1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Masalah utama dalam dunia pendidikan matematika adalah tingkat keberhasilan belajar yang belum memuaskan. Pembelajaran matematika pada umumnya masih secara konvensional dan di dominasi oleh cermah dari guru, sementara aktivitas siswa hanya mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Kurangnya usaha guru dalam melibatkan siswa secara lansung dalam aktivitas belajar di kelas. Pada proses ini seringkali dijumpai kecenderungan kurangnya minat siswa untuk belajar. siswa yang pasif dan kurang terlibat dalam pembelajaran merupakan salah akibat dari proses pembelajaran ini. Tabel 1.1 Data Nilai rata-rata Ujian Tengah Semester Ganjil Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Kota Jambi Tahun Ajaran 2014/2015 No
Kelas
Jumlah Siswa
Rata-rata
1
VII A
33
62,51
2
VII B
31
64,39
3
VII C
31
67
4
VII D
33
65,60
5
VII E
34
66,03
6
VII F
33
66,51
7
VII G
31
64,45
Sumber: Dokumentasi Guru Matematika SMP Negeri 22 Kota Jambi
2
Dari tabel 1.1 di atas dapat terlihat bahwa nilai rata-rata ujian tengah semester ganjil setiap kelas masih berada di bawah nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran matematika yaitu 75. Dengan demikian, perlu adanya identifikasi masalah terkait mengapa rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 22 Kota Jambi rendah. Setelah melakukan identifikasi masalah, ditemukan beberapa faktor yang mengakibatkan rendahnya rata-rata hasil belajar siswa. Rendahnya rata-rata hasil belajar siswa diakibatkan antara lain oleh kurangnya minat belajar siswa
tentang materi pembelajaran matematika. Kurangnya minat ini
disebabkan oleh anggapan-anggapan bahwa matematika adalah pelajaran terlalu banyak rumus untuk dihapalkan dan terlalu banyak angka yang dioperasikan. Jarangnya guru melibatkan siswa dalam proses pembelajaran menambah perasaan bosan siswa pada pelajaran matematika. Dari observasi yang dilakukan penulis pada tanggal 24 s.d 30 oktober 2014 di SMP Negeri 22 Kota Jambi khususnya dikelas VII yang terdiri dari 7 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 226 siswa. Berdasarkan observasi lansung terhadap guru matematika yang mengajar di kelas VII penulis menyimpulkan pembelajaran yang dilaksanakan guru menggunakan pembelajaran dan pendekatan yang berbeda-beda. Umumnya, Guru melaksanakan pembelajaran lansung, metode diskusi, serta pemberian tugas. Pembagian kelompok Pada metode diskusi yang digunakan guru yaitu masih berdasarkan posisi tempat duduk. Artinya, kemungkinan dalam satu kelompok ada siswa yang berkemampuan tinggi semua atau sebaliknya. Guru terlibat aktif dikelas, sebagian siswa tidak mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
3
Ketika guru menjelaskan materi pembelajaran ada siswa yang mendengarkan musik, mengerjakan PR mata pelajaran lain bahkan ada yang tidak memperhatikan sama sekali. Rendahnya hasil belajar ini juga merupakan akibat dari kurang menariknya cara penyajian materi yang disampaikan guru di depan kelas. Oleh karena itu, siswa hendaknya belajar bekerja sama dan terbiasa menerima perbedaan pendapat tanpa harus menghilangkan sikap kritis. Sedangkan, sebagai seorang fasilitator guru hendaknya dapat menciptakan suatu kondisi yang interaktif di dalam kelas, hal ini berkaitan dengan pendekatan dan strategi yang digunakan agar siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan aktif. Sementara, dalam satu ruangan kelas itu terdiri dari berbagai macam jenis atau karakter dari masing-masing siswa. Ada siswa yang proaktif, pendiam tapi kemampuan akademiknya lebih tinggi dari temannya, ada siswa yang aktif berbicara tapi mempunyai kemampuan akademik yang kurang. “Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan siswa secara individu, agar dapat melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaannya itu (Slameto, 2010:39)”. “Permasalahan pembelajaran matematika yang berkaitan dengan dengan peserta didik, yaitu kemampuan awal yang belum dikuasai, motivasi dan minat belajar yang rendah. Sedangkan permasalahan yang berkaitan dengan pendidik yaitu masih banyaknya pendidik yang bukan berlatar belakang pendidikan yang mengakibatkan strategi pembelajaran yang digunakan masih menekankan pola lama
4
yang membuat peserta didik bosan dan tidak berminat pada matematika (Tatag, 2014:4)”. Permasalahan ini juga merupakan faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat keberhasilan belajar matematika siswa.
“Dalam proses belajar mengajar, guru harus menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat (Slameto, 2010:36)”. Sedangkan aktivitas belajar adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan sedemikian rupa agar menciptakan siswa aktif bertanya, mengemukakan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru yang membuat siswa menjadi partisipan yang aktif.
Membangkitkan minat belajar siswa itu juga merupakan tugas guru, yang mana guru harus benar-benar bisa menguasai semua keterampilan yang menyangkut pengajaran, terutama keterampilan dalam bervariasi, keterampilan ini sangat mempengaruhi minat belajar siswa seperti halnya bervariasi dalam gaya mengajar, jika seorang guru tidak menggunakan variasi tersebut, siswa akan cepat bosan dan jenuh terhadap materi pelajaran. Untuk mengatasi hal-hal tersebut guru hendaklah menggunakan variasi dalam gaya mengajar, agar semangat dan minat siswa dalam belajar meningkat, jika sudah begitu, hasil belajarpun sangat memuaskan. Dan tujuan pembelajaran pun akan tercapai secara maksimal. Hasil belajar merupakan tolak ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan
5
diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan ketrampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan. Dalam mencapai keberhasilan belajar dalam pembelajaran matematika, maka para guru dituntut untuk terus berusaha memilih, menyusun dan menetapkan pembelajaran serta pendekatan yang paling efektif dan efisien untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor internal dan eksternal. “Sebagai mana yang dikemukakan Ahmadi dalam Roida, (2013:123) yang menyatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai seseoarang merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri maupun dari luar diri individu”. Dalam hal ini, minat belajar siswa dan aktivitas belajar siswa merupakan salah satu faktor utama dalam mencapai keberhasilan dalam belajar siswa. Dalam bidang studi matematika, minat seseorang terhadap pelajaran dapat di lihat dari kecenderungan untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pelajaran tersebut. Bila seseorang memiliki minat yang besar terhadap pelajaran matematika maka nilai hasil belajarnya cenderung berubah ke arah yang lebih baik. “Molyono dalam Arum, (2012:3) menyatakan bahwa Proses belajar mengajar matematika yang baik adalah guru harus mampu menerapkan suasana yang dapat
6
membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mampu mencoba memecahkan persoalannya”. Di dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan minat siswa terhadap pelajaran yang diberikan. Guru memiliki peran penting dalam mencari jawaban dari permasalahan ini. Dalam pembelajaran haruslah di perhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik. “Guru harus menyajikan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi peserta didik agar tercapai suatu kompetensi dan profesionalisme guru dalam kegiatan pembelajaran (Made.dkk, 2013:2)”. Menentukan metode pembelajaran yang tepat pada setiap penyampaian materi merupakan salah satu jawaban dari masalah ini. Dengan demikian, guru harus cerdas dalam memilih metode pembelajaran di kelas. “Salah satu pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi belajar siswa adalah pembelajaran kooperatif. Karena dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja sama satu sama lain untuk menyelesaikan tugas, sehingga terjadi interaksi belajar dalam kelompok (Dian, 2012: 2)”. Hubungan antar teman sebaya di dalam ruangan kelas sangatlah penting. Pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan dalam kelas dapat memanfaatkan pengaruh teman sebaya untuk tujuan yang positif dalam pembelajaran matematika. Faktanya, seoarang anak bebas menjalin hugungan dengan anak yang memiliki status dan umur yang tidak jauh berbeda, baik itu hubungan yang bersifat pribadi maupun untuk menguji dirinya dengan teman-teman yang lain. Lebih lanjut, berdasarkan penelitiannya “Webb dalam Dian, (2012:3) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar
7
siswa melalui interaksi yang saling membantu antara siswa yang satu dengan siswa lainnya”. “Tujuan pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan ketarampilan sosial (Widyantini, 2008:4)”. Tidak semua pembelajaran yang menggunakan diskusi kelompok merupakan pembelajaran kooperatif. Namun, “pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanggung jawab secara individu maupun kelompok (Hidayati, 2008:1)”. Dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD maka terciptanya pembelajaran yang aktif dan menyenangkan merupakan tujuan dari penggunaan metode ini. Pembelajaran yang menyenangkan dapat meningkatkan minat siswa dalam memperhatikan materi yang disampaikan. Dengan meningkatnya minat belajar siswa maka diharapkan pembelajaran akan lebih hidup dan bermakna. Permendikbud No. 65 Tahun 2013 menjelaskan tentang: “Standar proses pendidikan dasar dan menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik/ilmiah. Upaya penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dalam proses pembelajaran ini sering disebut-sebut sebagai ciri khas dan menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan kurikulum 2013, yang tentunya menarik untuk dipelajari dan dielaborasi lebih lanjut (Sudrajat, 2013: akhmadsudrajat.wordpress.com)”.
“Kemendikbud dalam Atsnan. dkk, (2013:430) menyatakan bahwa Proses pembelajaran dengan pendekatan scientific merupakan perpaduan antara proses pembelajaran yang semula terfokus pada aksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi
dengan
komunikasikan”.
mengamati,
menanya,
menalar,
mencoba,
dan
meng-
8
“Pembelajaran
dengan
Pendekatan
scientific
ini
mengaitkan
antara
matematika dan ilmu pengetahuan, sehingga siswa akan mempelajari matematika dengan cara yang menarik (Atsnan. dkk, 2013:431)”. Pendekatan scientific ini sangat mengutamakan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan. Pada pembelajaran scientific materi perbandingan, guru juga dapat memanfaatkan pengalaman siswa atau menggunakan alat peraga gambar. Untuk menanamkan pemahaman siswa tentang definisi perbandingan, guru harus menunjukkan berbagai manfaat materi perbandingan dan skala dalam memecahkan masalah nyata. menyediakan beberapa masalah siswa diajak untuk berfikir dan mengajukan ide-ide secara bebas dan terbuka baik secara individu maupun kelompok. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Aktivitas dan Minat Belajar Siswa terhadap Hasil Belajar Matematika dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD menggunakan Pendekatan Scientific pada Kelas VII SMP Negeri Kota Jambi”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara aktivitas dan minat Belajar siswa terhadap hasil belajar matematika dalam pembelajaran STAD menggunakan pendekatan scientific pada kelas VII SMP Negeri Kota Jambi?
9
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara aktivitas dan minat belajar siswa terhadap hasil belajar matematika dalam pembelajaran STAD menggunakan pendekatan scientific pada kelas VII SMP Negeri Kota Jambi. 1.4 Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi guru, sebagai acuan dalam memilih dan menentukan pendekatan dan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran dalam memperbaiki hasil belajar matematika. 2. Bagi siswa, sebagai pengetahuan awal untuk memperbaiki aktivitas dan minat belajar untuk meningkatkan hasil belajar. 3. Bagi peneliti lain, sebagai inspirasi dalam penelitian lanjutan.
1.5 Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah 1.5.1 Ruang Lingkup Penelitian Adapun ruang lingkup penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 22 Kota Jambi pada mata pelajaran matematika.
10
1.5.2 Pembatasan Masalah Adapun keterbatasan masalah dalam penelitian ini adalah penelitian dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 22 Kota jambi pada pokok bahasan perbandingan dan skala dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan pendekatan scientific . 1.6 Definisi Istilah 1.6.1 Aktivitas Aktivitas yang dimaksud pada penelitian ini adalah Aktivitas belajar. Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Aktivitas yang
dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak terciptanya situasi belajar aktif. Anonim, (2012:eprints.uny.ac.id) menjelaskan bahwa aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. 1.6.2. Minat Siswa Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan. Minat belajar menurut Arianto (2008 :2-3) adalah aspek psikologi seseorang yang menampakkan
11
diri dalam beberapa gejala, seperti : gairah, keinginan, perasaan suka untuk melakukan proses perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan dan pengalaman, dengan kata lain, minat belajar itu adalah perhatian, rasa suka, ketertarikan seseorang (siswa) terhadap belajar yang ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi dan keaktifan dalam belajar. 1.6.3. Pembelajaran Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:157) pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pembelajaran pada penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). 1.6.4. Pendekatan scientific Pendekatan scientific menjadi bahasan utama dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Pendekatan scientific mencakup lima langkah utama yaitu observing (mengamati),
questioning
(menanya),
associating
(mencoba), dan networking (membentuk jejaring).
(menalar),
experimenting
12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter adalah kurikulum baru yang dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Mohammad Nuh (dalam Kompas.com) mengatakan bahwa:
“Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah digagas dalam Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tetapi belum terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006. Rumusannya berdasarkan sudut pandang yang berbeda dengan kurikulum berbasis materi sehingga sangat dimungkinkan terjadi perbedaan persepsi tentang bagaimana kurikulum seharusnya dirancang. Perbedaan ini menyebabkan munculnya berbagai kritik dari yang terbiasa menggunakan kurikulum berbasis materi. Untuk itu, ada baiknya memahami lebih dahulu konstruksi kompetensi dalam kurikulum sesuai koridor yang telah digariskan UU Sisdiknas sebelum mengkritik”.
Isi kurikulum yaitu pengalaman belajar yang diperoleh siswa disekolah. Pengalaman-pengalaman ini dirancang dan diorganisasikan sedemikian rupa sehingga apa yang diperoleh siswa sesuai dengan tujuan.
13
Tujuan kurikulum adalah mempersiapkan insan indonesia untuk memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.
Berikut inti kurikulum 2013 yang Dikutip dari “Uji Publik Kurikulum 2013:
”Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya”.
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach). Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Pendekatan scientific dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Berikut ini tujuh kriteria sebuah pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai pembelajaran scientific, yaitu:
1.
Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
14
2.
Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3.
Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
4.
Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
5.
Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
6.
Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.
7.
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Dengan pendekatan ini diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan dituntut untuk lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya.
15
2.1.2 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan antara guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung baik itu kegiatan fisik maupun kegiatan psikis. Kegiatan fisik yaitu kemampuan mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan kegiatan psikis yaitu kemampuan untuk mengidentifukasi variabel, membuat tabulasi data, mengumpulakan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen (Erwin, 2007:14). Lebih
lanjut,
Gie
dalam
Khoerul,
(2010:ekokhoeruln.blogspot.com),
mengatakan bahwa aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan oleh seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan. Jika kegiatan belajar mengajar bagi siswa diorientasikan pada keterlibatan intelektual, emosional, fisik dan mental maka Paul B. Diedrich menggolongkan aktivitas belajar siswa sebagai berikut: 1) Visual activities, seperti: membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya 2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi dan sebagainya.
16
3) Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato dan sebagainya. 4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin dan sebagainya. 5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola dan sebagainya. 6) Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya. 7) Mental activities, seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya. 8) Emosional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup dan sebagainya (Paul B. Diedrich dalam Sardiman, 2000:101). Wina sanjaya dalam Istingrum dan Sukanti (2012:66) mengemukan kadar aktivitas belajar siswa di bagi menjadi tiga kategori yaitu kadar aktivitas siswa ditinjau dari proses perencanaan, kadar aktivitas siswa ditinjau dari proses pembelajaran, dan kadar aktivitas siswa ditinjau dari kegiatan evaluasi pembelajaran.
2.1.3 Minat Siswa Minat belajar terdiri dari dua kata yaitu minat dan belajar. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gaitah keinginan. Sedangkan menurut Gagne (dalam Ariyanto, 2008:1)
17
belajar adalah
perubahan yang diperlihatkan dalam bentuk tingkah laku, yang
keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang sempurna itu. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
minat belajar adalah
kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu situasi yang sedang dilaksanakan yang ditunjukkan dengan perubahan tingkat keaktifan dalam melakukan sesuatu. Ariyanto, (2008:2) menyatakan ada dua hal yang menyangkut minat yang perlu diperhatikan, yaitu: a. Minat pembawaan, yaitu minat muncul dengan tidak dipengaruhi oleh faktorfaktor lain baik itu kebutuhan maupun lingkungan. Minat semacam ini biasanya timbul berdasarkan bakat yang dimiliki sebelumnya. b. Minat muncul karena adanya pengaruh dari luar, dalam hal ini minat seseorang dapat berubah sewaktu-waktu karena adanya pengaruh dari luar. Misalnya, lingkungan, orang tua dan gurunya. Berdasarkan hal diatas, poin b. Merupakan permasalahan dalam penelitian ini. Yakni minat yang muncul pada saat guru membuat variasi dalam belajar. Menurut pendapat Djamarah dalam (Slameto, 2010:132) maka dapat ditemukan unsur-unsur penting dari minat, yaitu : a.
Kesadaran Secara definisi kesadaran dapat diartikan sebagai sifat yang termuat dalam proses kejadian tertentu pada seseorang yang hidup dan dianggap sesuatu yang
18
unik serta dapat digambarkan sebagai suatu kemauan untuk mengadakan pengamatan terhadap suatu proses atau kejadian sebagaimana adanya. b. Perhatian Perhatian adalah merupakan pemusatan seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan pada sesuatu atau kelompok obyek. c.
Konsentrasi Konsentrasi adalah pemusatan pemikiran terhadap sesuatu hal dengan menyampingkan semua hal lain yang tidak ada hubunganya. Pada dasarnya konsentrasi merupakan akibat dari perhatian yang bersifat spontan yang ditimbulkan oleh minat suatu obyek.
d. Kemauan Kemauan adalah suatu gejala psikis yang dapat mendorong seseorang untuk berjuang secara gigih untuk menguasai pelajaran yang dipelajari.\ Dalam pembelajaran penting bagi guru untuk meningkatkan minat belajar siswa agar mendapat hasil yang lebih baik. Menurut Nasution dalam Rahmita, (2008: 20) minat antara lain dapat dibangkitakan dengan cara-cara berikut: 1. Bangkitkan suatu kebutuhan (kebutuhan untuk menghargai keibadahan, untuk mendapat penghargaan). 2. Hubungkan dengan pengalaman yang lampau 3. Beri kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik ”nothing succeeded like success”. Tak ada yang lebih memberi hasil yang baik dari pada hasil yang baik. Untuk itu bahan pelajaran disesuaikan dengan kesanggupan individu
19
4. Gunakan berbagai bentuk metode mengajar seperti diskusi, kerja kelompok, membaca, demonstrasi, dan sebagainya. 2.1.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses belajar yang memiliki aspek penting yaitu bagaimana siswa dapat aktif mempelajari materi pelajaran yang disajikan, sehingga dapat dikuasai dengan baik. Badarudin, (2004:9) dalam bukunya yang berjudul hakikat belajar dan pembelajaran menjelaskan bahwa Ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut: 1. merupakan upaya sadar dan disengaja 2. pembelajaran harus membuat siswa belajar 3. tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan 4. pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasilnya. Slavin dalam Ridho, (2011:1) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang didasarkan paham konstruktivis yang berpandangan bahwa anak-anak diberi kesempatan agar menggunakan secara sadar strateginya sendiri dalam belajar, sedangkan guru membimbing siswa ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan yang berorientasi pada kegiatan kerjasama antara siswa dalam bentuk kelompok sehingga siswa dapat belajar bersama dalam suasana kelompok.
20
Lebih lanjut, Slavin dalam Ridho (2011:2), Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu penghargaan kelompok, pertanggung jawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. 1. Penghargaan kelompok Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok di peroleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli. 2. Pertanggung jawaban individu Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggung jawaban tersebut menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggung jawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. 3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
21
“Lie (1999:30) mengemukakan unsur-unsur pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) saling ketergantungan positif, 2) tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka,
4)
komunikasi antar anggota, dan 5) evaluasi proses kelompok”. Widyantini, (2008:6) Terdapat 6 sintaks/langkah dalam pembelajaran kooperatif,
Langkah
Tabel 2.1 Sintaks dalam Pembelajaran Kooperatif Indikator Tingkah laku Guru
Langkah 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.
Langkah 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa.
Langkah 3
Mengorganisasikan kelompok siswa
Guru menginformasikan pengelompokan siswa.
Langkah 4
Membimbing kelompok belajar
Guru memotivasi siswa serta memfasillitasi kerja siswa untuk materi pembelajaran dalam kelompokkelompok belajar.
Langkah 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Langkah 6
Memberikan penghargaaan
Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.
Lebih lanjut, Carin dalam Ridho, (2011:1) Beberapa ciri dari pembelajaran kooepratif, sebagai berikut: setiap anggota memiliki peran, terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan
juga
teman-teman
sekelompoknya,
guru
membantu
mengembangkan
keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
22
Berdasarkan pendapat di atas, maka pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan guru di sekolah sesuai dengan tuntutan materi pelajaran yang mengandung unsur kerjasama antara siswa dalam kelas dalam melakukan kerja kelompok. Penekanan pendekatan ini adalah mengaktifkan siswa dalam pembelajaran melalui kerjasama antar siswa dalam suasana belajar berkelompok. Salah satu tipe pembelajaran dalam pembelajaran Kooperatif Adalah Student Team- Achivement Divisions (STAD). STAD atau Tim Siswa-Kelompok Prestasi yaitu jenis pembelajaran kooperatif yang sederhana. STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan pembelajaran STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor
23
mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, di umumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar itu.
STAD memberikan kesempatan kepada masing-masing peserta didik untuk bertanggung jawab secara individual maupun kelompok. Dengan di fasilitasi oleh STAD diharapkan interaksi yang terjalin mampu mendorong peserta didik satu sama lain didalam penguasaan materi pelajaran yang disajikan dan saling mendorong untuk menumbuhkan sebuah kesadaran bahwa kebersamaan dalam belajar mampu memberikan makna pembelajaran aktif yang menyenangkan yang penuh rasa kolegial antara peserta didik dan guru (Hidayati, 2008:2). Kelebihan dalam penggunaan pembelajaran ini adalah sebagai berikut. 1). Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir kritis dan kerja sama kelompok. 2) Meningkatkan hubungan antar individu yang positif antara siswa yang berasal dari ras yang berbeda-beda. 3) Menciptakan lingkungan yang menghargai nilai ilmiah. Kelemahan dalam penggunaan pembelajaran ini adalah sebagai berikut. 1) Sebagian siswa mungkin mengalami kesulitan karena belum terbiasa dengan perlakuan ini.
24
2) Pada awal pembelajaran guru akan sedikit mengalami masalah dalam pengelolaan kelas. Langkah
pembelajaran
kooperatif
STAD
dilaksanakan
menggunakan
pendekatan scientific. Langkah-langkah pendekatan scientific dalam proses pembelajaran kooperatif STAD meliputi siswa melakukan pengamatan, bertanya, membuat percobaan, kemudian mengolah informasi, menyajikan informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan scientific ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural.
2.1.5 Hasil Belajar Dimyati dan Mudjino dalam Widiyawati, (2013:1) Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pengajaran. Hasil belajar yang baik dapat dicapai dengan melakukan aktivitas belajar yang maksimal oleh siswa dalam proses belajar mengajar. Penilaian terhadap hasil belajar sangat penting karena dapat mengetahui taraf kemampuan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Muzakir dan Sutrisno dalam Widiyawati, (2013:1) mengatakan: “siswa dalam belajar dapat mengalami kesulitan karena 2 faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern”. Faktor intern yakni seperti kesehatan, intelegensi, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan. Sedangkan faktor eksternya meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan sosial. Tidak bisa disangkal bahwa dalam belajar seseorang
25
mengalami kesulitan oleh beberapa faktor. Sehingga penting bagi siswa untuk mengetahui faktor-faktor tersebut. Lebih lanjut, Slameto (2010:54) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah, faktor psikologis, faktor kelelahan. Ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis, diantaranya: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kemantangan, kesiapan. Menurut Djamarah dalam Damayanti, (2008:14) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan pada individu sebagai hasil dari aktivitas belajar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk angka dan huruf.
Menurut Natawidjaja dan Moesal (1992) berapa pernyataan hasil belajar yang penting dan sering terjadi yaitu: 1. Kebiasaan sebagai pernyaataan hasil belajar 2. Keterampilan sebagai pernyataan hasil belajar 3. Himpunanan tanggapan sebagai hasil belajar 4. Hapalan sebagai persyaaratan hasil belajar 5. Kemampuan analisasi sebagai pernyataan hasil belajar 6. Sikap dan rujukan nilai sebagai hasil belajar 7. Inhibasi sebagai pernyataan hasil belajar 8. Ketelitian pengamatan 9. Kecakapan pemecahan masalah
26
10. Pengatahuan siap 11. Keterampilan menggunakan metode baru Sikap merupakan hasil belajar yang berupa kecenderungan bertindak terhadap suatu objek sosial. Rujukan nilai merupakan hasil belajar yang terbentuk melalui proses dengan tahap-tahap yang lebih ruwet, karena bersangkutan dengan kata hati dan keyakinan seseorang. Minat belajar siswa sangat berhubungan dengan hasil belajar. Biasanya pelajaran yang disenangi akan dipelajari dengan senang hati pula. Sebaliknya, pelajaran yang kurang disenangi jarang dipelajari oleh anak, sehingga tidak heran jika isi dari pelajaran itu kurang dikuasai oleh siswa. Akibatnya, hasil belajar siswa itu jelek. 2.1.6 Perbandingan dan Skala Definisi 5.1 1. Perbandingan adalah hubungan antara ukuran-ukuran atau nilai-nilai dua atau lebih objek dalam suatu kumpulan 2. Rasio adalah suatu bilangan yang digunakan untuk menyatakan sebuah perbandingan ukuran atau nilai dari dua atau lebih objek. Siafat 5.1 Misalkan a, b, c, dan d adalah bilangan bulat positif. Jika a : b = c : d, maka bc = ad Definisi 5.2 Perbandingan Senilai Untuk a, b, c, dan d adalah bilangan bulat positif atau ukur n objek-objek. a banding b (a : b) senilai dengan c banding d (c : d) jika dan hanya jika atau a x d = b x c.
=
27
Definisi 5.3 Perbandingan Berbalik Nilai Untuk a, b, c, dan d adalah bilangan bulat positif atau ukur n objek-objek. a banding b (a : b) berbalik nilai dengan c banding d (c : d) jika dan hanya jika
=
atau a x c = b x d.
Skala =
2.2 Penelitian yang Relevan Penelitian Susanti (Universitas negeri padang, 2013) tentang “pengaruh aktivitas dan motivasi belajar terhadap hasil belajar dalam pembelajaran ekonomi siswa kelas X SMA Negeri 1 Sungai Geringging”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 sungai Geringging. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis induktif melalui analisis regresi berganda serta uji hipotesis menggunakan uji F dan uji t. Penelitian Suliswanto (STKIP PGRI Jombang) tantang “pengaruh kreativitas dan aktivitas belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP”. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan instrumen angket dan tes hasil belajar untuk memperoleh data dari siswa. Penelitian Nurmala,dkk (Universitas Pendidikan Ganesha, 2014) tentang “Pengaruh motivasi belajar dan aktivitas belajar terhadap hasil balajar akutansi”. Data dalam penelitian ini untuk variabel motivasi belajar di dapatkan dari hasil kuesioner
28
dalam bentuk data ordinal, sedangkan data yang dipakai untuk membuktikan kebenaran hipotesis harus data interval, maka data tersebut perlu diubah menjadi skala interval melalui “Method of successive interval”. Penelitian oleh Puspawati,dkk (Universitas pendidikan Ganesha, 2013) tentang “Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap prestasi belajar IPS dan minat belajar siswa kelas IV SD .No.3 Legian,Kuta,Badung tahun pelajaran 2012/2013”. Penelitian ini melibatkan sampel sebanyak 60 orang siswa SD No 3 Legian,Kuta,Badung. Instrumen penelitian yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah tes prestasi belajar IPS dan kuesioner minat. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan MANOVA. Hasil analisis data sebagai berikut. Pertama, prestasi belajar IPS dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. Kedua, minat belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. Ketiga, prestasi belajar IPS dan minat belajar lebih baik yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.
2.3 Kerangka Teori Dalam proses pembelajaran akan lebih baik bila siswa secara aktif terlibat dalam setiap aktivitas pembelajaran di kelas. Dengan adanya aktivitas belajar ini akan menghasilkan kemampuan belajar dan peningakatan pengetahuan. Proses belajar tidak akan berhasil tanpa adanya aktivitas belajar itu sendiri. Inilah sebabnya aktivitas belajar merupakan prinsip yang penting dalam interaksi belajar mengajar.
29
Minat erat sekali hubungannya dengan perasaan suka/tidak suka, tertarik/tidak tertarik, senang/tidak senang. Pada dasarnya minat minat tidak muncul dengan sendirinya, tetapi disebabkan oleh pengaruh-pengaruh tertentu seperti penguasaan terhadap materi pelajaran, proses pembelajaran yang interaktif dan pembelajaran yang menarik. Perasaan senang akan akan menimbulkan minat siswa untuk aktif dalam proses belajar, sedangkan perasaan tidak senang akan menghambat aktivitas dalam belajar. Karena tidak menimbulkan sifat positif dan tidak menunjang minat siswa. Penyebab kurangnya minat belajar siswa di antaranya kurangnya motivasi dalam individu siswa itu sendiri. Kurangnya minat berdampak terhadap rendahnya hasil belajar, karena segala aktivitas yang dilakukan tanpa beriringan dengan niat, keinginan, dan usaha yang lebih hanya akan mendapat hasil yang kurang maksimal. Dengan begitu aktivitas dan minat siswa mempengaruhi hasil belajar siswa. 2.4 Hipotesis Berdasarkan kerangka teori diatas, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Ada pengaruh yang signifikan antara aktivitas dan minat belajar siswa terhadap hasil belajar matematika dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan pendekatan scientific.
30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan penedekatan korelasi. Penelitian ini di katakan kuantitatif karena datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, peringkat, atau frekuensi), yang di analisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian. Sedangkan teknik korelasi di gunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan serta mengukur seberapa besar hubungan antara dua variabel atau lebih. 3.2 Pupulasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan dari unit analisis/hasil pengukuran yang dibatasi oleh kriteria tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 22 Kota Jambi. 3.2.2 Sampel
Sampel
Sampel adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian dari populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki oleh sampel (Sedarmayanti, 2011:124).
31
Sugiyono (2010:62) sampel adalah bagian dari jumlah atau karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, sedangkan peneliti tidak mungkin mempelajari semua populasi maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Sampel yang akan diambil harus benar-benar mewakili. Maka apabila jumlah populasi subjek kurang dari 100, lebih baik semua subjek dijadikan sampel dalam penelitian sehingga dapat dikatakan sebagai penelitian populasi. Tapi, jika subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih (Arikunto, 2013:134). Pada penelitian ini sampel yang ditetapkan peneliti adalah sebesar 28% yang terdiri dari 2 kelompok belajar siswa. Karena peneliti mengajarkan materi kepada siswa untuk mendapatkan data penelitian dan hasil belajar siswa. Pengambilan sampel dilakukan setelah terlebih dahulu dilakukan uji normalitas, homogenitas variansi terhadap seluruh populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 22 Kota Jambi. Setelah diketahui populasi berdistribusi normal, variansinya homogen dan langkah selanjutnya adalah menentukan sampel. Setelah diketahui populasi berdistribusi normal, variansinya homogen dan langkah selanjutnya adalah menentukan sampel. Banyaknya sampel dalam penelitian ini merupakan jumlah dari siswa dua kelas yang dipilih secara acak. 3.3 Variabel Penelitian Pada penelitian ini variabel yang diambil adalah sebagai berikut.
32
a) Variabel bebas, yaitu aktivitas belajar siswa kelas VII SMP Negeri 22 Kota Jambi (X1) dan minat belajar siswa kelas VII SMP Negeri 22 Kota Jambi (X2) dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan pendekatan Scientific. b) Variabel terikat, yaitu hasil belajar matematika siswa (Y) kelas VII SMP Negeri 22 Kota Jambi pada materi perbandingan. 3.4 Desain Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan pada saat penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Dengan teknik simple random sampling, ditentukan populasi penelitian yaitu siswa kelas VII SMP Negeri 22 Kota Jambi. b. Memilih sampel penelitian dengan teknik simple random sampling yaitu VII SMP Negeri 22 Kota Jambi melalui uji homogenitas varians populasi. c. Berdasarkan data nilai tes pada materi sebelumnya, peneliti menentukan pembagian kelompok. Kelompok dibentuk berdasarkan siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. d. Membuat instrumen penelitian, yaitu menyusun kisi-kisi tes dan angket. e. Menyusun instrumen tes dan angket berdasarkan kisi-kisi yang ada. f. Menyampaikan langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan pendekatan Scientific. g. Melaksanakan pembelajaran dan Mengumpulkan data yang dibutuhkan. h. Melaksanakan tes. i. Menganalisis data yang telah dikumpulkan dengan metode yang telah ditentukan.
33
j. Menyusun hasil penelitian. 3.5 Prosedur Pengumpulan Data a) Perencanaan,
meliputi identifikasi tujuan pembelajaran matematika, kajian
teoritis tentang kurikulum 2013 matematika SMP, menganalisis pembelajaran matematika dilapangan dan keadaan siswa. b) Menentukan instrumen yang akan digunakan sebagai alat ukur dan alat pembelajarannya. c) Penulisan item-item untuk masing-masing instrumen yang digunakan. d) Untuk instrumen tes hasil belajar dilengkapi dengan pedoman mengerjakan dan jawaban. e) Pelaksanaan,
meliputi
melaksanakan
pembelajaran
kooperatif
STAD
menggunakan pendekatan scientific serta mengumpulkan data berdasarkan instrumen yang telah dirancang pada tahap perencanaan. f) Penganalisisan hasil. 3.6 Metode Pengumpulan Data 3.6.1 Tes Tes adalah instrumen atau alat yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang individu atau obyek (Ismaryati, 2006). Tes juga merupakan serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan atau kemampuan yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
34
Purwanto (2009:66), tes hasil belajar merupakan tes penguasaan, karena tes mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan guru atau yang dipelajari siswa. Tes diujikan setelah siswa memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa atas materi tersebut. Untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa pada bidang studi matematika, maka disusunlah seperangkat instrumen dalam bentuk soal essai. Adapun penskoran tes hasil belajar siswa yaitu dengan cara memberikan skor pada tiap langkah-langkah penyelesaiaan soal tersebut. Dalam penelitian ini akan melihat tingkat pemahaman siswa terhadap materi bidang studi matematika pada materi perbandingan, maka kisi-kisi soal tes hasil belajar matematika dapat dilihat pada lampiran 11. Tes dibuat untuk mengukur sejauh mana siswa dapat memahami atau mengerti materi yang diajarkan oleh guru. Tes dilakukan pada akhir pokok bahasan perbandingan dan skala. Tes yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang hasil belajar matematika. 3.6.2
Angket Kuesioner (Angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2013:199). Lebih lanjut, Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.
35
Berikut ini tahapan-tahapan penyusunan angket sebagai berikut: 1. Merumuskan definisi operasional bagi variabel yang akan diungkap. 2. Menemukan indikator beserta deskriptor setiap variabel yang diambil. 3. Menjabarkan deskriptor menjadi butir-butir pertanyaan yang mengandung kemungkinan jawaban dengan menggunakan skala likert. 4. Menyusun angket sementara untuk selanjutnya dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan validator. 5. Setelah angket disetujui, maka angket tersebut disebarkan ke responden. Pada penelitian ini angket dibuat untuk mengukur aktivitas belajar dan minat siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan scientific. Angket diberikan kepada siswa setelah proses pembelajaran dilaksanakan atau setelah dilaksanakan situasi buatan. Tujuan dari teknik ini adalah untuk mendapatkan data tentang aktivitas dan minat siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan scientific terhadap mata pelajaran matematika. Pada penelitian ini digunakan angket tertutup yaitu pertanyaan pada angket disertai kemungkinan jawaban sehingga responden tinggal memilih jawaban yang paling sesuai dengan memberi tanda conteng (√) pada kolom yang disediakan. Pada penelitian ini terdiri dari dua jenis angket yaitu angket aktivitas belajar dan angket minat siswa. Adapun kisi-kisi angket minat belajar dan aktivitas siswa serta alternatif jawaban angket dapat dilihat pada lampiran 4 dan lampiran 6. Alternatif penskoran angket seperti pada tabel berikut:
36
Tabel 3.1 Alternatif Jawaban dan Skor No 1 2 3 4 5
Alternatif Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
Skor Tiap Item + 5 1 4 2 3 3 2 4 1 5
Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2013:134). Indikator aktivitas belajar yang digunakan pada penelitian ini yaitu kegiatan visual, kegiatan lisan, kegiatan mendengarkan, kegiatan menulis, kegiatan menggambar dan kegiatan metrik. Tabel 3.2 Kisi-kisi angket aktivitas belajar siswa Variabel Aktivitas Belajar Siswa
Indikator
Deskriptor
1. Kegiatan visual (visual activities)
Membaca, Melihat gambar, Percobaan, Mengamati pekerjaan orang lain
2. Kegiatan lisan (oral activities)
Diskusi, Interaksi, Mengajukan pertanyaan, Memberi saran
3. Kegiatan mendengarkan (listening activities)
Mendengarkan penjelasan guru
4. Kegiatan menulis (writing activities)
Menulis PR, Mengerjakan tes/ujian
5. Kegiatan menggambar (drawing activities)
Membuat grafik
6. Kegiatan metric (mental activities)
Mengingat pelajaran, Memecahkan masalah
37
Sedangkan untuk unsur minat belajar siswa pada penelitian ini terdiri dari perasaan, perhatian, konsentrasi, kesadaran, dan kemauan. Lebih lanjut, indikator minat belajar berdasarkan tabel berikut. Tabel 3.3 Kisi-kisi angket minat belajar siswa Variabel
Unsur-unsur a.
Perasaan
Indikator Pendapat siswa matematika
terhadap
pelajaran
Kesan siswa pada guru matematika Perasaan siswa saat mengikuti pelajaran matematika Perasaan siswa saat belajar matematika secara berkelompok Minat Belajar
b. Perhatian
Perhatian siswa saat diskusi matematika Perhatian siswa saat mengikuti pelajaran matematika
c. Konsentrasi
Konsentrasi siswa saat mengikuti pelajaran matematika
d. Kesadaran
Kesadaran tentang belajar matematika Kesadaran siswa untuk mengisi waktu luang
e. Kemauan
Kemauan siswa untuk mengerjakan soal matematika Kemauan siswa untuk belajar matematika dari buku lain selain buku paket
3.7 Teknik Analisis Data Adapun analisis instrumen yang digunakan dalam pengujian instrumen ini meliputi: taraf kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas butir soal.
38
3.7.1 Validitas Soal Tes Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Rumus yang digunakan adalah: =
!" ∑
#
∑
∑
∑
# $"
∑
∑
#
∑
#$
(Arikunto, 2002:72) keterangan:
= koefisien korelasi antara X dan Y, N = jumlah siswa, ∑X = skor tiap butir, ∑Y = skor total.
Kriteria pengujian validitas dikonsultasikan dengan harga product moment pada tabel, jika r&'()*+ , r(-./0 maka item soal tersebut dikatakan valid. Tabel 3. 4 Kriteria Validitas Instrumen
39
3.7.2 Analisis taraf kesukaran butir soal Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Adapun langkah-langkah untuk menghitung taraf kesukaran butir tes adalah sebagai berikut. a. Skor tes hasil ujicoba diurutkan dari skor tertinggi sampai terendah. b. Mengelompokkan seluruh peserta tes menjadi dua kelompok yaitu kelompok atas dan kelompok bawah. Untuk perhitungan kelompok tes yaitu 27 % kelompok atas dan 27 % kelompok bawah (Arikunto 2008:212) Rumus yang digunakan adalah: TK =
12 3 14
5 × 7 89
Dimana: TK = Tingkat Kesukaran : = Jumlah skor kelompok atas ; = jumlah skor kelompok bawah
n
= jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah
maks = skor maksimal soal yang bersangkutan Tolak ukur untuk menginterprestasikan tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan kriteria sebagai berikut: a. Soal dengan 0,00 = 0,30 adalah soal sukar. b. Soal dengan 0,30 = 0,70 adalah soal sedang. c. Soal dengan 0,70 = 1,00 adalah soal mudah.
(Arikunto, 2002:207)
40
3.7.2 Analisis daya pembeda Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kesanggupan soal tersebut dalam membedakan
siswa
yang
pandai
(berkemampuan
tinggi)
berkemampuan rendah. Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda adalah:
DB =
12 <14 = 5 × 7 89 >
Keterangan: DB
= Daya beda soal
SA
= Jumlah skor kelompok atas
SB
= Jumlah skor kelompok bawah
n
= jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah
maks = skor maksimal soal yang bersangkutan Jika D negatif maka soal sangat jelek klasifikasi daya pembeda: Dengan kriteria nilai D adalah: 0,00 ≤ D ≤ 0,20 : jelek (poor), 0,20 < D ≤ 0,40 : cukup (satisfactory), 0,40 < D ≤ 0,70 : baik (good), 0,70 < D ≤ 1,00 : baik sekali (excellent),
dengan
siswa
41
D < 0 : Semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja. (Arikunto, 2002:218) 3.7.3 Analisis reliabilitas Seperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap, artinya apabila tes dikenakan pada sejumlah subyek yang sama pada lain waktu, maka hasilnya akan tetap sama atau relatif sama Reliabilitas menunjukan pada pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik (Arikunto,2008:86). Untuk uji reliabilitas dihitung dengan menggunakan alpha, karena skor instrument butir soal bukan 0 atau 1. Menurut Arikunto (2008:109) “Rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya bukan 0 atau 1, misalnya angket atau bentuk uraian” sebagai berikut :
?=@
5
B C1
5
> ∑ EFGHI > EGJGKL
M
keterangan: ? = koefisien reliabilitas instrumen n = banyaknya butir soal ∑ NOPQ7 # = jumlah variansi skor tiap-tiap item NPRP
S
#
= varians total (Arikunto, 2008:109)
42
Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut : 0,00 ≤ r11 < 0,20 = sangat rendah, 0,20 ≤ r11 < 0,40 = rendah, 0,40 ≤ r11 < 0,60 = sedang, 0,60 ≤ r11 < 0,80 = tinggi, 0,80 ≤ r11 ≤ 1,00 = sangat tinggi.
(Slameto, 2001:210)
3.8 Analisis Instrumen 3.8.1 Uji pendahuluan Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan yaitu uji normalitas data. Uji normalitas dilakukan pada setiap data aktivitas belajar, data minat siswa, hasil belajar matematika. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data yang dianalisis. Pengujian yang digunakan adalah Chi Kuadrat dengan langkah-langkah sebagai berikut. a. Menyusun data dalam tabel distribusi frekuensi. Menentukan banyaknya kelas interval (k) k = 1 + 3,3 Log n n = banyaknya obyek penelitian.