BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam pendidikan, konselor sekolah sebagai individu yang tidak diharapkan untuk bertindak sebagai hakim atau penilai. Konselor berbeda dengan guru, pengurus sekolah dan orangtua dalam tugasnya di sekolah. Konselor tidak bertanggung jawab seperti guru untuk memastikan bahwa mencapai dalam bidang akademik. Olehkarena itu konselor mampu untuk mengadakan hubungan yang harmonis sehingga tercapai pertumbuhan dan perkembangan pelajar. Bimbingan dan konseling ada untuk menolong pelajar memahami berbagai pengalaman sendiri, betapa dalam dan luasnya pengalaman itu, peluang yang ada serta pilihan yang terbuka untuk mereka, dengan menolong mereka mengenal, membuat interpretasi dan bertindak terhadap kekuatan sendiri dan sumber diri mereka yang bertujuan untuk mempercepat perkembangan diri pelajar (Abu Bakar, 2010 : 8). Permasalahan yang dialami para siswa disekolah seringkali tidak dapat dihindari meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini terlebih-lebih lagi disebabkan karena sumber permasalahan siswa banyak yang terletak diluar sekolah. Dalam kaitan itu permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja. Apabila misi sekolah adalah menyediakan pelayanan yang luas untuk secara efektif membantu siswa mencapai tujuan-tujuan perkembangan dan mengatasi permasalahannya, maka segenap kegiatan dan kemudahan yang di selenggarakan sekolah
perlu diarahkan kesana. Disinilah dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan
konseling disamping kegiatan pengajaran. Pengorganisasian program layanan bimbingan dan konseling disekolah adalah upaya melibatkan orang-orang ke dalam organisasi bimbingan dan konseling serta upaya melakukan pembagian kerja diantara anggota organisasi bimbingan dan konseling disekolah. Adapun tugas personel sekolah yang berkaitan dengan layanan bimbingan dan konseling disekolah yaitu, kepala sekolah sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan di sekolah, wakil kepala sekolah yang membantu kepala sekolah membantu
mengkoordinasikan pelaksanaan
bimbingan dan konseling kepada semua personel sekolah, koordinator guru pembimbing / konselor yaitu mengkoordinasi para guru pembimbing dalam memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling, guru pembimbing / konselor memasyarakatkan kegiatan bimbingan dan konseling, staf administrasi yaitu untuk konseling
personel yang memiliki tugas
bimbingan dan konseling khusus , diantaranya membantu guru pembimbing dan koordinator dalam mengadministrasikan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling, guru mata pelajaran adalah personel yang sangat penting dalam melakukan kerja sama dengan guru pembimbing, dan yang terakhir adalah wali kelas sebagai mitra kerja konselor
yang membantu guru
pembimbing melaksanakan layanan yang menjadi tanggung jawabnya (Abu Bakar, 2010: 60). Tugas guru disekolah banyak sekali. Ia harus membuat perencanaan pengajaran yang sistematis, terinci untuk setiap pelajaran yang ia berikan. Berdasarkan perencanaan tersebut guru melaksanakan pengajaran dan membuat evaluasi atas proses dan hasil pengajaran yang telah dilaksanakan. Di dalam pelaksanaan pengajaran, tugas guru bukan hanya memberikan pengajaran, tetapi juga harus memberikan bimbingan belajar kepada para siswa yang lambat agar perkembangannya sejajar dengan yang lain. Yang normal dan cepat belajar pun tetap memerlukan bimbingan dari guru agar ia mencapai perkembangan yang sesuai dengan kemampuannya (Nana Syaodih, 2004: 241). Seorang peserta didik yang melanggar tata tertib dapat ditindak oleh semua guru/petugas lain, guru piket, wali kelas bahkan langsung oleh kepala sekolah. Tindakan tersebut diinformasikan kepada wali kelas yang bersangkutan (dengan menggunakan kartu komunikasi). Sementara itu guru pembimbing berperan dalam mengetahui sebab-sebab yang melatar belakangi sikap dan tindakan peserta didik tersebut. Dalam hal ini guru pembimbing bertugas membantu menangani masalah peserta didik tersebut dengan meneliti latar belakang tindakan peserta didik melalui serangkaian wawancara dan informasi dari sejumlah sumber data, setelah wali kelas merekomendasikannya. Wali kelas memiliki tugas dalam bimbingan dan konseling yaitu membantu guru pembimbing melaksanakan layanan
yang menjadi tanggung jawabnya, membantu
memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa mengikuti khususnya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya untuk mengikuti layanan bimbingan dan konseling, memberikan
informasi tentang siswa di kelasnya untuk memperoleh layanan bimbingan dari guru pembimbing, menginformasikan kepada guru mata pelajaran tentang siswa yang perlu mendapat perhatian khusus, ikut serta dalam konferensi kasus (Abu Bakar, 2010: 60 ). Kegiatan bimbingan konseling di sekolah belum berjalan dengan mestinya, kegiatan yang dilaksanakan belum nampak secara nyata, hanya sekadar tulisan saja. Guru pembimbing pun belum seutuhnya mengetahui ruang lingkup bimbingan konseling. Pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah seharusnya berjalan sesuai yang tertera dalam program BK, dan dilaksanakan dengan bantuan atau partisipasi oleh personel sekolah lainnya, misalnya guru kelas, guru bidang studi, bahkan kepala sekolah itu sendiri, tanpa partisipasi guru-guru yang lainnya pelaksanaan kegiatan bimbingan konseling kurang terlaksana. Walaupun guru berpartisipasi tapi masih timbul persepsi-persepsi positif dan negatif dari guru-guru yang lain termasuk guru bidang studi. Persepsi negatif inilah yang akan diluruskan sehingga persepsi guru bidang studi positif dan meningkatkan partisipasi guru bidang studi juga. Masih belum ada kesepakatan semua pihak , maka dapat dimengerti kalau sampai sekarang masih banyak kesalahpahaman dalam bidang Kesalahpahaman seperti itu lebih mungkin terjadi
bimbingan dan konseling itu.
mengingat pelayanan bimbingan dan
konseling dalam waktu yang relatif tidak begitu lama telah tersebar luas, terutama kesekolahsekolah , di seluruh pelosok tanah air. Bidang bimbingan konseling yang telah tersebar luas itu digeluti oleh berbagai pihak dengan latar belakang yang sangat bervariasi.sebagian besar diantara mereka tidak memiliki latar belakang pendidikan bidang bimbingan dan konseling. Berdasarkan pengalaman yang penulis lalui sendiri waktu melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL), sangat terlihat kurang terbinanya hubungan kerjasama antara guru bidang studi dengan guru bimbingan dan konseling dalam menghadapi masalah siswa, hal ini berdampak terhadap diri siswa itu sendiri, yakni siswa tidak menemukan seseorang yang tepat dalam membantu dirinya menyelesaikan masalahnya. Guru bimbingan dan konseling kurang mendapat partisipasi atau dukungan dari guru bidang studi sehingga setiap kali melayani anak didik yang sedang bermasalah, maka guru bimbingan dan konseling selalu merasa kesulitan. Ditambah lagi persepsi guru bidang studi yang negatif terhadap bimbingan dan konseling
Berdasarkan latar belakang diatas serta fenomena yang terjadi dilapangan, maka penulis menganggap penting untuk mengadakan sebuah penelitian dengan judul “Hubungan Persepsi dengan Partisipasi Guru Bidang Studi Terhadap Pelaksanaan Program Layanan Bimbingan dan Konseling Di SMP Negeri 1 Panyabungan Selatan”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Kurang pentingnya kegitan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. 2. Timbulnya persepsi guru bidang studi dalam pelaksanaan kegiatan Bimbingan dan Konseling. 3. Kurangnya partisipasi yang diberikan guru bidang studi terhadap pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. 4. Sejauh mana guru dapat membantu kegiatan Bimbingan dan Konseling di sekolah.
C. Pembatasan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka peneliti membatasi masalah yang berhubungan dengan persepsi dan partisipasi guru bidang studi dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.
D. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain adalah: 1. Bagaimana gambaran persepsi guru bidang studi terhadap pelaksanaan kegiatan Bimbingan dan Konseling di sekolah. 2. Bagaimana gambaran partisipasi guru bidang studi tentang kegiatan Bimbingan dan Konseling di sekolah. 3. Bagaimana hubungan persepsi dengan partisipasi guru bidang studi terhadap pelaksanaan kegiatan Bimbingan dan Konseling di sekolah.
E. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui persepsi guru bidang studi di SMP Negeri I Panyabungan Selatan.
2. Untuk mengetahui gambaran partisipasi guru bidang studi dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri I Panyabungan Selatan. 3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan persepsi dengan partisipasi guru bidang studi di SMP Negeri I Panyabungan Selatan.
F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini antara lain : 1. Bagi guru BK manfaatnya untuk mengetahui persepsi dan partisipasi guru bidang studi dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling di sekolah. 2. Bagi guru bidang studi, manfaatnya untuk mengetahui gambaran positif dari kegiatan bimbingan konseling di sekolah. 3. Sebagai satu usaha meningkatkan hasil-hasil penelitian tentang bimbingan dan konseling.