BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu bergerak, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, ciri ini menandai pola kehidupan manusia pada bangsa primitif maupun modern. Mobilitas merupakan hakiki manusia itu sendiri yang tidak pernah terpaku pada suatu tempat untuk memenuhi tuntutan kelangsungan hidupnya. Demikian juga dengan pariwisata. Sudah berabad-abad lamanya melakukan perjalanan, bahkan sudah ribuan tahun yang silam manusia sudah melakukan perjalanan dengan alasan tugas militer dan kepentingan bisnis serta untuk meneliti jenis-jenis makanan sejak jaman prasejarah. Bahkan perjalanan berekreasi atau berhari libur sudah lama berlangsung sejak hidup manusia. Ukiran pada pekuburan raja-raja yang sedang melakukan perjalanan untuk mencari hiburan, misalnya mengail disungai Nil atau berburu di padang pasir. (Wahab, 1998 : 1). Pariwisata berasal dari dua kata, yakni Pari dan Wisata. Pari dapat diartikan sebagai banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Sedangkan wisata dapat diartikan sebagai perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata ”travel” dalam bahasa Inggris. Atas dasar itu, maka kata ”Pariwisata” dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan ”Tour”. (Yoeti, 1991:103), sedangkan menurut RG. Soekadijo (1997:8), pariwisata ialah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa yang sangat kompleks. Pariwisata semakin berkembang sejalan perubahan-perubahan social, budaya, ekonomi, teknologi, dan politik. Runtuhnya sistem kelas dan kasta semakin meratanya distribusi sumberdaya ekonomi, ditemukannya teknologi transportasi, dan peningkatan waktu luang yang didorong oleh penciutan jam kerja telah mempercepat mobilitas manusia antar daerah, Negara, dan benua, khususnya dalam hal pariwisata. Seperti yang dikutip Dr. James J. Spillane dari M.J. Prajogo (1990 : 13) gejala pariwisata dalam arti sempitnya adalah kunjungan ke tempat-tempat tertentu sebagai motivasinya, maupun dalam arti luasnya mencangkup dari segala macam motivasi yang berpengaruh pada segi kehidupan masyarakat, baik segi sosial, ekonomi, yang biasa
dinyatakan
dengan
angka
(quantifiable)
maupun
pada
segi
sosial
(unquantifiable). Pengaruh itu bisa menguntungkan, sehingga perlu untuk diliput, digandakan dan bisa merugikan sehingga sedapat mungkin dihindari atau dibatasi. Kehadiran pariwisata di Indonesia ternyata telah memberikan peranan dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Pengaruh ini dapat berupa hal-hal yang positif, seperti meningkatnya pendapatan masyarakat, membuka lapangan kerja yang baru dan menambah devisa negara dalam bidang kepariwisataan. Dikebanyakan negaranegara berkembang saat ini kurangnya dana bagi pembangunan negara diantisipasi dengan suatu perencanaan yang mengikut sertakan peluang industri wisata bagi pemasukan devisa. Untuk mendorong tumbuhnya industri wisata banyak negara berkembang menawarkan bantuan promosi bagi pelaku wisata serta subsidi.
Universitas Sumatera Utara
Dengan mantapnya industri wisata diharapkan aliran dollar dapat masuk ke kas negara dan selanjutnya digunakan bagi kas pembangunan, mengurangi hutang luar negeri, membantu pembayaran import, membantu dan mendorong penguatan infarastruktur domestik dan mendukung program-program sosial dan peningkatan sumber daya manusia. Samsuridjal (1997:24) mengemukakan bahwa jenis-jenis wisata antara lain: a) Wisata Rekreasi, wisata yang dilakukan orang untuk memanfaatkan waktu libur
di luar rumah. Kebanyakan wisata jenis ini dilakukan
untuk menikmati keindahan alam. b) Wisata Bahari, Wisata dengan obyek kawasan laut misalnya menyelam, berselancar, berlayar, memancing dan lain-lain. c) Wisata Alam, wisata dengan obyek Alam. Obyek gunung yang tinggi, gua, sungai yang deras, tebing terjal. Pada umumnya peminat obyek ini adalah para remaja dan petualang. d) Wisata Budaya, wisata yang menawarkan obyek yang berupa tradisi dan budaya serta adat istiadat masyarakat yang unik. e) Wisata Olahraga, Wisata yang dilakukan dengan tujuan pertandingan dan meningkatkan prestasi olah raga. f) Wisata Bisnis, Perjalanan yang dilakukan untuk tujuan bisnis. Wisata jenis ini membutuhkan sarana penunjang bisnis yang baik. g) Wisata Konvensi, Wisata yang dilakukan ke suatu negara untuk keperluan rapat atau sidang.
Universitas Sumatera Utara
h) Wisata Jenis lain, keinginan dan ketertarikan masyarakat beraneka ragam. Perkembangan jenis wisata juga semakin banyak. Kini mulai populer dengan apa yang disebut dengan wisata sejarah, arkeologi, berburu, safari, fotografi, bulan madu dan sebagainya. Wisata merupakan salah satu penggerak perekonomian penting di banyak kawasan dunia. World Travel and Tourism Concil (WTTC), pada tahun 1995 mengindikasikan dampak positif di sektor wisata bagi perekonomian dunia sebagai berikut : 1. Sektor wisata akan menggerakkan dan menyumbangkan (setidaknya) 10,9% dari GDP dunia. 2. Sektor wisata akan memberikan kontribusi lebih dari 11,4% investasi capital dunia. 3. Sektor wisata diharapkan akan memberikan kontribusi di sektor pembayaran pajak lebih dari 655 US $ (Brandon, dalam Lukman, 2004). Amerika Selatan mempunyai pemandangan alam yang beragam dan sangat menawan. Hutan dan margasatwa didalamnya yang berbeda dengan kawasan manapun dibelahan dunia lainnya. Situs-situs arkeologi, pantai yang indah, iklim yang menarik serta kekayaan budaya setempat. Semua pemerintah di negara-negara di Amerika Selatan telah menyadari peranan penting pariwisata dalam kawasannya masing-masing. Namum pertumbuhan wisatanya belum mencapai yang diharapkan. Kecilnya jumlah wisatawan yang mengunjungi kawasan Amerika Selatan ini disebabkan beberapa diantaranya :
Universitas Sumatera Utara
A. Amerika Selatan belum maksimal melakukan promosi dan pembangunan di sektor wisata secara serius. B. Kawasan Amerika Selatan adalah kawasan yang mempunyai jarak relatif jauh dari negara-negara penyumbang wisata Internasional. C. Atraksi yang digunakan belum mempunyai kekuatan kompetitif terhadap kawasan lainnya. Berbeda dengan industri wisata di Malaysia yang tumbuh dengan cepat dimulai pada tahun 1995. Total penerimaan dari sektor wisata bagi Malaysia tercatat 3,6 Milliar US $ dari sekitar 7. 468. 749 wisatawan dengan rata-rata waktu kunjung 11-8
dalam waktu semalam. Melihat dari sektor wisata
tersebut pemerintah Malaysia menganggarkan 119 juta US $ untuk pembangunan sektor pariwisata. Dilakukan kampanye-kampanye pariwisata dilakukan secara besar-besaran di seluruh penjuru dunia yakni dengan memanfaatkan keunikan Malaysia lewat semboyan “ Malaysia : Truly Asia “. Promosi ini digencar-gencarkan dibandara-bandara, majalah-majalah, iklaniklan televisi, serta biro-biro perjalanan wisata / travel (Luchman, 2004). Tetapi sungguh sangat disesalkan dalam mempromosikan biro-dalam mempromosikan keunikan yang ada dinegaranya, Malaysia secara sepihak mengambil atau mengklaim budaya-budaya yang berasal dari Indonesia sebagai salah satu dari kekayaan budaya Malaysia, untuk menarik wisatawan-wisatawan mancanegara. Budaya-budaya yang diklaim atau diakui Malaysia sebagai budaya yang berasal dari mereka adalah :
Universitas Sumatera Utara
a. Batik b. Alat musik tradisional Angklung c. Kesenian tradisional Reog Ponorogo d. Kesenian Wayang e. Lagu “ Rasa Sayange “ f. Tari Pendet Menurut A.J Nerwal,
wisatawan adalah seorang yang memasuki wilayah
negeri asing dengan maksud dan tujuan apapun asalkan bukan untuk tinggal permanen atau untuk usaha-usaha yang teratur melintasi perbatasan dan mengeluarkan uangnya di negeri yang dikunjungi, dimana apa yang diperolehnya itu bukan suatu yang ada di daerahnya tetapi yang ada di daerah orang lain. Di Negara Indonesia sendiri pertumbuhan wisatawan mancanegara mencapai angka tertinggi di tahun 1989 (25 %), kemudian turun drastis mencapai pertumbuhan terendah pada tahun 1997 yaitu ketika terjadi kerusuhan terbesar di Indonesia. Ketakutan akan keamanan terus menggerogoti angka kunjungan pada tahun-tahun berikutnya dimana tahun 1998 pertumbuhan tercatat – 11, 16 %. Konflik horizontal yang terjadi di Ambon dan Poso dan dampak dari aksi terorisme juga menjadi penentu keberhasilan
industri wisata suatu
kawasan, wisatawan harus mendapatkan
kenyamanan dan jaminan keamanan.
Universitas Sumatera Utara
Keterpurukan industri wisata Indonesia setelah kerusuhan tahun 1998 semakin parah ketika kasus teror Bom Bali I yang menelan ratusan korban jiwa yang sebagian besar korbannya adalah wisatawan asing/mancanegara. Setahun kemudian daerahdaerah wisata di Indonesia semakin sepi dari kunjungan wisatawan-wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Berlanjutnya teror-teror bom seperti bom Marriot I, bom Kedubes Australia, bom Bali II, dan baru-baru yang terjadi terakhir kali adalah bom Kuningan (Marriot dan Ritzh Charlton)semakin meyakinkan negara-negara luar terutama negara-negara Barat untuk mengeluarkan “travel warning”
bagi warganya untuk berwisata ke
Indonesia, mengingat sasaran teroris adalah orang-orang barat. Di Negara Indonesia sendiri konsep formal pariwisata tercantum dalam pasal I Instruksi Presiden No 9. Tahun 1990 tentang kepariwisataan. Dalam pasal tersebut dirumuskan bahwa ruang lingkup pariwisata adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan promosi, perjalanan dengan fasilitas lainnya yang diperlukan oleh para wisatawan. Indonesia dikenal sebagai negara yang kekayaan sumber daya alam hayati terutama dalam hal keanekaragaman flora, fauna dan tipe-tipe ekosistem yang semua ini mempunyai potensi yang sangat besar untuk dapat dimanfaatkan dalam mewujudkan kemakmuran masyarakat (BKSDA – I, 2006 : 1)
Universitas Sumatera Utara
Keanekaragaman yang tinggi mempunyai arti penting dalam bidang ekonomi, terutama untuk kebutuhan bahan pangan, obat-obatan, kosmetika dan pengembangan wisata yang berbasis alam; hutan, laut dan matahari. Potensi ekonomi dari kekayaan alam kita ini, tak dapat kita raih dimasa datang jika erosi keanekaragaman hayati, dari segi ekosistem, spesies maupun genetic terus terjadi akibat exploitasi yang berlebih dan adanya pemanasan global dan perubahan iklim. Dari dunia timur maupun barat telah banyak mengunjungi Indonesia. Dalam melakukan perjalanan tersebut merupakan awal perjalanan dari ekowisata. Wisata ini tidak hanya sekedar untuk melakukan pengamatan burung, penelusuran jejak hutan belantara, tetapi telah terkait dengan konsep pelestarian hutan dan pengembangan penduduk lokal. Ekowisata ini kemudian merupakan suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan terhadap lingkungan ekonomi dan sosial serta memanasnya suhu permukaan bumi akibat adanya pemanasan global yang semakin parah akibat adanya efek rumah kaca. Ekowisata tidak dapat dipisahkan dengan konservasi, oleh sebab itu bisa juga disebut sebagai bentuk perjalanan wisata yang bertanggungjawab. Berbeda dengan wisata konvensional, ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumber daya alam. Masyarakat ekowisata Internasional mengartikannya sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara mengkonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (dalam Anton dan Helmut 2006 : 36). Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsipprinsip konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdaya guna dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami.
Universitas Sumatera Utara
Propinsi Sumatera Utara yang dengan kekayaan alamnya yang beragam merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang banyak kita jumpai objek wisatanya, khususnya untuk kegiatan ekowisata, yang diantaranya bisa kita temukan di daerah Kabupaten Deli Serdang (terutama daerah wisata alam Sibolangit) di daerah Kabupaten Langkat (daerah wisata Bukit Lawang), Kabupaten Dairi dan Kabupaten Karo dan yang lainnya, hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini. : Tabel berikut akan memberikan gambaran lokasi-lokasi wisata alam yang ada di Sumatera Utara : NO
Taman Wisata
1
Cagar Alam Sibolangit (Deli Serdang)
2
Suaka Margasatwa Karang Gading (Langkat Timur)
3
Taman Wisata Alam Sibolangit (Deli Serdang)
4
Suaka Margasatwa Siranggas (Dairi) Taman wisata alam Lau Debu-debu (Tanah Karo)
5
6 7
Areal 242 Aras Napal (Langkat) Taman Wisata Alam DalengLancuk (Kabupaten Karo)
Objek Wisata 1.1 Pemandangan alam pesisir timur Sumatera Utara 1.2 Karantina Orang Utan 2.1 Pemandangan laut lepas pantai Selat Malaka 2.2 Berbagai lokasi memancing ikan laut. 3.1 Koleksi Jenis Pohon dalam dan luar negeri 3.2 Sarana pengenalan penelitian jenis pohon 4.1 Habitat satwa yakni Harimau Sumatera, Rusa, kancil dan sebagainya 5.1 Pemandian air panas 5.2 Tempat-tempat suci bagi penganut kepercayaan Pemena 6.1 Unit patroli gajah 6.2 Pemandian Air pegunungan 7.1 Danau Lau Kawar untuk lokasi perkemahan 7.2 Gunung Sinabung
Sumber : Balai Konservasi Sumber Daya Alam- 1 Sumatera Utara 2003.
Universitas Sumatera Utara
Demikian juga dengan Taman Wisata Alam Sibolangit (Luas + 24,85 Ha) sebagai objek penulis. Tanaman Wisata Alam Sibolangit terletak di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang atau tepatnya di Sibolangit Camp Area (Area kemping Sibolangit). Penulis memilih lokasi ini sebagai objek penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran alasan para wisatawan memilih lokasi ini sebagai lokasi tempat wisata berkemah serta aktivitas kesehariannya ketika berkemah dan ingin melihat peran-peran institusi terhadap kawasan wisata Taman Wisata Alam Sibolangit. Hampir setiap hari Taman Wisata Alam Sibolangit selalu dikunjungin oleh para wisatawan terutama yang berasal dari kota Medan ataupun dari Tanah Karo, tetapi ada juga yang berasal dari Tanjung Balai, Pematang Siantar, Langkat dan daerah-daerah lain yang ada di kawasan Sumatera Utara, juga turis mancanegara ada yang datang ke tempat ini. Memang tidak heran jika para wisatawan yang datang ketempat ini dikarenakan Taman Wisata Sibolangit juga merupakan tempat atau pusat kegiatan Pramuka, hampir setiap bulan ada saja kegiatan Pramuka dikarenakan kawasan Sibolangit adalah tempat Jambore di Sumatera Utara, bahkan pada tahun 1977 Sibolangit pernah menjadi tuan rumah penyelenggaraan Jambore Nasional yang dilaksanakan pada tanggal 1-20Juli 1977, dan didalam Taman Wisata Alam Sibolangit ini juga terdapat kekayaan alam yang sangat indah dan unik yaitu Air Terjun Dwi Warnanya.
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan wisata ini didorong oleh semakin banyaknya para Pecinta Alam (Nature Lovers). Walaupun pada kenyataannya sangat sulit didefinisikan “Pecinta Alam” para kelompok ini telah menyumbangkan jasa besar bagi pembukaaan daerahdaerah baru bagi tujuan wisata, terutama
pada ekosistem hutan tropik dengan
kekayaan hayatinya yang khas. Sangat disayangkan beberapa “Pecinta Alam” menyumbangkan peran besar bagi menurunnya nilai-nilai, situs-situs atau monument alam dengan cara mencoret-coret dan mengotori komponen-komponen seperti bebatuan, tebing, kayu, dan lain-lain. Selain itu, pengunjung sering memasuki destinasi wisata dengan membawa makanan yang dikemas dalam berbagai produk dan bentuk. Bahan-bahan pengemas yang tidak dapat terdegradasi dan beracun seperti palstik, ataupun botol gelas. Bahanbahan tersebut secara ekologis tidak akan mampu dicerna dan dihancurkan oleh organisme-organisme pengurai dan akibatnya limbah tersebut terakumulasi di lingkungan tanpa dapat diuraikan (Nebel dan Wright, 2000). Kejadian seperti yang disebutkan di atas juga terjadi di Taman Wisata Alam Sibolangit, bisa dilihat banyak orang yang datang ke taman tersebut membuang sampah secara sembarangan, mangambil tanaman-tanaman di hutan seperti jamur, dan tanaman-tanaman lainnya yang dijadikan oleh mereka oleh-oleh perjalanan mereka, bahkan ada beberapa yang menjual sebagai hiasan. Juga tidak jarang mereka membuat “prasasti-prasasti” dibebatuan, pohon-pohon dan sebagainya sehingga mengotori komponen-komponen alam tersebut.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Perumusan Masalah Beradasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah penelitian ini dapat diperjelas dengan pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana aktivitas pengunjung yang kemping (berkemah) di Taman Wisata Alam Sibolangit ? 2. Apakah yang menjadi alasan wisatawan memilih Taman Wisata ini sebagai tempat perjalanan wisata alam mereka ? 3. Bagaimana strategi pengelolaan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah masyarakat setempat, serta wisatawan yang terkait dalam pelayanan kegiatan kepariwisataan tanpa melupakan kelestarian lingkungan ?
1.3. Lokasi Penelitian Daerah lokasi penelitian penulis memilih lokasi Taman Wisata Alam Sibolangit dengan fokus penelitian di Kawasan Kemping Sibolangit dengan : Air Terjun Dua Warna, Jagawana Atas, DAM, Pintau, Sinembah Dll. Taman Wisata Alam ini dikelilingi hutan lindung dengan desa yang terdekat adalah Desa Bandar Baru, kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan untuk mendapatkan gambaran apa-apa saja kegiatan orang-orang yang berkemah dan mengapa mereka memilih tempat ini sebagai tempat yang cocok untuk kegiatan berkemah, dan alasan wisatawan memilih tempat ini sebagai tempat tujuan mereka untuk berwisata.
Universitas Sumatera Utara
Serta ingin mengetahui strategi pengelolaan yang dilakukan oleh Pemerinta Daerah, masyarakat, dan wisatawan
yang terkait dalam pelayanan kegiatan
pariwisata. Adapun manfaat penelitian dari hasil penelitian ini untuk menambah referensi dibidang antropologi, menambah wawasan
dan sebagai acuan untuk penelitian-
penelitian selanjutnya.
1.5. Tinjauan Pustaka Konsep ekoturisme merupakan suatu konsep yang akhir-akhir ini gencar dibicarakan baik dalam seminar, maupun lokakarya. Konsep ini diisukan mempunyai peran ganda yaitu disatu pihak mampu melestarikan sumber daya alam dan dipihak lain mampu meningkatkan devisa negara dan pendapatan masyarakat disekitar kawasan. Istilah ekoturisme muncul akibat semakin terancam punahnya sumber daya alam hayati yang dapat mengancam kehidupan manusia (Mangarah, 1992). Ekoturisme diartikan sebagai suatu perjalanan yang bersahabat dengan lingkungan alam, tidak mengganggu alam, sekalipun tujuan perjalanan itu menikmati pemandangan alam, dan pepohonan, yang alami, udara yang segar, kebudayaan masyarakat sekitarnya,, menikmati flora dan fauna, yang ada dilingkungan tersebut. Menurut Mardjuka, (1995:22) ekoturisme meliputi semua kegiatan yang harus diperhatikan dan berwawasan akrab dengan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
Hal serupa juga diungkapkan oleh Elisabeth Boo, seorang pakar wisata Ecotourism dari WWF (World Wildlife Foundation)dalam bukunya yang berjudul The Potential and Pitfall (1990) dengan mengutip pandangan Nector Celballos Las Curain dari IUONR (International Union For Conservation of Nation Resources). Berpandangan bahwa : •
Ecoturism is defined as traveling to relatively undisturbed or uncontaminated nature areas with the specific objectives of studying, admiring, and enjoying the scenary and its wild plant and animal, as well existing cultural. Mengandung arti bahwa ekoturisme dapat didefenisikan sebagai suatu
kunjungan kesuatu daerah yang tidak merusak alam dan tidak mencemari kealamiahan lingkungan dengan tujuan study, mengagumi alam atau menikmati pemandangan pegunungan dan pepohonan yang ada dipuncak bukit, serta berbagai jenis hewan, maupun kebudayaan yang ada didalmnya. Pariwisata berasal dari dua kata, yakni Pari dan Wisata. Pari dapat diartikan sebagai banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Sedangkan wisata dapat diartikan sebagai perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata ”travel” dalam bahasa Inggris. Atas dasar itu, maka kata ”Pariwisata” dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan ”Tour”. (Yoeti, 1991:103), sedangkan menurut RG. Soekadijo (1997:8), pariwisata ialah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu objek wisata ekoturisme yang terpenting adalah hutan. Hutan merupakan ekosistem atau kekayaan alam yang mempunyai jasa ekonomi maupun biologi. Di bidang ekonomi, hutan dapat diolah masyarakat untuk berbagai kebutuhan seperti kayu bakar, papan, obat-obatan, dan pemukiman. Dibidang biologi hutan menjamin kelangsungan hidup hayati dan pemeliharaan tanah. Dari segi ekologi hutan terdiri dari berbagai tumbuhan atau vegetasi yang berinteraksi dengan semua factor lingkungan. Hal ini sejalan dengan fungsi hutan sebagi taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata, taman buru, hutan lindung dan lain-lain. (Khoyat, 1995 : 20). Bahkan fungsi ekoturisme menarik dan sejalan dengan gerkan hijau yang memperjuangkan pembangunan yang berkelanjutan. Oleh sebab itu hutan merupakan objek yang terpenting bagi ekoturisme,(Wirawan : skripsi, 2007) . Pohon-pohon yang ada di dalam hutan sangat penting dalam usaha menstabilkan kesuburan tanah. Misalnya hutan-hutan di sepanjang Bukit Barisan merupakan mata rantai utama yang menghubungkan musim hujan dengan kelangsungan hidup. Secara tidak langsung tanah-tanah di tebing-tebing sangat mudah laongsor apabila semua pohon sudah habis dan dapat membahayakan masyarakat di sekitar lingkungan tersebut. Gangguan-gangguan hidroliks berupa banjir, maupun kurangnya debit air yang mengalir pada musim kemarau didaerah yang pohon-pohonnya sudah habis ditebang. Hal ini sesuai dengan UU No 32 tahun 2009 beberapa point penting dalam UU No 32 tahun 2009 adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Keutuhan unsur-unsur pengelolaan lingkungan hidup. 2. Kejelasan kewenangan antara pusat dan daerah. 3. Penguatan pada upaya pengendalian lingkungan hidup 4. Penguatan instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, yang meliputi instrumen kajian lingkungan hidup strategis, tata ruang, baku mutu lingkungan hidup, kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, amdal, upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup, perizinan, instrumen ekonomi lingkungan hidup, peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup. 5. Pendayagunaan perizinan sebagai instrumen pengendalian; 6. Pendayagunaan pendekatan ekosistem; 7. Kepastian dalam merespons dan mengantisipasi perkembangan lingkungan 8. Penguatan demokrasi lingkungan melalui akses informasi, akses partisipasi dan akses keadilan serta penguatan hak-hak masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; 9. Penegakan hukum perdata, administrasi, dan pidana secara lebih jelas; 10. Penguatan kelembagaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang lebih efektif dan responsif 11. Penguatan kewenangan pejabat pengawas lingkungan hidup dan penyidik pegawai negeri sipil lingkungan hidup.
Universitas Sumatera Utara
Pemulihan sumber daya hutan dan bukan hanya bersifat ekstraktif semata tanpa memperhatikan dampak yang akan ditimbulkan akibat adanya eksploitasi hutan. Pemanfaatan hutan sebagai tempat tujuan wisata sendiri harus memeperhatikan usaha atau penanggulangan dampak penting yang negatif yang bersumber kepada : teknologi yang dipakai, ukuran ekonomi dan pilihan lembaga yang mengelola. Dari ketiganya aspek teknologi yang harus diwaspadai, sebab dampak lingkungan akan hanya mungkin dilakukan dengan menggunakan metedologi/teknologi yang tepat guna
(Mardjuka,1995 : 22). Khusus untuk kegiatan kepariwisataan, pemerintah
berdasarkan Undang-undang konservasi dapat memberikan izin hak pengusahannya pada zona kawasan pemanfaatan di Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam dengan mengikutsertakan masyarakat. Kegiatan pengusahaan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan dan devisa negara serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. (Zain, 1995 : 28-30).Pengelolaan hutan agar hutan wisata itu lestari, maka pihak yang diberi wewenang, bekerjasama dengan masyarakat dan tidak menyampingkan kearifan lokal. Seperti yang terdapat pada hutan wisata Kera Sangeh, di Bali, dimana hutan tersebut dapat lestari karena pengelolaannya yang mengikutsertakan masyarakat adat setempat, di samping itu masyarakat di sekitar hutan tersebut mampu meningkatkan pendapatan mereka melalui arus pariwisata yang berkunjung untuk menikmati hutan itu. (Atmaja dalam Mangarah, 1997 : 26).
Universitas Sumatera Utara
Kawasan Konservasi didefinisikan sebagai kawasan yang dilindungi karena ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh kawasan tersebut cirri-ciri tersebut antara lain : (Mac Kinnon et.al dalam Chafid Fandelli 2000) •
Keunikan ekosistemnya, misalnya terdapat faunistik yang khas di pulau Sulawesi antara garis abstrak Wallace dan Weber.
•
Adanya sumber daya fauna yang telah terancam kepunahan, misalnya Badak Jawa bercula satu, di Ujung Kulon, Banteng di Baluran dan Jalak di Bali Barat.
•
Keanekaragaman baik jenis flora dan faunanya, misalnya Kawasan Gunung Gede Pangrango.
•
Panorama atau ciri Geofisik yang memiliki nilai esteitik.
•
Karena fungsi Hidro-logi kawasan untuk pengaturan air, erosi dan kesuburan tanah. Didalam UU No 5 tahun 1990 disebutkan dua kategori kawasan konservasi
yaitu : 1. Kawasan Suaka Alam yang terdiri atas Cagar Alam, dan Suaka Margasatwa. Memiliki khas baik didarat maupun diperairan sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. 2. Kawasan Pelestarian alam yang terdiri atas Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. Begitu juga dengan Taman Wisata Alam Sibolangit memiliki ciri-ciri tersebut, sehingga kawasan ini termasuk sebagai kawasan konservasi.
Universitas Sumatera Utara
Mengingat Cagar Alam ini kaya akan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan (flora) yang bukan hanya sekedar untuk koleksi, melainkan juga memberikan juga memberikan kontribusi yang sangat penting bagi keperluan ilmu pengetahuan dan pendidikan(sebagai laboratorium alam) serta pengembangan pariwisata (rekreasi), maka pada tahun 1980 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 636/Kpts/Um/9/1980 sebagai Cagar Alam Sibolangit (seluas 24,85 Ha) dialih fungsikan menjadi kawasan Taman Wisata Sibolangit. Menurut Van Lavieren dalam Chafid Fandelli (2000 : 78). Pelayanan yang perlu dilakukan agar pengunjung merasa puas adalah : 1. Adananya pintu gerbang masuk 2. Pusat informasi 3. Kantor pengelola 4. Fasilitas kemudahan pengunjung, Telekomunikasi, Restorasi, Penginapan(jika perlu)kebersihan laingkungan, dan MCK. 5. Fasilitas rekreasi, olahraga, tempat bermain, shelter peristirahatan 6. Rambu-rambu penting bagi pengunjung 7. Jalan-jalan dan kawasan pariwisata alam, lokasi-lokasi berkemah. Berdasarkan keterangan yang tersebut semuanya tersedia di dalam kawasan Taman Wisata Alam Sibolangit sehingga mempermudah pengunjung untuk menikmati wisata alam mereka.Satu hal yang tidak boleh diabaikan terutama dalam kaitannya dengan ekowisata adalah pelestarian lingkungan dan penghargaan atas budaya setempat. Dalam konteks ini wisatawan dapat diajak untuk mengunjungi bahkan terlibat dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat setempat, seperti memancing, menumbuk padi, atau membuat barang-barang kerajinan.
Universitas Sumatera Utara
Aspek pelestarian lingkungan dan penghargaan atas budaya setempat yang terjadi merupakan bagian dari dampak ekonomi. Dengan adanya kunjungan wisata dan masukkan unsur pemberdayaan yang tepat, maka pola-pola perilaku seperti penebangan hutan secara liar, perburuan hewan langka, dan pertambangan liar dapat direduksi, sederhananya pola pencarian dapat beralih kesektor wisata yang lebih menguntungkan dan ramah lingkungan (http : // www.pnm.co.id).
1.6. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Menurut Hadari Nawawi metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemencahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat, dan lainlainpada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian
ini
merupakan
penelitian
yang
bersifat
deskriptif
untuk
mengumpulkan data dan informasi kualitatif, dan menjelaskan secara terperinci mengenai alasan mengapa banyak orang yang memilih taman wisata ini sebagai tempat yang tepat untuk berwisata mereka dan bagaimana pemerintah serta masyarakat setempat dalam mengelola taman wisata alam ini.
Universitas Sumatera Utara
2. Teknik Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan maka penulis melakukan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan ketika peneliti melakukan observasi partisipasi di lapangan adalah dengan menggunakan metode wawancara dan observasi partisipasi. Wawancara mendalam (depth interview) kepada beberapa informan dengan menggunakan alat bantu pedoman wawancara (interview guide) yang berhubungan dengan masalah penelitian. Wawancara mendalam dimaksudkan untuk memperoleh sebanyak mungkin data-data mengenai alasan para wisatwan, memilih tempat ini sebagai tempat berwisata, dan untuk mengetahui alasan para pengunjung berkemah (kemping)di Taman Wisata Sibolangit. Informan dalam penelitian ini adalah penduduk yang di sekitar desa Bandar Baru namun di sini peneliti mengadakan pengkategorisasikan informan menjadi informan pangkal, informan kunci dan informan biasa. 1. Informan pangkal dalam penelitian ini adalah ranger (pemandu), orang yang kemping, wisatawan yang berkunjung karena peneliti beranggapan bahwa ranger,orang yang kemping dan wisatawan tersebut mengetahui siapa-siapa saja yang diwawancara untuk mendapatkan informasi. 2. Infroman kunci merupakan seseorang yang mengetahui tentang unsur-unsur kebudayaan yang diketahui. Dalam penelitian ini informan kunci adalah Kepala Ranger, Kepala Desa dan tokoh-tokoh masyarakat 3. Selain informan pangkal dan informan kunci penlitian ini dibutuhklan informan biasa. Informan biasa dapat diambil dari para wisatawan yang berkunjung dan juga yang melakukan kemah di Taman Wisata ini serta para ranger dan masyarakat yang tinggal disekitar kawasan Taman Wisata ini serta
Universitas Sumatera Utara
Tokoh-tokoh masyarakat Informan ini dibutuhkan untuk mendapatkan informasi mengenai Taman Wisata Sibolangit ini. Selain
wawancara
penelitian
ini
juga
menggunakan
observasi
(pengamatan). Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhdap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observer berada bersama objek yang diselidiki, disebut observasi langsung. Observasi yang dilakukan adalah observasi partisipasi yaitu peneliti ikut dalam kegiatan
kemping di taman tersebut untuk mendapatkan bagaimana aktivitas
pengunjung yang berkemah di Taman Wisata Alam Sibolangit Sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa yang akan diselidiki misalnya peristiwa tersebut diamati
melalui
pemutaran
film,
rangkaian
slide
atau
rangkaian
foto.
(Rachman, 1999 : 77).
1.7. Analisis Data Analisis data merupakan proses mengatur, mengurutkan, dan mengelompokkan memberi kode, dan mengkatagorikannya. Dalam penelitian ini data-data yang sudah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif. Proses analisis data dimulai dengan menealah seluruh data yang tersedia dati berbagai sumber yaitu wawancara dan observasi. Tahap akhir dalam penelitian ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Kemudian tahap penapsiran data diakhiri dengan penulisan laporan deskriptif.
Universitas Sumatera Utara