1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Geng motor bukanlah hal yang asing lagi bagi masyarakat Indonesia karena sudah sering mendengar ataupun membaca dari media massa mengenai munculnya geng-geng motor yang perilaku para anggotanya sangat meresahkan masyarakat dengan sering melakukan tindakan di luar batas-batas norma agama maupun sosial yaitu tindakan penganiayaan, perampokan, penjambretan, pelecehan, peperangan antar geng motor, sampai dengan terjadinya pembunuhan (Satrya, 2006). Salah satu kota besar yang mendapat sorotan mengenai geng motor adalah kota Medan. Sebagaimana terlihat dari cuplikan berita berikut ini: "Kelompok Geng motor kembali beraksi di Medan. Tingkah mereka semakin ganas dan brutal. Korban dianiaya, lalu sepeda motor (kereta) dirampok. Perlakuan yang semakin sadis itu mereka lakukan pada awal tahun 2014 ini. Seperti ada komando, tindakan sadis geng motor itu menyebar di beberapa wilayah hukum Jajaran Polresta Medan. Suasana nyaman dan aman di awal tahun, yang seharusnya dirasakan warga kota, tetapi dikolori oleh kelompok geng motor tersebut. " (Waspada, 13 Januari 2014) Dari cuplikan berita diatas dapat dilihat bahwa geng motor melakukan tindak kekerasan. Berita lainnya yang juga menginformasikan mengenai geng motor di kota Medan adalah: "Sejarah perkembangan geng motor di Kota Medan berawal dari adanya kelompok-kelompok pengendara bermotor yang sering melakukan aksi balapan liar seperti di Griya dan Pasar VIII Padang Bulan. Kelompok ini dulunya terbilang meresahkan, namun keresahan yang diciptakan hanyalah sebalas penggunaan jalan raya untuk arena balapan liar. Tak
Universitas Sumatera Utara
2
jarang kelompok ini melakukan aksi kejahatan jalanan seperti dilakukan Geng Motor saat ini. Namun beberapa tahun belakangan, teradopsi dari kelompok pengendara bermotor di Kota Bandung yang kerap melakukan aksi brutal, Geng Motor mulai lahir dan tumbuh di Kota Medan. Lahirnya kelompok ini bukan dengan mudah, diperlukan keberanian mental untuk bisa menjadi anggotanya. Perekrutannya pun terbilang sulit, dimana anggota baru dilatih untuk bersikap anarkis. Seperti yang dilakukan oleh kelompok Geng Motor Kota Kembang Bandung, demikian pula lah perekrutan yang dilakukan untuk menjadi anggota geng motor di Medan. Geng Motor yang besar di Kota Medan saat itu adalah RnR (Rock n Roll) dan SL (Simple Life) dimana kedua kelompok ini sering berseteru dan terlibat tawuran di beberapa lokasi tertentu." (Sumut Pos, 9 September 2012) Berdasarkan cuplikan berita diatas dapat dilihat bahwa SL (Simple Life) dan RnR (Rock and Roll) adalah dua geng motor yang besar di kota Medan, melakukan aksi kejahatan jalanan. Hal ini dinyatakan juga oleh PR, salah seorang anggota geng motor RnR di kota Medan dalam wawancara personal dengan peneliti: "Dulu itu kami metik bilangnya. Jadi pernahlah ada yang naik thunder kan terus kami suruh satu orang ngemop dia, rupanya kawannya rame, jadinya kami pukuli lah dek. Karena disana nampak kereta nganggur ya kami ambil dek hahaha.” (PR, salah seorang anggota geng motor RnR) “Biasanya kalo ada masalah terus ketua bilang dibalas kami langsung kumpul walaupun lagi sekolah atau kuliah. Abis itu kami nyerang, siap nyerang kami sembunyi, kalo istilahnya dulu spooring karna kami dilarang ketua untuk bekerja sama dengan polisi. Kami juga pas masuk geng motor ini ya ngikutin kebiasaan geng motor Fan buat ga matuhin peraturan lalu lintas kaya ga pake spion, nerobos lampu merah, malu lah masa geng motor patuh sama lalu lintas. Pernah juga kami lagi perang terus ada polisi satu atau dua orang kalo ga salah ya kena pukul juga lah disitu.” (A, salah seorang anggota geng motor RnR) “Kalo di geng motor SL itu biasanya ketua ngasih perintah untuk perang, nyerang kelompok lain atau ga konvoi buat cari musuh istilahnya nyeser atau buat keributan di jalan.” (L, salah satu anggota geng motor SL)
Universitas Sumatera Utara
3
Saat pertama kali terbentuk, geng motor SL menganggap kelompoknya bukan sebagai geng motor namun sebagai suatu komunitas. Sedangkan, geng motor RnR sudah mengakui kelompoknya geng motor dari pertama kali terbentuk. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan wawancara personal yang dilakukan peneliti dengan AL, salah seorang anggota geng motor SL dan A, salah seorang anggota geng motor RnR: “Awalnya SL itu komunitas, bukan geng motor kak. Cuman karna lawan kami geng motor ya kami jadi geng motor.” (AL, salah seorang anggota geng motor SL) “Pas awal bentuk RnR itu udah jadi geng motor, kami beda sama SL. Dari awal memang kami udah jadi geng motor. Awalnya karena rasa persaudaraan, Fan buat saling menjaga.” (A, salah seorang anggota geng motor RnR) Selain itu geng motor SL dan RnR berafiliasi dengan organisasi masyarakat (ORMAS) yang berbeda. Hal tersebut diketahui dari kutipan wawancara personal yang dilakukan oleh peneliti dengan CS, salah seorang anggota geng motor RnR dan AL, salah seorang anggota geng motor SL: “Kalo anggota RnR kebanyakan gabung ke PP Fan.” CS, salah seorang anggota geng motor RnR “Kalo di SL itu kak kebanyakan anggotanya gabung ke IPK” A, salah seorang anggota geng motor SL Berdasarkan kutipan wawancara diatas dapat dilihat bahwa geng motor RnR berafiliasi dengan ORMAS PP (Pemuda Pancasila), sedangkan geng motor SL berafiliasi dengan ORMAS IPK (Ikatan Pemuda Karya). Menurut Shields (2012), geng motor adalah organisasi yang anggotanya menggunakan kendaraan bermotor sebagai fasilitas untuk melakukan tindak kriminal. Berdasarkan definisi tersebut, geng motor dapat diartikan sebagai suatu
Universitas Sumatera Utara
4
kelompok yang memiliki persamaan ketertarikan terhadap kendaraan bermotor dan menggunakannya sebagai fasilitas untuk melakukan tindak kriminal. Kipnis (dalam Kendrick, 2010), mengatakan bahwa suatu kelompok memiliki status hirarki, terdapat sosok ketua yang memiliki social power dan influence yang lebih besar kepada anggota kelompok. Pada geng motor SL dan RnR di kota Medan juga terdapat status hirarki yaitu, ketua, panglima, bendahara, dan anggota. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara informal yang dilakukan peneliti kepada EP, salah seorang anggota geng motor SL dan A salah seorang anggota geng motor RnR di kota Medan: “Kalo disini ada ketua, panglima, bendahara, sama anggota dek. Panglima itu ketua dilapangan yang jadi penggerak massa. Ketua itu ibarat pentolan dek. Atau kalo ditubuh manusia dia itu otaknya. Kalau dia gerak, semua anggota tubuh ya ikut gerak.” (EP, salah seorang anggota geng motor SL) "Kalo disini ada ketua, panglima, bendahara, sama anggota. Untuk milih ketua nanti calon-calon yang ada di test fisik, Fan, baru diambil tiga terkuat. Itulah yang jadi ketua, panglima, sama bendahara. Ketua itu yang paling bijak untuk ambil keputusan kalo ada masalah. Misalnya ada anggota kami yang bermasalah, ketua yang mutusin mau dibalas atau ga. Nanti ketua kasih keputusan ke anggota didalam forum baru abis itu kami gerak. Keputusan itu harus ketua yang kasih mau nyerang balik atau ga. Kalo panglima itu yang atur pas ada penyerangan aja. Kalo bendahara ngurus keuangan, ngumpulin uang, dan kasih informasi. Kalo anggota itu untuk membesarkan kelompok, ngasih suara dalam forum, kasih orangorang yang mau direkrut, dan harus selalu siap kalo ada apa-apa.” (A, salah seorang anggota geng motor RnR) "Ketua itu pemimpin loh. Orang nomor satu di geng motor, paling berkuasa dan ga bisa disentuh. Kalo sampe disentuh, respon anggota geng motor lebih meluap amarahnya, gitulah kira-kira. Orang yang paling bertanggung jawab kalo misalnya di geng motor ada masalah. Ketua juga orang yang mengatur geng motor. Bedanya ketua sama panglima itu, kalo panglima itu cuman pemimpin di lapangan waktu perang, pemimpin massa waktu di medan perang. Kalo arahan tetep dari ketua.” (SH, salah seorang anggota geng motor RnR)
Universitas Sumatera Utara
5
Berdasarkan pemaparan diatas dapat dilihat bahwa ketua geng motor tersebut memiliki pengaruh yang besar, ketua memberikan perintah untuk tindakan yang akan dilakukan oleh anggota geng motor sekalipun tindakan tersebut termasuk dalam tindakan kekerasan yang merugikan orang lain. Kemauan anggota-anggota geng motor untuk mengikuti permintaan yang diberikan oleh ketua disebut dengan compliance karena kemauan anggota mengikuti permintaan ketua didasari oleh hubungan
baik
antara
ketua
dengan
anggota,
serta
bagaimana
ketua
mempengaruhi anggota untuk mengikuti permintaannya. Kemauan anggota bukan merupakan obedience atau conformity, karena anggota mengikuti permintaan ketua bukan berdasarkan faktor paksaan (obedience) dan bukan karena mengikuti individu lain (conformity). Deaux (1993) menyatakan bahwa individu dikatakan comply jika suatu perintah langsung diberikan kepada individu dan individu setuju untuk betindak sesuai dengan perintah tersebut. Menurut Cialdini (2010), compliance adalah suatu perubahan perilaku yang disebabkan oleh suatu permintaan. Cialdini (2010) menyatakan bahwa compliance dipengaruhi oleh enam prinsip yaitu, kemauan individu untuk mengikuti suatu permintaan karena permintaan tersebut berasal dari individu yang sebelumnya telah menyediakan sesuatu untuknya (reciprocity); kemauan individu untuk melakukan suatu tindakan yang diminta karena individu melihat bukti bahwa orang lain, terutama yang memiliki kesamaan dengan dirinya mau untuk melakukan hal tersebut (social validation); kemauan individu untuk menuruti suatu arahan karena individu memandang hal tersebut konsisten dengan komitmen yang telah dibuat
Universitas Sumatera Utara
6
sebelumnya (commitment/consistency); kemauan individu untuk menuruti suatu permintaan karena individu menyukai atau mengenal individu yang mengajukan permintaan
(friendship/liking);
permintaan
karena
kemauan
memandang
individu
individu yang
untuk menuruti mengajukan
suatu
permintaan
memberikan hal yang sulit atau jarang untuk didapatkan (scarcity); kemauan individu untuk menuruti suatu permintaan karena memandang individu yang mengajukan permintaan sebagai figur otoritas (authority). Enam prinsip yang mempengaruhi compliance yang telah diuraikan diatas, terlihat pada geng motor di kota Medan seperti yang dinyatakan oleh A, salah seorang anggota geng motor RnR dan O, salah seorang anggota geng motor SL di kota Medan dalam wawancara personal yang dilakukan dengan peneliti: "Kalo mau masuk geng motor ini kan ada ospeknya, yang ngospek anggota baru itu langsung ketuanya. Nanti anggota yang baru kami bawa ke markas terus kami tes fisiknya. Tes fisiknya itu pertama kami buat tangan kosong baru kedua pake senjata tumpul, siap itu nanti harus minum air yang udah diludahin sama pengurus dan anggota lain sebagai tanda udah masuk dan setia sama geng motor. Ketua juga nanyain anggota yang mau masuk siap ga berjuang habis-habisan buat geng motor ini. Kalo mau berarti udah komit sama geng motor. Kalo masuk geng motor ini kan buat keputusan sendiri dan ngerasa ini udah pilihanku jadi kuikuti gimana geng motor ini, gimana mau ketuanya, kan cari nama juga, ga mau sampe ngecewakan ketuanya karna banyak bantu kami sebagai anggota, kami jadi dapat penghargaan nama, jadi disegani, yang tadinya ga punya kereta jadi punya kereta.” (A, salah seorang anggota geng motor RnR)
Universitas Sumatera Utara
7
“Ketua ini naik kan lewat pemilihan dari anggota jadi nanti dari beberapa calon yang udah ada kami pilih tiga besar baru nanti di tes fisik lagi siapa yang jadi ketuanya. Selain itu ketua juga harus paling bijak jadi kami juga pas milihnya liat-liat gimana sikap dia bijak atau ga, kalo kami rasa sikap dia cocok buat mimpin dan kami suka gimana dia ke kami ya kami pilih buat jadi ketua. Saat lagi memimpin juga kami lihat gimana dia mimpin dan ambil keputusan buat kelompok, karna kami merasa dia membela kami jadi di mata kami dia bukan cuman ketua tapi juga kawan. Kan pas pemilihan dia pun kami yang milih buat jadi ketua.” (A, salah seorang anggota geng motor RnR) “Ketua banyak kali bantu aku, Fan. Mau kemana-mana pun gampang aku sekarang karna ada kereta dari ketua geng motor ini. jadi ya balas budi lah aku sama ketua, aku harus setia nuruti apa permintaan ketua.” (O, salah seorang anggota geng motor SL) Dari kutipan wawancara diatas terlihat adanya beberapa prinsip-prinsip yang mempengaruhi compliance, seperti commitment/consistency, friendship, reciprocity dan scarcity yang mempengaruhi compliance anggota geng motor terhadap ketuanya. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Cialdini (2001), menemukan jika satu saja prinsip terpenuhi compliance terbentuk, sedangkan jika terdapat lebih dari satu prinsip yang menyebabkan individu untuk comply, hal tersebut meningkatkan compliance. Selain itu dapat dilihat dari kutipan wawancara bahwa ketua adalah sosok yang paling kuat. Hal itu dilihat dari proses pemilihan yang ketua yang meliputi tes fisik. Sebagai upaya untuk menanggulangi keberadaan geng motor yang perilakunya sangat ditentukan oleh perintah ketua geng, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana gambaran prinsip-prinsip yang mempengaruhi compliance anggota geng motor SL dan RnR terhadap ketua di kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
8
B. Pertanyaan Penelitian Bagaimana gambaran prinsip-prinsip yang mempengaruhi compliance anggota geng motor SL dan RnR terhadap ketua di kota Medan? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini betujuan untuk melihat gambaran prinsip-prinsip yang mempengaruhi compliance anggota geng motor SL dan geng motor RnR terhadap ketua di kota Medan agar dapat diketahui penyebab anggota geng motor bersedia mengikuti permintaan ketua, bahkan ketika permintaan tersebut tergolong ke dalam tindak kriminal. D. Manfaat Penelitian D.l. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu psikologi khususnya dalam bidang Psikologi Sosial, dan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan kajian bagi peneliti lain yang ingin meneliti fenomena keberadaan geng motor yang mengkhawatirkan. D.2. Manfaat Praktis a.
Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi kepada masyarakat Kota Medan maupun masyarakat secara luas mengenai gambaran compliance anggota geng motor SL dan geng motor RnR terhadap ketua di kota Medan. Mengingat bahwa anggota geng motor yang akan diteliti adalah siswa SMA (Sekolah Menengah Atas) dan mahasiswa, maka hasil penelitian dapat membantu orang
Universitas Sumatera Utara
9
tua, pihak sekolah, dan universitas mencegah siswa SMA dan mahasiswa bergabung dengan geng motor. b. Kepolisian Kota Medan Pihak kepolisian dapat mengidentifikasi hal-hal yang melatarbelakangi anggota geng motor di kota Medan bersedia mengikuti permintaan yang diberikan oleh ketua untuk melakukan hal-hal yang merugikan masyarakat, sehingga pihak kepolisian dapat menanggulangi perilaku yang dilakukan geng motor dan melakukan pembinaan berdasarkan prinsip-prinsip compliance. E. Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori Bagian ini berisikan tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam penelitian yaitu teori compliance, penjelasan mengenai enam prinsip yang mempengaruhi compliance, yaitu; friendship/liking, commitment/consistency, scarcity, reciprocity, social validation, dan authority. Kemudian penjelasan geng motor SL dan RnR serta gambaran compliance anggota geng motor SL dan RnR terhadap ketua di kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
10
Bab III : Metode Penelitian Bab ini meliputi identifikasi variabel, definisi operasional, metode pengambilan sampel, alat ukur, uji validitas dan reliabilitas, serta metode analisa data yang digunakan dalam penelitian. Bab IV : Analisa data Berisikan gambaran dari subjek penelitian, hasil penelitian utama, hasil penelitian tambahan, serta pembahasan dikaitkan dengan teori yang ada. Bab V : Kesimpulan dan Saran Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian, serta saran untuk pihak terkait dan penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara