BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Manusia ditakdirkan oleh sang pencipta memiliki naluri dan hasrat atau
keinginan dalam memenuhi kelangsungan hidupnya. Manusia membutuhkan pergaulan dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologisnya, makanan, minuman, dan lain-lainnya ( Gerungan dalam skripsi Rosiva Unimed, 2007:2 ). Kebutuhan manusia itu terdiri dari kebutuhan primer, yaitu kebutuhan akan sandang, pangan dan papan. Sedangkan kebutuhan kedua, yaitu kebutuhan sekunder, yakni kebutuhan akan kesehatan, pendidikan, rekreasi atau hiburan, dan lain sebagainya Manusia adalah mahkluk yang tidak pernah puas dengan kebutuhan yang ada, setelah kebutuhan yang satu terpenuhi, maka muncul pula kebutuhan-kebutuhan lainnya yang harus dipuaskan. Seperti yang dikatakan Maslow ( Poloma 2000 ), yang melukiskan manusia sebagai mahkluk yang tidak pernah berada dalam keadaan sepenuhnya puas. Bagi manusia, kepuasan itu sifatnya sementara. Jika sesuatu kebutuhan telah terpuaskan, maka kebutuhan-kebutuhan yang lainnya akan menuntut pemuasan, begitu seterusnya. Sehingga timbullah kebutuhan-kebutuhan baru yang membutuhkan pemuasan, kebutuhan itu salah satunya adalah kebutuhan akan hiburan. Kebutuhan akan hiburan terasa sangat dibutuhkan oleh individu – individu, khususnya bagi kalangan manusia yang butuh penyegaran akan kebosanan yang selalu ada dalam setiap rutinitas. Hal ini disebabkan oleh karena sudah semakin kompleksnya pola gaya hidup yang ada pada saat ini.
Universitas Sumatera Utara
Berwisata merupakan suatu cara pemenuhan kebutuhan manusia untuk mendapatkan penyegaran-penyegaran seperti yang dimaksud. Yang dimaksud dengan kegitan berwisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Menurut pengertian tersebut, maka yang melakukan perjalan wisata disebut dengan wisatawan. Apapun tujuannya yang penting, perjalanan itu bukan menetap dan tidak untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi. Pengertian pariwisata telah tercantum dalam Undang-Undang nomor 10 tahun 2009. Pariwisata bukanlah sesuatu yang baru, kegiatan berwisata sudah ada sejak dulu dengan bentuk yang paling sederhana yang dikenal sebagai “bertamasya” atau “perjalanan”. Namun seiring
dengan perkembangan yang dicapai dibidang Sosio
Ekonomi, Sosio Budaya, Teknologi dan sebagainya maka bentuk kegiatan Pariwisata telah berkembang menjadi satu kegiatan yang bersifat luas. Dalam bahasa inggris wisatawan disebut tourist. Oleh pakar wisata dan organisasi internasional untuk kepentingan tertentu, pengertian tourist ini diberi pengertian seperti: -
Perjalanan dilakukan secara sukarela
-
Perjalanan ke tempat lain di luar wilayah/negara tempat tinggalnya
-
Bersifat sementara, menginap paling tidak tujuh hari
-
Tidak untuk mencari nafkah
-
Tujuan semata-mata untuk liburan, pesiar, belajar, olah raga, keagamaan, olah raga atau pertemuan.
Universitas Sumatera Utara
Salah Wahab membagi 5 bagian pariwisata menurut maksud bepergian (http://tujuan wisata.com desember 2009, diakses 12/11/2009, pkl. 24.00). 1. Pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, yang dimaksud kepergian ini untuk memulihkan kemampuan fisik dan mental setiap peserta wisata demi memberikan kesempatan rileks bagi mereka dari kebosanan, dan keletihan kerja selama berada di tempat rekreasi. 2. Pariwisata budaya maksudnya untuk memperkaya informasi dan pengetahuan tentang Negara lain dan untuk memuaskan kebutuhan hiburan seperti kunjungan ke pameran-pameran. 3. Pariwisata pulih sehat maksudnya yaitu untuk memuaskan kebutuhan perawatan medis yang di daerah atau di tempat lain dengan fasilitas penyembuhan seperti sumber air panas. 4. Pariwisata sport maksudnya untuk memuaskan hobi orang-orang seperti berenang 5. Pariwisata temu wicara merupakan pariwisata konvensi yang mencakup pertemuan-pertemuan ilmiah, ataupun seprofesi. Dalam Undang-undang nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, usaha Pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha yang terkait dibidang tersebut, dengan salah satunya adalah usaha sarana pariwisata dengan penyediaan akomodasi, penyediaan makanan dan minuman, penyediaan angkutan wisata, penyediaan sarana wisata tirta. Maka tidak heran jika disekitar tempat wisata banyak bertebaran kafe-kafe dan tempat-tempat hiburan malam
Universitas Sumatera Utara
yang melayani para wisatawan. Namun dengan makin maraknya café dan tempat hiburan malam, hal ini diimbangi pula dengan terjadinya atau adanya hal-hal yang menyimpang dari fungsi tempat wisata yang sebenarnya. Hal inilah yang terjadi pada tempat hiburan malam tempat wisata Lumban Silintong yang fungsi sebenarnya adalah untuk menikmati panorama yang disediakan tempat tujuan wisata, namun kenyataannya, dan ternyata telah mengakibatkan disfungsi dan telah menumbuhkan berbagai penyimpangan-penyimpangan, yakni: dengan adanya praktek prostitusi yang dilakukan pihak tempat hiburan malam di Lumban Silintong. Pelacuran adalah penyerahan badan wanita dengan pembayaran oleh semua lakilaki guna pemuasan nafsu seksual orang-orang itu (www.kompas.com/pelacuran-Paul Moedikdo, 1985). Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa, praktek prostitusi yang dilakukan oleh pekerja seks bertujuan untuk memperoleh penghasilan, agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara maksimal. Praktek
pelacuran biasanya dilakukan oleh wanita, dimana kebanyakan dari
mereka berasal dari keluarga kalangan ekonomi menengah, menunjukkan adanya pertentangan dengan norma-norma yang berlaku. Keadaan tersebut sangat dipengaruhi oleh sifat materialistik dan meningkatnya keinginan untuk memenuhi cita-cita seperti apa yang diungkapkan di banyak media dan iklan (Terence H. Hulll dalam id.wikipedia org/wiki/pelacuran, diakses 12/11/2009, pkl 24.00). Prostitusi dinilai sebagai suatu masalah yang sangat berbahaya untuk masyarakat karena dapat merusak norma-norma etis pada umumnya. Praktek prostitusi atau apapun namanya dikalangan masyarakat modern pada umumnya tidak diterima kehadirannya, karena dianggap tidak bermoral dan sering dianggap sebagai sampah masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Pelacuran atau dunia protitusi ini, sangat berdampak pada semakin bobroknya moralitas pada masyarakat yang dimiliki oleh bangsa ini, dimana begitu banyaknya kehadiran pengunjung dan ramainya penduduk sekitar tempat hiburan malam tersebut. Dalam hal ini dapat dilihat, telah terjadi hal-hal yang sangat bertentangan dengan nilainilai ketuhanan yang sangat menjunjung nilai-nilai, etika, norma kesopanan dan kesusilaan. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti persoalan tentang praktek prostitusi sebagai bentuk penyalahgunaan fungsi tempat wisata yang bisa menimbulkan pergeseran nilai budaya yang berdampak pada perubahan perilaku. Maka, penulis ingin mengkaji lebih lanjut tentang praktek prostitusi sebagai bentuk penyalahgunaan fungsi tempat wisata yang terjadi pada tempat hiburan malam di kawasan tempat wisata Lumban Silintong Balige.
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di latar belakang masalah, penulis tertarik untuk melakukan penelitian. Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana praktek prostitusi sebagai salah satu bentuk penyalahgunaan fungsi tempat wisata di Lumban Silintong Balige?
1.3
Tujuan Penelitian Ada pun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Untuk mengetahui bahwa praktek prostitusi sebagai salah satu bentuk penyalahgunaan fungsi tempat wisata di kawasan tempat wisata Lumban Silintong Balige. 2. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya praktek prostitusi sebagai bentuk penyalahgunaan fungsi tempat wisata di kawasan tempat wisata Lumban Silintong Balige.
1.4.
Manfaat Penelitian Setelah mengadakan penelitian ini, diharapkan manfaat penelitian ini berupa: 1.4.1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sebuah hasil kajian ilmiah yang akurat,
sehingga dapat memberi sumbangan pemikiran bagi kalangan akademisi dalam bidang pendidikan khususnya, dan bagi masyarakat. 1.4.2. Manfaat Praktis Yang menjadi manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk menambah referensi dari hasil penelitian dan dapat juga dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengetahui lebih dalam lagi terkait dengan penelitian sebelumnya. 1.4.3. Manfaat Bagi Penulis Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta wawasan penulis mengenai fenomena yang ada dalam masyarakat dan sebagai wadah latihan serta pembentukan pola pikir yang rasional dalam menghadapi segala macam persoalan yang terjadi di masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
1.5. Defenisi konsep Untuk melakukan penelitian digunakan beberapa defenisi konsep untuk mempermudah suatu penelitian. Konsep adalah istilah yang terdiri dari satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide gagasan untuk memperjelas suatu keadaan suatu penelitian (Iqbal Hasan 2002;17). Untuk menjelaskan maksud dan pengertian konsep-konsep yang terdapat dalam proposal penelitian ini, maka dibuat batasan-batasan konsep yang dipakai sebagai berikut: 1. Tempat Wisata Tempat dimana orang bepergian sementara waktu untuk menikmati sesuatu untuk menghibur dirinya dan bersifat sementara. 2. Fungsi Kegunaan yang meliputi sesuatu yang dibutuhkan karena itulah sesuatu disebabkan berfungsi. Batasan fungsi tempat wisata adalah menikmati daerah tempat wisata. 3. Tempat hiburan malam Tempat dimana para pengunjung menikmati hiburan yang tersedia, dan hanya buka dimalam hari saja. Tempat Hiburan malam yang dimaksud tersebut bisa berupa diskotik ataupun karaoke.
4. Penyalahgunaan Suatu tindakan yang dilakukan perorangan atau kelompok diluar yang melawan kaidah sosial yang berlaku di masyarakat (Hendropuspito 1989). Tindakan yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan perorangan atau kelompok diluar atau melawan kaidah sosial yang berlaku di masyarakat itu dengan adanya pacaran dan bisnis seks di tempat itu. 4. Seks Hubungan kelamin antara pria dan wanita disebut hubungan seks (Peter Salim & Yenny Salim 2002). Pengertian seks secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan 5. Prostitusi Usaha komersil yang bekerja didalam hal yang berkaitan dengan seks dengan cara tidak resmi dan dilarang oleh setiap agama. Praktek prostitusi dalam hal ini adalah Bisnis seks yang terjadi di dalam kawasan tempat wisata Lumban Silintong tersebut, dan selanjutnya pelayanan seks tersebut dilakukan atau diberikan para pelacur pada pelanggannya di hotel-hotel. Walaupun demikian ada sebagian kecil pelanggan tersebut yang menerima pelayanan di café tersebut, namun hanya sebatas kencan, dengan menemani makan minum sambil ngobrol, pegangan tangan, bahkan sampai dengan adegan ciuman. 6. Mangkal Suatu kegiatan iseng bagi seseorang, membuang waktu percuma, yang ditandai seperti perilaku duduk, atau sekedar obrolan kosong yang dilakukan pada tempat hiburan malam. 7. Penyalahgunaan fungsi tempat wisata Suatu tindakan yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok dengan melanggar kaidah sosial yang berlaku dimasyarakat dengan terjadinya perubahan nilai,
Universitas Sumatera Utara
dari nilai yang ideal kepada nilai yang disfungsional. Dimana fungsi tempat wisata sebenarnya adalah untuk menikmati tempat wisata, namun nilai ideal ini mengalami perubahan kepada nilai yang disfungsional, yakni maraknya praktek prostitusi di tempat wisata.
Universitas Sumatera Utara