1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan politik di masa sekarang ini, media massa memiliki peranan yang sangat vital. Media bukan saja sebagai sumber informasi politik, melainkan juga kerap menjadi faktor pendorong terjadinya perubahan politik, karena media massa memiliki kekuatan untuk membentuk budaya dan wacana politik. Pada kenyataannya sebuah berita tidak akan pernah bisa benar-benar objektif dalam proses pemuatannya. Ibnu Hamad mengatakan, hal ini disebabkan oleh dua faktor. Pertama, karena saat ini politik berada di era mediasi, yakni hampir mustahil kehidupan politik dipisahkan dari media massa. Karena para tokoh politik senantiasa berusaha menarik perhatian wartawan agar kegiatan politiknya mendapat liputan dari media massa. Kedua, peristiwa politik baik yang berupa tingkah laku atau pernyataan dari aktor politiknya itu selalu mempunyai nilai berita sekalipun peristiwa politik itu bersifat rutin. (Ibnu Hamad, 2004:1). Namun demikian, sebuah kewajiban moral bagi media massa untuk berusaha menjadi pihak yang netral dalam penyampaian ataupun pemuatan sebuah materi berita. Pengutamaan pemuatan berita salah satu pihak saja tentu akan melanggar tugas dasar sebuah media yang harus tetap netral dalam pemuatan sebuah berita. commitDengan to user kata lain, media harus bersikap
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
objektif. Kusumaningrat mengungkapkan, “Media massa memang tidak mungkin untuk bisa bersikap 100% objektif karena berita diproduksi oleh wartawan yang memiliki latar belakang berbeda-beda, namun berita yang ditulis harus diupayakan netral dan tidak memihak”. (Kusumaningrat, 2006:54). Senada dengan yang diungkapan Everette Dennis, “Jurnalisme objektif bukanlah hal yang mustahil. Misalnya dengan memisahkan fakta dan opini, memberi prinsip keseimbangan dan keadilan dan melihat peristiwa dari dua sisi”. (Everette Dennis dalam Siahaan, 2001:61). Provinsi DKI Jakarta baru saja menggelar pesta demokrasi untuk memilih gubernur dan wakil gubernur yang akan memimpin DKI Jakarta untuk periode lima tahun mendatang. Dalam PILKADA 2012 ini ada enam pasang cagub dan cawagub yang bersaing untuk menjadi gubernur baru Jakarta. Berikut seluruh nama pasangan cagub dan cawagub yang mencalonkan diri yang Peneliti himpun dari website resmi KPU Jakarta (http://www.kpujakarta.go.id) : 1. Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli. 2. Mayjen (purn) H. Hendardji Soepandji dan Ir. H. Ahmad Riza Patria, M.B.A. 3. Ir. H. Joko Widodo dan Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M. 4. Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid, M.A dan Prof. Dr. Didik Junaidi Rachbini. 5. Faisal Basri dan Biem T. Benyamin. 6. H. Alex Noerdin dan Letjen TNI (Marinir) Purn. H. Nono September 2012 silam, PILKADA untuk wilayah DKI Jakarta memasuki putaran ke-2 yang mana telah menyisihkan dua nama kandidat commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terkuat untuk bersaing memperebutkan kursi jabatan DKI 1, yakni pasangan calon gubernur Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli dan pasangan calon gubernur Joko Widodo – Basuki Tjahaja Purnama. Bagi Peneliti, ada beberapa alasan memilih tema ini untuk diteliti. Pertama, pemilihan Jokowi sebagai subjek yang diangkat dalam penelitian ini karena beliau cukup unik dan berbeda dari calon yang lain. Beliau dicalonkan oleh parpol pengusungnya PDI-P dan partai Gerindra untuk maju menjadi salah satu calon gubernur DKI ketika beliau masih aktif menjabat Walikota Solo dan masih menjalankan tugasnya. Selain masih menjabat sebagai seorang Walikota, Jokowi juga menjadi salah satu Walikota yang mempunyai trek record baik dengan kesuksesan beliau memimpin Kota Solo yang sudah hampir 2 periode ini hingga nanti tahun 2015. Nama beliau mulai diperhitungkan setelah beliau sukses merelokasi hampir 1000 pedagang kaki lima di wilayah Pasar Legi daerah Banjarsari ke pasar klithikan Semanggi nyaris tanpa bentrokan yang melibatkan petugas dan pedagang. Sehingga Peneliti beranggapan bahwa Beliau memiliki kemampuan istimewa dalam memimpin suatu wilayah. Alasan yang kedua, pemilihan tanggal 12 Juli – 30 September 2012 karena ini merupakan periode dilaksanakannya Pilgub DKI putaran final atau putaran kedua yang akan menentukan siapa diantara Fauzi Bowo atau Joko Widodo yang menjadi Gubernur baru DKI Jakarta nanti. commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Alasan ketiga, saat ini (2011), Harian Kompas Cetak (bukan versi digital) memiliki sirkulasi oplah rata-rata 500 ribu eksemplar per hari, dengan rata-rata jumlah pembaca mencapai 1.850.000 orang per hari yang terdistribusi ke seluruh wilayah Indonesia. Dengan oplah rata-rata 500 ribu eksemplar setiap hari dan mencapai 600 ribu eksemplar untuk edisi Minggu, Kompas tidak hanya merupakan koran dengan oplah terbesar di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kompas_(surat_kabar)#Oplah_dan_Pembaca). Dengan jumlah oplah sebesar itu, pastilah Kompas memiliki kredibilitas yang tidak perlu dipertanyakan lagi dan benar-benar menjaga keobjektivitasan dalam memuat suatu berita. Maka berdasarkan pemaparan diatas, penulis ingin meneliti fenomena tersebut, dengan mengangkat judul : Studi Deskriptif Analisis Isi Objektivitas Berita Calon Gubernur Jokowi Pada Koran Kompas Selama Putaran ke 2 Periode 12 Juli – 30 September 2012. Berikut daftar berita yang dimuat di koran Kompas mengenai Pilgub DKI 2012
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1.1 Daftar Berita Mengenai Jokowi dalam Pilgub DKI selama putaran 2 Periode 12 Juli – 30 September 2012 No Tanggal 1 Kamis 12 Juli 2012
Hal Judul Berita I DKI Siapkan Putaran Kedua: Hasil Hitung Cepat Pastikan Jokowi Dan Fauzi Bowo Bertarung
2
Sabtu 15 September 2012
I
3
Minggu 16 September 2012
I
Warga Sambut Kampanye Putaran Kedua Pemukiman Padat Ditata
4
Kamis 20 September 2012
I
KPU Antisipasi Kecurangan
5
Jumat 21 September 2012
I
6 7
Sabtu 22 September 2012 Senin 24 September 2012
I I
Fauzi Beri Selamat Jokowi: Pelantikan Kepala Daerah Terpilih 7 Oktober Harapan Besar Warga Jakarta Demokrasi Kian Matang
8
Sabtu 29 September 2012
IV
9
Minggu 30 September 2012
I
Masyarakat Rindukan Pelayan Jokowi, Harapan Baru
Ket: Berita yang tersaji diatas diambil dari koran Kompas edisi 12 Juli - 30 September 2012. Namun pada bulan Agustus tidak terdapat berita mengenai pilgub DKI yang dimuat di koran Kompas.
B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan “Bagaimanakah Ojektivitas Berita Calon Gubernur Jokowi di Koran Kompas Selama Putaran ke 2 Periode 12 Juli – 30 September 2012?” commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui apakah Koran Kompas sudah objektif dalam pemberitaan mengenai Jokowi pada DKI Jakarta 2012 selama putaran ke 2 mulai tanggal 12 Juli – 30 September 2012. 2. Untuk melengkapi syarat akademik guna memperoleh gelar sarjana dalam bidang Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. D. MANFAAT Manfaat yang dapat diharapkan dalam penelitian ini adalah: Manfaat teoritis Menambah perbendaharaan penelitian di Ilmu Komunikasi khususnya tentang analisis isi. Manfaat Praktis a. Untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis sekaligus mengetahui kemampuan penulis dalam rangka menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yang terkait dan dapat berguna bagi para pihak yang berminat terhadap masalah ini.
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. KERANGKA PEMIKIRAN DAN TEORI E.1. Kerangka Pemikiran Gambar 1.1 Surat Kabar Kompas Peristiwa Pilgub DKI Jakarta 2012 Putaran Ke-2 Proses Produksi Berita Mengenai Jokowi selama putaran ke 2 Pilgub DKI 2012 di Surat Kabar Kompas Periode 11 Juli – 30 September 2012
Konstruksi Kategori Objektivitas Pemberitaan
Faktualitas
Imparsialitas 1. Berimbang (cover both side) 2. Netral
1. Truth a. Faktual b. akurat 2. Relevan
Analisis isi pesan secara kualitatif
Objektivitas Pemberitaan Koran Kompas Terhadap Jokowi selama putaran ke 2 Pilgub DKI 2012 periode 11 Juli – 30 September 2012
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E.2.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa Komunikasi merupakan bentuk aktivitas kehidupan manusia. Sebab sebagai sorang makhluk sosial, manusia yang hidup dimuka bumi ini pastilah melakukan komunikasi untuk menyampaikan tujuan ataupun pesannya kepada si penerima pesan. Tetapi komunikasi bukan hanya bagaimana proses sebuah pesan disampaikan namun juga ternyata juga dikonstruksi dan dipengaruhi untuk menimbulkan makna baru di mata penerima pesan. Komunikasi sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikann. Effendy mendefinisikan komunikasi sebagai proses pengiriman pesan dari komunikator melalui saluran tertentu kepada penerima pesan. (Onong Uchana Effendy, 2000:28). Harold Laswell menyatakan untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan “Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect?”. Ini menunjukkan bahwa komunikasi terdiri atas 5 unsur yaitu : (a). Komunikator (Source, Sender, Communicator), (b). Pesan (Message),
(c).
Saluran
(Channel),
(d).
Komunikan,
(Receiver,
Communicant), (e). Efek Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian atau pengiriman sesuatu dapat berupa lambang atau simbol dalam bentuk informasi, atau dengan kata lain komunikasi itu dapat commit media to user atau tanpa media. Media yang dilakukan dengan menggunakan
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digunakan secara umum dibagi dua yaitu menjadi media cetak dan media elektronik. Penggunaan media dalam komunikasi sebagai proses dalam penyampaian pesan kepada khalayak disebut dengan komunikasi massa. Seiring dengan pertumbuhan manusia yang tidak terlepas dari kebutuhan
akan informasi, komunikasi massa menempati urutan yang
sangat penting dan tidak dapat diabaikan begitu saja, secara sederhana komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media massa. Komunikasi massa ini timbul akibat dari komunikasi interpersonal yang pada umumnya dilakukan dalam bentuk tatap muka yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang kian membeludak. Pengiriman pesan yang biasanya dilakukan dalam bentuk interpersonal tidak dapat menjangkau khalayak dalam jumlah besar dan dalam waktu yang cepat. Untuk itu diperlukan media sebagai jembatan bagi khalayak, artinya pesan yang disampaikan melaui suatu media dapat diterima banyak orang dan dalam waktu yang singkat pula, kegiatan semacam ini disebut dengan komunikasi massa. Jadi komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media massa yang ditujukan kepada khalayak besar dan heterogen. Oleh karena itu sifat dari komponen yang dimiliki komunikasi massa itu memiliki ciri khas sebagai berikut: a. Komunikasi massa berlangsung satu arah, yang memungkinkan tidak terdapatnya arus balik dari komunikan kepada komunikator secara langsung. b. Komunikator pada komuniaksi massa bersifat melembaga commit to user (bersifat organisasi).
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
c. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum, karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum, jadi tidak ditujukan kepada seseorang atau sekelompok orang tertentu. d. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan, ciri ini merupakan kemampuan komunikasi massa untuk menumbuhkan pada pihak khalayak dalam menerima pesan yang disebarkan. e. Komunikasi bersifat heterogen, dan sebagai bentuk komunikasi yang berfungsi untuk menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan melakukan sosial kontrol. (Effendy 1990:22).
E.2.2. Komunikasi Politik Komunikasi politik merupakan semua proses penyampaian informasi termasuk fakta-fakta, pendapat, keyakinan dan seterusnya, pertukaran dan pencarian tentang itu semua dilakukan oleh para partisipan dalam konteks kegiatan politik yang melembaga. (McQuail dalam Pawito 2001:2) Sedangkan pakar lain menyebutkan komunikasi politik merupakan proses dimana kepemimpinan nasional, media dan masyarakat saling bertukar dan memberi makna terhadap pesan-pesan yang berhubungan dengan kebijakan publik. (Perloff, 1998:23). Definisi Perloff di atas mengandung beberapa unsur yakni, komunikasi politik merupakan sebuah proses. Komunikasi politik tidak dapat terjadi secara otomatis begitu saja, di dalamnya terdapat serangkaian kegiatan yang kompleks dan dinamis. Di samping itu, proses tersebut juga mengandung adanya tarik-menarik pengaruh. Pemerintah mempengaruhi media dengan menawarkan bahan untuk pemberitaan, sementara media commit to user mekanisme institusional sebagai mendesak para politisi melalui serangkaian
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
deadline dan nilai berita. Pada sisi yang lain media juga dapat mempengaruhi masyarakat, namun masyarakat juga dapat membentuk agenda media. Pakar lain pun berpendapat bahwa komunikasi politik merupakan “public discussion about the allocation of public resources (revenues), official authority (who is given the power to make legal, legislative and executive decision), and official sanctions (what the state rewards or punishes)”. (Denton dan Woodward dalam McNair, 1995 :3). Dari kesimpulan ini memberikan pengertian bahwa komunikasi politik merupakan segenap tindakan berupa penyebaran aksi, makna, atau pesan yang terkait dengan fungsi suatu sistem politik, yang melibatkan unsur-unsur komunikasi (komunikator, pesan, media, komunikan dan efek).
E.2.3. Jurnalistik Jurnalistik adalah “istilah yang berasal dari bahasa Belanda “Journalistik” atau bahasa Inggris Journalism, yang bersumber pada perkataan “journal” sebagai terjemahan dari bahasa Latin “diurnal” yang berarti “Surat Kabar” atau setiap hari. (Effendy, 2003: 95). Jurnalistik merupakan keterampilan atau kegiatan mengelola bahan berita, mulai dari peliputan sampai kepada penyusunan yang layak disebarluaskan kepada masyarakat. (Effendy dalam Muhtadi, 1999:26). commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selain pengertian-pengertian dari beberapa ahli diatas, jurnalistik jika dilihat dari kamus menyatakan bahwa jurnalistik dijelaskan sebagai “kegiatan untuk menyampaikan, mengedit dan menulis surat kabar, majalah, atau media cetak lain berkala lainnya”. Dari definisi tersebut, jurnalistik sebagai kegiatan mengelola berita mulai dari mendapatkan berita sampai menyebarluaskan kepada khalayak melalui media. (Assegaff, 1991:9) Dari definisi tersebut, Peneliti memahami bahwa jurnalistik adalah kegiatan mengelola informasi mulai dari peliputan, mengelola dan kemudian mempublikasikannya kepada khalayak dengan menggunakan media. Pada jaman modern ini, jurnalistik tidak hanya mengelola berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Karena itu fungsinya, bukan lagi menyiarkan informasi, melainkan juga mendidik, menghibur dan mempengaruhi khalayak melakukan kegiatan tertentu. Secara umum, jurnalistik – pers (media massa) mempunyai fungsi penting pada masyarakat, yaitu: a) Fungsi memberikan informasi dan pendidikan massal Kegiatan jurnalistik menghasilkan produk berupa berita dan informasi, kejadian – kejadian yang ada di masyarakat yang memiliki nilai berita dan orang merasa berkepentingan dengan berita tersebut maka jurnalis berkewajiban meliputnya. Misalnya kejadian tentang bencana alam, ketokohan seseorang, fenomena yang baru terjadi ataupun yang lain-lainnya. Selain fungsinya sebagai media informasi, jurnalistik juga commit to user berfungsi mendidik, tulisan ataupun segala sesuatu yang dihasilkan
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
oleh jurnalistik tentu mengandung muatan edukasi. Misalnya informasi tentang temuan hasil karya dari seorang ilmuwan, atau juga
informasi
kesehatan
yang
masyarakat
wajib
untuk
mengetahuinya. b) Fungsi memberikan hiburan Para jurnalis akan menulis suatu berita dengan hidup dan menarik. Mereka menyajikan informasi yang bersifat menhibur misalnya humor atau berita – berita ringan dimana seseorang tidak diharuskan berfikir secara tajam ataupun keras untuk memahami informasi tersebut. Sebagaimana keberadaan jurnalistik itu sendiri, kehadiran jurnalistik hanyalah untuk memenuhi kebutuhan seseorang akan infomasi. Seseorang yang telah beraktifitas ataupun bekerja pastinya memberikan refreshing atau hiburan bagi dirinya. c) Fungsi melakukan pengawasan oleh masyarakat (social control) Beberapa
jurnalis,
yang
dalam
pencarian
informasi
memasuki wilayah politik, ekonomi, sosial dan budaya. Dan mereka biasanya menggunakan paham kritis. Berita yang disampaikan tidak sekedar pemindahan informasi dari satu mulut ke telinga lain, tapi juga menelisik secara mendalam dan membaca muatan yang terkandung dalam suatu berita. (Samanto, 2002:64)
E.2.4. Surat Kabar Surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat, dengan ciri-ciri : terbit secara periodik, bersifat commit to user umum, isinya termasa, atau aktual, mengenai apa saja dan dari mana saja di
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
seluruh dunia, yang mengandung nilai untuk diketahui khalayak pembaca (Effendy, 1989:241). Sedangkan menurut ahli yang lain, surat kabar yaitu kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran plano, terbit secara teratur, bisa setiap hari atau seminggu satu kali. (Totok Djuroto, 2004:11). Surat kabar adalah sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak, berupa lembaran-lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan-iklan dan diterbitkan secara berkala bisa Surat Kabar, mingguan, bulanan, serta diedarkan secara umum, isinya pun harus aktual juga bersifat universal, maksudnya pemberitaannya harus bersangkut paut dengan manusia dari berbagai golongan dan kalangan. (Junaedhie, 1999:257). Dari definisi diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa surat kabar adalah lembaran tercetak yang berisi tentang suatu peristiwa yang terjadi atau iklan yang terbit secara periodik, bersifat aktual, universal dan menyangkut human interest. Istilah pers berasal dari istilah asing, yakni Press, yang berarti “percetakan” atatu “mesin cetak”. Mesin cetak inilah rupanya yang memungkinkan terbitnya surat kabar, sehingga orang mengatakan pers itu untuk maksud persuratkabaran. Dari gambaran tersebut dapat dipahami adanya dua pengertian umum dari pers. Pertama, secara sempit pers dimaksudkan sebagai persuratkabaran. Kedua, secara umum, pers adalah sarana yang menyiarkan prodik jurnalistik. Pada zaman modern ini jurnalistik tidak hanya commit tosekarang user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
mengelola berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar atau majalah. Dan defenisi pers tidak hanya terbatas pada media cetak, namun juga media massa jurnalistik. Secara yuridis formal, menurut UU Pers No. 40 tahun 1999 pasal 1 ayat 1 mendefinisikan pers sebagai berikut: “Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliput, mencari, memperoleh, memiliki, meyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam betuk tulisan, suara, gambar suara dan gambar serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dalam menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia.” Berdasarkan jenis dan wilayah sirkulasi, segmentasi dan pangsa pasar, pers dapat diklasifikasikan ke dalam lima kelompok, antara lain: a. Pers Komunitas Pers komunitas memiliki jangkauan wilayah sirkulasi yang sangat terbatas. Biasanya anya mencakup satu atau beberapa desa dalam satu kecamatan. Kebijakan pemberitaan pers komunitas lebih banyak diarahkan untuk mengangkat berbagai potensi dan masalah aktual di desa atau kecamatan setempat. Fungsi lebih banyak dikembangkan pada pers komunitas adalah penyebarluasan informasi dan edukasi. b. Pers Lokal Pers lokal hanya beredar di sebuah kota dan sekitarnya. Kebijaksanaan redaksional pers local lebih bertumpu pada pengembangan dimensi kedekatan geografis dan kedekatan psikologi (proximity) dalam segala dimensi dan implikasinya. c. Pers Regional Pers regional berkedudukan di ibu kota provinsi. Wilayah sirkulasiny meliputi seluruh kota yang terdapat dalam provinsi tersebut. Dalam situasi normal, kebijakan redaksional pers regional tidak jauh berbeda dengan pers commit user lokal. Motivasi danto ambsisi pers regional adalah tetap
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
selamanya menjadi raja di wilayah suatu provinsi. Ini berarti, pers regional masih tetap tidak akan beranjak dari teori proximity dengan cara membangun dan mengembangkan kedekatan geografis dan kedekatan sosiokultural dengan khalayak serta kultur daerahnya. Muncul fenomena menarik ketika grup-grup pers regional menerbitkan pers-pers lokal yang ditentukan antara lain menurut kriteria zona wilayah. Pers lokal sengaja diciptakan untuk pada akhirnya dijadikan sebagai penyangga atau bahkan menjadi bumber pers regional yang menjadi induknya. d. Pers Nasional Pers nasional lebih banyak berkedudukan di ibu kota Negara. Wilayah sirkulasinya meliputi seluruh provinsi. Kebijakan redaksional lebih banyak menekankan kepada masalah, isu, aspirasi, tuntutan dan kepentingan nasional secara keseluruhan tanpa memandang sekat-sekat. e. Pers Internasional Hadir di sejumlah Negara dengan menggunakan teknologi sistem cetak jaraj jauh dengan pola pengembangan zona atau wilayah. Wilayah sirkulasi pers internasional lebih banyak terpusat di ibu kota Negara dan beberapa kota besar Negara setempat yang masuk dalam satelit pengaruhnya, baik secara politis maupun secara industry dan bisnis. (Sumandaria, 2006:41). Berita dapat diklasifikan menjadi dua kategori yaitu berita berat (hard news) dan berita ringan (soft news). Selain itu, berita juga dapat dibedakan menurut lokasi peristiwanya, yaitu di tempat terbuka dan di tempat tertutup. Sedangkan berdasarkan sifatnya, berita dibagi menjadi berita diduga dan berita tak terduga. (Sumandiria, 2006:65). Kriteria umum nilai berita (news value) merupakan acuan yang dapat digunakan oleh para jurnalis untuk memutuskan fakta yang pantas dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik. Antara lain:
commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Keluarbiasaan (unussualness) Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Berita bukanlah suatu peristiwa biasa. Semakin besar peristiwa, maka semakin besar pula nilai beritanya. Nilai berita luar biasa paling tidak dapat dilihat dari lima aspek, yakni lokasi peristiwa, jumlah korban, daya kejut peristiwa, waktu peristiwa, dan dampak dari peristiwa tersebut. 2. Kebaruan (newness) Berita adalah apa saja yang disebut hasil karya terbaru. 3. Akibat (impact) Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Suatu peristiwa yang tidak jarang berdampak besar dalam kehidupan masyarakat. 4. Aktual (timeliness) Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru saja terjadi. 5. Kedekatan (proximity) Berita adalah kedekatan. Kedekatan disini adalah kedekatan geografis dan kedekatan psikologos. Kedekatan geografis menunjuk pada suatu peristiwa atau berita yang terjadi di sekitar tempat kita tinggal. Sedangkan kedekatan psikologis adalah lebih banyak ditentukan oleh keterikatan pikiran, perasaan atau kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa atau berita. 6. Informasi (information) Berita adalah informasi. Setiap informasi belum tentu commit to user memiliki nilai berita. informasi yang tidak memiliki nilai
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berita tidak layak untuk dimuat, disiarkan, atau ditayangkan media massa. Hanya informasi yang memberi manfaat kepada khalayak banyak. 7. Konflik (conflict) Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur dan sarat dengan dimensi pertentangan. 8. Orang penting (prominence) Berita adalah tentang orang-orang penting, ternama, pesohor, selebriti dan lain sebagainyabaik dalam kondisi biasa atau luar biasa. 9. Keterkaitan manusiawi (human interest) Kadang peristiwa tidak memberikan efek berarti kepada seseorang, kelompok, atau lebih jauh lagi kepada masyarakat. Tetapi lebih menimbulkan getaran suasana hati, suasana jiwa dan alam perasaannya. Apa saja yang dinilai mengandung minat
insani,
menimbulkan
ketertarikan
manusiawi,
mengembangkan hasrat dan naluri ingin tahu merupakan salah satu contoh keterkaitan manusiawi. 10. Kejutan (surprising) Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, diluar dugaan, tidak direncanakan, diluar perhitungan, dan tidak diketahui sebelumnya. (Sumandiria, 2006:80-92).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
E.2.5. Objektivitas Berita Berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staff redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca entah karena ia luar biasa, entah karena penting atau akibatnya, entah pula karena mencakupi human interest, emosi, ketegangan (Assegaf, 1991:24). Berdasarkan definisi diatas, fokus dari berita adalah pada hasil penulisan. Ditegaskan berita yang merupakan fakta haruslah bersifat objektif, tidak ada pencampuran antara fakta dan opini. Berbeda dengan Assegaf yang menjelaskan terdapat seleksi dalam penempatan berita, ini mengisyaratkan sepertinya terdapat subjektivitas. Meskipun demikian berita-berita yang dihasilkan juga bersifat objektif. Subjektif hanya berlaku dalam penyeleksian berita yang berkaitan dengan kebijaksanaan redaksional yang telah ditentukan. Tetapi dalam penulisan berita prinsip objektivitas tetap dijunjung dan diterapkan. Objektivitas yang dihubungkan dengan surat kabar khususnya isi berita adalah melaporkan keadaan senyatanya dan apa adanya, tanpa dipengaruhi pendapat dan analisis lepas dari perseorangan, tidak memihak, dan tidak miring sebelah. Sehingga objektivitas dalam perngertian sempit yaitu hanya melaporkan apa yang penting untuk dikatakan dan dilakukan. Wartawan commit to dari user berita dan mengumpulkan dan hanya bertindak sebagai penonton
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyajikan fakta. Wartawan tidak terlibat dalam berita, artinya disini wartawan bertindak sebagai pengamat yang netral.
Sehingga dalam
peliputan atau penerbitan berita, sebuah media harus tetap memegang teguh prinsip-prinsip baku jurnalisme, yakni fairness, balance, dan cover both side. Tetapi pada keyataanya, kelaziman objektifitas pemberitaan dalam jurnalistik di sebuah negara atau sebuah wilayah dapat dipengaruhi beberapa faktor. Yasmine T. Dabbous dalam International Journal of Communication Vol 4, 2010, dengan judul Media With a Mission: Why Fairness and Balance Are Not Priorities in Lebanon’s Journalistic Codes, Lousiana State University, mengatakan Commercialism, industrialization, urbanization, and the rise of the scientific approach in social sciences have all contributed to the prevalence of the objectivity standard in journalism. ( http://ijoc.org/ojs/index.php/ijoc/article/view/487/444) Dapat dijelaskan bahwa komersialisme, industrialisasi, urbanisasi, dan
munculnya
pendekatan
ilmiah
dalam
ilmu-ilmu sosial
telah
berkontribusi terhadap kelaziman standar objektivitas dalam jurnalisme. Sehingga berdasarkan ungkapan tersebut, Peneliti ingin meneliti apakah hal tersebut juga mempengaruhi pemberitaan Harian Kompas pada Pilgub DKI Jakarta 2012 ini. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Objektivitas adalah tindakan atau sikap tertentu terkait dengan pengumpulan, pengolahan dan penyebarluasan informasi (Morrisan dkk, 2010:65). Berdasar kerangka objektivitas berita dari Westertahl (1983), berita harus memenuhi dua kriteria. Pertama, berita harus faktual, yang artinya berita harus ditulis berdasarkan fakta (factuality) dan kedua, berita harus tidak berpihak (impartiality). (McQuail dalam Eriyanto, 2011:194).
Gambar 1.2 Kerangka objektivitas berita objektivitas
faktualitas
truth
imparsialitas
relevan
berimbang
faktual
normatif
akurasi
jurnanistik
Akses proporsional
Dua sisi
khalayak
Real-world
to dalam user Eriyanto, 2011:194 Sumber:commit McQuail
netral
Non-evaluatif
Nonsensasional
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
Faktual (faktualitas) mengacu pada bentuk laporan, berupa peristiwa atau pernyataan yang dapat diperiksa kebenarannya kepada narasumber, dan tidak memasukkan opini ke dalam laporan, atau setidaknya dapat dibedakan secara jelas antara fakta dan opini. Unsur yang menunjang sebuah berita disebut faktual yakni dengan akurasi (ketepatan) dan relevansi. Akurasi mempunyai makna berhubungan dengan ketepatan data seperti jumlah, tempat, waktu, nama dan sebagainya (Siahaan, 2001 :65). Akurasi hanya dapat diperoleh apabila wartawan melakukan penggalian data dan informasi dengan cermat ketika di lapangan. Lazimnya untuk memperoleh berita yang akurat, wartawan melakukan check dan recheck yakni mengkonfirmasi/ menguji kebenaran dan ketepatan fakta kepada subjek, objek, atau saksi berita yang diyakini mengetahui persis masalahnya. Sedangkan relevansi atau kelengkapan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:1151) relevan artinya sesuai, selaras, ada kaitannya. Kesesuaian disini artinya berita menampilkan atau menyampaikan fakta yang sesuai dan ada kaitannya dengan peristiwa yang terjadi. Tidak menutup kemungkinan fakta yang didapat melebar ke persoalan lain. Sehingga fakta tersebut harus berhubungan dengan peristiwa awal yang diberitakan. Komponen kedua yang menentukan objektivitas berita adalah sikap tidak berpihak (imparsialitas). Media tidak boleh berpihak pada salah satu commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kubu atau salah satu kelompok tertentu. Imparsialitas terdiri dari dua indikator yakni mengenai netralitas dan balance. Netralitas dapat dipahami sebagai sejauh mana sikap wartawan yang tidak memihak dalam menyajikan berita. (Siahaan, 2001:100). Netralitas dapat diukur dengan nilai imbang. Nilai imbang yakni menyajikan evaluasi dua sisi (aspek negatif dan positif) terhadap fakta maupun pihak-pihak yang menjadi berita secara bersamaan dan proporsional. (Siahaan, 2001: 102). Kemudian balance dapat dipahami sebagai keseimbangan dalam penyajian fakta suatu berita. Untuk mengetahui apakah berita tersebut telah seimbang dalam penyajiannya yakni dengan menggunakan indikator cover both side. Cover both side dapat dipahami sebagai menyajikan dua/ lebih gagasan/tokoh atau pihak-pihak yang berlawanan secara bersamaan dan proporsional. E.2.6. Analisis Isi Analisis isi merupakan suatu teknik yang tersistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan, atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih. (Bagong Suyanto dan Sutinah, 2004:126) Sedangkan ahli yang lain menyatakan analisis isi merupakan suatu teknik
penelitian
untuk
membuat
commit to user
inferensi-inferensi
dengan
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengidentifikasi secara sistematik dan obyektif karakteristik – karakteristik khusus dalam sebuah teks. (Krippendorff, 1993:19). Tujuan dilakukannya analisis terhadap isi pesan komunikasi adalah sebagai berikut a) b) c) d) e) f)
Mendeskripsikan dan membuat perbandingan terhadap isi media. Membuat perbandingan antara isi media dengan realitas sosial. Isi media merupakan refleksi dari nilai-nilai sosial dan budaya serta sistem kepercayaan masyarakat. Mengetahui fungsi dan efek media. Mengevaluasi media performance. Mengetahui apakah ada bias media. (McQuail dalam Kiryantono, 2007:229-230).
Selain paparan mengenai tujuan analisis isi diatas, beberapa manfaat dari analisis isi antara lain yakni: a)
b) c) d) e)
Menggambarkan isi komunikasi (describing communication content). Hal ini berarti analisis isi dapat digunakan untuk mengungkapkan kecenderungan yang ada pada isi komunikasi, baik melalui media cetak atau elektronik. Membandingkan isi media dengan dunia nyata (comparing media content to the real world). Menguji hipotesis tentang karakteristik pesan (testing hipothesis of messages charactheristic). Memperkirakan gambaran kelompok tertentu di masyarakat (assecing the image of particular groups in society). Mendukung studi efek media massa. (Wimmer dan Dominick dalam Suryanto 2005:126-127).
Analisis isi kualitatif bersifat sistematis, analitis, tetapi tidak kaku seperti penelitian kuantitatif. Kategorisasi hanya dipakai sebagai guide, commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diperbolehkan konsep-konsep atau kategorisasi lain muncul selama riset dilakukan. Ello S. dan Kyngas H (2008), mendefinisikan analisis isi kualitatif adalah metode penelitian yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk menggambarkan dan mengukur fenomena. Selain itu Krippendorf mengungkapkan analisis isi kualitatif, membantu peneliti untuk mengkaji keajegan isi komunikasi secara kualitatif, yaitu peneliti komunikasi memaknakan isi komunikasi, membaca simbol-simbol, memaknakan isi interaksi simbolik yang terjadi dalam komunikasi. (Krippendorff, 1991:29). F. METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan suatu fenomena atau peristiwa. Penelitian ini tidak mengadakan perhitungan atau dengan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai atau diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (Rakhmat, 2004:24). Penelitian
kualitatif
tidak
dimaksudkan
untuk
memberikan
penjelasan-penjelasan (explanation), mengontrol gejala-gejala komunikasi, mengemukakan prediksi-prediksi, atau menguji teori apapun, tetapi lebih digunakan
untuk
commit to user mengemukakan gambaran
dan/atau
pemahaman
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(understanding) mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi dalam masyarakat (Pawito, 2007:35). Penelitian kualitatif
cenderung
lebih
menggunakan
analisis
induktif.
Data
dikumpulkan tidaklah untuk mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan sebelum penelitian dimulai (Sutopo, 1988: 11).
2. Konseptualisasi a)
Koran Kompas adalah suatu perusahaan media massa yang besar dan prestisius di Indonesia dengan motto ”Amanat Hati Nurani Rakyat” yang didirikan oleh (Alm.) Auwjong Peng Koen, berserta Jakob Oetama, terbit pertama kali pada tanggal 7 Agustus 1963.
b) Berita mengenai Jokowi putaran ke-2 peroide 12 Juli – 30 September 2012 adalah kumpulan berita terbitan Koran Kompas yang memuat tentang Joko Widodo selama putaran kedua Pilgub DKI dalam kurun waktu 12 Juli – 30 September 2012. c)
Berita objektif adalah berita yang hanya terdiri dari fakta, tanpa dicampuri opini wartawan.
d) Berita yang akurat adalah berita yang telah dilakukan cek dan ricek (konfirmasi ulang mengenai kebenaran dan ketepatan informasi kepada subjek, objek atau sumber berita yang diyakini mengetahui secara pasti masalahnya).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
e)
27 digilib.uns.ac.id
Berita yang relevan adalah berita yang sesuai. Sesuai disini berarti fakta yang terkandung dalam berita tersebut sesuai dengan berita awal yang diberitakan dan tidak melebar ke persoalan lain.
f)
Berita yang seimbang adalah berita yang secara seimbang memuat peryataan-pernyataan dari kedua belah pihak yang berlawanan (cover both side).
g) Berita yang netral adalah berita yang apa adanya, tidak memihak salah satu kelompok sehingga dapat menciptakan tren positif atau negatif terhadap suatu peristiwa. h) Berita yang bebas opini adalah berita yang ditulis sebagaimana mengenai peristiwa dan pendapat yang didengar dan disaksikan oleh wartawan, tanpa melibatkan pendapat pribadi dari wartawan/ media massa tersebut.
3. Objek penelitian Objek yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah sembilan item teks berita mengenai Joko Widodo di Koran Kompas pada Pilgub DKI Jakarta 2012 putaran ke-2 periode 12 Juli – 30 September 2012.
4. Sumber Data a. Sumber data primer Sumber data utama dalam penelitian ini adalah teks berita terkait pemberitaan Joko Widodo di Koran Kompas pada Pilgub DKI Jakarta commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2012 putaran ke-2 periode 12 Juli – 30 September 2012 sebanyak sembilan item berita. b. Sumber data sekunder Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari buku-buku untuk mendukung teori serta laporan dan naskah-naskah lain untuk mendukung penelitian. Data sekunder diperoleh dari buku, artikel, dan sumber-sumber lain.
5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan data tekstual, dimana data diperoleh dengan metode dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan teks berita di Surat Kabar Harian Kompas yang memuat berita mengenai Joko Widodo pada putaran ke-2 periode 12 Juli – 30 September 2012.
6. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah content analysis. Analisis isi secara sederhana dapat diartikan sebagai metode untuk mengumpulkan dan menganalisis muatan sebuah teks. Analisis isi berusaha untuk memahami data bukan sebagai kumpulan peristiwa fisik, tetapi sebagai gejala simbolik untuk mengungkap makna yang terkandung dalam commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebuah
teks
dan
memperoleh
pemahaman
terhadap
pesan
yang
direpresentasikan. Untuk melihat seberapa objektif pemberitaan Koran Kompas, penulis menggunakan pendekatan analisis isi kualitatif. Fokus dalam penelitian ini adalah teks berita sehingga data penelitian yang diperoleh berupa teks. Peneliti menggunakan kerangka objektivitas berita dari Westertahl untuk meneliti apakah berita Kompas sudah memenuhi kriteria objektif. Adapun langkah yang Peneliti lakukan antara lain: 1). Langkah yang peneliti lakukan yakni dengan membaca dan menganalisa paragraf per paragraf dari berita yang telah dikumpulkan sebelumnya. Kemudian setelah melakukan analisa, Peneliti akan mencari dan kemudian mengelompokkan bagian berita mana saja yang memenuhi kriteria/ indikator faktualitas dan imparsialitasnya sehingga berita tersebut dapat dikatakan objektif. Untuk mencari apakah berita tersebut faktual atau tidak, Peneliti akan menganalisa paragraf-paragraf dan kalimat yang memenuhi aspek akurasi dan relevansi. Berita yang Peneliti golongkan ke dalam berita akurat, yakni berita yang tepat dan sesuai dalam pemberitaannya. Akurasi dapat dicapai apabila telah melakukan konfirmasi ulang kepada sumber berita baik itu subjek berita, objek berita ataupun saksi berita yang diyakini mengetahui secara pasti mengenai fakta peristiwa yang terjadi. 2). Selanjutnya untuk mencari tahu berita tersebut telah relevan atau tidak, Peneliti menganalisa apakah berita tersebut telah sesuai dengan fakta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
peristiwa yang terjadi. Karena dalam pemuatan sebuah berita, tidak menutup kemungkinan fakta-fakta yang ditampilkan pada berita telah melebar kepada topik lain sehingga sudah tidak relevan dengan peristiwa awal yang akan diberitakan. 3). Untuk mencari tahu apakah berita tersebut telah memenuhi aspek imparsialitas, maka Peneliti akan menganalisa berita tersebut apakah telah balance dan netral dalam pemberitaannya. 4). Selanjutnya, untuk mencari aspek balance, Peneliti menganalisa paragraf per paragraf apakah berita tersebut memuat pernyataan-pernyataan dari kedua pihak yang berlawanan atau dengan kata lain telah melakukan cover both side kepada dua pihak. 5). Kemudian untuk mencari tahu apakah berita tersebut telah memenuhi aspek netralitas, Peneliti akan menganalisa dalam berita tersebut terdapat opini pribadi wartawan atau tidak, dengan mencari apakah terdapat kata-kata yang mengisyaratkan bahwa itu merupakan opini pribadi dari wartawan. Secara garis besar, sebuah berita yang disebut berita yang objektif adalah berita yang netral, berimbang dan tidak bercampur dengan opini (wartawan). Objektif artinya berita yang dibuat selaras dengan kenyataan, tidak berat sebelah, dan bebas dari prasangka (Kusumaningrat, 2005:54). Fakta adalah kenyataan yang berlangsung di lapangan (Djuroto, 2004:48). Sedangkan Soehoet berpendapat bahwa fakta merupakan berita tentang suatu peristiwa yang disaksikan oleh reporter dan mengandung commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pendapat orang lain mengenai peristiwa itu sebagaimana didengar oleh reporter tersebut (Soehoet, 2003:32). Sehingga dapat ditarik kesimpulan fakta merupakan laporan suatu peristiwa, baik yang disaksikan langsung oleh wartawan ataupun berdasar kesaksian orang lain yang mengetahui peristiwa tersebut, tanpa melibatkan opini wartawan. Jika fakta merupakan kenyataan, maka opini adalah pendapat atau pandangan tentang sesuatu. Opini sifatnya subjektif karena pandangan atau penilaian seseorang dengan yang lainnya berbeda. (Abdullah, 2000:14). Namun, opini bisa menjadi fakta, jika disebutkan narasumbernya, inilah yang yang disebut fakta pendapat (fact in idea). (Djuroto, 2004:48). Menurut Patton, dalam metode penelitian kualitatif istilah analisis menyangkut kegiatan (1) pengurutan data sesuai dengan tahap permasalahan yang akan dijawab, (2) pengorganisasian data dalam formalitas tertentu sesuai dengan urutan pilihan dan pengkategorian yang akan dihasilkan, (3) penafsiran makna sesuai dengan masalah yang harus dijawab. (Moeleong, 2002:103). Sesuai dengan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, maka kegiatan yang dilakukan adalah meneliti kumpulan teks berita di Koran Kompas berupa paragraf-paragraf yang memberitakan Joko Widodo pada PILKADA DKI Jakarta 2012. Proses analisa dilakukan dengan meneliti apakah berita-berita yang terbit di Koran Kompas telah masuk kategori objektif dengan terpenuhinya dimensi faktualitas dan imparsialitas dalam berita tersebut.
commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7. Validitas Data Bermacam-macam pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan cara perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck. (Sugiyono, 2008:270). Dalam penelitian ini, untuk memeriksa keabsahan data peneliti menggunakan teknik ketekunan dalam penelitian. Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan lebih cermat. Peneliti secara tekun memusatkan diri pada latar penelitian untuk menemukan ciri-ciri dan unsur yang relevan dengan persoalan yang diteliti. Peneliti mengamati secara mendalam teks berita agar data yang ditemukan dapat dikelompokkan sesuai dengan kategori yang telah dibuat dengan tepat. Ketekunan pengamatan ini bermaksud untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dengan situasi yang relevan dengan persoalan penelitian, dengan kata lain, peneliti menelaah kembali data-data yang terkait dengan fokus penelitian sehingga data tersebut dapat dipahami dan tidak diragukan. Sebagai bekal Peneliti untuk meningkatkan ketekunan yakni dengan membaca dokumentasi, buku-buku dan beberapa artikel di internet mengenai objektivitas berita.
commit to user