BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perkembangan sangat lekat dengan makhluk hidup terutama pada manusia. Untuk menjadi seseorang yang dewasa dengan motorik yang baik, diperlukan
adanya
proses
perkembangan
tersebut
(Passat,
1994).
Perkembangan sendiri diartikan sebagai hasil dari proses pematangan yaitu bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan karena adanya diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sehingga dapat memenuhi fungsinya (Soetjiningsih, 2005). Perkembangan dibagi menjadi perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa, dan motorik kasar. Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian jasmaniah melalui otot dan saraf yang terkoordinasi (Hurlock, 1998), ditambahkan oleh Widyastuti dan Widyani (2010) dengan kemampuan gerak ini dipengaruhi oleh kekuatan otot, tulang, dan koordinasi otak untuk menjaga keseimbangan tubuh. Tiga tahun pertama adalah masa yang penting karena akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya (Hegar dkk., 2008). Apabila sejak bayi sudah diperiksa apakah ada kelainan pada perkembangannya maka pemulihannya akan dilakukan lebih awal sehingga perkembangan selanjutnya akan lebih baik lagi. Tiap individu mempunyai kualitas dan kecepatan yang berbeda dalam pencapaian tahapan perkembangan. Seperti yang dapat dilihat di sekitar kita, anak yang berusia di bawah satu tahun ada yang sudah dapat berjalan,
1
namun ada juga yang berusia lebih dari satu tahun belum dapat berjalan padahal anak tersebut tidak mempunyai kelainan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan
seorang
anak.
Diantaranya
menurut
Soetjiningsih (2005) adalah genetik, berat badan lahir, umur ibu, umur anak, lingkungan prenatal, pendidikan orangtua, pekerjaan ibu, penyakit, status sosioekonomi, ketahanan pangan, stimulasi ibu, pola asuh, asupan nutrisi, dan fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut Rahayu (2009) dan Nugraheni dkk. (2007) pola asuh makan sangat penting kaitannya dengan perkembangan anak termasuk di dalamnya pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI). Pemberian MP-ASI dilakukan secara bertahap, apabila diberikan terlalu dini akan menyebabkan gangguan saluran pencernaan, namun jika terlambat dalam pemberian MPASI maka akan menyebabkan anak kurang gizi dan mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal pemberian makanan yang benar untuk anak baik variasi makanan serta cara pengolahannya tergantung pengetahuan orangtua tentang asupan gizi, karena asupan gizi juga akan berpengaruh terhadap status gizi anak (Nurhamidah, 2008). MP-ASI ini ada yang dinamakan finger food yaitu makanan yang dapat digenggam oleh anak, dalam pemberiannya pun bertahap mulai dari yang lembut kemudian berlanjut ke tekstur yang kasar, bentuk yang diberikan tidak terlalu kecil karena dapat mengakibatkan anak tersedak mau pun ukuran yang terlalu besar karena akan sulit untuk digenggam (Rahayu, 2012). Finger food merupakan nama MP-ASI yang diberikan kepada anak, yang nantinya anak tersebut akan memegang dan memasukkan sendiri makanan itu ke dalam mulutnya. Sehingga pemberian finger food ini sangat
2
berpengaruh dengan asupan makan si anak. Apabila asupannya baik maka status gizinya akan baik pula, semakin baik status gizinya semakin baik perkembangannya (Almatsier, 2011). Pada penelitian Harahap dkk. (2000) di Pangalengan Jawa Barat pada anak usia 12-18 bulan yang memiliki status gizi kurang menunjukkan bahwa anak yang asupan energi dan mikronutrien yang tinggi mempunyai skor perkembangan motorik lebih bagus daripada kelompok kontrol. Finger food juga mempunyai manfaat dalam merangsang motorik halus si anak (Rahayu, 2012). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tuhumena (2004) di Imogiri, Bantul menunjukkan sebagian balita memiliki perkembangan abnormal. Perkembangan
abnormal
yang
dimaksud
adalah
keterlambatan
perkembangan dikarenakan status gizi yang kurang. Menurut data Dinkes Bantul pada tahun 2011 kecamatan yang memiliki status gizi buruk paling rendah berada di Kecamatan Srandakan Bantul yaitu 7 kasus (3 laki-laki dan 4 perempuan). Karena menurut Almatsier (2011) dan Khomsan (2004) status gizi yang baik memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Penelitian Antoni dkk. (2005) menyatakan bahwa bayi dengan asupan energi <50% AKG mempunyai resiko lebih besar akan mengalami keterlambatan perkembangan motorik kasar dibandingkan bayi yang mendapat asupan energi ≥50% AKG. Selain itu, bayi dengan asupan protein <50%
AKG
juga
mempunyai
resiko
yang
lebih
besar
mengalami
keterlambatan perkembangan gerak motorik kasar dibandingkan bayi dengan asupan protein >50%.
3
Sesuai dengan uraian-uraian di atas, perkembangan bayi sangat penting untuk kehidupan selanjutnya, perkembangan akan optimal jika pemberian asupan gizinya tercukupi sehingga didapatkan bayi dengan status gizi yang baik. Bayi yang sudah berusia lebih dari 6 bulan akan diperkenalkan dengan MP-ASI yang di dalamnya termasuk finger food. Untuk itu penelitian ini ingin meneliti hubungan asupan energi dan pemberian finger food dengan perkembangan motorik bayi usia 7-12 bulan. Penelitian tersebut akan dilaksanakan di Kecamatan Sradakan, Kabupaten Bantul.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Apakah asupan energi dan pemberian finger food berhubungan dengan perkembangan motorik bayi usia 7-12 bulan?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara asupan energi dan pemberian finger food dengan perkembangan motorik bayi usia 7-12 bulan di Kecamatan Srandakan, Bantul. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui asupan energi bayi usia 7-12 bulan, b. Untuk mengetahui frekuensi pemberian finger food kepada bayi usia 7-12 bulan, c. Untuk mengetahui perkembangan motorik bayi usia 7-12 bulan,
4
d. Untuk mengetahui hubungan asupan energi dengan perkembangan motorik bayi usia 7-12 bulan di Kecamatan Srandakan, Bantul, e. Untuk
mengetahui
perkembangan
hubungan
motorik
bayi
pemberian usia
7-12
finger bulan
food di
dengan
Kecamatan
Srandakan, Bantul.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hubungan asupan energi dan pemberian finger food terhadap perkembangan motorik bayi usia 7-12 bulan, 2. Bagi Ibu a. Dapat menambah informasi tentang hubungan asupan energi dan pemberian finger food dengan perkembangan bayi usia 7-12 bulan, b. Dapat mengetahui perkembangan bayinya, 3. Bagi Institusi a. Institusi pendidikan, hasil penelitian yang telah dilakukan ini dapat dijadikan bahan referensi untuk peneliti lain dalam melakukan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam dengan topik yang sama, b. Institusi setempat seperti puskesmas, hasil penelitian yang telah dilakukan ini dapat dijadikan bahan evaluasi perkembangan anak yang ada di daerah tersebut.
5
E. Keaslian Penelitian Tabel 1. Penelitian Serupa Yang Pernah Dilakukan Judul
Penulis
Gambaran Tingkat Melvie Dukungan Sosial dan Retnaningtyas Perkembangan Motorik Anak Autisme di Sekolah Luar Biasa (SLB) Autistik di Yogyakarta (2012)
Tujuan
Metode dan Subjek Untuk mengetahui Jenis : deskriptif dukungan sosial dan perkembangan Rancangan : motorik anak autisme cross sectional Tempat : SLB autism di Yogyakarta Subjek : siswa SLB
Hubungan Usia Penyapihan dan Pemberian MP-ASI dengan Perkembangan Anak Uisa 12-24 Bulan di Kecamatan Imogiri II Kabupaten Bantul (2010)
Waktu : Juli 2011-Februari 2012 Okta Haksaica Untuk mengetahui Jenis : Sulistyo gambaran observasional perkembangan anak usia 12-24 bulan dan Rancangan : hubungannya cross sectional dengan usia penyapihan serta Tempat : desa pemberian MP-ASI di Sriharjo dan Kecatan Imogiri II, Selopamioro, Kabupaten Bantul Kecamatan II,
6
Hasil
Perbedaan
24 (80%) dari 30 responden mendapat dukungan sosial tinggi. Aspek dukungan sosial yang diberikan sebagian besar berupa dukungan informasi. 8 (57,1%) dari 14 anak autism yang berusia 3-6 tahun mempunyai perkembangan motorik baik, sedangkan 9 (56,3%) dari 16 anak autism yang berusia 7-12 tahun mempunyai perkembangan motorik cukup Tidak terdapat hubungan antara usia penyapihan dengan perkembangan anak usia 12-24, tidak terdapat hubungan ntara pemberian MP-ASI dengan perkembangan anak usia 12-24 bulan
Variabel penelitian ini : asupan energi, pemberian finger food, dan perkembangan motorik Subjek penelitian ini : bayi usia 712 bulan
Subjek penelitian : anak usia 7-12 bulan Tempat penelitian Srandakan, Bantul
:
Kabupaten Bantul Subjek : anak usia 12-24 bulan
Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Anak Balita di Desa Karang Tengah Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul (2004)
Waktu : November 2009 – Januari 2010 Femi Serly Untuk mengetahui Jenis : Ada hubungan antara Tuhumena antara status gizi observasional status gizi dengan dengan perkembangan anak balita perkembangan anak Rancangan : (p = 0,003) balita di Desa Karang cross sectional Tengah Kecamatan Imogiri Kabupaten Tempat : desa Bantul Karang Tengah Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul
Subjek penelitian : anak usia 7-12 bulan Tempat penelitian Srandakan, Bantul
:
Subjek : anak usia 1-5 tahun
Estimasi Energi Metode
Asupan Putu dengan Candriasih Food
Waktu : 1-22 Maret 2004 Mengkaji estimasi Jenis : Estimasi asupan energi Subjek penelitian asupan energi observasional antara metode food records : anak usia 7-12 dengan metode FFQ, analitik dengan recall 24 jam tidak bulan
7
Frequency Questioner (FFQ), food record, dan 24 hour recall pada Anak Sekolah Dasar di Kota Palu Provinsi Sulawesi (2007)
food records, dan recall 24 jam pada Rancangan : anak sekolah dasar cross sectional di Kota Palu Tempat : kota Palu, provinsi Sulawesi Tengah
ada perbedaan yang signifikan, dan metode food records mempunyai reliabilitas terbaik dari metode food frequency questioner, tetapi hamper sama dengan metode recall 24 jam dalam mengestimasi asupan Subjek : anak energi pada anak sekolah sekolah dasar di dasar di Kota Palu kota Palu yang berumur 10-13 tahun Waktu : NovemberDesember 2006
8
Tempat penelitian Srandakan, Bantul
:
Variabel penelitian ini : asupan energi, pemberian finger food, dan perkembangan motorik