BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko mudah tercemar, jika pengelolaan lingkungan pada pembangunan sektor industri, domestik, pertanian, pertambangan, dan sektor lainnya tidak diperhatikan. Sumber air yang sering menjadi pusat perhatian adalah sungai dan danau (Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.1 Tahun 2007). Oleh karena itu, wajib dijaga kelestariannya dan ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya. Dewasa ini industri semakin berkembang, baik jumlah, teknologi, tingkat produksi maupun limbah yang di hasilkan. Industri-industri khususnya yang berada di dekat aliran sungai cenderung akan membuang limbahnya ke dalam sungai yang dapat mencemari ekosistem air, karena pembuangan limbah industri ke dalam sungai dapat menyebabkan berubahnya susunan kimia dan fisik air. Polutan yang dihasilkan oleh industri dapat berupa logam berat dan panas (Bougherira et al, 2014). Limbah rumah tangga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pencemaran lingkungan khususnya air sungai. Karena dari limbah rumah tangga dihasilkan beberapa zat organik dan anorganik yang dibuang dan dialirkan melalui selokan-selokan dan akhirnya bermuara ke sungai (Milovanovic, 2007).
1
2
Sungai-sungai di daerah perkotaan biasanya dihubungkan dengan permasalahan lingkungan dalam hal kualitas air karena pada kenyataannya limbah domestik dan industri yang dibuang tanpa pengolahan akan meningkatkan pencemaran di sungai (Islam et al, 2014). Sungai sebagai wadah air mengalir selalu berada di posisi paling rendah dalam landskap bumi sehingga kondisi sungai tidak dapat dipisahkan dari kondisi daerah aliran sungai. Sungai berinteraksi dengan daerah aliran sungai melalui dua hubungan yaitu secara geohidrobiologi dengan alam dan secara sosial budaya dengan masyarakat setempat (Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011). Sungai Deli adalah salah satu sungai utama yang melintasi Kota Medan. Perkembangan industri dan permukiman di sepanjang aliran Sungai Deli telah mempengaruhi kualitas air sungai. Penurunan kualitas air ditandai dengan perubahan warna air dan bau padahal sebagian masyarakat di pinggiran Sungai Deli masih memanfaatkan airnya untuk kebutuhan sehari-hari. Menurut laporan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, disepanjang aliran Sungai Deli saat ini terdapat kurang lebih 54 industri dan 27 saluran limbah domestik. Industri-industri disepanjang aliran Sungai Deli terdiri dari industri cat, elektroplanting, industri lapis baja, dan industri makanan. Banyaknya aktifitas pabrik yang membuang limbahnya ke sungai berperan besar dalam pencemaran sungai. Selain itu juga terdapat 5 rumah sakit besar yang membuang limbahnya ke Sungai Deli tanpa melakukan pengolahan terlebih dahulu. Priyambada et al, (2008) dalam Agustiningsih (2012) menjelaskan hasil penelitiannya di Sungai Serayu bahwa perubahan tata guna lahan yang ditandai
3
dengan meningkatnya aktivitas domestik, pertanian, dan industri akan mempengaruhi dan memberikan dampak terhadap kondisi kualitas air sungai terutama aktivitas domestik yang memberikan masukan konsentrasi BOD terbesar ke badan sungai. Adapun kondisi masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Deli juga cukup memprihatinkan karena sejumlah warga melakukan aktivitas seperti mencuci pakaian, buang hajat dan mandi di sungai padahal air tersebut telah tercemar. Masyarakat yang tinggal di bantaran sungai memiliki pola hidup yang kurang bersih dan sehat, dimana susunan dari pemukiman mereka sangat rapat dan lahan di sekitarnya yang semakin sempit menjadikan mereka kekurangan sarana untuk membuang sampah pada tempatnya sehingga mereka lebih memilih untuk membuangnya ke sungai (Cahya Wardiah, 2011). Pencemaran sungai terjadi apabila kualitas air sungai turun sampai tingkat tertentu sehingga tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya. Tolok ukur yang digunakan untuk menentukan telah terjadi pencemaran air adalah baku mutu kualitas air sesuai dengan kelas sungai berdasarkan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air). Untuk menjaga kualitas air agar tetap pada kondisi alamiahnya perlu dilakukan pengelolaan dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana. Agar sungai dapat bermanfaat secara berkelanjutan sesuai dengan peruntukaannya, yang perlu dilakukan adalah mengkaji kondisi kualitas air Sungai Deli Kota Medan, kemudian menemukan upaya pengendaliannya sebagai salah satu segi pengelolaan lingkungan hidup.
4
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat di rumuskan masalah yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana kualitas air Sungai Deli akibat terjadinya peningkatan buangan limbah baik domestik maupun industri dan seberapa besar beban pencemaran di Sungai Deli tersebut? 2. Bagaimana aktifitas masyarakat dan kegiatan industri yang menyebabkan air Sungai Deli menjadi tercemar? 3. Bagaimana upaya pengendalian pencemaran yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas air sungai? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan maka peneliti dapat merumuskan tujuan sebagai berikut: 1. Mengkaji kualitas air di Sungai Deli Kota Medan. 2. Mengidentifikasi beban pencemaran yang masuk ke Sungai Deli akibat limbah domestik maupun limbah industri. 3. Mengkaji aktifitas masyarakat dan kegiatan industri yang menyebabkan air Sungai Deli menjadi tercemar. 4. Merumuskan prioritas strategi pengendalian pencemaran air di Sungai Deli.
5
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai karya ilmiah terutama bagi pengembangan ilmu pengetahuan atau referensi bagi peneliti kualitas air di Daerah Aliran Sungai Deli di Kota Medan. 2. Dapat dijadikan masukan bagi pembuatan kebijakan dalam pengendalian pencemaran air di DAS Deli Kota Medan. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai kajian kualitas air sungai telah banyak dilakukan para peneliti sebelumnya namun pasti terdapat perbedaan baik dari segi tujuan penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian, maupun lokasi dan waktu penelitian. Beberapa penelitian sebelumnya yang mengkaji tentang kualitas air sungai dijelaskan berikut ini. Wiwoho (2005) meneliti pencemaran di Sungai Babon, Kota Semarang. Tujuan penelitiannya yaitu mengidentifikasi daya tampung beban pencemaran BOD dengan menggunakan metode Qual2e. Selain itu, ia juga merekomendasikan kelas sungai Babon untuk pengendalian pencemaran air dimasa yang akan datang. Hasil penelitiannya yaitu bahwa daya tampung beban pencemaran sungai Babon sebagian besar sudah melampaui standar kelas 1,2,3, dan 4. Pada 0-5 km sudah melampaui kelas 1 dan pada 6-40 km sudah melampaui standar batas semua kelas. Wiwoho juga merekomendasikan klasifikasi kelas untuk Sungai Babon agar pada km 0-5 dapat dimasukkan ke dalam kelas 2, km 6-26 dapat dimasukkan ke dalam kelas 3, dan km 27-40 dimasukkan ke dalam kelas 4.
6
Penelitian Etik Yuliastuti (2011) berlokasi di Sungai Ngringo, Kabupaten Karanganyar. Tujuan penelitiannya yaitu mengkaji kualitas air Sungai Ngringo dengan parameter TSS, DO, BOD, COD, N, P dan Fe. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kondisi kualitas air Sungai Ngringo telah melebihi baku mutu pada titik pengambilan sampel 3 dan 4. Kualitas air Sungai Ngringo dari arah hulu ke arah hilir telah mengalami pencemaran tetapi masih dalam tingkatan ringan. Beban pencemaran Sungai Ngringo juga mengalami peningkatan dengan parameter yang digunakan adalah TSS, COD, dan BOD. Beban pencemaran terbesar di Sungai Ngringo dipengaruhi oleh 13 kegiatan industri dengan industri yang dominan adalah industri tekstil. Dalam penelitiannya, Etik Yuliastuti hanya mengambil 4 sampel dan menitikberatkan pencemaran air yang disebabkan oleh aktifitas industri karena banyaknya pabrik yang berdiri di dekat sungai tersebut. Penelitian Dyah Agustiningsih (2012) berlokasi di Sungai Blukar Kabupaten Kendal. Dyah menjelaskan kualitas air Sungai Blukar dari hulu ke hilir mengalami penurunan kualitas yang ditunjukkan pada parameter BOD dan COD telah melebihi baku mutu pada titik 3,4,5,6, dan 7 berdasarkan mutu air sungai Kelas II menurut Peraturan Pemnerintah No 82 Tahun 2001. Kualitas air Sungai Blukar pada wilayah hilir telah mengalami pencemaran tetapi masih dalam tingkatan ringan. Peruntukkan air di sebagian besar titik sampel masih memenuhi standar mutu air terkecuali di titik terakhir yang sudah mengalami pencemaran. Beban pencemaran tertinggi di Sungai Blukar dipengaruhi oleh aktifitas pemukiman dengan parameter BOD sebesar 641,75 kg/hari. Dalam penelitiannya,
7
Dyah menekankan penurunan kualitas air dikarenakan aktifitas permukiman dan pertanian. Deazy Rahmawati (2011) melakukan penelitian di Sungai Diwak Kabupaten Semarang. Tujuan penelitiannya yaitu menganalisis kualitas air Sungai Diwak pada segmen industri akibat pengaruh air limbah industri dengan indikator BOD, COD, TSS, DO, suhu, dan pH. Selain itu Deazy juga merekomendasikan upaya pengendalian pencemaran air sungai dengan menggunakan analisis SWOT. Hasil penelitiannya menjelaskan air limbah dari aktivitas industri menyumbang potensi beban pencemaran. Adanya kenaikan konsentrasi sejumlah parameter dari kondisi hulu ke hilir sehingga kualitas air Sungai Diwak pada musim hujan maupun kemarau tidak memenuhi baku mutu air kelas II. Kondisi status mutu air Sungai Diwak di lokasi penelitian umumnya tergolong tercemar ringan hingga sedang. Peningkatan status mutu air dari tercemar ringan pada hulu menjadi tercemar sedang pada hilir terjadi pada saat musi kemarau. Berdasarkan hasil analisa SWOT maka dihasilkan strategi pengendalian pencemaran air yaitu: kajian penetapan kelas air dan daya tampung Sungai Diwak sesuai peruntukannya, peningkatan frekuensi kegiatan pengawasan dan pemantauan kegiatan industri, penambahan jumlah titik pantau, serta penegakan hukum
dan local rewards
kepada industri dalam pengelolaan lingkungan. Untuk lebih jelasnya dapat dirangkum pada tabel berikut:
8
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian No
Peneliti
Tahun
Lokasi
Tujuan
Hasil
Penelitian 1.
Wiwoho
2005
Sungai Babon
Mengidentifikasi daya tampung beban cemaran BOD dengan menggunakan metode Qual2e Merekomendasikan kelas sungai Babon untuk pengendalian pencemaran di masa yang akan datang.
2.
Etik Yuliastuti
2011
Sungai Ngringo
Mengkaji kondisi kualitas air Sungai Ngringo dan mengetahui tingkat beban pencemaran sungai Mengkaji upaya pengendalian pencemaran sungai
1.Daya tampung beban cemaran sungai Babon yaitu : Km 0-5 melampaui kelas 1, Km 6-40 sudah melampaui standar kelas 1,2,3, dan 4, 2.Merekomendasikan klasifikasi kelas untuk sungai Babon pada Km 0-5 dapat dimasukkan ke kelas 2, km 6-26 kelas 3 (dengan penurunan cemaran), dan km 27-40 ke kelas 4 (dengan penurunan cemaran) 1.Kondisi kualitas air sungai Ngringo dari hulu ke hilir mengalami penurunan kualitas air, di daerah hilir telah tercemar ringan. 2.Beban pencemaran terbesar yaitu TSS sebesar 388,41 kg/hari yang dipengaruhi oleh 13 kegiatan industri dengan industri dominan adalah industri tekstil.
8
9
3.
Dyah Agustiningsih
2012
Sungai Blukar Kabupaten Kendal
Mengkaji kualitas air Sungai Blukar dan mengidentifikasi beban pencemaran Sungai Blukar Menanalisis aktivitas masyarakat, petani, dan industri yang dapat menyebabkan penurunan kualitas air Sungai Blukar
1.Kualitas air Sungai Blukar dari hulu ke hilir telah mengalami penurunan kualitas air sungai yang ditujukan parameter BOD dan COD melebihi bakumutu di titik 3,4,5,6, dan 7 berdasarkan mutu air sungai kelas II menurut Peraturan Pmerintah Nomor 82 Tahun 2001 2.Kualitas air Sungai Blukar berdsarkan analisis mutu air sungai denhan metode indeks pencemaran menunjukkan telah mengalami penurunan kualitas air dimana pada wilayah hilir tercemar ringan 3.Peruntukkan air Sungai Blukar berdasarkan analisis status mutu air, titik 1 dapat digunakan untuk peruntukkan air sungai Kelas II, titk 2 dapat digunakan untuk peruntukkan air sungai Kelas I, dan titik 3,4,5,dan 6 dapat digunakan untuk peruntukkan air sungai Kleas III. Kualitas air di titik 7 telah tercemar. 4. Aktivitas pemukiman memberikan masukan beban pencemaran ke sungai Blukar tertinggi. Beban pencemaran BOD dari pemukiman sebesar 641,75 kg/hari, pertanian 284,32 kg/hari dan
9
10
industri 8,23 kg/hari. 4.
Deazy Rahmawati
2011
Sungai Diwak Kabupaten Semarang
Menganalisis kualitas air Sungai Diwak pada segmen industri sebagai akibat adanya pengaruh bebab pencemaran oleh air limbah industri dengan indikator BOD, COD, TSS, DO, suhu, dan pH Merekomendasikan strategi pengendalian pencemaran air Sungai Diwak
5.
Dany Trofisa
2011
Sungai Ciliwung di Segmen Kota Bogor
Mengidentifikasi sumber-sumber pencemar di Sungai Ciliwung segmen Kota Bogor Mengevaluasi perkembangan kondisi mutu air Sungai Ciliwung dari hulu ke hilir di segmen Kota Bogor
1.Air limbah yang dihasilkan dari aktivitas industri menyumbang potensi beban pencemaran sebenarnya pada Sungai Diwak berupa nilai BOD, COD, dan TSS masing-masing sebesar 6,9 kg/ hari, 19,19 kg/hari. 2. Berdasarkan hasil analisa SWOT maka dihasilkan strategi pengendalian pencemaran air yaitu: kajian penetapan kelas air dan daya tampung Sungai Diwak sesuai peruntukannya, peningkatan frekuensi kegiatan pengawasan dan pemantauan kegiatan industri, penmabahan jumlah titik pantau, serta penegakan hukum dan local rewards kepada industri dalam pengelolaan lingkungan. 1. Sumber- sumber pencemar di Sungai Ciliwung Kota Bogor yaitu limbah dari domestik/rumah tangga, industri, peternakan dan pertanian. 2. Perubahan kualitas air Sungai Ciliwung cukup dominan ditunjukkan dengan peningkatan BOD dan COD yang cenderung melebihi baku mutu air kelas II.
10
11
Menganalisis beban pencemar setiap sumber-sumber pencemar Menganalisis daya tampung beban pencemaran
3. Beban pencemaran limbah domestik dalam parameter BOD yaitu sebesar 843,36 ton/bulan, untuk parameter COD nya sebesar 1495,47 ton/bulan. Beban pencemaran dalam limbah industri tempe menghasilkan BOD sebesar 1,77 ton/bulan dan COD sebesar 5,72 ton/bulan. Beban pencemaran limbah industri tahu menghasilkan BOD sebesar 5,58 ton/bulan dan COD sebesar 7,29 ton/bulan. Beban pencemaran limbah peternakan sapi perah menghasilkan BOD sebesar 3,59 ton/bulan. Beban pencemaran limbah ayam potong menghasilkan BOD sebesar 1,86 ton/bulan. 4. Daya tampung pencemaran Sungai Ciliwung berbeda-beda bergantung kapada kondisi debit air sungai. Daya tampung maskimum berada pada bulan Februari dan minimum berada pada bulan September.
11