1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah salah satu pranata sosial yang memiliki tugas khusus untuk menyelenggarakan pendidikan. Sekolah Dasar merupakan tempat paling dasar sebagai pencetak generasi penerus bangsa. Tanggung jawab tugas seorang Guru SD terhadap anak didiknya lebih berat dibanding dengan guru jenjang selanjutnya, dimana guru SD adalah orang yang sangat berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, mampu bersaing dan ber akhlak mulia. M.J. Langeveld (Syaripudin dan Kurniasih, 2008 : 5) mengemukakan “pendidikan dalam artinya yang hakiki, ialah pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa”. Maka pendidikan tidak dapat berjalan jika pemberi bimbingan dan penerima bimbingan sama-sama orang yang belum dewasa. Pada usia anak SD cara berpikir mereka belum formal bahkan pada kelas rendah cara berpikir mereka masih berada dalam tahapan (pra konkret). Menurut penelitian yang di lakukan oleh Peaget dan teman-temannya ( dalam Karso dkk, 2007 : 1.5) menunjukkan bahwa anak tidak bertindak dan berpikir sama seperti orang dewasa. Lebih-lebih pada pembelajaran matematika di SD, sesuatu yang abstrak dapat saja di pandang sederhana menurut kita yang sudah formal, namun dapat saja menjadi sesuatu yang sulit dimegerti oleh anak yang belum formal. Mempelajari Matematika berarti belajar mengemukakan, merumuskan, menentukan hubungan antara konsep-konsep , menyusunnya dalam suatu Liena Sartika, 2014 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
struktur, mengembangkannnya dan menggunakannya dalam menyelesaikan masalah, baik masalah dalam matematika itu sendiri maupun masalah dalam ilmu lain, termasuk masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pemahan konsep matematika merupakan kemampuan yang dimiliki anak untuk dapat menggungkapkan kembali apa yang telah dia pahami dan dapat menyelesaikan semua masalah dengan benar. (Depdiknas, 2003: 2) [online] mengungkapkan bahwa, pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Menurut Duffin & Simpson (dalam Kesumawati, 2008) [online] pemahaman konsep sebagai kemampuan siswa untuk: (1) menjelaskan konsep, dapat di artikan siswa mampu untuk mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya. (2) menggunakan konsep pada berbagai situasi yang berbeda, (3) mengembangkan beberapa akibat dari adanya konsep, dapat diartikan bahwa siswa paham terhadap suatu konsep akibatnya siswa mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan setiap masalah dengan benar. Keberhasilan atau kegagalan pemahaman konsep yang dimiliki peserta didik tergantung dari peran Guru. Saat ini masih banyak siswa yang belum memahami konsep pembelajaran yang disampaikan guru terutama pada mata pelajaran matematika, ini terlihat dari cara siswa mengerjakan tugas dengan cara asal-asalan atau mencontek pada temannya sehingga nilai yang diperoleh siswa masih jauh di bawah KKM. Berdasarkan pengamatan peneliti,
Liena Sartika, 2014 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
rendahnya pemahaman siswa pada mata pelajaran matematika disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Dalam proses pembelajaran guru selalu mengunakan model pembelajaran yang bersifat tradisional (teacher-centered). Padahal banyak model yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif, kreatif dan menyenangkan. 2. Guru tidak mengunakan media dalam proses pembelajaran, guru hanya menjelaskan konsep dan cara penyelesaian suatu soal dipapan tulis setelah itu siswa diberikan soal untuk dikerjakan. Padahal media bisa didapat dari lingkungan sekitar kita. 3. Penjelasan yang terlalu cepat dan bahasa guru yang kurang dipahami oleh siswa, terkadang tanpa sadar guru menjelaskan materi sangat cepat dan pengunaan bahasa yang terlalu tinggi untuk anak-anak (bukan bahasa anak) yang tidak dapat dimengerti anak, sehingga tidak adanya keaktifan dan kreatifitas siswa dalam belajar (kurang antusia), siswa merasa jenuh dan merasa ruwet dengan pelajaran matematika yang disampaikan guru. 4. Siswa kurang tertarik dengan pembelajaran yang diberikan oleh guru karena siswa tidak ikut terlibat langsung dalam pembelajaran, informasi hanya bersumber dari guru dan siswa hanya menjadi pendengar. 5. Anak tidak hafal perkalian sehingga menyulitkan anak dalam melakukan pembagian. 6. Siswa diarahkan pada kemampuan cara menggunakan rumus, menghafal rumus, matematika hanya untuk mengerjakan soal, jarang diajarkan untuk menganalisis dan menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Liena Sartika, 2014 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
Lemahnya guru dalam memanfaatkan dan meciptakan media akan mempersulit siswa dalam memahami materi yang disampaikan guru. Pemilihan model pembelajaran dan media yang tepat sangat mempengaruhi keberhasilan siswa untuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Penggunaan model pembelajaran dan media
yang tepat
sangat
mempengaruhi pemahaman siswa terhadap apa yang akan disampaikan oleh pendidik, dimana peserta didik akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Untuk itu guru hendaknya dapat terus meningkatkan kemampuaan profesionalnya termasuk juga meningkatkan kemampuan memanfaatkan media pembelajaran yang ada baik yang telah tersedia maupun yang berasal dari alam serta mampu mengembang (memilih) model pembelajaran
yang
sesuai
dengan
materi
yang
akan
disampaikan.
Mengemaskan pembelajaran menjadi menarik tidak cukup sulit, guru hanya dituntut lebih kreatif. Pembelajaran yang tadinya bersifat tradisional (berpusat pada guru) diganti dengan belajar sambil bermain dengan media belajar yang sederhana yang dapat dibuat oleh guru. Berdasarkan observasi awal pada pembelajaraan
Matematika di SD
Negeri 1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor menunjukkan pemahaman konsep siswa terhadap pembelajaran Matematika pada materi Pecahan desimal masih rendah, ini terlihat dari data hasil belajar siswa yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1.1 Rekap hasil Tes Formatif Pada Mata Pelajaran Matematika Perolehan Skor
Jumlah Siswa
Liena Sartika, 2014 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
85-100
5
75-84
4
65-74
5
55-64
9
<55
9
Jumlah Siswa
32
KKM yang telah ditetapkan adalah 65. Data diatas menunjukkan hanya 43,8% atau 14 orang siswa yang berhasil mencapai KKM dan 56,2% atau 18 orang siswa masih berada dibawah KKM. Hal ini merupakan suatu masalah yang dianggap peneliti merupakan masalah dan perlu diatasi. Kemudian peneliti melakukan analisis untuk mengatasi penyebab rendahnya
hasil
belajar siswa pada pembelajaran matematika. Dalam proses pembelajaran sehari-hari pembelajaran yang disajikan bersifat tradisional (teacher-centered ) guru juga tidak menggunakan media pembelajaran serta siswa tidak ikut terlibat langsung dalam proses pembelajaran, sehingga siswa merasa bosan dalam proses belajar. Saat guru menjelaskan materi yang disampaikan siswa cenderung kurang tertarik untuk menyimak pembelajaran, sehingga saat diadakan evaluasi seputar materi pembelajaran masih banyak siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sebagai penanggung jawab keberhasilan belajar siswa, guru harus selalu mampu mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya ke arah yang positif, termasuk mengembangkan model pembelajaran yang bervariasi dan menarik. Agar potensi siswa dapat dikembangkan secara optimal berdasarkan Liena Sartika, 2014 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
perkembangan aspek kognitif, menurut Ebbutt dan Straker (dalam Kesumawati, 2008) [online] asumsi tentang karakteristik siswa dan implikasi terhadap pembelajaran matematika diberikan sebagai berikut: . 1. Siswa akan mempelajari matematika jika mereka mempunyai motivasi. Implikasi pandangan ini bagi guru adalah: (1) menyediakan kegiatan yang menyenangkan, (2) memperhatikan keinginan siswa. (3) membangun pengertian melalui apa yang diketahui oleh siswa, (4) menciptakan suasana kelas yang mendukung kegiatan belajar, (5) memberikan kegiatan belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, (6) memberikan kegiatan yang menantang, (7) memberikan kegiatan yang memberikan harapan keberhasilan, dan (8) menghargai setiap pencapaian siswa. 2. Siswa mempelajari matematika dengan caranya sendiri. Implikasi pandangan ini adalah (1). Siswa belajar yang berbeda dengan kecepatan yang berbeda, (2). Tiap siswa memiliki memerlukan pengalamaan sendiri yang berhubungan dengan pengalaman diwaktu lampau, (3). Tiap siswa memiliki latar belakang sosial ekonomi yang berbeda. Oleh karena itu guru perlu: (1) mengetahui kelebihan dan kekurangan para siswanya, (2) merencanakan kegiatan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, (3) membangun pengetahuan dan keterampilan siswa, baik yang dia peroleh disekolah maupun di rumah, (4) menggunakan catatan kemajuan siswa (assessment). 3. Siswa mempelajari matematika baik secara mandiri maupun melalui kerja sama dengan temannya. Implikasi pandangan ini bagi usaha guru adalah: (1) memberikan kesempatan belajar dalam kelompok untuk melatih kerjasama, (2) memberikan kesempatan belajar secara klasikal untuk memberi kesempatan saling bertukar gagasan, (3) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatannya secara mandiri., (4) Liena Sartika, 2014 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan tentang kegiatan yang akan dilakukannya, dan (5) mengajarkan bagaimana cara mempelajari matematika. 4. Siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam mempelajari matematika. Implikasi pandangan ini bagi usaha guru adalah: (1) menyediakan dan menggunakan berbagai alat peraga, (2) memberikan kesempatan belajar matematika diberbagai tempat dan keadaan, (3) memberikan kesempatan menggunakan matematika untuk berbagai keperluan, (4) mengembangkan sikap menggunakan matematika sebagai alat untuk memecahkan problematika baik disekolah maupun dirumah, menghargai sumbangan tradisi, budaya dan seni dalam pengembangan matematika, dan (6)
membantu
siswa menilai sendiri
kegiatan
matematikanya. Berdasarkan aspek kognitif yang di kemukakan oleh Ebbutt dan Straker asumsi tentang karakteristik siswa dan implikasi terhadap pembelajaran matematika maka pembelajaran Matematika disekolah sebaiknya dipelajari dengan cara meningkatkan motivasi siswa, mempelajari Matematika secara sendiri atau kerjasama dan menyediakan alat peraga. Perubahan model pembelajaran secara tradisional ke model pembelajaran kooperatif learning akan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan memicu guru manjadi fasilitator, mediator, director-motivation, dan evaluator. Pola pembelajaran tradisional (berpusat pada guru) yaitu guru adalah satu-satunya sumber belajar bagi siswa dapat diganti dengan menggunakan model belajar sambil bermain akan mendorong motivasi dan keaktifan siswa untuk terlibat langsung dalam proses belajar, dimana siswa akan lebih aktif dalam belajar dan merasa senang belajar, siswa dapat bekerjasama dengan temannya. Sehingga pemilihan model pembelajaran Liena Sartika, 2014 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
kooperatif tipe make a match dianggap cocok untuk menjadi pembelajaran yang menyenangkan yang dapat meningkatkan motivasi siswa dan melatih siswa untuk bekerjasama dengan temannya. Dimana siswa akan dilibat secara langsung dalam sebuah permainan mencari pasangan kartu, dengan begitu siswa tidak akan merasa
bosan dengan proses pembelajaran, siswa akan
merasa tertantang dalam sebuah permainan yang telah dirancang guru dan siswa akan lebih aktif untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan
(soal)
yang dihadapinya, dan diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan seharihari. Adapun kelebihan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (mencari pasangan) (dalam Juryanti, 2013) [online] adalah sebagai berikut. 1. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik. 2. Karena
ada
unsur
permainan,
maka
model
pembelajaran
ini
menyenangkan. 3. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. 4. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi. 5. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar. Oleh karena itu PTK yang kami laksanakan menggambil judul “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk meningkatkan pemahaman konsep pecahan desimal siswa”. B. Rumusan Masalah
Liena Sartika, 2014 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
Berdasarkan latar belakang masalah diatas , maka permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menerapkan
model
pembelajaran kooperatif tipe make a match dikelas IV SDN 1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor? 2. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep pecahan desimal siswa kelas IV SDN 1 Karanggan Kecamatan Gunung putri Kabupaten Bogor setelah mempraktekan pembelajaran dengan
model pembelajaran
kooperatif tipe make a match? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian tindakan kelas ini (PTK) adalah untuk mendeskripsikan: 1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. 2. Peningkatan
pemahaman konsep pecahan
desimal
siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, dan sekolah. 1. Bagi siswa Diharapkan
dapat meningkatkan pemahaman materi, dan meningkatkan
keaktifan siswa dalam proses belajar matematika sehingga pemahaman konsep matematikapun akan meningkat. 2. Bagi guru
Liena Sartika, 2014 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10
Diharapkan hasil penelitian ini guru dapat meningkatkan dan memperbaiki mutu pendidikan dikelasnya dan mampu mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses belajar dikelas. 3. Bagi sekolah Diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan dan menciptakan lembaga pendidikan yang berkualitas, meningkatkan profesionalisme guru yang akan menjadi guru-guru profesional kepercayaan masyarakat serta pemerintah. 4. Bagi Peneliti Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penelitian ulang para peneliti selanjutnya. E. Definisi Operasional Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini yang perlu dijelaskan secara operasional, yaitu: 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang mempunyai langkahlangkah sebagai berikut: a. Guru menjelaskan materi pecahan desimal b. Guru dan siswa mencoba menyelesaikan soal bersama-sama c. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok d. Guru membagikan kartu yang berisikan pertanyaan atau jawaban kepada setiap siswa e. Siswa mencari pasangan kartu
Liena Sartika, 2014 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11
f. Siswa secara berpasangan mempresentasikan hasil pekerjaan dari kartu yang dipegangnya dipapan tulis g. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang dapat menemukan pasangan kartu yang dipegangnya sebelum batas waktu yang ditentukan. 2. Pemahaman Konsep Dalam penelitian ini pemahaman konsep yang dimaksud adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal tentang konten bilangan pecahan biasa dan pecahan desimal. 3. Bilangan Pecahan Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk dengan a,b
bilangan bulat, b
0, b
1, dan FPB (a,b) = 1. Didalam
penelitian ini, yang dimaksud bilangan pecahan adalah bilangan pecahan biasa dan bilangan pecahan desimal. Bilangan pecahan biasa adalah bilangan yang dinyatakan dalam bentuk , sedangkan bilangan desimal adalah pecahan yang menggunakan koma. Sebagai contoh: 0,5. 4. Siswa Yang dimaksud siswa dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SDN 1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor. F. Hipotesis Tindakan Jika siswa memperoleh pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match maka pemahaman konsep siswa tentang pecahan desimal akan meningkat.
Liena Sartika, 2014 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu