BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Mengajarkan matematika bukanlah sekedar guru menyiapkan dan menyampaikan aturan-aturan dan definisi-definisi, serta prosedur bagi siswa untuk mereka hafalkan, akan tetapi mengajarkan matematika adalah bagaimana guru melibatkan siswa sebagai peserta yang aktif dalam proses belajar sebagai upaya untuk mendorong mereka membangun atau mengkonstruksi pengetahuan mereka. Dalam National Council of Teacher Mathematics (NCTM, 2000) dinyatakan bahwa:
Dalam proses belajar hendaknya diingat bahwa akhir dari suatu rangkaian kegiatan belajar dan mengajar, kompetensi-kompetensi penalaran, koneksi, komunikasi, representasi harus sudah nampak sebagai hasil belajar siswa. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran hendaknya kegiatan belajar diarahkan untuk memunculkan kompetensi-kompetensi yang dianjurkan agar kegiatan tersebut dapat terjadi pada setiap jenjang pendidikan.
Untuk mempersiapkan siswa agar memiliki berbagai kompetensi, baik dalam hal intelektual, emosional, spiritual, maka sudah sewajarnya seorang guru harus dapat menggunakan berbagai strategi dan pendekatan yang dapat membantu dan membimbing siswa untuk dapat membangun pemahaman suatu konsep yang dikonstruksikan sendiri oleh siswa. Dalam hal ini guru harus mampu memfasilitasi siswa agar mampu memunculkan banyak ide dalam suatu kelas,
1
sehingga dapat merangsang siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan tentang materi yang sedang ia pelajari. Berdasarkan hasil pengamatan pada siswa kelas III A SDN Budhi Karya Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep luas pada pokok bahasan luas persegi dan persegi panjang. Siswa sering tertukar dengan menghitung keliling sebuah persegi dan persegi panjang. Hal ini dapat terlihat ketika banyak siswa yang mengerjakan soal luas persegi dan persegi panjang dengan menggunakan rumus keliling. Selain itu, gambaran nilai mata pelajaran matematika di kelas III SDN Budhi Karya yang dicapai siswa berdasarkan nilai rata-rata ulangan harian pada pokok bahasan sifat-sifat dan keliling bangun datar menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Dengan nilai KKM 60 pada mata pelajaran matematika, hanya 7 orang dari 25 orang siswa atau sekitar 28 % siswa yang mendapat nilai di atas KKM dan sisanya mendapat nilai di bawah KKM. Salah satu kesulitan yang dialami oleh siswa ketika pembelajaran materi luas persegi dan persegi panjang adalah siswa tidak memahami konsep pengukuran luas persegi dan persegi panjang. Siswa cenderung kebingungan dalam menyelesaikan soal luas persegi dan persegi panjang karena mereka menganggap menyelesaikan soal luas persegi dan persegi panjang sama halnya dengan cara menyelesaikan soal keliling persegi dan persegi panjang. Selain itu, berdasarkan pengamatan dan penilaian secara langsung, proses pembelajaran matematika yang seharusnya melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran justru tidak terlihat demikian. Siswa hanya diam mendengarkan penjelasan dari
2
guru, mencatat, kemudian diminta mengerjakan soal. Akibatnya, siswa menjadi jenuh mengikuti proses pembelajaran dan pada akhirnya mereka kurang memahami konsep dari materi yang dipelajari. Melihat kondisi di atas, boleh jadi kesulitan tersebut terjadi disebabkan karena dalam proses pembelajarannya guru kurang memfasilitasi siswa dalam menciptakan situasi yang membantu perkembangan siswa untuk membuat konstruksi-konstruksi mental yang diperlukan. Jika situasi ini tetap dibiarkan, maka pemahaman konsep tentang luas persegi dan persegi panjang yang diharapkan tidak akan tercapai, yang kemudian akan berimbas pada hasil belajar yang kurang memuaskan. Pada dasarnya belajar matematika merupakan proses memperoleh pengetahuan yang diciptakan atau dilakukan oleh siswa sendiri melalui transformasi pengalaman individu siswa. Dengan kata lain, untuk dapat mengembangkan kemampuan siswa agar siswa dapat mengembangkan diri dan mampu
memecahkan
masalah yang muncul, siswa sewajarnya tidak hanya
dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang matematis, tetapi juga harus dibimbing untuk dapat belajar mandiri dan dapat memecahkan masalah. Dengan demikian sebagai seorang guru yang profesional hendaknya guru dapat mengatasi kesulitan tersebut dengan cara menggunakan berbagai pendekatan. Salah satu pendekatan yang dapat menunjang kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah
pembelajaran
adalah
pendekatan
konstruktivisme.
Pendekatan konstruktivisme ini memandang bahwa pengetahuan akan terbentuk atau terbangun dalam pikiran siswa, ketika siswa tersebut berupaya untuk
3
mengorganisasikan pengalaman barunya berdasarkan kerangka kognitif yang sudah ada di dalam pikirannya, sebagaimana yang dinyatakan Bodner (dalam Fadjar Shadiq 2007:6) “… knowledge is constructed as the learner strives to organize his or her experience in terms of preexisting mental structures”. Dalam
pendekatan
konstruktivisme
ini
siswa
dibimbing
untuk
mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri untuk masing-masing konsep matematika sehingga peranan guru dalam mengajar bukanlah untuk menerangkan atau memindahkan pengetahuan matematika pada siswa tetapi guru diharapkan dapat menciptakan situasi bagi siswa untuk membantu perkembangan mereka membuat
konstruksi-konstruksi
mental
yang
diperlukan.
Pandangan
konstruktivisme menyebutkan bahwa keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, melainkan juga pada pengetahuan awal siswa. Pengetahuan tersebut tidak dapat ditransfer secara utuh kepada siswa, melainkan secara aktif dibangun sendiri melalui pengalaman nyata, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suparno (1997: 61) bahwa “Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar: konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.” Kenyataan di lapangan masih banyak guru yang belum mampu memfasilitasi siswa untuk dapat membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri ketika proses pembelajaran. Berdasarkan kendala-kendala yang dipaparkan di atas, maka untuk dapat memperbaiki pembelajaran matematika pada pokok bahasan menghitung luas persegi dan persegi panjang di kelas III SD Negeri
4
Budhi Karya Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat adalah dengan menggunakan pendekatan Konstruktivisme. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka fokus utama dalam penelitian ini adalah sejauh mana penggunaan pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan luas bangun datar persegi dan persegi panjang di SDN Budhi Karya, Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat.
Adapun untuk memperinci, maka rumusan masalah disajikan dalam beberapa pertanyaan berikut ini:
1.
Bagaimana penggunaan pendekatan konstruktivisme pada siswa kelas III SDN Budhi Karya dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan menghitung luas persegi dan persegi panjang?
2.
Bagaimana hasil belajar siswa kelas III SDN Budhi Karya dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan menghitung luas persegi dan persegi panjang dengan penggunaan pendekatan konstruktivisme?
C. Tujuan Penelitian Terkait dengan perumusan masalah yang telah dicantumkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
5
1.
Mendeskripsikan data tentang penggunaan pendekatan konstruktivisme pada siswa kelas III SDN Budhi Karya dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan menghitung luas persegi dan persegi panjang.
2.
Mendeskripsikan data tentang hasil belajar siswa kelas III SDN Budhi Karya dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan menghitung luas persegi
dan
persegi
panjang
dengan
menggunakan
pendekatan
konstruktivisme.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari perbaikan pembelajaran ini berupa: 1.
Bagi siswa, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstuktivisme akan
dapat
melatih
dan
meningkatkan
pemahaman
siswa
dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung luas bangun datar persegi dan persegi panjang, serta menambah motivasi belajar matematika lebih tinggi. 2.
Bagi guru, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme, dapat menjadi masukan dan bermanfaat untuk memperkaya pengetahuan dan wawasan dalam pengembangan dan aplikasi metode.
3.
Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika.
6
E. Definisi Operasional 1. Pendekatan Konstruktivisme Pendekatan konstruktivisme merupakan suatu pendekatan yang lebih menekankan keaktifan siswa baik dalam belajar sendiri maupun bersama dengan kelompok. Dalam pendekatan konstruktivisme ini, guru berperan sebagai fasilitator dan motivator yang dapat memotivasi dan merangsang siswa untuk dapat membangun pengetahuannya sendiri.
2. Hasil Belajar Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah berupa skor yang diperoleh siswa dari hasil tes setiap akhir siklus. Dengan kata lain, hasil belajar ini lebih banyak ditekankan pada ranah kognitif. Hal tersebut karena ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Jika skor dari tes itu menunjukkan hasil yang tinggi dengan banyak siswa yang mendapat nilai di atas KKM (60), artinya hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika dikatatan meningkat.
3. Konsep Luas Persegi dan Persegi Panjang Konsep luas persegi dan persegi panjang merupakan salah satu konsep pengukuran atau perhitungan luas bangun datar awal yang diajarkan pada siswa Sekolah Dasar. Dalam menghitung luas persegi dan persegi panjang, siswa diharapkan memahami konsep luas terlebih dahulu. Konsep luas yang dimaksud
7
adalah berkaitan dengan permukaan atau sesuatu yang dapat menutupi suatu daerah.
F. Hipotesis Tindakan Pada
siklus
I
pembelajaran
matematika
dengan
menggunakan
konstruktivisme, peneliti akan mengajarkan luas persegi dengan menggunakan media plastik transparan. Siswa dibentuk ke dalam 5 kelompok, setiap kelompok dibebaskan untuk menggunakan berbagai cara dalam menyelesaikan tugas LKS. Siswa dibimbing oleh guru untuk menemukan sendiri konsep luas. Dengan cara seperti itu, siswa dapat membangun penanaman konsepnya sendiri, sehingga belajar dapat lebih bermakna dan hasil belajar dapat meningkat. Pada siklus II siswa pembelajaran dengan menggunakan konstruktivisme, siswa dibentuk ke dalam 5 kelompok yang sama dengan siklus sebelumnya. Pada siklus ini, siswa menghitung luas persegi panjang dengan cara membatasi daerah ruang kelas dengan tali rapia yang dibentuk persegi panjang. Dengan cara tersebut siswa menjadi lebih aktif dan lebih mengerti karena pengetahuannya dibangun sendiri oleh siswa. Dalam penelitian ini hipotesis tindakan yang diajukan adalah “Pendekatan Konstuktivisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika pokok bahasan luas persegi dan persegi panjang.”
8