BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah pelanggaran lalu lintas sejak dahulu hingga sekarang selalu menarik untuk dipelajari secara ilmiah, sehingga menjadi perhatian baik aparat penegak hukum maupun masyarakat, pelanggaran lalu lintas sangat tidak dikehendaki oleh masyarakat akan tetapi dilakukan oleh anggota masyarakat itu sendiri terutama kalangan remaja.1 Usia remaja adalah saat produktif untuk menghasilkan sesuatu yang berguna, akan tetapi saat ini nampaknya menghadapi problem besar yaitu banyaknya perilaku-perilaku yang menyimpang yang banyak mengakibatkan tindak kejahatan ataupun pelanggaran misalnya minum-minuman keras, obatobatan terlarang, balapan liar, judi dan sex bebas.2 Remaja sekarang ini lebih menuruti ego nya daripada keselamatan dirinya, sekarang ini banyak dijumpai anak muda sekolah dari SMP(Sekolah Menengah Pertama) sampai SMA(Sekolah Menengah Atas) melakukan
1
Dwi Joko, “Kenakalan Remaja Balap Liar”, http://sobatbaru.blogspot.com/2009/10/kenakalanremaja-balapan-liar.html, 6 febuari 2011 2 ibid
1
2
kegiatan balapan liar sepeda motor, kegiatan ini bisa dibilang sebagai hobby oleh mereka, penuh tantangan dan sportifitas yang mereka rasakan. Tidak jarang dari kegiatan yang mereka lakukan ini berawal dari rasa iseng atau persaingan untuk memperoleh sesuatu hal, mengadu kecepatan motor yang dimilikinya, berubut pacar atau uang yang dipertaruhkan sebagai tujuan dari kegiatan lomba liar ini. Usia muda yang belum sampai berpikir dua kali akan sebab dan akibatnya jika terjadi pada diri mereka.3 Seperti contoh kasus yang diberitakan dikoran Radar Banyuwangi Jajaran Satuan Lalu Lintas Polres Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu dinihari, menyita 91 unit sepeda motor di Jalan Gajah Mada yang sering digunakan dalam ajang balapan liar. "Razia terhadap motor balapan liar itu kami lakukan setelah kami mendapat laporan masyarakat yang merasa terganggu dengan aksi anak-anak muda itu," kata Kasat Lantas Polres Banyuwangi AKP Aris Legawa. Selain mengganggu ketenangan masyarakat karena kegiatan itu dilakukan hampir setiap malam, aksi balap liar itu juga sudah membahayakan pengguna jalan lainnya."Kami prihatin atas aksi balap liar ini karena selain mengganggu istirahat orang, juga sangat membahayakan, apalagi bulan puasa yang seharusnya digunakan ajang mencari pahala justru membahayakan," ujarnya. Kegiatan balap liar itu dilakukan sekelompok pemuda Banyuwangi dalam menunggu datangnya waktu sahur, sehingga hampir setiap malam mereka melakukan atraksi balap liar di Jalan Gajah Mada, Banyuwangi dari pukul 21.00 WIB hingga pukul 01.00 WIB. Melihat aparat yang datang dengan tiba tiba dengan sebagian di antaranya berpakaian preman itu membuat ratusan pemuda yang nongkrong di atas sepeda motornya di sepanjang Jalan Gajah Mada tampak kalang kabut. Begitu pula dengan para pembalap liar pun berusaha lari dari kejaran aparat, namun karena seluruh jalan menuju lokasi balap liar sudah ditutup petugas, maka mereka akhirnya tidak bisa berkutik lagi. Petugas menyita puluhan sepeda motor. Banyaknya sepeda motor yang disita sempat membuat petugas kewalahan dalam menanganinya sehingga terpaksa mendatangkan truk untuk menganggkut 91 unit sepeda motor tersebut ke Mapolres Banyuwangi. Sementara itu, para pemilik kendaraan hanya bisa mengawasi dari tepi Jalan 3
ibid
3
Gajah Mada sambil melihat sepeda motornya diangkut polisi ke atas truk. Selain Satuan Lalu Lintas, pembubaran balapan liar itu juga melibatkan Satuan Lalu Lintas Polres Banyuwangi yang juga sempat membubarkan kerumunan pemuda yang berada di tepi jalan sepanjang lokasi balapan liar tersebut karena sudah membuat macet arus lalu lintas di Jalan Gajah Mada. Setelah didata petugas, puluhan kendaraan yang terjaring di arena balap liar itu dikumpulkan di halaman samping Mapolres Banyuwangi guna penyelidikan lebih lanjut.4 Sebelum melakukan lomba balapan liar sepeda motor, mereka terlebih dahulu mengadakan perjanjian untuk melakukan di suatu tempat, setelah itu mereka mempersiapkan dan memperbaiki kendaraannya, menambah dan memodifikasi motornya agar kiranya bisa berjalan secepat kancil atau kuda liar dalam balapan liar yang mereka lakukan. Balapan liar sering dilakukan di tempat atau jalan yang kira nya sepi dan bagus untuk digunakan sebagai arena balapan liar, mereka melakukan nya biasanya pulang sekolah atau tengah malam dimalam minggu, pada jam jam ini mereka berkumpul dan memulai atraksinya disepanjang jalan yang mereka anggap aman dari kejaran patroli polisi. Bahkan jika terdapat patroli polisi mereka semakin tertantang untuk mencari dan berpindah untuk mencari tempat lainnya untuk dijadikan arena perlombaan balapan liar. Balapan liar ini sesungguhnya sangat beresiko jika dilakukan di tempat umum bukan ditempat atau sarana balapan yang telah di sediakan. Tidak jarang nyawa menjadi taruhannya, bahkan masa depan menjadi 4
“Polres Banyuwangi Sita 91 Motor Balapan Liar”, Radar Banyuwangi, Jawa Pos Group, 2 agustus 2010, hal. 30.
4
taruhannya, karena dari aktifitas balapan liar ini kebanyakan terjadi kecelakaan yang berujung pada terkurasnya uang keluarga untuk pengobatan, serta kematian atau cacat fisik, entah itu gegar otak, patah tulang hingga amputasi anggota tubuh.5 Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas yang disahkan DPR pada 22 Juni 2009 lalu balap liar merupakan pelanggaran lalu lintas yang masuk dalam Pasal 21 yang menyatakan bahwa : 1) Setiap Jalan memiliki batas kecepatan paling tinggi yang ditetapkan secara nasional. 2) Batas kecepatan paling tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan kawasan permukiman, kawasan perkotaan, jalan antarkota, dan jalan bebas hambatan. 3) Atas pertimbangan keselamatan atau pertimbangan khusus lainnya, Pemerintah Daerah dapat menetapkan batas kecepatan paling tinggi setempat yang harus dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas. 4) Batas kecepatan paling rendah pada jalan bebas hambatan ditetapkan dengan batas absolut 60 (enam puluh) kilometer per jam dalam kondisi arus bebas. 5) Ketentuan lebih lanjut mengenai batas kecepatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah”.
Pasal 115 berbunyi menyatakan bahwa Pengemudi Kendaraan Bermotor di Jalan dilarang:
5
ibid
5
a) mengemudikan Kendaraan melebihi batas kecepatan paling tinggi yang diperbolehkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21; dan/atau b) berbalapan dengan Kendaran Bermotor lain”. Pasal 297 yang menyatakan “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor berbalapan di Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115 huruf b dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah)”.6
Dari survey awal yang dilakukan peneliti masih banyak sekali terjadi balap liar diwaktu malam hari tepatnya diantara pukul 00.00 WIB – 02.00 WIB mereka dengan leluasa mengebut dijalanan tepatnya di depan Kantor Pemerintahan Daerah (PEMDA) dan juga didepan jalan Gajah Mada Banyuwangi, mereka melakukan balap liar dengan leluasa seolah olah tidak takut akan razia yang akan dilakukan Polisi, “teman-teman tidak takut melakukan balap liar pada malam hari dikarenakan mereka merasa tidak menggangu pengguna jalan dikarenakan jalan sudah sepi tidak ada kendaraan lain”,7 padahal yang peneliti ketahui masih banyak sekali kendaraan berlalu lalang dimalam
hari terutama kendaraan seperti
truk yang dapat
membahayakan keselamatan para pembalap liar, dan disini penulis juga melihat penerapan sanksi pada pembalap liar yang dilakukan oleh pihak polisi masih tidak sesuai dengan yang diatur dalam Undang-undang nomor 22 tahun 2009 yang mana sanksi denda dan kurungan cenderung lebih ringan sehingga
6 7
Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Wawancara dengan Kopong nama samaran, salah satu pembalap liar, 1 maret 2011
6
membuat para pembalap liar remaja di banyuwangi tidak jera dalam melakukan aksinya kembali. Dari fenomena diatas, maka penulis menuliskan dalam penulisan skripsi yang berjudul : ANALISIS YURIDIS SOSIOLOGIS UPAYA POLISI
DALAM
MENANGGULANGI
BALAP
LIAR
YANG
DILAKUKAN OLEH REMAJA DI BANYUWANGI (Studi di Wilayah Hukum Kota Banyuwangi)
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang terjadi, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Apa yang menjadi faktor-faktor penyebab maraknya balap liar di kalangan remaja Banyuwangi ? 2. Bagaimana upaya preventif dan represif yang dilakukan pihak Kepolisian dalam
menanggulangi
maraknya
balap
liar
dikalangan
remaja
Banyuwangi ? 3. Apa hambatan yang sering dihadapi pihak Kepolisian dalam upaya preventif dan represif terhadap balap liar di kalangan remaja Banyuwangi?
7
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan fokus kajian atau rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan para remaja Banyuwangi melakukan balap liar. 2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan polisi Banyuwangi dalam menaggulangi maraknya balap liar dikalangan remaja 3. Untuk mengetahui hambatan yang sering dihadapi pihak Polisi dalam upayanya mencegah dan menaggulangi balap liar remaja di Banyuwangi
D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penulisan diatas maka manfaat penelitian diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini akan menambah manfaat serta keilmuan yang berkaitan tentang Undang-Undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana(KUHAP) dan Undang-Undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian tentang proses penyidikan pelanggaran Lalu lintas serta pengetahuan faktor-faktor penyebab maraknya balap liar kalangan remaja di Banyuwangi dan upaya yang dilakukan Polisi dalam hal mencegah dan menaggulangi balap liar
8
2. Secara Praktis a. Bagi Masyarakat Agar lebih menyadari masyarakat bahwa makin maraknya balapan liar bukan hanya tanggunga jawab aparat penegak hukum saja tapi juga peran orangtua sangat penting dalam mengawasi anaknya dan menasehati anaknya agar tidak ikut terjerumus dalam balapan liar, dan juga sebagai sumber informasi dan peningkatan pengetahuan masyarakat dibidang hukum terutama erat kaitannya dengan hukum yang mengatur tentang balap liar. b. Bagi Aparat Penegak Hukum Sebagai bahan evaluasi agar aparat penegak hukum mampu memberikan sanksi yang tegas terhadap para pembalap liar. 3. Manfaat Bagi Peneliti Hasil penelitian ini digunakan oleh peneliti sebagai penambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor penyebab balap liar dikalangan remaja dan upaya hukum yang dilakukan aparat Polisi dalam menanggulangi balap liar dikalangan remaja Kota Banyuwangi serta syarat untuk penulisan Tugas Akhir dan menyelesaikan studi S1 di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.
9
E. Metode Penelitian Metode penelitian berfungsi sebagai alat atau cara untuk melakukan penelitian, sedangkan penelitian adalah suatu cara yg didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang bersifat ilmi’ah.
1. Pendekatan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis sosiologis yaitu unsure pendekatan ilmu hukum dan ilmu sosiologis yang ditempuh melalui penelitian yang sistematis dan terkontrol berdasarkan suatu kerangka pembuktian untuk memastikan, memperluas dan menggali atau mendapatkan data secara langsung dari lapangan terhadap obyek yang diteliti, baik data primer sebagai data utama serta data sekunder sebagai data pendukung atau pelengkap.8 Dari segi yuridis yang memenadang hukum sebagai gejala sosial yang terjadi dimasyarakat sesuai dengan norma-norma yang ada sebagaimana tertuang dalam perundang-undangan yang berlaku, sedangkan pendekatan sosiologis digunakan untuk mengkaji berlakunya aturan hukum yang tertuang dalam peraturan perundangundangan ketika diterapkan dimasyarakat atau melihat realita yang terjadi dimasyarakat. 8
Bambang Waluyo, 2002, Penelitian hukum dalam praktik, Sinar Grafika, Jakarta.hlm. 16
10
2. Lokasi Penelitian Sehubungan dengan masalah yang diangkat oleh penulis, maka pemulis memilih Wilayah Hukum Kota Banyuwangi sebagai lokasi penelitian. Hal ini dikarenakan berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan penulis diwilayah
Kabupaten Banyuwangi, balap liar
dikalangan remaja semakin meningkat dalam kurun waktu satu tahun terakhir dari tahun 2010 ke tahun 2011, penulis menemukan bahwa wilayah hukum Kota Banyuwangi sangat sering dalam upayanya menanggulangi para pembalap liar dan wilayah Hukum Kota Banyuwangi wilayahnya banyak terdapat remaja-remaja yang lebih cenderung sering melakukan aksi balap liar di wilayah hukum Kota Banyuwangi. 3. Sumber Data Penulis menggunakan sumber data kualitatif dimana sumber data yang disuguhkan dalam bentuk dua parameter “abstrak” (tidak dalam bentuk angka-angka)9. Untuk mempermudah dalam melakukan penulisan hukum ini penulis menggunakan kajian sumber data hukum berupa: a. Sumber Data Primer
9
Sukandarrumidi, 2006, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula, Gadjah Mada University Press, hlm. 45
11
Adalah data yang dikumpulkan, dari tangan pertama dan diolah oleh suatu organisasi atau perorangan.10 Diperoleh dengan melakukan pengamatan dan pencatatan dengan sistematis datadata, fakta-fakta, dan bahan keterangan yang diteliti selama tahun 2011. Selain itu penulis juga menggunakan data wawancara secara langsung dengan pelaku yaitu sudah menyiapkan pertanyaan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan undang-undang yaitu UU No.22 Tahun 2009 tentang LaLu Lintas dan Angkutan Jalan, KUHP dan Undang-Undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian guna mendapatkan hukum yang berkaitan dengan upaya polisi dalam menanggulangi maraknya balap liar. b. Sumber Data Sekunder Adalah data yang diperoleh dari suatu organisasi atau perorangan
yang
berasal
dari
pihak
lain
yang
pernah
mengumpulkan dan mengolahnya sebelumnya.11 Data yang mendukung serta melengkapi data primer diatas. Data pendukung tersebut melalui studi kepustakaan yaitu dengan menggunakan peraturan perundang-undangan dan sumber bacaan lain yang terkait dengan pokok permasalahan.
10 11
Muslin Abdurrahman, 2009, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, UMM Press, hlm.112 ibid
12
4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis ialah teknik purposive sampling (pengambilan sampel berdasarkan tujuan) dimana penulis memilih anggota sampel berdasarkan atas pertimbangan sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.12 Sampel yang diambil dalam penelitian sebagai pertimbangan efisiensi dan mengarah pada sentralisasi permasalahan dengan memfokuskan pada sebagian dari populasi13 sebagai objek penelitian penulisan hukum.14 a. Observasi Yaitu sebuah langkah untuk menguji hipotesis dengan cara mempelajari dan memahami tingkah laku hukum masyarakat yang dapat diamati dengan mata kepala.15 Observasi yang digunakan oleh penulis adalah observasi partisipan dimana observer (peneliti) terlibat langsung dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diamati.16Observasi ini merupakan tekhnik pengambilan data yang diperoleh dengan cara melihat dari dekat yang dimaksud objek dari dekat yaitu peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau 12
Sukandarrumidi, op cit, hlm. 65 Ibid. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian baik terdiri dari benda yang nyata, abstrak, peristiwa maupun gejala yang merupakan sumber data dan memiliki karakter tertentu dan sama. hlm.47 14 Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Hukum, Mandar Maju, Bandung, hlm. 148 15 Ibid. hlm. 169 16 Sukandarrumidi, op cit. hlm. 71 13
13
fenomena yang diselidiki pada saat terjadi balap liar dikawasan jalan gajahmada dan Polresta Banyuwangi mengenai upaya yang dilakukan polisi dalam menanggulangi balap liar remaja. Hal ini berarti peneliti harus terjun langsung mengamati obyek dan mengajukan pertanyaan terhadap obyek penelitian. Data yang dikumpulkan dari observasi dapat digunakan sebagai pelengkap data yang diperlukan.17 Peneliti memilih Observasi non Participan yaitu peneliti hanya ikut dalam jalannya balap liar sebagai penonton dan dapat langsung mencatat apa yang peneliti butuhkan. b. Interview Yaitu pengumpulan fakta sosial sebagai bahan kajian hukum empiris, dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dimana semua pertanyaan disusun secara sistematik, jelas dan terarah sesuai dengan isu hukum yang diangkat dalam penelitian.18 Metode pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak , sesuai dengan tujuan penelitian. Merupakan metode pembantu, data interview hanya untuk melengkapi data yang sudah terkumpul dengan metode yang lain. Namun bisa juga menjadi metode pokok
17
Dekrizky, “Metode Pengumpulan Data”, http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/metode-pengumpuldata, 24 april 2011. 18 Bahder Johan Nasution, op cit. hlm. 167
14
terutama dalam kualitatif.19 Peneliti menggunakan jenis Guided Interview digunakan untuk mewawancarai kasatlantas Polresta Banyuwangi Bapak Ketut Redana yang mana interview yang pertanyaannya
sudah
disiapkan,
penginterview
tinggal
membacakan. Dan unguided interview digunakan peneliti untuk mewawancarai para pembalap liar yang merupakan sahabat peneliti agar tidak terlihat formal dan bisa memperoleh jawaban yang benar keadaannya. Dalam penelitian ini penulis melakukan interview secara langsung kepada: 1. Ketut Redana SH, beliau adalah Kepala Satuan Lalu Lintas Polresta Banyuwangi. 2. Sujai, beliau merupakan Kaur Min Ops Satuan Lalu Lintas Polresta Banyuwangi
3. Adi Armada, pembalap liar. 4. Sandi Hermawan, pembalap liar 5. Hanes Praja, pembalap liar 6. Dwi sujarwadi, pembalap liar 7. Joko Susilo, beliau Ayah dari Adi Armada pembalap liar. 8. Heramawan, beliau Ayah dari Sandi Hermawan.
19
Dekrizky, loc cit.
15
9. Kuswoyo, beliau warga yang tinggal tepat di pinggir jalan tempat biasanya remaja melakukan balap liar. c. Studi Dokumentasi Yaitu teknik penumpulan data yang ditujukan kepada subjek penelitian.20 Dilakukan dengan cara mencari dokumen-dokumen berupa Undang-Undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 dan skema penindakan denda pada pembalap liar yang terkait dengan penegakan hukum dalam penegakan kasus balap liar di Kabupaten Banyuwangi, dan tekhnik ini digunakan untuk memperoleh data sekunder. d. Studi Pustaka Yaitu pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas, serta diterbitkan dalam penelitian.21 Kepustakaan yang dimaksud dalam penulisan ini adalah berupa buku-buku ilmu hukum, artikel hukum, karya ilmiah hukum, jurnal hukum, media cetak dan/atau elektonik yang berkaitan dengan hukum lalu lintas.
20 21
Sukandarrumidi, op cit. hlm. 100 Sukandarrumidi, op cit. hlm. 111
16
5. Analisa Data Dalam penulisan hukum ini penulis menggunakan metode analisis diskriptif kualitatif, dengan mengelompokkan data dan informasi yang sama menurut subaspek dan melakukan interpretasi untuk memberikan makna terhadap tiap subaspek dan hubungannya satu sama lain.22 Sehingga dapat memberikan gambaran tentang suatu gejala agar dapat tersimpulkan masalah yang ada untuk dianalisis dan mendapatkan cara penyelesain yang baik sesuai peraturan perundang-undangan.
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 4 (empat) bab yang tersusun secar berurutan, dengan tujuan agar menghasilkan suatu pembahasan yang sistematis.Mulai Bab I sampai dengan Bab IV, secara garis besar diuraikan sebagia berikut : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang yakni memuat alasan yang menjadi pentingnya dilakukan suatu penelitian berdasarkan permasalahan yang ada. Rumusan masalah, yakni meliputi pertanyaan yang spesifik terhadap permasalahn yang akan diteliti serta merupakan dasar penilihan judul penulisan tugas akhir. Tujuan penulisan memuat pernyataan 22
Bahder Johan Nasution, op cit. hlm. 174
17
singkat tenatang apa yang akan dicapai oleh peneliti. Manfaat penulisan, merupakan uaraian mengenai kegunaan secara praktis dan teoritis. Metode penulisan yang menguraikan tentang metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan jenis bahan hukum yang digunakan, tekhnik pengumpulan bahan hukum dan tekhnik menganalisis hasil penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Merupakan bab yang dimana dalam bagian ini peneliti menyajikan teori-teori maupun kaidah-kaidah yang bersumber dari peraturan perundangundangan maupun literature-literartur yang akan dipakai untuk mendukung analisis yang akan diberlakukan pada penelitian ini. Menjelaskan tentang pengertian aparat kepolisian, pengertian dan macam-macam pelanggaran lalu lintas, pengertian dan macam-macam balap liar remaja dan faktor-faktor penegakan hukum. Teori-teori yang dipergunakan antara lain berkaitan dengan upaya yang dilakukan Polisi dalam menanggulangi maraknya balap liar remaja di Banyuwangi. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, berisi mengenai uraian pembahasan permasalahan yang diangkat peniliti serta dianalisis secara deskriptif kualitatif yang berkaitan dengan permasalah faktor penyebab para remaja melakukan balapan liar, upaya penanggulangan pihak Kepolisian terhadapa pembalap liar remaja, hambatan Pihak Kepolisian dalam upaya penanggulangan aksi balap liar
18
remaja di Banyuwangi. Adapun gambaran analisis penulisan lebih difokoskan pada strategi Polisi dalam menanggulangi maraknya balap liar oleh remaja di Banyuwangi. BAB IV PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan hukum ini dimana berisikan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya serta berisikan saran penulisan dalam menanggapi permasalahan yang telah diangkat penulis yaitu menggenai upaya polisi dalam menanggulangi balap liar oleh remaja di Banyuwangi yang semakin marak.