BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi dan teknologi yang pesat sebagai dampak dari globalisasi mengakibatkan persaingan dunia usaha semakin tajam. Hal ini memaksa banyak akuntan publik untuk meningkatkan akuntabilitas perusahaan serta menciptakan keunggulan kompetitif yang dapat menjamin kelangsungan usaha klien baik organisasi pemerintah maupun perusahaan. Salah satu faktor keberhasilan kunci dalam meningkatkan kepercayaan terhadap pemegang saham maupun pengguna laporan adalah tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, perusahaan diharuskan untuk mengevaluasi berbagai faktor keunggulan dan kelemahan usaha, dalam rangka mendorong keberlangsungan hidup perusahaan melalui sumber daya yang dimiliki. Pesatnya perkembangan teknologi melalui berbagai kebijakan di bidang jasa akuntan publik dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja telah membawa dampak pada organisasi pemerintah maupun swasta, khususnya terhadap individuindividu yang terlibat dalam kantor jasa akuntan publik. Individu-individu tersebut dituntut lebih banyak menciptakan keunggulan kompetitif melalui peningkatan pengetahuan, pengalaman, keahlian dan komitmen serta hubungan dengan rekan bekerja maupun pihak lain di luar perusahaan. Namun dalam kenyataannya, seringkali
1
2
dijumpai individu atau kelompok individu secara tidak langsung, sadar atau tidak, menunjukkan ciri-ciri kepribadian yang tidak sesuai dengan tuntutan tersebut. Hal ini terutama disebabkan oleh benturan-benturan, ketegangan, tekanan atau penyesuaian dirinya yang kurang harmonis dengan lingkungan yang pada akhirnya menimbulkan stres dan mempengaruhi efektivitas organisasi. Audit eksternal merupakan salah satu fungsi eksternal dalam sebuah organisasi atau perusahaan yang memberikan nilai tambah bagi pencapaian tujuan perusahaan. Fungsi auditor eksternal di dalam perusahaan antara lain membantu organisasi atau perusahaan dalam meningkatkan kepercayaan publik terhadap perusahaannya sendiri, memperbaiki kinerja dan mengurangi munculnya pelanggaran (fraud) (Collins, K.M. dan Killough, L., 1992). Pekerjaan audit harus dilakukan oleh auditor yang profesional. Artinya audit harus dilakukan oleh orang yang memiliki pengetahuan dan kemampuan teknis yang disyaratkan demi menjamin kegiatan audit dilakukan secara efektif, efisien, ekonomis dan berkualitas. Demi menjamin terwujudnya kegiatan audit tersebut, seorang auditor diharapkan memiliki tingkat ketelitian yang tinggi, rasa ingin tahu yang tinggi, serta memiliki jiwa pantang menyerah. Profesi di bidang akuntansi dinilai sebagai profesi yang penuh dengan stres kerja, karena sifat dari pekerjaan di bidang akuntansi tersebut seringkali memberikan tekanan (Larson, 2004). Menurut Gibson, et al (1996) stres kerja adalah suatu tanggapan penyesuaian, diperantarai oleh perbedaan-perbedaan individu dan/atau proses psikologis, yang merupakan konsekuensi diri setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan
3
psikologis dan/atau fisik berlebihan kepada seseorang. Jenis pekerjaan tersebut memiliki ciri-ciri seperti beban kerja yang tinggi, banyaknya batas waktu dan tekanan waktu yang berlebihan. Akuntan juga seringkali menghadapi konflik. Mereka berada di bawah tekanan untuk menyajikan pekerjaan yang berkualitas dan seringkali bekerja dalam batasan anggaran yang ketat untuk menyelesaikan pekerjaan dengan waktu yang sesingkat mungkin. Dalam sebuah kantor akuntan publik, unsur pimpinan atau partner seringkali berusaha untuk meminimalisir waktu yang dihabiskan untuk penugasan audit yang berdampak munculnya tekanan yang tidak normal bagi bawahan atau staf auditor. Tekanan lain yang muncul dapat berupa tingginya frekuensi perjalanan dinas audit dan perubahan atau mobilitas lokasi kerja. Di sisi lain, kualitas audit tidak dapat dipisahkan dari keberadaan auditor dan kondisi lingkungan kerja yang dihadapi pada saat itu. Yang dimaksud kondisi lingkungan kerja di sini bisa berasal dari lingkungan dalam yakni sifat bawaan yang melekat pada individu auditor seperti pengetahuan, usia, pendidikan dan sebagainya, dan lingkungan luar auditor misalnya teman sejawat, atasan, pihak yang diaudit (auditee), pihak yang mempunyai kepentingan dengan audit (Suwardi, 2012). Tuntutan dan lingkungan kerja yang dihadapi auditor ketika menjalankan tugas audit sangat dinamis, sehingga tidak semua tuntutan tersebut dapat dipenuhi auditor. Lingkungan kerja yang dihadapi auditor juga membutuhkan penyesuaian, dan belum tentu dapat juga dipenuhi oleh auditor. Kondisi tersebut apabila tidak ditemukan jalan keluarnya dapat menimbulkan stres pada diri auditor. Auditor tidak mampu bekerja dengan baik karena stres, yang berakibat pada temuan audit
4
menjadi tidak akurat, saran atau rekomendasi yang diberikan tidak tepat. Oleh karena itu, stres yang dialami auditor sangat merugikan organisasi yang diaudit hasil audit tidak dapat digunakan untuk menghilangkan masalah yang dihadapi organisasi, dan bagi organisasi audit juga dirugikan karena audit yang dilakukan auditor tidak ekonomis atau terjadi pemborosan (Suwardi, 2012). Akuntan atau auditor merupakan individu yang sangat rentan terhadap gejala stres karena seringkali giat bekerja, agresif, perfeksionis dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya (Larson, 2004). Pihak manajemen harus menyadari bahwa individu tersebut sangat mungkin akan meninggalkan pekerjaan atau pindah jika stres yang dialaminya mengancam kesehatan fisik atau mental. Meskipun profesi akuntan publik dikenal sangat penuh dengan tekanan, profesi akuntan manajemen maupun internal auditor juga mengalami stres dan dalam beberapa hal menghadapi masalah yang serupa. Terkait dengan sifat pekerjaan audit, eksternal auditor menghadapi faktor pemicu stres yang sama dengan internal auditor. Auditor eksternal dalam menjalani rutinitas pekerjaan sehari-hari menghadapi berbagai tekanan pekerjaan individu yang dapat memicu stres kerja. Menurut (Ivancevich and Matteson, 1983) Tekanan kerja individu tersebut dapat bersumber dari pekerjaan itu sendiri maupun aspek lingkungan organisasi dimana internal auditor bekerja. Tekanan waktu, kemajuan karir, beban kerja yang berlebihan, lingkup pekerjaan, konflik peran dan tanggung jawab terhadap lainnya. adanya keterbatasan anggaran biaya pemeriksaan, prosedur pemeriksaan yang sangat rinci, sedangkan faktor-faktor pemicu stres yang berasal dari kondisi lingkungan organisasi disebut sebagai stressors organisasi yaitu hadiah (reward),
5
pengembangan sumber daya manusia, kebijakan, partisipasi, underutilization, gaya supervisor dan organisasi struktur. Pada observasi awal yang peneliti lakukan, diketahui bahwa lingkungan kerja di beberapa kantor akuntan publik Yogyakarta masih kurang efektif. Peneliti melakukan survey awal di KAP Indarto Yogyakarta yang berlokasi jalan Ring Road Timur Yogyakarta. KAP ini memiliki ruangan kantor yang sempit serta karena letaknya di pinggir jalan menyebabkan suara kendaraan yang terdengar keras. Posisi kantor yang langsung menghadap matahari membuat ruangan panas. Tentu saja hal ini berimplikasi pada kinerja auditor. Dengan kata lain lingkungan yang tidak kondusif seperti ini berpengaruh pada tingkat stres auditor tersebut. Selain itu observasi dilakukan pada KAP kuncara yang terletak di jalan Godean. KAP ini tidak memiliki kantor Independen melainkan join office dengan produk herbal. Adapun lokasi kantornya berada pada sisi dapur sehingga pegawai tidak memiliki ruangan kerja tersendiri. Menurut Gibson, et al (1996) timbulnya stres (stressor) dan kaitannya dengan stres serta konsekuensinya, penyebab stres di tempat kerja yaitu lingkungan fisik yang lebih banyak timbul dalam pekerjaan-pekerjaan teknis. Penyebab stres yang bersumber dari lingkungan kerja meliputi cahaya, suara, suhu, kebersihan dan sirkulasi udara. Penelitian-penelitian yang meneliti terkait stres kerja auditor antara lain Larson (2004) menggunakan faktor pemicu stres kerja individu dan organisasi dari Ivancevich dan Matteson (1983), hasil penelitiannya bahwa organisasi memiliki
6
tingkat pengaruh yang berbeda-beda terhadap stres kerja auditor Internal. Dalam penelitian Collins dan Killough (1992), penelitian menggunakan faktor pemicu stres individu dari Ivancevich dan Matteson (1983). Sampel yang digunakan akuntan publik di US. Hasilnya kemajuan karir, lingkup kerja dan peran ganda berpengaruh terhadap ketidakpuasan kerja dan cenderung ingin meninggalkan akuntan publik. Hal ini sama yang dilakukan oleh (Sanders et al, 1995) dan hasilnya juga sama. Dalam penelitian Gavin dan Dileepan (2002), penelitian ini menggunakan dua faktor pemicu stres yaitu faktor pemicu individu dan faktor pemicu organisasi. Sampel yang digunakan akuntan manajemen. Hasilnya, penghargaan dan pengembangan sumber daya manusia yang paling berpengaruh di dalam faktor pemicu stres organisasi, sedangkan faktor pemicu individu yang berpengaruh tekanan waktu beban kerja berlebihan secara kualitatif dan kemajuan karir. Dalam penelitian Wilson dan wood (1989), penelitian ini fokus pada aspek perilaku audit internal pada Institusi Auditor Internal. Studi ini mengidentifikasi peran stres sebagai isu utama antara auditor internal. Dalam penelitian Pei dan Davis (1995), penelitian ini fokus pada dampak struktur organisasi dan pada konflik organisasi professional dan peran stres. Hasilnya adanya indikasi hubungan positif antara konflik organisasi professional dan peran stres. Penelitian ini dilakukan karena peneliti menganggap penelitian sebelumnya masih belum menggambarkan tentang pengaruh faktor terhadap stres kerja auditor serta masih terbatasnya penelitian dibidang keperilakuan auditor. Berdasarkan permasalahan yang ada peneliti termotivasi untuk meneliti kembali tentang faktor
7
individu, faktor organisasional dan faktor lingkungan fisik. Pada dasarnya penelitian ini mengacu pada penelitian Larson (2004) yang melakukan penelitian pada auditor internal yang terdaftar sebagai anggota American Institute of Certified Public Accountants. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini menggunakan sampel staf auditor independen di Yogyakarta. Penelitian ini menambahkan variabel independen dan menghilangkan indikatorindikator dari faktor individu dan faktor organisasional. Hal tersebut dilakukan karena sampel penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu auditor independen sedangkan penelitian sebelumnya mengambil sampel pada auditor internal sehingga peneliti menyesuaikan indikator-indikator tersebut dalam penelitian ini. Selain itu, model dalam penelitian ini juga memodifikasi model dari penelitian sebelumnya, dimana penelitian sebelumnya hanya mendeskripsikan faktor-faktor pemicu stres kerja, sedangkan dalam penelitian ini, peneliti memodifikasi model tersebut menjadi analisis pengaruh faktor-faktor pemicu stres kerja terhadap stres kerja auditor. Penelitian ini akan dilakukan pada kantor akuntan publik Yogyakarta karena dianggap cukup mewakili untuk kondisi tingkat stres kerja pada auditor. Penelitian ini mengamati perilaku auditor junior dan senior karena berdasarkan penelitian Atika (2014) bahwa auditor level bawah belum memiliki kecakapan/ketrampilan, sehingga stress/tekanan yang dihadapinya masih merupakan tekanan yang berhubungan dengan perannya yang masih ambigu, adanya konflik peran dalam melaksanakan penugasannya, serta beban kerja yang dirasakannya sangat
8
berlebihan yang merupakan bagian dari pemicu stres individu dan selain itu auditor mendapatkan tekanan dari faktor organisasi dan faktor lingkungan fisik. Berdasarkan latar belakang yang ada maka peneliti ingin menganalisis berbagai faktor-faktor pemicu stres kerja terhadap stres kerja auditor eksternal dan mencari solusi perbaikan untuk meminimalisir dampak negatif akibat tingginya tingkat stres yang dialami oleh auditor. Hal ini mendorong untuk dilakukan penelitian guna menganalisis berbagai faktor pemicu stres yang dialami oleh auditor eksternal. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah faktor individu memiliki pengaruh positif terhadap stres kerja auditor eksternal? 2. Apakah faktor organisasional memiliki pengaruh positif terhadap stres kerja auditor eksternal? 3. Apakah faktor lingkungan fisik memiliki pengaruh positif terhadap stres kerja auditor eksternal? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh positif faktor individu terhadap stres kerja auditor eksternal. 2. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh positif faktor organisasional terhadap stres kerja auditor eksternal. 3. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh faktor lingkungan fisik terhadap stres kerja auditor eksternal.
9
1.4 Manfaat Penelitian Penulis mengharapkan adanya pelajaran yang bisa diambil khususnya mengenai cara mengatasi stres, serta cara meningkatkan kinerja khususnya bagi auditor yang selalu dihadapkan dengan tuntutan dan lingkungan kerja yang sangat dinamis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi pengembangan teori, diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori dan memberikan gambaran yang lebih kongkrit dalam disiplin ilmu auditing khususnya mengenai pengaruh aspek individu, aspek organisasi dan aspek lingkungan fisik terhadap stres kerja yang dialami oleh auditor eksternal 2. Bagi kantor akuntan publik, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan terutama dalam memperbaiki lingkungan kerja dan organisasi yang dapat memicu timbulnya stres kerja sehingga dapat meningkatkan dan kepuasan kerja auditor eksternal.
1.5 Sistimatika Penulisan Sistimatika penulisan dalam penelitian ini secara garis besar terdiri dari lima bab dengan penjelasan sebagai berikut. Bab 1: Bab ini menguraikan latar belakang dilakukannya penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistimatika penulisan.
10
Bab 2: Bab ini berisi telaah teoritis mengenai stres kerja dan faktor-faktor pemicunya, uraian penelitian sebelumnya, hipotesis penelitian dan kerangka pemikiran teoritis. Bab 3: Bab ini menguraikan metode yang digunakan dalam penelitian, meliputi desain penelitian, lokasi dan waktu penelitian, pendefinisian dan pengukuran variabel penelitian, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis yang digunakan. Bab 4: Bab ini menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang deskripsi data, berbagai pengujian yang digunakan, hasil analisis dan pengujian hipotesis, serta pembahasan hasil penelitian. Bab 5: Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian, implikasi hasil penelitian serta saran perbaikan bagi penelitian berikutnya maupun kepentingan lainnya.