pengaruh variabel keuangan terhadap Return awal dan Return 15 hari setelah IPO. Rasio-rasio keuangan yang dipakai adalah Rate of Return on Total Asset (ROA), financial leverage, Laba per Saham (EPS), Current Ratio. Berdasarkan penelitian sebelumnya maka dalam penelitian ini pembagian kinerja keuangan berdasarkan analisa rasio–rasio keuangan, yaitu : 1. Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial yang berjangka pendek tepat pada waktunya. Rasio likuiditas dihitung dengan rumus : RasioLancar =
HartaLancar U tan gLancar
2. Rasio Leverage Rasio yang mengukur tingkat penggunaan utang sebagai sumber pembiayaan perusahaan atau suatu rasio yang merupakan ukuran tentang tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditor jangka panjang. Selain itu juga mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman baru dengan jaminan aktiva tetap.
DebtRatio =
TotalHu tan g TotalAktiva
10
3. Rasio Profitabilitas Bertujuan mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan hasil dari investasi melalui kegiatan penjualan. Rsio profitabilitas digunakan karena rasio ini dapat memberikan jawaban akhir tentang seberapa efektif suatu perusahaan itu dikelola. a. Profitabilitas total (ROA) Return on Total Assets (ROA) adalah rasio laba bersih setelah pajak terhadap aktiva. Rasio laba terhadap total aktiva digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian atas total aktiva atas pemanfaatan asset yang dimiliki. ROA =
LabaBersih TotalAktiva
b. Profitabilitas Internal (ROE) Return on Common Equity (ROE) adalah rasio laba bersih setelah pajak terhadap ekuitas saham biasa. ROE merupakan rasio untuk mengukur tingkat pengembalian atas investasi bagi pemegang saham. ROE =
LabaBersih Equity
4. Rasio Nilai Pasar Rasio nilai pasar (market value ratios) adalah serangkaian rasio yang menghasilkan harga saham perusahaan dengan labanya dan dengan nilai bukunya per saham. Rasio ini memberi indikasi kepada manajemen mengenai
11
apa pendapat investor tentang prestasi perusahaan di masa lalu dan prospeknya untuk masa mendatang. PER =
H arg aPerLembarSaham LabaPerSaham
Rasio–rasio di atas digunakan untuk menilai kinerja perusahaan BUMN dan perusahaan swasta yang listing di BEJ dalam kurun waktu 5 tahun dimulai dari tahun 1999 – 2003.
H. Metode Penelitian
1. Data dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data laporan keuangan yang ada di BEJ yang sifatnya time series selama 5 tahun dimulai dari tahun 1999 sampai tahun 2003. Laporan keuangan perusahaan digunakan sebagi alat untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan yang dijadikan sampel. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari laporan keuangan perusahaan BUMN dan perusahaan swasta nasional dari tahun 1999 sampai tahun 2003 (5 tahun). Penelitian ini menggunakan data sekunder sebagai sumber data yang berasal dari laporan keuangan tahunan dengan menggunakan tanggal 31 Desember sebagai akhir tahun pembukuan. Data-data didapat dari Capital Market Directory untuk tahun1999 – 2003. Metode pengambilan sampel yaitu dengan purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel
12
yang representative sesuai kriteria yang ditentukan. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: a. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan BUMN dan perusahaan swasta nasional yang memiliki karakteristik industri yang sama sebagai pembandingnya (selain sektor perbankan) yang telah listing di Bursa Efek Jakarta sejak tahun 1999 sampai tahun 2003 (5 tahun). b. Selama periode pengamatan perusahaan memiliki data yang lengkap yang akan digunakan dalam penelitian. Berdasarkan kriteria tersebut terdapat 7 perusahaan yang memenuhi syarat untuk dijadikan sampel. Perusahaan yang terpilih sebagai sampel disajikan dalam tabel 1.1.
Tabel 1.1 Daftar perusahaan BUMN dan swasta Sebagai sampel BUMN
PT. Aneka Tambang Tbk. PT. Tambang Timah (Persero) Tbk. SWASTA
PT. Alter Abadi Tbk. PT. Bumi Resources Tbk. PT. Citatah Industri Marmer Tbk. PT. Internasional nickel Indonesia Tbk. PT. Medco Energi Corporation Tbk. Sumber : ICMD, tahun 2001-2004
13
2. Metode Analisis Untuk menguji suatu hipotesis diperlukan suatu perhitungan statistik disesuaikan antara jenis data yang digunakan dengan metode atau alat statistiknya. Dalam penelitian ini, untuk pengujian hipotesis komparatif dua sampel independent terdapat dua rumus yang dapat digunakan (Sugiyono, 2005), yaitu : Rumus 1 (Separated Varians) t=
X1 − X 2 s12 s 22 + n1 n2
Penggunaan rumus ini jika sampel tidak sama (n1 ≠ n2) dan varians tidak homogen (δ12 = δ2 2) harga t sebagai pengganti harga t tabel dihitung dari selisih harga t tabel dengan dk = (n2 – 1) dan dk = n2 – 1, dibagi dua dan kemudian ditambah dengan harga t terkecil. Rumus 2 (Polled Varians) t=
X1 − X 2 (n1 − n 2 ) s + (n2 − 1) s 22 n1 + n 2 − 2 2 1
⎡1 1⎤ ⎢ + ⎥ ⎣ n1 n 2 ⎦
Penggunaan rumus ini jika sampel tidak sama (n1 ≠ n2), varians homogen (δ12 = δ22) digunakan t – test dengan polled varians. Sebelum menentukan uji t – test yang akan digunakan terlebih dahulu dilakukan pengujian homogenitas, yang ditujukkan oleh varians dengan rumus:
14
s2 =
∑( X i − X ) 2 (n − 1)
s=
∑( X i − X ) 2 (n − 1)
Dimana : s2 = varians sampel s = Standar deviasi sampel n = Jumlah sampel X = Rata – rata (mean) sampel
Pengujian homogenitas varians menggunakan uji F, yaitu :
F=
VariansTerbesar VariansTerkecil
Apabila harga F hitung lebih kecil atau sama dengan F tabel (Fh ≤ Ft), maka Ho ditolak dan Ha ditolak. Ho diterima varians homogen. Langkah–langkah pengujian yang akan dilakukan dalam penelitian untuk menguji hipotesis adalah : a. Menghitung besarnya rasio keuangan yaitu : rasio likuiditas, leverage, ROA, ROE dan rasio pasar. b. Menghitungi rata-rata rasio keuangan perusahaan BUMN maupun yang digunakan perusahaan swasta nasional yang dijadikan sampel.
15
c. Menghitung varians perusahaan BUMN maupun perusahaan swasta nasional yang dijadikan sampel untuk mengetahui homogenitasnya, sehingga dapat menentukan rumus t – test yang akan digunakan. d. Melakukan pengujian untuk setiap hipotesis dengan uji t–test
beda dua sample, tingkat signifikansi 1 % atau 0,01 yang berarti kemungkinan benar dari hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas 99 % atau toleransi kesalahan 1 %. e. Uji dilakukan dua sisi karena akan diketahui apakah kinerja keuangan perusahaan BUMN berbeda dari perusahaan swasta nasional. Jadi dapat lebih besar atau lebih kecil, karenanya dipakai uji dua sisi. f. Melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t-test beda dua sampel, penggunaan rumus (Separated varians atau
Polled varians) memiliki beberapa alasan, yaitu : 1) Uji parametrik memiliki kemampuan yang lebih baik untuk menganalisa sampel kecil bila dibandingkan dengan uji non parametrik (Djarwanto, 1985). 2) Untuk menguji sampel yang kecil (small sample size) misal n < 100 atau bahkan n ≤ 30 menggunakan distribusi normal dan tidak lebih dari 2 populasi, jika lebih dari 2 populasi menggunakan distribusi F (Supranto, 1992).
16
3) Teknik statistik t – test merupakan teknik statistik parametrik untuk menguji komparasi data berbentuk rasio dan sampel yang digunakan adalah sampel independen (Sugiyono, 2005).
17
I. Sistematika Penulisan
Bab I : PENDAHULUAN. Pada bab ini, diuraikan latar belakang masalah, pokok permasalahan, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : LANDASAN TEORI. Pada bab ini, berisi tinjauan pustaka yang terdiri dari pengertian analisa laporan keuangan, bentuk analisa laporan keuangan, arti penting laporan keuangan, tujuan laporan keuangan, sifat dan keterbatasan laporan keuangan, analisa laporan keuangan. Bab III : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pada bab ini berisikan tentang gambaran secara umum dari obyek penelitian. Bab IV : ANALISIS DATA. Bab ini berisikan tentang hasil pengumpulan data serta analisis terhadap data tersebut. Bab V : KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian serta saran dari hasil penelitian.
18