BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia dalam masyarakat yang semakin modern mendorong adanya perubahan sosial. Taraf kehidupan yang semakin berkembang dalam hal teknologi, pendidikan, seni, sosial, dan budaya menyebabkan banyak ketimpangan terjadi, terutama pada masyarakat yang belum siap menerima perubahan. Tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan sosial
tersebut
dapat
menyebabkan
adanya
permasalahan
sosial.
Permasalahan sosial sering timbul jika tidak ada keselarasan dalam kehidupan masyarakat. Semakin cepatnya perubahan sosial maka akan semakin kompleks pula permasalahan sosial jika perubahan sosial tersebut tidak disertai dengan sikap yang kritis dan bijaksana. Perubahan sosial berdampak salah satunya pada dunia pendidikan di sekolah. Sekolah yang merupakan lembaga pendidikan harus menjadi filter adanya pengaruh-pengaruh dari luar yang menyebabkan perubahan sosial. Selain itu pendidikan di sekolah harus mampu melatih siswa untuk mengatasi permasalahan sosial yang sering terjadi karena adanya perubahan sosial. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi untuk mengembangkan kepekaan sosial sehingga siswa memiliki sikap kritis dalam memecahkan permasalahan sosial. Salah satu strategi untuk mengembangkan kepekaan sosial tersebut dapat dilakukan melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Tujuan
1
2
pembelajaran IPS adalah mengembangkan kemampuan siswa berpartisipasi dalam kehidupan sosial. Menurut Supardi (2011: 187) tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan inkuiry, serta mampu memecahkan permasalahan sosial. Tujuan IPS tidak akan tercapai dengan pembelajaran yang hanya diisi dengan kegiatan membaca dan menghafal. Pembelajaran IPS harus memfokuskan perannya pada upaya melahirkan perilaku-perilaku sosial yang berdimensi personal, dimensi sosiokultural, dimensi spiritual, dan dimensi intelektual (Supardi, 2011: 190). Berdimensi personal artinya seseorang dapat berbudi luhur, disiplin,kerja keras dan mandiri. Berdimensi sosiokultural artinya seseorang akan memiliki kesetiakawanan, toleransi, dan menghargai karya budaya bangsa. Berdimensi spiritual artinya seseorang dituntut untuk beriman dan bertakwa. Sedangkan berdimensi intelektual seseorang harus cendekia dan terampil. Pencapaian tujuan IPS tersebut memerlukan
pembelajaran yang
bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang awalnya terpusat pada guru (teacher centre) diubah menjadi pembelajaran yang terpusat pada siswa (student centre). Hal tersebut dapat membiasakan siswa peka terhadap lingkungannya. Selain itu untuk melatih kepekaan sosial sebaiknya dalam pembelajaran IPS disajikan materi-materi yang selalu berhubungan dengan permasalahan sosial yang dapat dipecahkan oleh siswa. Berdasarkan uraian di atas sangat diperlukan suatu pembelajaran yang dapat melatih siswa dalam memecahkan masalah. Siswa harus dibiasakan mengkaji suatu masalah yang ada di lingkungannya. Hal tersebut akan
3
melatih kepekaan sosial siswa, sehingga mampu mengkritisi setiap keadaan yang ada. Pembelajaran yang dapat melatih siswa dalam memecahkan masalah perlu didukung oleh semua komponen yang terlibat dalam pembelajaran. Komponen tersebut yaitu guru, siswa, metode pembelajaran, bahan ajar, serta komponen pembelajaran yang lain. Guru harus menggunakan metode pembelajaran serta bahan ajar yang mampu melatih siswa untuk berfikir kritis dan memecahkan masalah. Selain itu, siswa harus aktif di dalam kelas, sehingga pembelajaran tidak terpusat pada guru. Namun kenyataan yang terjadi di dunia pendidikan, khususnya pendidikan tingkat sekolah menengah pertama, kurang menyediakan bahan ajar yang dapat mengaktivasi siswa. Siswa jarang dikenalkan dengan pemecahan masalah. Sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah menengah pertama, IPS harus disampaikan semenarik mungkin dengan bahan ajar yang berbeda. Bahan ajar IPS yang seharusnya dikembangkan di sekolah adalah bahan ajar yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Selain itu disesuaikan dengan kurikulum yang diberlakukan saat ini yaitu Kurikulum 2013. Kurikulum tersebut mengamanatkan, pembelajaran harus dilaksanakan dengan pendekatan saintifik. Penerapan Kurikulum 2013 membawa pengaruh terhadap beberapa hal dalam pembelajaran, salah satunya mengubah proses pembelajaran. Di dalam Kurikulum 2013 menekankan tiga model pembelajaran yaitu Problem Based Learning (PBL), Project Based Learning (PjBL), dan discovery
4
learning. Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model dalam pembelajaran yang dirancang dan dikembangkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah. Pembelajaran dapat dirancang untuk melatih siswa berfikir kritis dan memecahkan masalah. Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik serta fokus pada pengembangan kemampuan siswa memecahkan masalah dapat menjadi suatu pertimbangan dalam penyusunan bahan ajar IPS. LKS berbasis masalah dapat dijadikan sebagai inovasi bahan ajar baru dalam pembelajaran IPS. Karena LKS berbasis masalah dapat didesain dengan pendekatan saintifik serta dapat menyajikan topik berupa permasalahan pada setiap kegiatan di dalamnya. Setiap kegiatan dapat disesuaikan dengan alur berfikir siswa, yaitu mulai dari mengamati, menanya, mencari informasi, berdiskusi, dan mengkomunikasikan. Hal tersebut sangat sesuai dalam Kurikulum 2013. Saat ini sudah banyak LKS yang digunakan sebagai bahan ajar IPS di sekolah menengah pertama. Namun masih jarang yang berbasis pada masalah, padahal pembelajaran IPS sangat berkaitan dengan permasalahan sosial. Pada umumnya LKS yang digunakan sebagai bahan ajar saat ini masih berisi ringkasan dan latihan soal. Latihan soal sebagian besar merupakan soal objektif dalam bentuk pilihan ganda dan isian singkat yang belum mengaktivasi siswa untuk belajar memecahkan masalah. LKS berbasis masalah perlu dikembangkan sebagai bahan ajar pembelajaran IPS dalam kurikulum 2013 karena saat ini belum banyak
5
dikembangkan. Pengembangan ini juga dapat mendukung pelaksanaan kurikulum 2013. Berdasarkan permasalahan yang muncul tentang pembelajaran IPS di atas, maka peneliti tertarik untuk mengembangkan bahan ajar berupa LKS berbasis masalah. Materi yang akan diterapkan adalah interaksi manusia dengan lingkungan dan penyajian permasalahan disusun dengan menyesuaikan materi yang akan disampaikan. Penelitian yang akan dilaksanakan berjudul “Pengembangan LKS Berbasis Masalah pada Materi Interaksi Manusia dengan Lingkungan untuk Siswa Kelas VII SMP”. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar IPS berupa LKS berbasis masalah pada materi Interaksi Manusia dengan Lingkungan untuk siswa SMP kelasVII. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Terbatasnya pengembangan bahan ajar yang digunakan pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran. 2. Guru belum optimal dalam mengembangkan bahan ajar dalam kurikulum 2013. 3. LKS yang saat ini digunakan sebagai bahan ajar belum mampu mengeksplorasi
pengetahuan
serta
memecahkan masalah pada diri siswa.
mengembangkan
kemampuan
6
C. Pembatasan Masalah Sehubungan dengan kompleksnya permasalahan yang ada, maka penelitian ini dibatasi pada LKS yang saat ini digunakan sebagai bahan ajar belum
mampu
mengeksplorasi
pengetahuan
serta
mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah pada diri siswa. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana mendesain LKS berbasis masalah dalam pembelajaran IPS? 2. Bagaimana LKS berbasis masalah yang layak dikembangkan sebagai pendukung dalam pembelajaran IPS berdasarkan validasi ahli materi, ahli media, dan guru IPS serta uji coba lapangan pada siswa kelas VII? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui desain Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berbasis masalah dalam pembelajaran IPS. 2. Mengetahui LKS berbasis masalah yang layak dikembangkan sebagai pendukung dalam pembelajaran IPS berdasarkan validasi ahli materi, ahli media, dan guru IPS serta uji coba lapangan pada siswa kelas VII.
7
F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk mengembangkan keilmuan IPS tentang pembuatan salah satu bahan ajar cetak berupa LKS dalam menunjang pembelajaran di kelas. b. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian yang relevan selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Manfaat penelitian bagi peneliti adalah untuk menambah khasanah keilmuan IPS khususnya mengenai bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran IPS, sehingga dapat dijadikan sebagai pengalaman di masa depan pada saat terjun langsung dalam kegiatan pembelajaran IPS. b. Bagi Guru Manfaat penelitian bagi guru adalah guru diharapkan dapat memberikan inovasi baru dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga tujuan IPS dapat tercapai secara utuh. c. Bagi Siswa Manfaat penelitian bagi siswa adalah dapat memperoleh pengalaman
baru
mengenai
cara
meningkatkan motivasi belajarnya.
belajar
sehingga
mampu
8
d. Bagi Universitas Hasil penelitian dapat menambah pustaka sebagai literatur untuk penelitian yang relevan. e. Bagi Dunia Pendidikan Sebagai alternatif bahan ajar untuk pembelajaran yang lebih mandiri bagi siswa sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan inovatif, kreatif, dan menyenangkan. G. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan Spesifikasi produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah: 1. LKS berbasis masalah dicetak dengan menggunakan kertas HVS 70 g. 2. LKS berbasis masalah menggunakan beberapa jenis huruf Comic Sans MS ukuran 18, 12, 11, dan 10; Palatino Linotype ukuran 11 dan 8; Iskoola Pota ukuran 11; Times New Roman ukuran 9, 12, dan 14; Britannic Bold ukuran 14; dan Castellar ukuran 20. 3. LKS berbasis masalah sesuai dengan materi pembelajaran IPS yaitu interaksi manusia dengan lingkungan. 4. LKS berbasis masalah disajikan dengan fokus pada suatu permasalahan pada setiap kegiatannya. 5. LKS berbasis masalah didesain untuk mendorong siswa untuk terbiasa menghadapi permasalahan dan menemukan solusi dari permasalahan tersebut.
9
6. LKS berbasis masalah di sajikan dalam bentuk lembaran yang memuat judul, kata pengantar, sajian isi LKS, daftar isi, daftar gambar, analisis instruksional, petunjuk penggunaan LKS, pengantar, dan kegiata pemecahan masalah, informasi tambahan (social info), latihan dan daftar pustaka. H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan 1. Asumsi Pengembangan Asumsi pengembangan LKS berbasis masalah yang disusun adalah: a. LKS berbasis masalah merupakan bahan ajar bagi siswa kelas VII. b. LKS berbasis masalah mampu menjadi bahan ajar untuk pembelajaran di kelas maupun pembelajaran mandiri di rumah. 2. Kelayakan Kelayakan dalam pengembangan LKS berbasis masalah adalah: a. LKS berbasis masalah hanya dikembangkan pada materi tertentu yaitu interaksi manusia dengan lingkungan. b. Proses pengembangan LKS berbasis masalah hanya sampai pada tahap uji coba lapangan. c. Produk yang dihasilkan berupa LKS berbasis masalah diujicobakan kepada siswa kelas VII yang jumlahnya terbatas di SMPN 1 Wonosari.