BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Masa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional.1 Masa remaja juga di sebut masa “Stress and Strain“ (masa kegoncangan dan kebimbangan). Dimana segala tingkah laku yang dilakukan dan perbuatan lebih bersifat imitasi (masa peniruan) mereka cenderung mencontoh dari sosok yang mereka kagumi. Dewasa ini remaja cenderung menyukai hal-hal yang praktis, termasuk hal dalam mencari dan memperdalam ilmu agama. Dengan kemajuan teknologi yang pesat pada zaman sekarang ini, semua bisa dicari dengan mudah dan cepat. Begitupun para remaja dalam mencari ilmu. Mereka tidak mau bersusah payah untuk mendapatkan ilmu yang mereka cari. Padahal ilmu yang dicari dengan praktis lewat internet belum tentu benar dan mendalam. Tidak jarang para remaja yang tidak tahu akan kebenaran dalam menjalankan ibadah yang baik dan benar. Para remaja juga tidak malu ketika mereka tidak tahu tentang cara beribadah yang baik dan benar.
1
W. Santrock Jhon, Adolescence (Psikologi Perkembangan Masa Remaja),Penerjemah: Shinto B. Adelsr; Sherly Saragih (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm. 26.
1
2
Walaupun dengan perkembangan teknologi yang memanjakan manusia, remaja di desa Dadirejo mau menyisihkan waktunya untuk mencari dan memperdalam ilmu agama termasuk ilmu fikih. Mereka sadar bahwa pentingnya ilmu fikih dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu fikih sangat erat dengan kehidupan manusia di dunia maupun diakhirat. Remaja di desa Dadirejo sangat antusias dalam mencari ilmu agama tetapi tetap tidak mengesampingkan ilmu pengetahuan. Mereka sadar bahwa ilmu agamanya selama ini belun cukup untuk menjalankan ibadah yang baik dan benar. Keberadaan majelis ini sangat diperlukan di tengah maraknya globalisasi yang berakibat buruk bagi remaja. Majelis ta’lim al-Husain mempunyai perbedaan dibandingkan majelis ta’lim yang lain pada umumnya, perbedaan tersebut adalah kebanyakan majelis ta’lim yang ada hanya pengajian mendengarkan yang diikuti oleh orang tua. Seperti di masjid jami’ Baiturrahman dan masjid jami’ Fadlu Rahim dimana dalam majelis ta’lim tersebut diikuti oleh orang tua yang dilaksanakan pada malam rabu dan hari jum’at. Namun di Majelis ta’lim al-Husain merupakan tempat belajar agama baik bagi anak-anak maupun remaja yang didalamnya diadakan aktifitas yang berbagai macam baik dari sisi keilmuan maupun sisi hobi dan pengembangan diri. Keadaan masyarakat khususnya remaja di desa Dadirejo sebelum adanya Majelis ta’lim al-Husain nampaknya masih kurang tahu akan ilmu agama dikarenakan minimnya tokoh agama dan lingkungan yang kurang Islami. Majelis ta’lim pada dasarnya seperti pesantren, yang membedakan adalah santri di majelis
3
ta’lim tidak menginap dan tidur di majelis hanya mengikuti kegiatan seperti pada pondok pesantren. Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Motivasi adalah suatu pernyataan yang komplek didalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku atau perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang. Motivasi di pandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu dalam melakukan sesuatu hal. 2 Perlu diketahui motivasi dan minat kebanyakan remaja dalam mengikuti kajian ilmu fikih di majelis ta’lim sangatlah rendah peminatnya, akan tetapi di desa Dadirejo Barat para remaja baik remaja awal maupun dewasa banyak yang mengikuti kajian ilmu fikih yang ada di Majelis ta’lim al-Husain. Mereka tidak canggung mengikuti kajian ilmu fikih tersebut, justru mereka kebanyakan menikmati kajian ilmu fikih dengan senang dan penuh seksama. Adapun yang menjadi alasan penulis memilih judul Motivasi Remaja Mengikuti Kajian Ilmu Fikih Di Majelis Ta’lim Al Husain
adalah sebagai
berikut : 1. Ilmu fikih merupakan ilmu yang kerap sekali dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari dan pada zaman sekarang ini sudah mulai kurang diminati oleh
2
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan Remaja, (Jakarta: Rosdakarya, 1990), hlm. 73.
4
para remaja. Dalam penelitian ini ilmu fikih yang dikaji adalah kitab Safinatunajah. 2. Remaja adalah masa transisi menuju ke masa dewasa dimana pada masa remaja ini banyk muncul masalah-masalah yang tidak dialami pada masa anak-anak. Pada masa remaja ini cenderung bersifat imitasi atau tiruan dari sosok yang diidolakannya. Dalam penelitian ini remaja yang bersangkutan adalah pada kelas Ibtida’ Tsani dan Ibn Sumair. 3. Motivasi merupakan faktor penting bagi anak didik. Demi kelanjutan pembelajaran anak didik memerlukan banyak sekali motivasi baik dari diri sendiri atau yang bersifat internal maupun motivasi dari orang lain atau motivasi yang bersifat eksternal. Motivasi pada penelitian ini adalah motivasi remaja mengikuti kajian ilmu fikih. 4. Majelis ta’lim Al-Husain merupakan majelis yang berada di desa Dadirejo Barat
dimana majelis tersebut diikuti oleh para anak-anak, remaja dan
dewasa. B. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana pelaksanaan kajian ilmu fikih di Majelis Ta’lim Al Husain desa Dadirejo kecamatan Tirto kabupaten Pekalongan ?
2.
Bagaimana motivasi remaja mengikuti kajian Ilmu fikih di Majlis Ta’lim al Husain desa Dadirejo kecamatan Tirto kabupaten Pekalongan ?
5
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mendiskripsikan bagaimana pelaksanaan kajian ilmu fikih di majelis ta’lim al-Husain desa Dadirejo kecamatan Tirto kabupaten Pekalongan.
2.
Untuk mendiskripsikan motivasi remaja mengikuti kajian ilmu fikih
di
majelis ta’lim al-Husain desa Dadirejo kecamatan Tirto kabupaten Pekalongan. D. Kegunaan Penelitian 1.
Secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi tentang motuvasi remaja dalam mengikuti kajian ilmu fikih serta hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan penelitian berikutnya. Dengan demikian, diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
2.
Secara Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pengasuh, para ustadz dan ustadzah di majelis ta’lim alHusain Dadirejo, dapat memberi masukan agar lebih baik memberikan pendidikan dan acuan bagi remaja yang mengikuti kajian ilmu fikih.
6
D. Tinjauan Pustaka 1.
Analisis Teoritis Agar penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka perlu adanya kajian-kajian karya ilmu maupun buku yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Adapun beberapa buku tersebut adalah sebagai berikut: Menurut Jhon W. Santrock dalam bukunya Psikologi Pendidikan motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama.3 Menurut Hamzah B Uno dalam bukunya Teori Motivasi dan Pengukurannya; Analisis di Bidang Pendidikan, pengertian motivasi adalah kekuatan baik dalam diri maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.4 Sedangkan menurut Jeanne Ellis Ormord dalam bukunya Psikologi Pendidikan Membanu Siswa Tumbuh dan Berkembang motivasi adalah sesuatu yang menghidupkan, mengarahkan dan mempertahankan perilaku, motivasi membuat siswa bergerak, menempatkan mereka dalam suatu arah tertentu, dan menjaga mereka agar terus bergerak.5
3
Jhon W. Santrock, Psikologi Pendidikan, cet ke-3, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 510. Hamzah B Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya; Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 1. 5 Jeanne Ellis Ormord, Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh Dan Berkembang, Cet. Ke-6, (jakarta: erlangga, 2008), hlm 58. 4
7
Menurut Zakiyah Daradjat dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama menyebut masa remaja adalah masa peralihan diantara masa anak-anak dan masa dewasa, dimana anak-anak mengalami pertumbuhan cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk badan, sikap, cara berpikir dan bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telai matang. Masa ini mulai kira-kira pada umur 12 tahun dan berakhir kira-kira umur 21 tahun.6 Fikih menurut bahasa bermakna tahu dan paham. Menurut istilah bermakna ilmu sya’riat. Para fuqaha mentakrifkan fikih dengan makna ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ yang diperoleh dari dalil-dalil yang tafshil.7 Menurut al-Jurjani dengan mengadopsi dari pemikiran Imam Hanafi bahwa fikih menurut istilah adalah ilmu mengetahui huku-hukum syara’ yang amaliyah (perbuatan, perilaku) dengan melalui dalil yang terperinci.8 Demikian halnya dengan fikih yang dikemukakan Abdul Hamid, menurut istilah adalah ilmu tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat amali yang diambil dari dalil-dalil terperinci.9 Yusuf Qardhawi mengemukakan fikih secara istilah adalah mengetahui hukum-hukum syara’ yang furu’ maupun yang juz’i, dari dalil-dalil yang terperinci seperti huku bersuci, haid,
6
Zakiah Daradjat, Ilmu Agama Jiwa, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hlm. 114. Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fikih, (Semarang: Pustaka Rizki Putra 1999), hlm. 15. 8 A. Djazuli, Ilmu Fikih; Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 5. 9 Abdul Hamid, dan Beni Ahmad Saebani, Fikih Ibadah, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 14. 7
8
nifas, shalat, nikah, thalak dan sebagainya yang dikenal oleh kaum muslimin dengan nama ilmu fikih.10 Dalam kamus fikih juga disebutkan bahwa fikih adalah ilmu yang membahas tentang hukum atau perundang-undangan Islam berdasarkan alQur’an, Hadits, Ijma’, dan Qiyas. Fikih berhubungan dengan hukum perbuatan setiap mukallaf yaitu hukum wajib atau fardlu, haram, mubah, makruh, sah, batal, dosa, pahala, dan sebagainya.11 Hukum-hukum tersebut dari pemikiran harus selalu berkembang sesuai jaman dan tempat. Majlis taklim berasal dari bahasa Arab, dari kata majlis dan ta’lim. Adapun menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan majlis artinya duduk, dan ta’lim artinya pengajaran atau pengajian . dengan demikian secara bahasa majlis ta’lim adalah lembaga pendidikan non formal yang menyelenggarakan pengajian Islam.12 Pada perkembangannya majlis ta’lim tidak hanya terbatas sebagai tempat saja tetapi lebih maju menjadi lembaga atau institusi yang menyelenggarakan pengajaran atau pengajian.13Menurut bahasa majelis ta’lim terdiri dari kata majelis dan taklim, majelis yang berarti tempat dan taklim yang berarti pengajaran. Menurut istilah majelis ta’lim adalah salah satu lembaga pendidikan diniyah non formal yang bertujuan meningkatkan 10
Yusuf Qadhawi, Al-Qur’an Bicara Tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hlm. 213. 11 M. Abdul Mujieb dan Mabruri Tholhah, Kamus Istilah Fikih (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), hlm. 77-78. 12 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm. 603. 13 Proyek Penerangan, Bimbingan dan Dakwah Khutbah Agama Islam, Pedoman Majlis Ta’lim ( Jakarta: Depag, 1983), hlm. 5.
9
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dan akhlak mulia bagi jamaahnya dan mewujudkan rahmat bagi alam semesta.14 2.
Hasil Penelitian yang Relevan Selain referensi yang telah dikemukakan, ada pula beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian penulis, antara lain: a. Skripsi milik Umi Tis’ah yang berjudul “Pengaruh Mastery Learning mata Pelajaran Fikih terhadap Motivasi Belajar pesrta didik kelas XI MAN 3 Pekalongan Tahun Pelajaran 2009/2010” didalam skripsi tersebut disimpulkan bahwa penerapan Mastery Learning pada mata pelajaran Fikih termasuk kategori baik yaitu memiliki rata-rata 46,95 yang terdapat pada interval 39-47, motivasi belajar peserta didik kelas XI MAN 3 Pekalongan termasuk kategori baik yaitu yang memiliki rata-rata nilai 47,25 yang terdapat pada interval 41-49. Dengan demikian hipotesa yang penulis ajukan diterima berarti antara penerapan mastery learning mata pelajaran fikih dengan motivasi belajar peserta didik terdapat pengaruh yang signifikan baik pada tara signifikan 5% dan 1%.15 b. Skripsi milik Laela Afrianah yang berjudul “Aktivitas Majelis Ta’lim AlHusain Dalam Membentuk Akhlak Remaja Di Desa Dadirejo Tirto Pekalongan” didalam skripsi tersebut disimpulkan bahwa aktivitas majelis 14
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Prenata Media, 2006), cet ke-1, hlm. 18 15 Umi Tis’ah, Pengaruh Mastery Learning Mata Pelajaran Fikih Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik kelas XI MAN 3 Pekalongan Tahun Ajaran 2009/2010 , Skripsi (Pekalongan: STAIN Pekalongan,2010), hlm. vii.
10
ta’lim al-Husain dalam membentuk akhlak remaja di desa Dadirejo dengan pengajian kitab kuning, shalat berjama’ah, pembacaan mauled simtudurror, pembacaan rotib Al- Atthas, khitobah, dan mengaji Al-Qur’an. Faktor yang mempengaruhi aktivitas Majelis ta’lim Al-Husain dalam membentuk akhlak terbagi menjadi dua yaitu faktor pendudkung seperti keteladanan dari pengasuh yang selalu menampilkan bagaimana akhlak yang baik, pemberian nasihat dari pengasuh yang selalu mengingatkan santri untuk menjaga akhlak kedisiplinan dalam segala kegiatan, peraturan yang ketat, suasana yang nyaman dan bersih, dan faktor penghambat seperti jumlah santri yang banyak, kebanyakan remaja yang sudah bekerja sehingga jarang berangkat mengaji, dan kurangnya tenaga kerja. 16 c. Skripsi milik Maria Filasifa yang berjudul “ Korelasi Antara Metode Demonstrasi Dengan Motivasi Belajar Peserta Didik ( Studi Kasus Pada Mapel Fiqh Kelas V Di Msi 01 Kaumna Pekalongan” didalam skripsi tersebut disimpulkan bahwa pelaksanaan metode demonstrasi di MSI 01 Kauman Pekalongan pada mata pelajaran fikih kelas V tahun pelajaran 2012 tergolong “sedang”. Hal tersebut ditunjukan dari hasil nilai rata-rata yang diperoleh adalah 66 yang terdapat pada interval 64-67. Motivasi belajar peserta didik kelas V MSI 01 Kauman Pekalongan tahun pelajaran
16
Laela Afrianah, Aktivitas Majelus Ta’lim Al- Husain Dalam Membentuk Akhlak Remaja Di Desa Dadirejo Tirto Pekalongan, Skripsi (Pekalongan: STAIN Pekalongan,2013), hlm. vii.
11
2012 termasuk dalam kategori “sedang”. Hal ini ditunjukan dari hasil ratarata yang diperoleh yaitu 66 yang terdapat pada interval 64-67.17 Dari penelitian-penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi remaja sangatlah penting dalam berbagai kegiatan yang positif, karena dengan adanya motivasi baik internal maupun eksternal akan menjadikan remaja yang bermutu. Apalagi dengan mengetahui tentang ilmu fikih yang berperan dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian yang akan dikaji sama yang menggunakan jenis penelitian lapangan. Untuk pendekatan yang digunakan, penelitian ini sama dengan penelitian pertama dan kedua yaitu menggunakan pendekatan kualitatif, tetapi berbeda dengan penelitian yang ketiga yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Objek penelitian adalah pengasuh, pengajar dan para remaja yang mengikuti kajian ilmu fikih di Majelis ta’lim Al-Husain Dadirejo, Tirto, Pekalongan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dipaparkan diatas adalah penelitian ini fokus pada remaja yang mengikuti kajian ilmu fikih, sehingga santri-santri yang nantinya menjadi lulusan majelis ta’limyang tidak hanya memiliki pengetahuan tentang ilmu-ilmu agama, namun juga mereka mampu berkontribusi pada masyarakat dengan menyalurkan dan menyebarkan ilmu-ilmu yang mereka peroleh semasa dimajelis ta’lim dan turut serta dalam pembangunan masyarakat. 17
Maria Filasifa, Korelasi Metode Demonstrasi Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik (Studi Kasus Maple Fikih Kelas V Di MSI 01 Kauman Pekalongan), Skripsi, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2012), hlm. vii.
12
3.
Kerangka berpikir Motivasi adalah suatu dorongan yang ada pada diri seseorang secara sadar dan tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Begitupula para remaja, mereka mempunyai motivasi dalam melakukan sesuatu guna mencapai suatu tujuan. Masa remaja merupakan masa yang baik untuk mencari ilmu. Terutama ilmu agama yang bermanfaat untuk membentengi para remaja dari akibat negatif globalisasi saat ini. Begitupula remaja di Desa Dadirejo Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan yang mempunyai motivasi dalam mencari ilmu agama. Berikut adalah bagan kerangka berpikir yang peneliti gunakan:
13
Motivasi remaja di Desa Dadirejo Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan dalam mengikuti kajian ilmu agama di Majelis Ta’lim Al Husain tergolong baik. Hal ini dilihat dari banyaknya remaja yang belajar tentang ilmu agama di Majelis Ta’lim tersebut. Ilmu agama yang diajarkan dalam Majelis Ta’lim Al Husain meliputi Ilmu Akhlak, Ilmu Tauhid, Ilmu Fikih,, Ilmu Nahwu, Bahasa Arab dan BTQ. Dalam penelitian ini penulis menfokuskan pada kajian ilmu fikih yang diikuti oleh para remaja. Di mana dalam
pembelajarannya,
para
remaja
mengkaji
ilmu
fikih
dengan
menggunakan kitab Safinatunnajjah. Kitab tersebut berisi materi tentang aqidah, thaharah, shalat, jenazah, zakat dan puasa. Dari pelaksanaan kajian ilmu fikih di Majelis Ta’lim Al Husain tersebut para remaja diharapkan mampu memahami dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. E. Metode Penelitian 1.
Desain Penelitian a. Pendekatan Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian dengan menghasilkan datadata deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.18 Peneliti berupaya mendeskripsikan pelaksanaan
18
hlm. 4.
Lexy Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,2000),
14
kajian ilmu fikih di majelis ta’lim al-Husain dan motivasi remaja mengikuti kajian ilmu fikih tersebut. b. Jenis penelitian Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian lapangan (field research) dimana penelitian ini langsung dilakukan ke obyek penelitian dan peneliti melakukan perlakuan dalam mengumpulkan data seperti mengadakan wawancara, mengedarkan kuisioner dan sebagainaya.19 Peneliti terjun ke lapangan untuk melakukan pengamatan tentang pelaksanaan kajian ilmu fikih dan motivasi remaja di majelis ta’lim alHusain dan membuat catatan lapangan secara ekstensif untuk kemudian dianalisis. 2.
Sumber Data Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.20 Adapun sumber data terdiri dari, yaitu: a. Sumber Data Primer Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dan langsung dari sumbernya.21 Sumber data primer dalam penelitian ini
19
Sugiyono, op.cit., hlm. 6. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 107. 21 Victorianus Aries Siswanto, Strategi dan Langkah-langkah Penelitian (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hlm. 56. 20
15
adalah pengasuh, pengurus dan remaja yang mengikuti kajian ilmu fikih di majelis al-Husain. b. Sumber Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada.22 Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah pihak lain selain data primer yaitu dokumen dan buku penunjang lain yang relevan dengan pembahasan penelitian ini. 3.
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.23 a. Metode Observasi Metode observasi adalah metode pengamatan data dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.24 Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang bisa diamati secara langsung yang berkenaan dengan profil majelis ta’lim al-Husain, pelaksanaan kajian ilmu fikih dan motivasi remaja.
22
Misbahudin dan Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 21. 23 Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 83. 24 Ibid., hlm. 84.
16
b. Metode Wawancara Metode wawancara adalah pengumpulan data dengan wawancara pada satu atau beberapa orang yang bersangkutan.25 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang profil majelis ta’lim al-Husain, pelaksanaan kajian ilmu fikih dan motivasi remaja dalam mengikuti kajian ilmu fikih di majelis al-Husain. Wawancara dilakukan berdasarkan pedoman wawancara yang telah disusun dan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh peneliti. Wawancara ini dilakukan kepada remaja yang mengikuti kajian ilmu fikih, pengasuh, pengurus Majelis Ta’lim Al Husain. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan melihat atau mencatat suatu laporan penelitian yang sudah tersedia..26 Metode ini digunakan untuk melengkapi dari metode sebelumnya dengan cara mencari data-data berupa catatan, transkrip, buku, agenda, dan lain-lain. Peneliti menggunakan metode ini untuk memperoleh data tentang struktur kepengurusan, tinjauan historis, aktivitas remaja yang mengikuti kajian ilmu fikih di majelis ta’lim al-Husain, sarana dan prasarana di majelis ta’lim al-Husain, keadaan pendidik dan peserta didik di majelis ta’lim alHusain.
25 26
Ibid., hlm. 89. Ibid., hlm. 92
17
4.
Teknik Analisa Data Teknik yang digunakan untuk menganalisi data adalah analisis deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran pada masa sekarang dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang terjadi.27 Dalam penelitian ini dideskripsikan dan dipaparkan hasil wawancara, dokumentasi, maupun pengamatan secara langsung yang berkaitan dengan motivasi remaja mengikuti kajian ilmu fikih di majelis ta’lim al-Husain. Setelah dilakukan analisis deskripsi mengenai subyek yang diteliti dan data yang dihasilkan adalah data kualitatif, maka selanjutnya juga digunakan metode berpikir induktif. Metode berpikir induktif adalah suatu cara berpikir yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus dan peristiwa-peristiwa yang konkrit kemudian dari peristiwa-peristiwa tersebut ditarik kesimpulan yang bersifat umum. Dalam hal ini dilakukan geeralisasi atau penarikan kesimpulan dari fakta-fakta yang didapat dari lapangan ataupun hasil penelitianyang bersifat khusus kemudian itarik kesimpulan yang bersifat umum.
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini diperlukan dalam rangka mengarahkan tulisan agar runtut, sistematik dan menganut pada pokok permasalahan. Sehingga akan
27
Moch. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hlm. 43.
18
memudahkan pembaca dalam memahami kandungan dari suatu karya ilmiah. Maka dari itu penulis membagi pembahasan skripsi ini menjadi beberapa bab. BAB I pendahuluan meliputi: latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisa. BAB II landasan teori tentang motivasi remaja, kajian ilmu fikih, dan majlis ta’lim. Motivasi remaja meliputi motivasi yang berisi tentang definisi motivasi, macam-macam motivasi dan prinsip motivasi. Remaja meliputi tentang definisi remaja, ciri-ciri remaja dan problematika remaja. Ilmu fikih meliputi definisi fikih dan macam-macam fikih. Majlis ta’lim meliputi definisi majlis ta’lim, fungsi dan peranan majlis ta’lim dalam pendidikan islam dan sistem pendekatan dalam majelis ta’lim. BAB III Hasil penelitian tentang motivasi remaja dalam mengikuti kajian ilmu fikih di Majelis Ta’lim Al Husain desa dadirejo kecamatan tirto kabupaten pekalongan yang meliputi gambaran umum yang meliputi dari sejarah berdirinya Majelis Ta’lim Al Husain, letak geografis Majelis Ta’lim Al Husain, struktur organisasi, materi, keadaan tenaga pendidik dan santri, sarana dan prasarana, waktu pelaksanaan kegiatan, kegiatan lain di Majelis Ta’lim Al Husain. Pelaksanaan kajian ilmu fikih di majelis ta’lim Al-Husain. motivasi remaja mengikuti kajian ilmu fikih di majelis ta’lim Al-Husain. BAB IV analisis hasil penelitian tentang motivasi remaja dalam mengikuti kajian ilmu fikih di majelis ta’lim al-Husain, yang meliputi: analisis pelaksanaan kajian ilmu fikih dan analisis motivasi remaja dalam mengikuti kajian ilmu fikih.
19
BAB V penutup meliputi kesimpulan dan saran