BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan untuk saling membutuhkan satu sama lain diantaranya dengan mengadakan perniagaan, supaya mereka tolongmenolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan kepentingan hidup masing-masing, baik dengan jalan jual beli, sewa-menyewa, bercocok tanam, atau perusahaan yang lain-lain, baik dalam urusan kepentingan sendiri maupun untuk kemaslahatan umum. Dengan cara demikian kehidupan masyarakat menjadi teratur dan subur serta pertalian yang satu dengan yang lain pun menjadi teguh. Akan tetapi, sifat loba dan tamak tetap ada pada diri manusia yang suka mementingkan diri sendiri. Untuk menjaga kemaslahatan umum agar pertukakaran dapat berjalan dengan lancar dan teratur, maka agama memberi peraturan dengan sebaik-baiknya, karena dengan teraturnya muamalah, maka kehidupan manusia dapat terjamin dengan sebaik baiknya. Ulama' fiqh memberikan definisi muâmalah berbeda - beda antara lain:1 1. Menurut Hudhari Beik, adalah semua akad yang membolehkan semua manusia saling menukar manfaat.
1
Rahmat Syafi’i, Fiqh Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 106.
1
2
2. Menurut Idrîs Ahmad adalah aturan Allah SWT yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam usahanya untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaniah dengan cara yang lebih baik. 3. Menurut Râshid Rida adalah tukar-menukar barang atau sesuatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah di tentukan. Dari ketiga definisi yang diutarakan oleh pakar fiqh di atas penulis telaah secara seksama maka dapat diambil kesimpulan bahawa muâmalah menekankan keharusan untuk mentaati
aturan-aturan Allah yang telah di
tetapkan untuk mengatur hubungan antara manusia dengan cara memperoleh, mengatur, mengelakan dan mengembangkan harta benda (mâl). Muâmalah terbagi menjadi beberapa sub bagian, salah satu diantaranya adalah transaksi jual beli. Dalam agama Islam, jual beli disyariatkan berdasarkan al-Qur'an dan al-Sunah antara lain fiman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 275 :
.......J8ّ;ِ < @; َم اA َ َوCَ Eْ Fَ <ْ ُاH اI @A َ َوَا....... Artinya : "Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba".2 Dan hadis Nabi Muhammad SAW :
I ِM ُ ;@ < اI ُ Nَ O َ ل َ QَRSَ ؟U ُ Eَ V ْ َاU ِ W ْ Xَ <ْ ي ا Y ]\ّ[ْ َا َ ِ^ َوEْ \َO َ H`\@_ ا َ _Fِa@ < اI َ bِ] ُ 3
2
([آQk<^ اk`ر وjF< اh ُ;وْرٌٍ ) رواFْ fَ Cٍ Eْ 8َ I Y َو ُآhِ iِ Eَ 8ِ
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya (Bandung : CV Penerbit JART,2005), 48. 3 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm (Surabaya: Maktabah Sahabat Ilmu, t.t.), 165.
3
Artinya : "Nabi muhammad ditanya tentang mata pencaharian yang paling baik, beliau menjawab : "seseorang bekerja dengan tanganya dan setiap jual beli yang mabrûr (HR. Bazzar dan dinilai shahih oleh Hakim) " Yang di maksud mabrûr dalam hadits di atas adalah jual beli yang terhindar dari usaha tipu menipu dan merugikan orang lain. Hikmah dari adanya transaksi jual beli dan sewa menyewa adalah suatu bentuk keluangan dan keleluasaan dari Allah untuk hamba-Nya. Manusia secara pribadi mempunyai kebutuhan berupa sandang, pangan dan lain sebagainya. Kebutuhan tersebut tidak akan terputus selama manusia masih hidup di dunia. Sehingga manusia pasti membutuhkan orang lain untuk memenuhi hajatnya. Dalam hubungan dengan manusia tersebut, tidak ada yang lebih sempurna kecuali dengan adanya pertukaran, dimana seseorang memberikan apa yang ia miliki untuk kemudian ia memperoleh sesuatu yang berguna dari orang lain sesuai dengan kebutuhan masing-masing.4 Selain terpenuhinya syarat dan rukun dalam transaksi jual beli terdapat jual beli yang terlarang, yaitu jual beli yang mengandung gharar (belum jelas).
Artinya
transaksi
jual
beli
tersebut
masih
terdapat
unsur
ketidakjelasannya. Dijelaskan dalam hadist Nabi tentang prilaku jual beli yang dilarang, sebagai berikut:
4
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Jilid XII, terj. Kamaludin (Bandung: PT. al-Ma'arif, 1987), 45-46.
4
ِ;ىzَ | ْ aَ Sَ ن َ QFَ ; ْآY <@_ اR\َzَ vَ Qa@ ُآ:ل َ Qyَ ^ُ aْ O َ H اx َw ِ َرH اiِ Fْ O َ ْuO َ Cٍ SQِvَ ْuO َ ^ِ 8ِ َ \َFْ ُ _z@A َ ^ُ َ Eْ Fِ vَ ْ]@\ َ[ أن َ ِ^ َوEْ \َO َ H`@\_ ا َ x Y Fِ a@ < اQvَ Q~َ aَ Sَ , َمQَ َ <~[ْ اaْ fِ 5
(رىQkF< اhم )رواQَ @ <ق ا ُ ْJ] ُ
Artinya: Dari Nafi’, dari Abdillah r.a di berkata, “Kami biasa menyongsong para pedagang (dari desa) dan mebeli makanan dari mereka, maka Nabi SAW melarang kami untuk menjualnya kembali hingga sampai di pasar makanan” Hikmah dilarangnya jual beli diperjalanan atau menyongsong pedagang dari desa di tengah perjalanannya ke kota adalah apabila pedagang dari desa memasuki kota atau daerah, maka kemungkinan mereka belum mengetahui harga pasar dan belum dapat menetapkan harga yang pantas bagi barang yang mereka bawa. Sehingga dalam transaksi jual beli tersebut tidak ada yang dirugikan. Bila transaksi jual beli telah memenuhi syarat dan rukunnya serta bukan merupakan praktek jual beli yang mengandung unsur gharar, maka konsekuensinya adalah penjual memindahkan barang atau manfaat barang (dagangan) tersebut kepada pembeli dan pembeli memindahkan barang miliknya atau manfaat barang miliknya (uang) kepada penjual, sesuai dengan harga yang telah disepakati. Setelah itu masing-masing mereka halal
5
Ibn Abdullah Muhammad Ismail al-Bukhari, Matan Mashkul al-Bukhari, Jilid II, ( Beirut: Darul Fikr,t.t), 24
5
menggunakan barang yang telah dipindahkan kepemilikanya sesuai dengan jalan yang telah dibenarkan oleh syari'ah. Jual beli merupakan bagian dari mu’âmalah. Konsep atau aturan mu’âmalah dalam ajaran Islam telah banyak diangkat dan dijelaskan oleh para Ulama’ diantaranya: 6 1. Pada dasarnya segala bentuk mu’âmalah adalah mubah, kecuali yang ditentukan oleh al-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad SAW. hal itu sesuai dengan kaidah yang berbunyi :
[ِ ْ ;ِ k ْ z@<_ ا َ \َO I ُ Eْ <ِi@ <ل ا @ iُ َ _ @ zَA ُ A َ Qَ8ِْ ِء َاQَE ْ َ ْ_ اS I ُ` ْ َ َا Artinya : "Asal sesuatu adalah boleh sampai ada dalil atau petunjuk yang menunjukkan keharamanya7. 2. Mu’âmalah dilakukan atas dasar suka sama suka, tanpa mengandung unsur paksaan. 3. Mu’âmalah
dilakukan
atas
dasar
pertimbangan
manfaat
dan
menghindarkan madharat dalam masyarakat. 4. Mu’âmalah dilaksanakan dengan nilai memelihara nilai keadilan, menghindari
unsur-unsur
penganiayaan,
unsur-unsur
pengambilan
kesempatan dalam kesempitan. Konsep dan aturan mu’âmalah dalam ajaran Islam tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwasannya semua itu tidak lain bertujuan untuk 6 7
Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalah (Yogyakarta: UU Press, 2000), 15Imam Musbikin, Qawâid al-Fiqhiyyah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), 58.
6
kemaslahatan. Seiring perkembangan zaman ternyata mu’âmalah mengalami perkembangan yang sangat signifikan sehingga sangat diperlukan pegangan teguh terhadap konsep atau aturan muamalah di atas. Dari analisa penulis, praktek jual beli yang terjadi di Toko Emas Jawa Mas Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi masih memerlukan telaah hukum, apakah sistem jual belinya telah sesuai dengan ketentuan mu’âmalah di atas atau belum. Dengan berdasarkan wawancara penulis dengan salah satu pembeli8, bahwa transaksi jual beli emas di Toko Emas Jawa Mas tidak mengikuti harga pasar. Artinya, jika seorang pembeli (sebut saja pihak I), menjual kembali emasnya ketika harga emas naik kepada toko (sebut saja pihak II), maka emas tersebut dihargai tetap seperti harga yang tertera di dalam surat pembelian emas dan tidak ikut naik selayaknya harga pasar, serta dikenai biaya beban sebesar Rp.5000/gram bagi pihak I sebagai biaya administrasi. Dan begitu juga sebaliknya ketika penjualan kembali emas oleh pihak I kepada toko (pihak II) dilakukan ketika harga emas turun, maka emas yang dijual tersebut dihargai tetap seperti yang tertera dalam surat pembelian dari toko dan tidak ikut turun,
namun hanya dikenai pembebanan biaya
sebesar Rp. 5000/gram. Sebagian konsumen merasa kecewa praktek jual beli di Toko Emas Jawa Mas Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi yang tidak mengikuti harga pasar. Karena maksud dari konsumen adalah jual beli , artinya ketentuan transaksi jual beli harus mengikuti harga pasar, sehingga sudah barang tentu 8
Wawancara dengan Ibu Winarti sebagai konsumen toko emas Jawa Mas 2 februari 2009, di TokoEmas Jawa Mas
7
mereka (pihak I) menginginkan harga jual kembali emasnya dari toko (pihak II) sesuai dengan harga pasar, karena pihak toko (pihak II) menjual emasnya pada konsumen (pihak I)
juga dengan mengikuti harga pasar.9 Menurut
pemilik toko Jawa Mas, bila transaksi jual beli di toko emasnya menggunakan transaksi jual beli seperti yang diharapkan konsumen maka akan memunculkan kesulitan menetapkan harga penjualan dan pembelian. Karena harga emas selalu tidak stabil dan mengalami kenaikan dan penurunan, dan berdasarkan kenyataan terdahulu pada saat harga emas turun dipasaran, banyak konsumen yang merasa tidak puas terhadap pelayanan pihak toko terutama konsumen yang menjual kembali emasnya kepada toko emas Jawa Mas, karena emasnya terjual dengan harga yang lebih murah dari harga pembelian. Dari permasalahan di atas, maka pemilik toko Jawa Mas merubah sistem jual beli emas di tokonya menjadi jual beli emas yang tidak mengikuti harga pasar. Menurut pemilik toko Jawa Mas bahwa trasaksi jual beli emas di tokonya
merupakan transaksi jual beli yang menyerupai transaksi sewa
menyewa, karena 98% konsumen menjual kembali emasnya kepada pihak toko dengan menggunakan pembebanan biaya Rp.5000/gram sebagai biaya administrasi serta dihargai sesuai dengan harga pembeliannya, atau sama halnya dengan menyewa emas dengan biaya sewa Rp. 5000/gramnya.10 Berangkat dari terjadinya kontra diksi atau ketidak sesuaian maksud dan tujuan antara pemilik toko sebagai penjual dan konsumen sebagai pembeli
9 Wawancara dengan Ibu Winarti sebagai konsumen toko emas Jawa Mas 2 februari 2009, di TokoEmas Jawa Mas 10Wawancara dengan Ibu Anik Nurul hidayah sebagai pemilik toko emas Jawa Mas, 2 februari 2009, di Toko Emas Jawa Mas
8
dalam transaksi jual beli yang mereka lakukan, maka penulis tertarik untuk membahas ketentuan praktek jual beli dan konsekuensi hukumnya. Penulis menentukan pilihan Toko Emas Jawa Mas sebagai obyek penelitian, karena toko emas Jawa Mas adalah salah satu toko emas yang menggunakan sistem jual beli yang tidak mengikuti harga pasar, terutama dalam pembelian emas dari konsumen (yang dulu telah membeli emas di toko tersebut) dan merupakan toko yang paling banyak konsumennya di Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi, selanjutnya dirumuskan dalam sebuah judul "TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS (Study Kasus Di Toko Emas Jawa Mas Kendal Ngawi)”.
B. Penegasan Istilah 1. Jual beli, adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikrarkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan11. 2. Toko Emas
Jawa Mas adalah toko yang menjual berbagai macam
perhiasan emas yang berada di Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi.
C. Rumusan Masalah Dari judul yang penulis pilih, dapat dirinci suatu rumusan masalah sebagai berikut :
11
R. Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Jakarta: PT Intermasa, 1994), 366.
9
1. Bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap akad jual beli perhiasan emas di Toko Emas Jawa Mas Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi? 2. Bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap penetapan harga pada jual beli perhiasan emas di Toko Emas Jawa Mas Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi? 3. Bagaimana
tinjauan
Hukum
Islam
administrasi sebesar Rp. 5.000,-
terhadap
pembebanan
biaya
kepada konsumen pada jual beli
perhiasan emas di Toko Emas Jawa Mas Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi? D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tinjauan Hukum Islam terhadap akad jual beli perhiasan emas di Toko Emas Jawa Mas Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi. 2. Untuk mengetahui tinjauan Hukum Islam terhadappenetapan harga pada jual beli perhiasan emas di Toko Emas Jawa Mas Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi. 3. Untuk mengetahui tinjauan Hukum Islam terhadap pembebanan biaya administrasi sebesar Rp. 5.000,-
kepada konsumen pada jual beli
perhiasan emas di Toko Emas Jawa Mas Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi. E. Kegunaan penelitian 1. Secara Teoritis penelitian ini berguna:
10
a. Untuk menambah informasi tentang ketentuan jual beli emas yang sesuai dengan hukum Islam. b. Untuk menambah khazanah keilmuan fiqh tentang jual beli emas yang sesuai dengan hukum Islam. 2. Penelitian ini secara praktis berguna untu para penjual perhiasan emas sebagai sumbangan pemikiran mengenai jual beli emas dan cara pemecahannya menurut hukum Islam terhadap umat Islam, khususnya toko emas Jawa Mas di Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi.
F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Dan Pendekatan Penelitian Penelitian dalam skripsi ini termasuk jenis penelitian lapangan (field Research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.12 Ciri khas penelitian ini tidak dapat dipisahkan dengan pengamatan yang berperan serta, sebab peranlah yang manentukan keseluruhan sekenarionya. Pengamatan berperan serta adalah sebagai penelitian yang bercirikan interaksi social yang memakan waktu yang lama antara peneliti dengan subyek dalam lingkungan subyek, dan selama ini data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan
12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), 40. dan Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), 108.
11
catatan tersebut berlaku tanpa adanya gangguan. Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrument kunci, berpartisipasi penuh sekaligus pengumpul data , sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Toko Emas Jawa Mas yang berlokasi di Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi. Penulis mengadakan penelitian di Toko Emas Jawa Mas karena selain letaknya yang strategis juga merupakan salah satu toko emas yang melakukan praktek jual beli perhiasan emas yang tidak mengikuti harga pasar dan melakukan pembebanan biaya administrasi sebesar Rp.5.000,00/gram di wilayah kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi. 3. Subyek Penelitian Semua yang terkait dengan Toko Emas Jawa Mas di kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi seperti wawancara dengan pemilik toko, 4 karyawan, dan 6 pembeli. 4. Sumber Data Dalam penelitian ini menggunakan sumber-sumber data sebagai berikut : a. Sumber data lapangan (sumber data primer) Dalam penelitian ini menggunakan sumber data lapangan (sumber data primer). Yang mana penulis bertemu langsung dengan responden. Responden ialah orang yang menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti
12
untuk tujuan peneliti itu sendiri, dalam hal ini instrumen yang peneliti ambil terdiri dari pemilik perusahaan. b. Sumber Data Sekunder Dalam penelitian ini menggunakan sumber data skunder yaitu karyawan dan konsumen. 5. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan tiga teknik penggalian data, yaitu: a. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti.13 b. Interview atau Wawancara Interview adalah tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab atau wawancara langsung dengan pihak-pihak terkait, yaitu dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan yang berkenaan dengan ketentuan jual beli.14 6.
Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahan data yang dipergunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali semua data yang diperoleh terutama dari segi perlengkapan, kejelasan makna, kesesuaian, keserasian satu sama lainya.15
13
Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid 2 (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), 45. Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV. Alpabeta, t.t.), 73-74. 15 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), 129. 14
13
b. Organizing, yaitu pengaturan dan penyusunan data sedemikian rupa sehingga menghasilkan dasar pemikiran yang teratur untuk menyusun skripsi. c. Penemuan hasil riset, menganalisa data hasil dari organizing dengan menggunakan kaidah-kaidah, teori-teori dan dalil sehingga diperoleh kesimpulan tertentu dan jawaban dari pertanyaan dalam rumusan masalah dapat terjawab dengan baik. 7. Teknik Analisa Data Dalam mengolah dan membahas data yang diperoleh penulis menggunakan metode : a. Induktif, yaitu pembahasan yang diawali dengan mengemukakan kenyataan yang bersifat khusus dari hasil penelitian kemudian di akhiri dengan kesimpulan yang bersifat umum.16 b. Deduktif, yaitu pembahasan yang diawali dengan mengemukakan dalil-dalil, teori-teori atau ketentuan yang bersifat umum dan selanjutnya dikemukakan kenyataan-kenyataan yang bersifat khusus.17 a.
G. Sistematika Pembahasan Dalam rangka mempermudah pembahasan, maka penulis menyusun skripsi ini ke dalam lima bab, yag masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yang saling berkaitan. Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini sebagai berikut: 16 17
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I (Yogyakarta: Andi Offset, 1980), 42. Ibid., 43.
14
Bab I
:
Pendahuluan Dalam bab ini berisi penjelasan umum dan gambaran tentang isi skripsi diantaranya berisi tentang latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II
:
Ketentuan jual beli menurut hukum Islam. Bab ini meliputi definisi, rukun, syarat, macam-macam dan pembatalan jual beli menurut hukum Islam, penetapan harga pasar menurut hukum Islam.
Bab III
:
Praktek jual beli di Toko Emas (TE) Jawa Mas Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi. Pada bab III ini memuat penyajian data dari hasil penelitian yang berisi tentang keadaan umum meliputi sejarah singkat berdirinya, letak geografisnya, visi dan misi, serta dalam bentuk data khusus meliputi bentuk praktek jual beli meliputi cara penimbangan emas, akad jual beli dan sistem jual beli yang tidak mengikuti harga pasar di Toko Emas (TE) Jawa Mas Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi.
Bab IV
:
Tinjauan Hukum Islam terhadap praktek jual beli di Toko Emas (TE) Jawa Mas Ngawi.
Kecamatan Kendal Kabupaten
15
Pada bab IV ini merupakan bab yang paling penting karena dalam bab ini akan dibahas/ dianalisa praktek jual beli meliputi akad jual beli, cara penimbangan dan sistem jual beli yang tidak mengikuti harga pasar di Toko Emas (TE) Jawa Mas Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi dengan teori-teori hukum islam sehingga akan ditemukan suatu kesimpulan dan kita akan tahu bagaimana keabsahan praktek jual beli Toko Emas (TE) Jawa Mas Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi menurut hukum islam Bab V
:
Penutup Dalam bab ini memuat suatu kesimpulan dari semua bab dan hasil dari analisa pada bab IV pendapat pemikiran penulis, serta saran dan kritik membangun yang diharapkan penulis.
16
BAB II C. JUAL BELI DAN PENETAPAN HARGA MENURUT HUKUM ISLAM
A. Jual Beli. Pengertian dan Dasar Hukum Jual Beli Pengertian jual beli Jual beli menurut pengertian lughawî adalah saling menukar (pertukaran), terdiri dari dua suku kata, yaitu kata al-bay’ (jual) dan alshirâ’ (beli) yang mempunyai makna yang satu sama lain bertolak belakang.18 Kata al-bay’ (jual) menunjukkan adanya perbuatan menjual, sedangkan kata al-shirâ’ (beli) adalah adanya perbuatan membeli. Dengan demikian, perkataan jual beli menunjukkan adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa, yaitu satu pihak menjual dan pihak yang lain membeli. Adapun jual beli menurut para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikannya, antara lain: 1) Menurut Ulama Hanafiyah:
ص ٍ ْJ ُ ْ fَ ^ٍ M ْ \َ_ َوO َ ل ٍ QَN8ِ ل ٍ Qَf ُ <َ َدQَFfُ Artinya: “ Pertukaran harta (benda) dengan harta berdasarkan cara khusus (yang diperbolehkan)”. 2) Menurut Imâm Nawâwî
QًXEْ \ِNْ َ ل ٍ QَN8ِ ل ٍ Qَf ُ \َ8َ QَRfُ Artinya: terj. Kamaludin (Bandung: PT. al-Ma'arif,
18
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Jilid XII, 1987),44.
16
17
“ Pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan”. 3) Menurut Ibn Qudâmah
QًX\YNَ َ َوQًXEْ \ِNْ َ ل ِ QَN<ْ Qِ8 ل ِ QَN<ْ َدَ< ُ اQَFfُ Artinya: “Pertukaran harta dengan harta untuk saling memiliki” 19 Jual beli merupakan kebutuhan darûrî dalam kehidupan manusia. Artinya manusia tidak akan hidup tanpa kegiatan jual beli, maka Islam menetapkan kebolehannya sebagaimana dinyatakan dalam banyak keterangan al-Qur’ân dan al-Hadîth Nabi. Misalnya firman Allah, Ahalla Allâh al-bay’a wa harrama al-ribâ (Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba). Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat: “Pekerjaan apakah yang paling baik?” beliau menjawab: “Pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan tangannya dan setiap jual beli yang baik (kullu bay’in mabrûr). Dari pemaparan di atas dapat penulis pahami bahwasannya, definisi jual beli adalah pertukaran milik (barang yang bermafaat) atas dasar saling rela dengan alat pengganti yang dibenarkan oleh hukum Islam. Adapun yang dimaksud alat pengganti adalah alat pembayaran yang sah dan diakui keberadaannya. Misalnya uang rupiah dan mata uang lainnya. Dasar hukum jual beli
19
Rahmat Syafi’i,Fiqih Mu’amalah (Bandung:Pustaka Setia,2001), 74
18
Jual beli disyariatkan berdasarkan al-Qur’ân, al-Hadîth, dan Ijma’ yakni: al-Qur’ân, di antaranya
u َ fِ ن ُ Q َ Eْ | @ < ُ^ ا َ F@ َ zَ َ ىiِ <@ْ ُم اJRُ َ QNَ َآ @ ن ِإ َ ْJfُ ْJRُ َ َ اJَ 8; <ن ا َ ْJ\ُ َْ ُآu َ ْ iِ <@َا اJَ 8;ِ <ْ @; َم اA َ َوCَ Eْ Fَ <ْ اH اI َA @ ا َوَأJَ 8; < اI ُ £ْ fِ ُCEْ Fَ <ْ اQNَ v@ ْا ِإJ<ُQyَ ْ[~ُ v@ َ 8ِ ¢ َ <ِ َذ Nَ <ْ ا َدQO َ ْufَ َوH ِ ِإَ<_ اhُ ;ُ fْ َوَأ¥ َ \َ] َ Qfَ ^ُ \َSَ _~َ zَ vْ QSَ ^ِ 8 ْ َرufِ ٌ ¤ َO ِ ْJfَ hُ َءQM َ ْuNَ Sَ ن َ ْوiُ <ِQ§ َ Q~َ Eْ Sِ ْ[ ِر َهQa@ < اU ُ k َ` ْ َأ¢ َ bِ <َُوSَ Artiya: “Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghunipenghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”(Al-Baqarah: 275).20
َر ًةQَ©ِ ن َ ْJXُ َ ْ َان @ ِاI ِV ِ QَF<ْ Qِ8 ْ[Xُ aَ Eْ 8َ ْ[Xُ <ََاJfْ ْا َاJ\ُ َْ ُآ َ ْاJaُ fَ َاu َ ْ ªِ <@ اQَ~Y Qَ َ ْ[Xُ 8ِ ن َ Qَ آH َ ن ا @ [ْ ِاXُ W َ «ُ vْ ْا َاJ\ُzُ Rْ َ َ [ْ َوXُ aْ fِّ ٍْ َ;َاضuO َ (٢٩:ءQWa<)ا.QًNEْ A ِ َر Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka samasuka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh 20
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung : CV Penerbit J-ART,2005), 48.
19
dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S. al-Nisâ’ : 29).21
al-Sunnah, di antaranya:
.iٍ Nّ kf u8 ;وانfQa°iA ,x Y Rِ | ْ fَ i< اiE<J< اu8 سQF< اQa°iA ل َ Qy ^ِ E8 أuO ,x ِّ vِ iَ N< ا± ٍ
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung : CV Penerbit J-ART,2005), 84. Abdullah Shonhaji, Teremahan Sunah Ibn Mâjjah, vol 3 (Semarang : Syifa’, 1993), 39 23 Syafi’i, Fiqih Mu’amalah,75.
20
keduanya atau berdasarkan suka sama suka dan tidak mengandung unsur riba dan batil. Prinsip suka sama suka yaitu tidak mengandung pemaksaan yang menghilangkan hak pilih seseorang dalam aktivitas mu’amalah. Rukun Jual Beli Perjanjian jual beli merupakan perbuatan hukum yang mempunyai konsekuensi terjadinya peralihan hak atas sesuatu barang dari pihak penjual kepada pihak pembeli, maka dengan sendirinya dalam perbuatan hukum ini haruslah dipenuhi rukun dan syarat jual beli.24 Adapun rukun jual beli sebagai berikut: 1) Al-bay’ (penjual) 2) Al-mushtarî (pembeli) 3) Ma’qûd ‘alayh (benda atau barang) 4) Sîghat (îjâb dan qabûl) Dalam suatu transaksi jual beli, keempat rukun ini hendaknya dipenuhi, andai kata salah satu rukun tidak terpenuhi, maka perbuatan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai perbuatan jual beli. Syarat syah Jual Beli. Jual beli dapat dilaksanakan secara syah dan memberi pengaruh yang tepat, harus direalisasikan beberapa syarat dahulu. Syarat tersebut
24
Choiruman Pasaribu, dan Suhrawardi K Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam (Jakarta:Sinar Grafika,1996),34.
21
ada yang berkaitan dengan pihak penjual, pembeli, Shîghat dan yang berkaitan dengan objek yang yang jual belikan.25 a.
Syarat ‘Âqid. 1) Dewasa atau sadar. 2) Tidak dipaksa. 3) Islam. Dipandang tidak sah, orang kafir membeli kitab AlQur'an atau kitab-kitab yang berkaitan dengan agama, seperti hadîth, kitab-kitab fiqh, dan juga membeli hamba yang muslim. Hal itu didasarkan antara lain pada firman Allah SWT:
Q\ًEْ Fِ ] َ u َ Eْ aِ fِ ْءJُ N<ْ\َ_ اO َ u َ ْ ;ِ «ِ Xْ\<ُِ H اI َ َ © ْ َ ْu<َ…… َو Artinya: "Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan bagi orang-orang kafir untuk memusnahkan orang mukmin."(QS. Al-Nisâ': 141)26 4) Pembeli bukan musuh. Umat Islam dilarang menjual barang, khususnya senjata, kepada musuh yang akan digunakan untuk memerangi dan menghancurkan kaum muslimin. b. Syarat Shîghat.27 1) Berhadap-hadapan.
25
Abdullah Al-Muslih, dan Shalah Ash-Shnawi, Ma La Yasaut Tajirun Jahlulu, terj. Abu Bakar Basyir (Jakarta Darul Haq, 2004), 92 26 Departemen Agama RI, Al-Qur'an Dan Terjemahnya, 102. 27 Syafe'I, Fiqh Muamalah ,, 82.
22
Pembeli atau penjual harus menunjukkan sighat akadnya kepada orang yang sedang bertransaksi dengannya, yakni harus sesuai dengan orang yang dituju. Dengan demikian, tidak sah berkata, "saya menjual kepadamu" Tidak boleh berkata, "saya menjual kepada Ahmad," padahal nama pembeli bukan Ahmad. 2) Ditujukan pada seluruh badan yang akad. Tidak sah mengatakan, "saya menjual barang ini kepada kepala atau tangan kamu." 3) Qabul diucapkan oleh orang yang dituju dalam ijab. Orang yang mengucapkan qabul haruslah orang yang diajak bertransaksi oleh orang yang mengucapkan ijab, kecuali jika diwakilkan. 4) Harus menyebutkan barang atau harga. 5) Ketika mengucapkan shîghat harus disertai niat (maksud). 6) Pengucapan ijab dan qabul harus sempurna. 7) Ijab qabul tidak terpisah. Antara ijab qabul tidak boleh diselingi oleh waktu yang terlalu lama, yang menggambarkan adanya penolakan dari salah satu pihak. 8) Antara ijab dan qabul tidak terpisah dengan pernyataan lain. 9) Tidak berubah lafaz. Lafaz ijab qabul tidak boleh berubah, seperti perkataan, "saya jual dengan lima ribu", kemudian bekata lagi, "Saya
23
menjualnya dengan sepuluh ribu," padahal barang yang dijual masih sama dengan yang pertama dan belum ada qabul. 10) Bersesuaian antara ijab dan qabul secara sempurna. 11) Tidak dikaitkan dengan sesuatu. Akad tidak boleh dikaitkan dengan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan akad. 12) Tidak dikaitkan dengan waktu. c. Syarat Ma'qûd 'Alayh. 1) Suci. 2) Bermanfaat. 3) Dapat diserahkan. 4) Barang milik sendiri atau wakil orang lain. 5) Jelas dan diketahui oleh kedua belah pihak yang melakukan akad. Macam-Macam Jual Beli Jual beli yang diperbolehkan Jual beli berdasarkan pertukarannya secara umum dibagi empat macam. 28 1) Jual beli saham (pesanan) Jual beli salam adalah jual beli melalui pesanan, yakni jual beli dengan cara menyerahkan terlebih dahulu uang muka kemudian barangnya diantar belakangan. 2) Jual beli Muqâyadhah (barter)
28
Abdullah, Ma La Yasaut Tajirun Jahlulu , 142
24
Jual beli muqayadhah atau bay’ al-’ayn bi al-‘ayn, yakni jual beli barang yang lazim disebut jual beli barter, seperti menjual hewan ditukar dengan gandum. 3) Jual beli mutlaq Jual beli mutlaq adalah jual beli barang dengan sesuatu yang telah disepakati sebagai alat pertukaran, seperti uang. 4) Jual beli alat penukar dengan alat penukar Jual beli alat penukar dengan alat penukar adalah jual beli barang yang biasa dipakai sebagai alat penukar dengan alat penukar lainnya seperti uang perak dengan uang emas. Berdasarkan segi harga jual beli dibagi menjadi empat bagian: 1) Jual beli yang menguntungkan (al-murâbahah) Yakni jual beli mabî’ dengan ra’s al-mâl (harga pokok) ditambah sejumlah keuntungan tertentu yang disepakati dalam aqad. 2) Jual beli tawliyah Yakni jual beli dengan menjual barang dalam harga modal, tanpa kerugian dan keuntungan. 3) Jual beli al-wadî’ah Yakni jual beli barang dengan harga asal dengan pengurangan sejumlah harga/diskon. 4) Jual beli al-musâwamah Yakni jual beli barang dengan thaman yang disepakati kedua belah pihak, karena pihak penjual cenderung merahasiakan harga
25
asalnya. Ini adalah jual beli paling populer di kalangan masyarakat sekarang Jual beli yang diharamkan 1) Menjual tanggungan dengan tanggungan Yakni menjual tanggungan dengan tanggungan yaitu menjual hutang dengan hutang 2) Menjual barang yang masih dalam proses transaksi dengan orang atau menawar barang yang masih ditawar oleh orang lain 3) Orang kota menjual barang dagangannya kepada orang dusun. 4) Berjualan ketika dikumandangkannya adzan jumat Adzan yang dimaksud disini adalah adzan yang dikumandangkan ketika khotib sudah naik mimbar dengan syarat orang yang mengadakan perjanjian jual beli adalah orang yang mempunyai hukum wajib terhadap solât jumat, pelarangan ini menunjukkan keharaman aqad jual beli dan rusaknya transaksi jual beli untuk solât jumat.29 Jual beli fasid dan batil 1) Bay’ al-ma’dum Yaitu jual beli atas barang yang tidak ada Seluruh madhhab sepakat bahwa jual beli ini adalah batil,seperti jual beli janin di dalam perut induknya dan jual beli buah yang belum masak. 2) Bay’ al-ma’juz al-taslim
29
Sabiq, Fiqh Sunnah, 84
26
Yaitu jual beli atas barang yang tidak mungkin di serahkan misalnya jual beli burung yang ada di udara 3) Bay’ al-gharar Yaitu jual beli atas barang yang tidak ada dan tidak dapat di lihat oleh pihah penjual dan pihak pembeli dan ulama sepakat bahwa jual beli ini adalah batil. 4) Jual beli barang najis Yaitu jual beli atas barang najis dan terkena najis,seperti tuak,minyak yang terkena najis dan yang semacamnya yaitu barang-barang yang tidak dapat mensucikan 5) Bay’al-urban Yakni pembeli membayar sebagian harga kepada pihak penjual, jika pembeli mengurungkannya maka uang yang telah dibayarkan berlaku sebagai hibah kepada si penjual 6) Bay’al-majhul Yaitu jual beli yang mana mabi’dan thaman tidak dinyatakan sacara jelas yang dapat menimbulkan persengketaan, hukum jual beli ini adalah tidak sah, namun jika tidak menimbulkan persengketaan maka jual beli ini menjadi sah. 7) Bay’al-ma’alaq `ala shart Yaitu jual beli yang di isyaratkan dengan syarat tertentu atau digantungkan dengan masa yang akan datang, misalnya perkataan
27
penjual: aku jual rumah ini kepadamu dengan harga sekian jika fulan menjual rumahnya kepadaku dengan harga sekian 8) Bay’al-ghoibah Yaitu menjual barang yang ada namun tidak dihadirkan ketika berlangsung aqad. 9) Jual beli orang buta Kasus ini berkaitan dengan jual beli al-ghoibah yang mana pembeli tidak bisa melihat langsung barang yang di beli dan menurut fuqoha seperti Hanafiah, Malikiah,dan Hanabilah jual beli ini adalah sah sebab orang buta memiliki hak khiyar sepanjang ia dapat mengenali seperti melalui penciuman dan perabaan namun menurut Shafi’iah jual beli orang buta adalah tidak sah 30 Dari pemaparan di atas dapat penulis pahami bahwasanya, terlarangnya jual beli adalah tidak terpenuhinya persyaratan syahnya jual beli sebagimana telah penulis singgung sebelumnya. Seperti syarat yang berkaitan dengan Syarat ‘Âqid, Shîgha, Ma'qûd 'Alayh belum terpenuhi. Risiko jual beli Terdapat rirsiko dalam transaksi jual beli . Risiko jual beli adalah suatu peristiwa yang mengakibatkan barang tersebut (yang dijadikan sebagai obyek dalam transaksi jual beli) mengalami kerusakan. Peristiwa itu tidak dikehendaki oleh kedua belah pihak.artinya terjadinya suatu keadaan yang memaksa di luar jangkauan pelaku jual beli.
30
Syafi’I, Fiqh, 94
28
Dalam ajaran Islam, hal itu merupakan sesuatu yang wajar, sebab segala sesuatu dapat terjadi sesuai kehendak Allah. Tidak ada daya upaya bagi umat manusia jika Allah SWT menghendakinya. Terjadinya kerusakan barang (risiko jual beli) terbagi dua yaitu: a. Kerusakan barang terjadi sebelum serah terima.31 1) Kerusakan barang akibat pembeli, maka jual beli tidak batal dan pembeli berkewajiban membayar penuh. Karena pembeli menjadi penyebab kerusakan. 2) Kerusakan akibat orang lain maka pembeli boleh menetukan pilihan membatalkan transaksi jual beli atau tidak b. Kerusakan barang sesudah serah terima32 Menyangkut kerusakan barang setlah serah terima sepnuhnya menjadi tanggung jawab pembeli. Kecuali ada altenatif dari penjual seperti garansi.
B. Penetapan Harga 1. Definisi Harga Keadilan ekonomi memiliki korelasi yang signifikan dengan keadilan dalam produksi. Dalam produksi, keadilan tersebut mencakup harga yang adil (al-Samân al‘adl) dan laba yang adil (al ajr al‘adl).33 Dalam fiqh Islam dikenal dua istilah berbeda mengenai harga suatu
31
Suhrawardi K.Lubis, Hukum ekonomi Islam (Jakarta: Sinar grafika, 2001),136 32 Ibid, 137 33 Rustam Effendi, Produksi dalam Islam (Yogyakarta: Magistra Insani Press, 2003), 3.
29
barang, yaitu as-Samân dan as-Si’r. As-Samân adalah patokan harga satuan barang, sedangkan As-Si’r adalah harga yang berlaku secara aktual di pasar.34 Ulama Fiqh membagi as-Si’r itu kepada dua macam, yaitu : a. Harga yang berlaku secara alami, tanpa campur tangan pemerintah35 dan ulah para pedagang. Dalam harga yang berlaku secara alami ini, pemerintah tidak boleh ikut campur tangan, karena campur tangan pemerintah akan membatasi hak para pedagang. 36 b. Harga suatu komoditas yang ditetapkan pemerintah setelah mempertimbangkan
modal
dan
keuntungan
wajar
bagi
pedagang ataupun produsen serta melihat keadaan ekonomi riil dan daya beli masyarakat. Mekanisme ini lazim disebut alTas’ir al-Jabari.37 Penerapan konsep tas’ir dalam kehidupan ekonomi tentang penetapan harga ini sesuai dengan nilai yang terkandung dalam barang yang dijadikan obyek transaksi, serta dapat dijangkau oleh masyarakat. Adanya tas’ir, maka akan menghilangkan beban ekonomi yang mungkin tidak dapat dijangkau oleh masyarakat, menghilangkan praktik
34
Setiawan Budi Utomo, Fiqh Aktual (Jakarta: Gema Insani, 2003), 90. Ibid., 90. 36 Nasrun Haroen, Fiqh Mu’amalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, tt ), 139. 37 Setiawan Budi Utomo, Fiqh Aktual, 90. 35
30
penipuan, serta memungkinkan ekonomi dapat berjalan dengan mudah dan penuh dengan kerelaan hati.38 Pendapat Imam an-Nawâwi tentang harga sebagaimana berikut :
ف ِ ْJyُ ْJNَ \ْ <ِ وَا ِمi@ <\َ_ اO َ ٍ A َ QَFfُ ٍ َ «َ aْ َf ¢ ُ Eْ \ِNْ َ ^ِ Eْ Sِ ن @ ·ِ Sَ ¥ ُ yْ Jَ <( اu َ Nَ £َ 8ِ ج َ ;َ § َ ) َو _@NW َ ُ Qَ< Qَ~vّ ·ِ Sَ َر ِةQَMِ<) اQً¸ْ َأu ٍ Nَ £َ 8ِ ج َ ;َ § َ ِ َو8َ ْ;Rُ <ْ ِ^ اM ْ \َ_ َوO َ ْI8َ u ٍ Nَ °َ Qَ\8ِ ^ِ Eْ \َO َ iِ Eْ 8ِ ْz@<\َ_ اO َ ْ²W َ Eْ <َQَ~v@ َ<ِ( َوQًaNَ °َ Artinya : ”(Dan kecuali dengan lafadz tsaman) waqaf, maka sungguh di dalamnya adalah pemidahan manfaat yang diperbolehkan untuk selamanya kepada mauqûf ‘alaih dengan tanpa harga, melainkan atas dasar kebajikan, dan kecuali dengan lafad thaman adalah (ijârah, maka itu tidak dinamakan thaman)39 Dalam masalah harga, Imam an-Nawâwi mengecualikan dua contoh transaksi, wakaf dan upah. Alasannya untuk wakaf adalah pemindahan manfaat barang untuk selamanya atas dasar ibadah, sementara untuk upah adalah tidak berlaku tetap/ditetapkan. Pengecualian Imam an-Nawâwi terhadap dua transaksi di atas, penulis pahami bahwa harga adalah nominal yang berangkat dari motif mencari untung bukan ibadah kepada Tuhan. Juga nominal dapat ditetapkan secara umum kepada pihak yang melakukan aktifitas yang sama. 2. Harga Secara Umum
38
Abdul Sami’ al-Mishri, Pilar-Pilar Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006),95. 39 ibn Umar al-Jawi, Taushih ‘ala ibn Qâsim, 130.
31
Berdasarkan teori klasik tentang persaingan yang sempurna, pasar terbentuk dari produsen-produsen kecil dan konsumen-konsumen kecil dalam jumlah yang tidak menentu.40 Dalam sistem ini pengusaha menjadi agen masyarakat untuk menentukan bagaimana barang dan jasa itu diproduksi.41 Sehingga tidak ada yang merasa dirugikan baik itu dari pihak produsen maupun konsumen. Dalam ekonomi Islam siapapun boleh berbisnis. Namun demikian, dia tidak boleh melakukan jual beli yang merugikan salah satu dari subyek transaksi jual beli, seperti mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi.42 Telah jelas bahwa, mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan cara menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi, atau istilah ekonominya monopoliy's rent-seeking tidak boleh.43 Islam menghargai hak penjual maupun pembeli untuk menentukan harga sekaligus melindungi hak keduanya. Islam membolehkan, bahkan mewajibkan pemerintah melakukan intervensi harga, bila kenaikan harga disebabkan adanya penyimpangan terhadap permintaan dan penawaran.44 Ulama Fiqh sepakat menyatakan bahwa ketentuan penetapan harga ini tidak dijumpai dalam Al-Qur’ān. Adapun dalam hadîth Rasulullah Saw dijumpai beberapa riwayat yang menurut logikanya dapat diinduksikan 40
Monzer Kahf, Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), 49. M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi (Jakarta: Gema Insani, 2000), 42. 42 Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam (Yogyakarta: Ekonosia, 2002), 203. 43 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: PT. RAJA GRAFINDO PERSADA, 2007), 185. 44 Sudarsono, Konsep, 203. 41
32
bahwa penetapan harga itu dibolehkan dalam kondisi tertentu. Faktor dominan yang menjadi landasan hukum at-Tas’ir al-Jabari, menurut kesepakatan ulama fiqh adalah al-Maslahah al-Mursalah (kemaslahatan).45 Dalam penentuan harga out put ajaran Islam menggunakan dua pedoman, yaitu : b. Selama pasar masih dapat berjalan dengan normal, maka harga sepenuhnya
ditentukan
oleh
mekanisme
permintaan
dan
penawaran. c. Akan tetapi pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan penetapan harga
seandainya
mekanisme
pasar
yang
normal
terjadi
penyimpangan oleh faktor-faktor yang tidak bersifat alami, misalnya karena ada penimbunan (ihtikar) oleh segolongan pelaku pasar.46 Dari pemaparan di atas penulis pahami bahwa, selama pasar masih bisa berjalan secara alami tanpa adanya ulah dari para pedagang yang sengaja membuat keresahan kepada pihak yang lain maka, pemerintah tidak berhak melakukan intervensi. Sebaliknya, jika diketahui terjadi adanya penipuan oleh para pedagang yang membuat resah para pelaku pasar yang lain maka, pemerintah memiliki peran yang besar dalam melakukan pengelolaan harga. Akan tetapi, pematokan harga tersebut juga harus dilakukan dalam batas adil dengan memperhitungkan biaya produksi,
45
46
Utomo, Fiqh , 91. Anto, Pengantar, 182-183.
33
biaya investasi, promosi, pajak,47 biaya distribusi, transportasi, modal dan margin keuntungan bagi para produsen maupun pedagang.48 Suatu harga yang adil dalam sistem ekonomi pasar merupakan hasil dari daya-daya yang diperankan oleh pasar, yakni hasil dari tawar menawar sebagaimana dilakukan oleh pembeli dan penjual tradisional. Harga bisa disebut adil jika telah disetujui oleh kedua belah pihak yang melakukan transaksi.49 Konsep harga yang adil telah dikenal oleh Rasulullah Saw, yang kemudian banyak menjadi bahasan dari para ulama di masa kemudian. Secara umum harga yang adil ini adalah harga yang tidak menimbulkan eksploitasi atau penindasan (kedzaliman) sehingga merugikan salah satu pihak dan menguntungkan pihak yang lain.50 Dalam situasi normal, harga yang adil tercipta melalui mekanisme permintaan dan penawaran, dengan syarat mekanisme pasar dapat berjalan secara sempurna.51 Itulah sebabnya, syariah Islam sangat menghargai harga yang terbentuk oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar.52 Allah Swt, berfirman dalam Q.S. al – Nisâ’ :29 :
ْuO َ َر ًةQَ©ِ ن َ ْJXُ َ ْ َان @ ِاI ِV ِ QَF<ْ Qِ8 ْ[ُXaَ Eْ 8َ ْ[Xُ <ََاJfْ ْا َاJ\ُ َْ ُآ َ ْاJaُ fَ َاu َ ْ ªِ <@ اQَ~Y Qَ َ (٢٩:ءQWa<)ا.QًNEْ A ِ [ْ َرXُ 8ِ ن َ Qَ آH َ نا @ [ْ ِاXُ W َ «ُ vْ ْا َاJ\ُُzRْ َ َ [ْ َوXُ aْ fِّ ض ٍ َ;َا 47
Muhammad, R. Lukman Fauroni, Visi al-Qur’an tentang Etika dan Bisnis,108. 48 Budi Utomo, Fiqh Aktual, 98 49 Fauroni, Visi al-Qur’an tentang Etika dan Bisnis, 108. 50 Hendrieanto, Pengantar Ekonomi Mikro Islam , 286. 51 Ibid., 285. 52 Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam (Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa, 1997), 150.
34
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S. al-Nisâ’ : 29).53 Dari pemaparan di atas, penulis pahami bahwa: harga yang adil menurut hukum Islam adalah suatu harga yang terbentuk secara alami, yang mana harga itu terbentuk melalui penawaran dan permintaan pasar dan tidak ada salah satu pihak yang dirugikan baik itu produsen maupun konsumen. 3. Dampak Jual Beli Dengan Harga Di Bawah Dan Di Atas Harga Pasar (tidak mengikuti harga pasar) Dalam perekonomian, pasar berperan sangat penting khususnya dalam sistem ekonomi bebas/liberal.54 Dasar dari pengembangan ilmu ekonomi mikro tidak akan terlepas pada permasalahan penentuan tingkat harga yang diderivasikan dari proses mekanisme pasar. berperan
untuk
mempertemukan
produsen
dan
55
Pasarlah yang
konsumen
yang
dikehendakinya. Konsumen sangat berperan untuk menentukan lalu lintas barang dan jasa. Berbagai usaha dipandang dari sudut ekonomi mempunyai tujuan yang sama, yaitu mencari keuntungan maksimum dengan jalan mengatur penggunaan faktor-faktor produksi seefisien mungkin, sehingga usaha memaksimumkan keuntungan dapat dicapai dengan cara yang paling
53
Depag RI, al-Qur’an dan Terjemahannya 84. 54 K. lubis, Hukum, 21. 55 Karim, Ekonomi, 13.
35
efisien,56 Lazimnya produsen selalu berprinsip memproduksi barang dengan biaya yang relatif rendah untuk memaksimumkan keuntungan yang akan diperoleh.57 Dipahami penulis bahwa, Islam telah memberikan kesempatan yang cukup luas kepada umatnya untuk melakukan bisnis yang dapat mendatangkan keuntungan pada diri mereka. Akan tetapi, Islam juga memberikan batasan-batasan kepada pelaku bisnis supaya tidak ada yang dirugikan baik itu dari pihak konsumen maupun produsen terutama dalam pemberian harga. Karena pada prinsipnya transaksi bisnis harus dilakukan pada harga yang adil, sebab ia adalah cerminan dari komitmen syariah Islam terhadap keadilan yang menyeluruh. Secara umum dijelaskan bahwa, harga yang adil adalah harga yang tidak menimbulkan eksploitasi atau penindasan (kedaliman) sehingga merugikan salah satu pihak dan menguntungkan pihak yang lain. Dalam jual beli, kualitas barang memang sebagai penentu keberlangsungan usaha, selain itu harga juga salah satu darinya. Perlu diketahui bahwa
tujuan usaha secara umum adalah profit oriented,
mengenai hasil usaha juga terbuka peluang untuk sah dan tidak, khususnya dalam cakrawala hukum Islam. Diterangkan bahwa “Barang siapa menjual barangnya di pasar yang kwalitasnya sama seperti barang penjual lainnya, maka ia dilarang menjual dengan harga lebih rendah dari harga pasar
56
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam (Yogyakarta: Ekonosia, 2002), 172.. 57 K. Lubis, Hukum, 21.
36
apabila hal itu akan merusak harga pasar dan membuat resah para pelaku pasar”.58 Dalam berkompetisi, penetapan harga yang tidak sesuai dengan harga secara umum akan menimbulkan ekploitasi kekayaan sehingga siapa yang mempunyai modal besar dia yang akan berkuasa. Dengan beramsusi bahwa
semua
yang
berkepentingan
akan
mencoba
melindungi
kepentingannya, maka regulasi dalam ketiadaan nilai-nilai yang secara sosial disepakati hanya akan memihak kepada salah satu seorang atau kelompok. Hal ini akan merefleksikan suatu tendensi over regulasi atau regulasi di bawah standart yang arahya bergantung pada kelompok penekan yang menang,59 maka hampir semua perusahaan mencoba mengeliminasi pesaingnya atau, jika gagal, mengadakan kolusi dengan lawannya.
Eliminasi,
atau
ancamannya,
menambah
ketegangan,
ketidaktentraman, stress, dan keresahan sosial, yang tentu saja sangat merugikan masyarakat.60
58 59
Ash Shâdiq Abdur Rahman al-Gharyâni, Fatwa-Fatwa Mu’amalah Kontemporer (Surabaya: Pustaka Progresif, 2004), 32. M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi (Jakarta: Gema Insani, 2000), 115116. 60 Rahman, Fatwa, 43.
37
BAB III KONDISI OBYEKTIF TOKO EMAS JAWA MAS KECAMATAN KENDAL KABUPATEN NGAWI A. Gambaran Umum Tentang Toko Emas Jawa Mas 1. Sejarah berdirinya Toko Emas Jawa Mas61 Toko Emas Jawa Mas didirikan oleh Ibu Anik Nurul Hidayah pada tanggal 03 Mei 1993, di atas sebidang tanah yang awal mulanya berukuran ± 4 x 6 m2, di pasar Kendal (ruko pasar Kendal), tepatnya di Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi. Modal awal Toko Emas Jawa mas adalah sebesar ± Rp. 21.000.000,00 (dua puluh satu juta rupiah) tidak termasuk tempat transaksi jual beli emas (Ruko). Pada tahun 1996 ibu Anik meminjam uang di BRI sebesar Rp.15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) untuk modal tambahan. Dalam waktu empat tahun terhitung mulai awal berdirinya Toko Emas Jawa Mas yaitu tahun 1993 sampai dengan tahun 1997 mengalami kemajuan yang sangat signifikan dari faktor konsumen, karena harga yang murah dan berkualitas dibanding dengan Toko Emas lain yang ada di Kecamatan Kendal dan sekitarnya. Dan akhirnya Toko Emas Jawa Mas menjadi toko emas yang paling banyak konsumennya di Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi.
61
Wawancara dengan Ibu anik Nurul Hidayah, pemilik Toko Emas Jawa Mas, tanggal 24 maret 2009. di rumah Ibu Anik N H 38
38
Tahun ke 10, tepatnya pada tahun 2003 konsumen Toko Emas Jawa Mas semakin meningkat. Dengan meningkatnya jumlah konsumen, pemilik toko membangun Jawa Mas II yang terletak di sebelah barat Jawa Mas lama. Pendirian Jawa Mas II sebagai wujud peningkatan pelayanan terhadap konsumen Toko Emas
Jawa Mas dan untuk mengantisipasi
antrian pembeli emas. Adapun awal pendirian Toko Emas Jawa Mas tidak terlepas dari jelinya pendiri dalam melihat peluang bisnis Bisnis Toko Emas sangat menjanjikan mengingat sedikitnya Toko Emas yang ada di Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi dan pertimbangan masyarakat yang konsumtif terhadap kebutuhan perhiasan emas yang berkualitas. 2. Faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi Toko Emas Jawa Mas62 Alasan didirikannya Toko Emas Jawa Mas di Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut; Letak lokasi yang strategis yang berada di utara kecamatan yang jaraknya ± 500 m antara Toko Emas Jawa Mas dengan Kecamatan Kendal. Memudahkan pemasaran, karena letak Toko Emas Jawa Mas di pinggir jalan raya yang padat akan lalu lintas dan tempat pemberhentian terakhir Bis dari Magetan, Madiun dan Ngawi. Memudahkan Toko Emas Jawa Mas mendapatkan produk-produk dari distributor karena mudahnya jalur transportasi yang dapat dijangkau.
62
Wawancara dengan ibu Anik Nurul Hidayah, Pemilik Toko Emas Jawa Mas, tanggal 24 maret 2009, di rumah Ibu Anik N H
39
Bayaknya TKI/TKW dan petani yang lebih suka menyimpan uang dalam bentuk perhiasan emas. 3. Jumlah karyawan63 Dalam usaha untuk membantu kelancaran oprasional toko dalam hal pelayanan terhadap konsumen, Toko Emas Jawa Mas memiliki 7 karyawan. 2 orang laki-laki dan 5 perempuan untuk melayani konsumen. Dengan rincian sebagai berikut: 2 orang memegang pemasaran kalung, 1 orang memegang pemasaran gelang, 1orang memegang pemasaran cicin, 1 orang memegang pemasaran giwang, 1 orang memegang pemasaran anting, dan I orang memegang pemasran perhiasan emas dengan kadar tingi. Dalam hal penimbangan perhiasan emas dan kasir ditangani pemilik toko. 4. Sistem kerja dan pengupahan karyawan64 Toko Emas Jawa Mas buka setiap hari kecuali hari minggu (senin sampai dengan sabtu) dengan waktu rata-rata 7 jam/hari yaitu (jam 07.0014.00). dan sistem pengupahan karyawan tergantung pada masa kerja karyawan. Toko Emas Jawa Mas menetapkan upah karyawan mengikuti umumnya upah karyawan toko emas yaitu sebesar Rp.300.000,00/bulan untuk karyawan baru dan Rp.500.000,00/bulan untuk karyawan lama. Dan pihak toko memberikan THR kepada karyawan setiap tahun, tepatnya pada hari raya Idul Fitri sebesar upah karyawan masing.
63 Wawancara dengan Mas Agus, karyawan Toko Emas Jawa Mas yang memegang pemasaran perhiasan emas dengan kadar tinggi, 24 Maret 2009, di Masjid Al-hidayah 64 Wawancara dengan Ibu Anik Nurul Hidayah, pemilik Toko Emas Jawa Mas, tanggal 25 Maret 2009, di Toko Emas Jawa Mas
40
B. Praktek Jual Beli Di Toko Emas Jawa Mas 1. Obyek (Barang) yang dijual belikan di Toko Emas Jawa Mas Obyek (barang) adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh konsumen. Obyek (barang) merupakan salah satu bagian dari syarat jual beli, dan jual beli tidak akan terjadi bila obyek (barang) tidak ada. Adapun obyek (barang) yang dijual di Toko Emas Jawa Mas, dapat penulis ketahui dari beberapa data yang penulis kumpulkan dari pemilik Toko Emas maupun beberapa karyawan. Seperti halnya pemaparan ibu Anik yang pemilik Toko Emas, beliau mengatakan bahwa barang yang dijual di Toko Emas Jawa Mas adalah perhiasan Emas dengan kadar dan bentuk yang berbeda. Beliau mengatakan kepada penulis; “ mas toko ini menjual perhiasan emas dengan kadar 37,5%, 42%, 70%, 75% dan 85% tetapi yang paling banyak diminati konsumen adalah 37,5% dan 42%”.65 Ketika penulis menanyakan model perhiasan emas yang dijual beliau menjawab “ untuk model bermacan macam mas.. . seperti kalung, cicin, anting, giwang, konde , gelang dan lain lain”.66 Pendapat serupa juga dikatakan Oleh Mas Agus yang menjadi salah satu karyawan Toko Emas
65 66
Wawancara dengan Ibu Anik, pemilik Toko Emas Jawa Mas yang memegang pemasaran Kalung, tanggal 08 April 2009, di Toko emas Jawa Mas Wawancara dengan Ibu Anik, pemilik Toko Emas Jawa Mas yang memegang pemasaran Kalung, tanggal 08 Aprilt 2009, di Toko emas Jawa Mas
41
Jawa Mas yang memegang pemasaran perhiasan emas dengan kadar tinggi, beliau mengatakan bahwa barang yang dijual di Toko Emas Jawa Mas perhiasan emas dengan berbagai kadar dan model yang berbeda.67 Begitu juga Ibu Warti, karyawan Toko Emas Jawa Mas yang memegang pemasaran Kalung membenarkan pemaparan Ibu anik dan pernyataan Mas Agus Tentang perhiasan emas yang dijual di Toko Emas Jawa Mas.68 Selain pemaparan di atas penulis melihat Toko Emas Menjual perhiasan yang memakai permata dan tidak memakai permata. Untuk emas yang memakai permata Mas Sumarto menjelaskan; bahwa emas yang memakai permata
ditambah
ongkos
permata
sebasar
Rp.2000,00
sampai
Rp.25.000,00.69 Dari pemaparan di atas dapat penulis simpulkan bahwa; barang yang dijual di Toko Emas Jawa Mas adalah perhiasan emas, yaitu: a. Perhiasan emas dengan kadar yang berbeda beda, seperti perhiasan emas dengan kadar 37,5%, 42%, 70%, 75% dan 85%. Semakin tinggi kadar emas yang terkandung dalam perhiasan tersebut maka harganya semakin mahal. b. Perhiasan emas dengan berbagai model, seperti: kalung, gelang, cicin, anting, giwang, konde, dan lain lain. c. Perhiasan emas memakai permata dan tidak memakai permata.
67
Wawancara dengan Mas Agus, karyawan Toko Emas Jawa Mas yang memegang pemasaran perhiasan emas dengan kadar tinggi, 08 Aprilt 2009, di Tolo Emas Jawa Mas. 68 Wawancara dengan Ibu Warti, karyawan Toko Emas Jawa Mas yang memegang pemasaran Kalung, tanggal 08 April, di Toko emas Jawa Mas 69 Wawancara dengan Mas Smarto, karyawan Toko Emas Jawa Mas, tanggal 08 April, di Toko emas Jawa Mas
42
Perhiasan emas yang memakai permata dan tidak memmakai permata di bedakan dalam penjualannya, yaitu; 1) Perhiasan emas yang tidak memakai permata Perhiasan yang tidak memakai permata penjualannya dihitung sesuai dengan berat perhiasan emas yang ada dan dijual sesuai dengan harga emas di pasaran saat itu. 2) Perhiasan yang memakai permata Perhiasan yang memakai permata ditimbang beserta permatanya dan dijual dengan harga emas di pasaran saat itu serta dimbah ongkos permata sebesar Rp.2.000,00 sampai Rp.25.000,00. 2. Akad dan bentuk transaksi jual beli di toko emas Jawa Mas a. Bentuk akad dan bentuk transaksi jual beli di Toko Emas Jawa Mas Dalam proses jual beli aqad merupakan unsur/bagian dari kegiatan jual beli tersebut. Dikatakan sah apabila rukun dan syarat aqad telah terpenuhi, sebab aqad adalah perikatan antara penjual dan pembeli. Dalam prakteknya sighat aqad yang dilakukan oleh konsumen Toko Emas Jawa Mas sebagai pembeli di Toko Emas Jawa Mas adalah dengan menggunakan aqad lisan, dimana konsumen (pembeli) datang langsung ke tempat penjual (Toko Emas), kemudian pembeli mengucapkan kalimat kepada karyawan toko emas bahwa ia ingin membeli perhiasan emas yang diinginkan. Contoh: “Mbak? tumbas kalung, cincin, gelang,…..”, , kemudian karyawan mengambil barang
43
yang dikehendaki tersebut. Atau dengan cara lain “Mbak?, pinten harga emas 1gram” setelah pemilihan perhiasan emas selesai dan konsumen mendapatkan
perhiasan emas sesuai dengan
yang
diinginkan, karyawan menghitung jumlah harga barang tersebut kemudian konsumen memberikan uang kepada karyawan, kemudian karyawan memberikan barang yang dibeli beserta nota pembelian yang asli kepada pembeli, kemudian nota copy dan uang pembelian diserahkan kepada pemilik toko untuk dihitung ulang dan dicek, kemudian pemilik toko memberikan uang kembalian kepada karyawan untuk diserahkan kepada pembeli jika ada kembalian.70 Dari pemaparan di atas penulis pahami bahwa akad dalam praktek jual beli yang dilakukan oleh konsumen sebagai pembeli di Toko Emas Jawa Mas, bahwa aqad jual beli adalah aqad jual beli seperti pada umumnya. Dan bentuk transaksi jual beli di Toko Emas Jawa Mas Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi adalah berhadapan langsung antara penjual dan pembeli, di sini tidak ada tawar menawar, semua barang yang dijual harga pas. Konsumen bebas memilih barang yang dijual tetapi tidak diperkenankan mengambil sendiri barang yang diinginnkan dan harus melalui karyawan yang ada, yaitu konsumen menunjuk perhiasan emas apa yang dibeli kemudian karyawan mengambilkan perhiasan yang ditunjuk tersebut untuk dipilih di hadapan karyawan. Bila barang yang dipilih suadah sesuai dengan 70
Wawncara dengan Ibu Warsini, pembeli perhiasan emas, tanggal 25 Maret 2009, di Toko Emas Jawa Mas
44
selera konsumen, Kemudian perhiasan tersebut dihitung harganya dan sesuai harga pasar saat itu, karyawan membuat nota harga perhiasan tersebut dan pembeli melakukan pembayaran langsung dengan karyawan. Adapun praktek penjualan kembali oleh konsumen kepada toko emas sebagai berikut; konsumen (penjual) datang langsung ke Toko Emas, umumnya yang menegur konsumen adalah karyawan dengan mengucapkan kalimat sapaan kepada konsumen toko emas. Contoh: “Bu? Ngersa’aken nopo?,…..”, , kemudian konsumen menjawab: “bade jual kalung, cincin, gelang,... . Mbak.”
Terkadang penjual
menanyakan harga emas saat itu sebelum menjual perhiasan emasnya.71 Kemudian konsumen menyerahkan perhiasan beserta surat pembelian kepada karyawan, dan karyawan memeriksa perhiasan emas dan surat pembelian tersebut. Jika perhiasan emas tersebut masih dalam keadakan baik maka karyawan langsung menghitung jumlah uang penjualan perhiasan tersebut sesuai dengan harga yang tertera dalam surat pembelian dan dikenakan biaya beban administrasi sebesar Rp. 5.000,00/gram. Pembelian dilakukan tanpa mengikuti harga emas di pasaran. Kemudian karyawan memberitaukan kepada konsumen dengan perkataan: ‘Bu? Niki artone sekian (jumlah yang tertera dalam surat pembelian) dan di potong Rp. 5.000,00/gram”. Ketika Harga emas standar konsumen tidak berkomentar, tetapi bila harga emas naik 71
Wawancara dengan Ibu Siti karyawan Toko Emas Jawa Emas yang memegang pemasaran gelang, tanggal 26 Maret 2009, di Toko Emas Jawa Mas
45
di pasaran sebagian konsumen berkomentar dengan mengatakan: “ Kok mboten tumut naik mbak?” kemudian karyawan menjawab: “ten mriki mboten tumut harga pasaran Bu?” atau dengan perkataan lain “ten mriki peraturanne mboten tumut pasar Bu?”.72 Kemudian karyawan menulis nominal pejualan di bagian bawah dalam surat pembelian perhiasan emas tersebut dan diserahkan kepada pemilik toko untuk dihitung ulang dan dicek, kemudian pemilik toko memberikan uang penjualan kepada karyawan untuk diserahkan kepada konsumen. Setelah menerima jumlah uang penjualan tersebut konsumen meninggalkan toko Emas.73 Dari pemaparan di atas penulis pahami bahwa, bentuk transaksi pembelian perhiasan emas dari konsumen tidak mengikuti harga pasar dan diharuskan terhadap konsumen yang ingin menjual kembali perhiasan emas kepada toko membawa surat pembelian. Pihak toko membeli perhiasan emas dari konsumen sesuai dengan harga yang tertera dalam surat pembelian dengan dikenakan biaya beban sebesar Rp. 5.000,00/gram sebagai biaya administrasi. Berikut contoh transaksi pembelian perhiasan emas dari konsumen: dalam surat tertera harga emas Rp. 100.000,00/gram untuk pehiasan emas dengan kadar 42%, jika seseorang menjual perhiasan emas 5 gram kepada toko, maka harga pembelian emas 5 X Rp. 100.000,00 = Rp. 500.000,00.
72
Wawancara dengan Mbak Lina, konsumen Toko Emas Jawa Mas, tanggal 26 Maret 2009, di Toko Emas Jawa Mas 73 Wawancara dengan Mbak Is, karyawan Toko Emas Jawa Mas Yang memegang pemasaran cicin, tanggal 26 Maret 2009, di Toko Emas Jawa Mas
46
dan pembeli dikenakan biaya beban sebesar 5 X Rp. 5.000,00 = Rp. 25.000,00. maka pembeli menerima uang pejualan sebesar Rp. 500.000,00 – Rp. 25.000,00 = Rp. 475.000,00.74 Pembelian emas dari konsumen tidak terpengaruh dengan kanaikan dan penurunan harga emas di pasaran. Berikut contoh transaksi pembelian perhiasan emas dari konsumen saat harga emas di pasaran mengalami kenaikan menjadi Rp. 180.000,00/gram untuk kadar 42%. Dalam surat pembelian perhiasan emas dengan kadar 42% tertera harga sebesar Rp. 100.000,00/gram. Maka pembelian emas dari konsumen tersebut sebesar Rp. 475.000,00 untuk perhisan emas 5 gram. Jika mengikuti harga pasar maka pihak toko seharusnya membeli dengan harga Rp. 875.000,00, dengan perincian sebagai berikut, 5 X 180.000 = Rp.900.000,00 kemdian Rp. 900.000,00 – Rp. 25.000. = Rp. 875.000,00. Dan pembelian perhiasan emas ketika harga emas di pasaran mengalami penurunan tetap dibeli dengan harga yang tertera di surat
pembelian
dengan
kenakan
beban
biaya
sebesar
Rp.
5.000,00/gram.75 Pada pratek pembelian perhiasan yang rusak sebagai berikut; ketika konsumen telah menyampaikan maksudnya untuk menjual perhiasan emasnya dan menyerahkan perhiasan emas dan surat pembelian kepada karyawan. Kemudian karyawan meneliti perhiasan 74 75
Wawancara dengan Mbak Is, karyawan Toko Emas Jawa Mas Yang memegang pemasaran cicin, tanggal 26 Maret 2009, di Toko Emas Jawa Mas Wawancara dengan Mas Agus karyawan Toko Emas Jawa Emas yang memegang pemasaran pehiasan emas dengan kadar tinggi, tanggal 26 Maret 2009, di Toko Emas Jawa Mas
47
emas tersebut dan mendapatkan kerusakan yang dapat diperbaiki, maka karyawan memberitaukan kepada konsumen bahwa perhiasan tersebut rusak dan memberitaukan bahwa selain beban biaya administrasi sebesar Rp.5.000,00/gram ditambah biaya kerusakan sebesar Rp.10.000,00, dengan ucapan; “Bu? Niki perhiasane rusak dipotong Rp.5000,00 kaleh ditambah biaya rusak Rp.10.000,00”.76 Setelah memberitaukan kerusakan dan besar beban biaya yang dibebankan
kepada
konsumen
karyawan
menjumlah
nominal
penjualan dan diserahkan kepada pemilik toko untuk dihitung ulang dan dicek. Kemudian pemilik toko memberi uang sebesar nominal penjualan kepada karyawan untuk diserahkan kepada konsumen. Setelah mendapatkan uang penjualan konsumen meninggalkan toko. Untuk perhiasan yang rusak dan tidak bisa diperbaiki pembeliannya sebagai berikut; setelah karyawan menerima perhiasan emas dari konsumen beserta surat pembelian dan medapatkan kerusakan pada perhiasan emas yang mana kerusakan tersebut tidak dapat diperbaiki, maka karyawan meberitaukan kerusakan dan pembebanan biaya kepada dengan perkataan: “Bu? Niki emase rusak, niki dipotong Rp.10.000,00/gram” biasanya konsumen bertanya kembali “motongne kok katah Mbak?” karyawan menjelaskan kepada konsumen dengan ungkapan sebagai berikut; “emas jenengan ditumbas regi semonten amargi rusa’ipun mboten saget didandosi maleh, niki mangke 76
Wawancara dengan Mbak Sri, karyawan Toko Emas Jawa Mas, tanggal 26 Maret 2009, di Toko Emas Jawa Mas
48
dilebur”.77 Menurut Mas Sumarto ada sebagian konsumen yang tidak jadi menjual perhiasan emasnya ketika sudah mengetaui harga yang ditawarkan toko Emas Jawa Mas.78 Dari pemaparan di atas penulis pahami bahwa, pembelian perhiasan emas yang rusak dari konsumen ada 2(dua) kategori yaitu; pehiasan emas yang rusak dan dapat diperbaiki dibeli dengan harga yang tertera dalam surat pembelin dengan dikenakan biaya beban administrasi sebesar Rp.5.000,00 ditambah biaya keusakan sebesar Rp.10,000,00. Sedangkan perhiasan yang rusak dan tidak bisa diperbaiki dibeli dengan harga yang tertera dalam surat pebelian dengan biaya beban administrasi sebesar Rp.10.000,00/gram. Untuk penjualan perhiasan yang tidak memiliki surat pembelian sebagai berikut: ketika konsumen menyerahkan pehiasan emas tanpa surat pembelian karyawan menegur konsemen dengan perkataan: “ surate ten pundi Bu?” kaosumen menjawab “surate ilang, rusak dan lain lain... . .” kemudian karyawan meminta membawa surat keterangan dari RT/Kelurahan setempat dengan perkataan: “ Bu? Lek surate emas mboten enten kedah mbeto surat RT/Kelurahan”.79 Ketika konsumen membawa surat keterangan RT/kelurahan karyawan langsung menyerahkan perhiasan emas dan surat keterangan tersebut
77 78 79
Wawancara dengan Mbak Mi, konsumen Toko Emas Jawa Mas, tanggal 26 Maret 2009, di Toko Emas Jawa Mas Wawancara dengan Mas Sumarto, karyawan Toko Emas Jawa Mas, tanggal 26 Maret 2009, di Toko Emas Jawa Mas Wawancara dengan Ibu Anik, pemilik Toko Emas Jawa Mas yang memegang pemasaran Kalung, tanggal 26 Maret 2009, di Toko emas Jawa Mas
49
kepada pemilik toko untuk dihitung, karena penghitungan penjualan emas yang tidak memiliki surat dihitung oleh pemilik toko. Pembelian perhiasan emas tersebut dibeli sesuai berat perhiasan setelah ditimbang dan dibeli dengan harga emas lebur saat itu, walaupun kondisi perhiasan emas masih bagus. Kemudian karyawan memberitaukan nominal penjualan perhiasan emas tersebut dengan perkataan: “Bu! Di tumbas Rp...”. konsumen bertanya: “Mbak kok ditumbas murah?” dan karyawan memberi penjelasan “niki ditumbas Rp... . amagi surate mboten enten Bu!”. Jika konsumen setuju dengan harga yang ditawarkan pihak toko maka pemilik toko meberikan jumlah uang pembelian kepada karyawan untuk diserahkan kepada konsumen. Setelah menerima uang pembelian kansumen meninggalkan toko emas.80 Dari pemaparan di atas penulis pahami bahwa, pembelian perhiasan emas dari konsumen yang surat pembelianya hilang atau rusak
diharuskan
RT/Kelurahan
membawa
setempat.
surat
Pembelian
ketrangan disesuaikan
kehilangan
dari
dengan
berat
perhiasan tersebut dan dihargai dengan harga lebur saat itu tanpa memperhatikan kondisi barang. b. Presepsi penjual dan pembeli pada akad jual beli di Toko Emas Jawa Mas
80
Wawancara dengan Ibu Darmi, konsumen Toko Emas Jawa Mas yang memegang pemasaran Kalung, tanggal 27 Maret 2009, di Toko emas Jawa Mas
50
Presepsi pemilik toko emas bahwa transaksi jual beli perhiasan emas di Toko Emas
Jawa Mas adalah transaksi jual beli yang
menyerupai sewa menyewa. Karena pembeli hanya dikenakan beban biaya sebesar Rp. 5.000,00/gram sebagai biaya administrasi terhadap perhiasan emas konsumen. Dikatakan sebagai transaksi jual beli yang menyerupai sewa menyewa karena 98% dari konsumen menjual kembali perhisan emasnya kepada Toko Emas Jawa Mas. Walupun tanpa ada peraturan yang mengharuskan konsumen untuk menjual kembali perhiasan emasnya kepada Toko Emas
Jawa Mas. Dan
pembelian perhiasan emas dari konsumen di toko emas Jawa Mas tidak terpengaruh kenaikan dan penurunan harga emas di pasaran.81 Presepsi konsumen (pembeli) ketika membeli emas di Toko Emas Jawa Mas adalah jual beli pada umumnya. Artinya jual beli yang tidak terikat dengan peraturan toko emas, terutama ketika menjual kembali perhiasan emasnya kepada toko emas.
Sebagian
konsumen menginginkan pembelian perhiasan emasnya sesuai dengan harga pasar saat itu. Karena pihak Toko Emas Jawa Mas mengikuti harga di pasaran dalam pejualan perhiasan emas. Walaupun peraturan keharusan menjual kembali perhiasan emas yang dibeli kepada Toko Emas Jawa Mas tidak tertulis dalam surat pembelian.82 3. Sistem penimbangan emas di Toko Emas Jawa Mas
81
Wawancara dengan Ibu Anik Nurul Hidayah, pemilik Toko Emas Jawa Mas, tanggal 25 Maret 2009, di Toko Emas Jawa Mas 82 Wawancara dengan Ibu Eni, Ibu Lastri, Ibu Paiyem dan Ibu Narmi, konsumen Toko Emas Jawa Mas, tanggal 25, 26, 27 dan 28 Maret 2009, di depanToko Emas Jawa Mas
51
Tidak semua barang dapat ditimbang dengan sepurna. Salah satunya adalah pehiasan emas. Karena berat perhiasan emas sangat kecil yaitu mengunakan ukuran berat gram sampai miligram Adapun praktek penimbangan emas yang dilakukan oleh pemilik toko emas di Toko Emas Jawa Mas, pada umumnya adalah sama seperti dengan penimbangan emas toko emas lain. Yaitu dengan melakukan pembulatan dalam penimbangan emas yang akan dijual. Adapun pembulatan dalam penimbangan perhiasan emas di Toko Emas Jawa Mas terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu;83 a. Pembulatan dengan berat 0,5 gram sampai 3 gram Pada emas yang beratnya 0,5 gram sampai 3 gram pembulatannya berkisar 50 miligram sampai 150 miligram. Contoh, dalam timbangan tertulis berat 1450 miligram maka dibulatkan menjadi 1500 miligram, besar penmbulatan adalah 50 miligram. Dan ditulis dalam label perhiasan tersebut 1,5 gram. Kemudian di bagian belakang label diberi dengan kade 0. Berat sebuah kalung dalam timbangan tertera angka 2850 miligram maka dibulatkan menjadi 3000 miligram dengan pembulatan sebesar 150 miligram, dan ditulis pada label emas 3 gram kemudian di belakang label diberi kaode 10. b. Pemulatan dengan berat 3,5 gram sampai 8 gram Pada emas yang beratnya antara 3,5 gram sampai 8 gram pembulatannya berkisar 50 miligram sampai 250 gram. Contoh, dalam 83
Wawancara dengan Ibu anik Nurul Hidayah, pemilik Toko Emas Jawa Mas, tanggal 26 Maret 2009, di Toko Emas Jawa Mas
52
timbangan tertulis berat emas 7750 miligram maka dibulatkan menjadi 8000 miligram, besar penmbulatan adalah 250 miligram. Dan ditulis dalam label perhiasan tersebut 8 gram. Kemudian di bagian belakang label diberi dengan kade 110. c. Pembulatan dengan berat 8,5 gram keatas Pada emas yang beratnya antara 8,5 keatas pembulatannya berkisar 50 miligram sampai 350 miligram. Contoh, dalam timbangan tertulis berat emas 9650 miligram maka dibulatkan menjadi 10000 miligram, besar penmbulatan adalah 350 miligram. Dan ditulis dalam label perhiasan tersebut 10 gram. Kemudian di bagian belakang label diberi dengan kade 1110. 4. Faktor yang menyebabkan terjadinya pembelian emas yang tidak mengikuti harga pasar di Toko Emas Jawa Mas84 Seperti yang telah dijelaskan dalam mekanisme jual beli emas toko emas di atas, bahwasanya dalam menjalankan usaha setiap toko emas tidak terlepas dari persaingan-persaingan antara toko emas yang satu dengan yang lainnya. Dengan ketatnya persaingan tersebut setiap toko emas mempunyai strategi masing-masing untuk memajukan usahanya, terutama dalam pelayananya terhadap konsumen. Begitu juga Toko Emas Jawa Mas dalam menghadapi persaingan yang begitu ketat berusaha memiliki strategi tersendiri yang di anggap lebih baik dari toko emas lain yang menjadi saingannya. Untuk 84
Wawncara dengan Ibu Anik Nurul Hiayah, pemiik Toko Emas Jawa Mas, tanggal 27 Maret 2009, di Toko Emas Jawa Mas
53
meningkatkan pelayanan/servis Toko Emas Jawa Mas menjual perhiasan emas lebih murah dan berkualitas kepada konsumen. Awal berdirinya Toko Emas Jawa Mas mengikuti harga pasar dalam penjualan dan pembelian perhiasan emas dari konsumen. Pada tahun 1998 harga emas di pasaran selalu mengalami kenaikan dan penurunan yang seknifikan. Dan harga emas di pasaran tidak stabil. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut pemilik Toko Emas Jawa Mas mengambil kebijakan, bahwa pembelian emas dari konsumen tidak mengikuti harga pasar. Pembelian dilakukan menurut surat pembelian dengan dikenakan beban biaya sebesar Rp. 5.000,00/gram sebagai biaya administrasi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan faktor-faktor yang melatar belakangi praktek pembelian emas yang tidak mengikuti harga pasar di Toko Emas Jawa Mas, yaitu: a. Sebagai langkah untuk menarik minat konsumen agar membeli perhiasan emas yang dijual di Toko Mas Jawa Mas b. Sebagai strategi dalam menghadapi ketatnya persaingan antar Toko Emas dari factor mendapatkan konsumen c. Sebagai langkah untuk memudahkan penetapan harga perhiasan emas terhadap harga emas di pasaran yang tidak stabil.
54
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI PERHIASAN EMAS DI TOKO EMAS JAWA MAS DI KECAMATAN KENDAL KABUPATEN NGAWI
A. Analisa Hukum Islam Terhadap Akad Jual Beli Di Toko Emas Jawa Mas Dalam dunia usaha, aqad menduduki posisi yang amat penting. Karena aqad yang membatasi hubungan antara dua pihak yang terlibat dalam pengelolaan usaha, dan yang mengikat hubungan itu di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Karena dasar hubungan itu adalah pelaksanaan apa yang menjadi orientasi kedua orang yang melakukan aqad. Masing-masing pihak harus saling menghormati terhadap apa yang telah mereka aqad kan, sebab di dalam ketentuan hukum yang terdapat dalam al-Qur’ân, yaitu:
……… دJR
85
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung : CV Penerbit J-ART,2005), 107.
55
55
emas di Toko Emas Jawa Mas Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi mempunyai unsur sebagai berikut : 1. Antara konsumen dan karyawan (wakil pemilik toko emas) sebagai penjual berhadapan secara langsung dalam satu majlis. 2. Akad dalam transaksi tersebut menggunakan aqad lisan 3. Barang-barang yang diaqadkan dapat dilihat secara langsung 4. Barang yang dibeli oleh konsumen merupakan bermanfaat 5. Pembayaran dilakukan secara kontan. 6. Adanya keterikatan konsumen dengan peraturan toko emas 7. Antara kedua belah pihak ridha 8. Sebagian konsumen merasa kecewa dengan peraturan toko emas tersebut.86 9. Adanya perbedaan presepsi terhadap aqad jual eli perhiasan emas antara penjual (pemilik Toko Emas Jawa Mas) dan pembeli (konsumen) Menurut istilah fiqh, aqad harus memenuhi unsur-unsur aqad yang merupakan pembentukan adanya aqad, yaitu Al Âqid (orang yang beraqad), Mahâl Aqad, Sighat aqad. Kami fokuskan pembahasan ini terhadap Sighat aqad. Sighat aqad adalah sesuatu yang disandarkan dari dua pihak yang beraqad yang menunjukkan atas apa yang ada di hati keduanya tentang terjadinya suatu aqad, hal ini dapat diketahui dengan ucapan, perbuatan, isyarat, dan tulisan.87
86
Wawancara dengan Wawancara dengan Ibu Paini, konsumen Toko Emas Jawa Mas, tanggal 28 Maret 2009, di depanToko Emas Jawa Mas. 87 Shafi’i, Fiqih Mu‘amalah , 46.
56
Adapun syarat Sighat aqad sebagai berikut: 13) Berhadap-hadapan. 14) Ditujukan pada seluruh badan yang akad. 15) Qabul diucapkan oleh orang yang dituju dalam ijab. 16) Harus menyebutkan barang atau harga. 17) Ketika mengucapkan shîghat harus disertai niat (maksud). 18) Ijab qabul tidak terpisah. 19) Antara ijab dan qabul tidak terpisah dengan pernyataan lain. 20) Tidak berubah lafaz. 21) Bersesuaian antara ijab dan qabul secara sempurna. 22) Tidak dikaitkan dengan sesuatu. 23) Tidak dikaitkan dengan waktu. Sedangkan sighat aqad dalam transaksi jual beli perhiasan emas di Toko Emas Jawa Mas ter bagi menjadi dua yaitu; 1. sighat aqad pembelian perhiasan emas konsumen dari Toko Emas Jawa Mas Sighat aqad pembelian perhiasan emas tersebut berjalan seperti sighat aqad jual beli pada umumnya sebagai mana telah dijelaskan pad Bab III. Namun dalam transaksi pembelian perhiasan emas tersebut konsumen (pembeli) terikat dengan peraturan Toko Emas Jawa Mas, yaitu pembeli hanya
dikenakan
pembebabanan
biaya
admnistrasi
sebesar
Rp.5000,00/gram tanpa mengikuti kenaikan dan penurunan harga perhiasan emas di pasaran
ketika konsumen menjual kembali
57
perhiasannya kepada pihak toko emas dan peraturan toko emas tersebut dijelaskan pada awal pembelian perhiasan emas. Peraturan toko emas tersebut sangat berpengaruh terhadap penjulan perhiasan emas nantinya. Pemilik toko emas menerapkan peraturan tersebut karena menganggap bahwa transaksi tersebut adalah transaksi jual beli perhiasan emas yang menyerupai sewa menyewa perhiasan emas.88 Dan konsumen tidak mengetahui bahwa transaksi yang mereka lakukan adalah transaksi jual beli yang menyerupai transaksi sewa menyewa. Konsumen menganggap bahwa transaksi tersebut adalah transaksi jual beli pada umumnya.89 Karena itu sebagian besar konsmen menginginkan harga jual perhiasan emasnya ikut naik ketika harga emas di pasaran mengalami kenaikan. 2. sighat aqad
penjualan perhiasan emas konsumen kepada Toko Emas
Jawa Mas Sighat aqad penjualan perhiasan emas tersebut berjalan seperti transaksi jual beli pada umumnya sebagaimana dalam penjelasan pada Bab III. Namun dalam transaksi penjualan perhiasan emas oleh konsumen kepada toko emas tidak terjadi tawar menawar harga perhiasan emas ketika harga emas di pasaran sedang naik, karena harga jual perhiasan emas tersebut sudah ditentukan pada awal pembelian yaitu, langsung di potong sebesar Rp.5000,00/gram sebagai biaya beban administrasi dari harga yang tertera dalam surat pembelian perhiasan emas tersebut tanpa
88 89
Wawancara dengan Wawancara dengan Ibu Anik, pemilik Toko Emas Jawa Mas, tanggal 25 Maret 2009, di Toko Emas Jawa Mas. Wawancara dengan Wawancara dengan Ibu Paini, konsumen Toko Emas Jawa Mas, tanggal 25 Maret 2009, di depanToko Emas Jawa Mas.
58
melihat harga perhiasan emas di pasaran saat itu. Ketika harga perhiasan emas di pasaran sedang mengalami kenaikan sebagian konsumen komplain terhadap pembelian yang dilakukan pihak toko emas, karen konsumen menganggap transaksi jual beli tersebut adalah transaksi jual beli pada umumnya.90 Dari analisa penulis bahwa transaksi jual beli perhiasan emas di toko Emas Jawa Mas tidak dipengaruhi oleh unsur penipuan (gharar) artinya Toko Emas Jawa Mas menjual barang sesuai dengan yang diucapkan di waktu aqad. Perhiasan emas yang dijual oleh Toko Emas Jawa Mas sesui dengan kadar yang disebutkan, dan tidaki ada pengurangan kualitas barang, seperti: kadar perhiasan 37,5% maka kualitasnya memang 37,5% dengan harga Rp.160.000,00/gram, kadar perhiasan 42% kualitas sebenarnya adalah 42% dijual dengan harga Rp.170.000,00/gram dan seterusnya untuk kadar perhiasan 70%, 75% dan 85%. Penulis pahami bahwa dalam transaksi jual beli perhiasan emas di Toko Emas Jawa Mas oleh pemilik toko dan konsumen terdapat perbedaan presepsi antara penjual dan pembeli terhadap aqad jual beli perhiasan emas. Hal ini didasari oleh presepsi sebagian konsumen bahwa jual beli tersebut adalah jual beli pada umumnya, sehingga sebagian konsumen menginginkan harga jual perhiasan emasnya ikut naik ketika harga emas di pasaran mengalami kenaikan. Sedangkan 90
Wawancara dengan Wawancara dengan Ibu Indah, konsumen Toko Emas Jawa Mas, tanggal 25 Maret 2009, di depanToko Emas Jawa Mas.
59
presepsi pemilik toko terhadap jual beli tersebut adalah jual beli yang menyerupai sewa menyewa. Pernyataan tersebut dapat penulis pahami dari pemaparan pemilik Toko Emas
Jawa Mas bahwa transaksi
tersebut dikatakan transaksi jual beli yang menyerupai sewa menyewa karena
konsumen
hanya
dikenakan
beban
biaya
sebesar
Rp.5000,00/gram dan pembelian perhiasan emas dari konsumen dibeli dengan harga yang tertera dalam surat pembelian tanpa mengikuti kenaikan dan penurunan harga emas di pasaran. Dari pemaparan di atas penulis ambil kesimpulan bahwa, sighat aqad pada jual beli perhiasan emas di Toko Emas
Jawa Mas
betentangan dengan ketentuan Hukum Islam. Karena adanya perbedaan presepsi penjual dan pembeli yang dapat mempengaruhi dan merubah maksud dan tujuan sighat aqad jual beli dalam melakukan transaksi jual beli pehiasan emas tersebut. Sedangkan dalam ketentuan Hukum Islam salah satu syarat sighat aqad adalah maksud dan tujuan ijab dan qabul harus bersesuaian secara sempurna
B. Analisa Hukum Islam Terhadap penetapan harga pada jual beli perhiasan emas di Toko Emas Jawa Mas Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi Penetapan harga adalah pemasangan nilai untuk barang yang akan
dijual dengan wajar,
penjual tidak dzalim dan tidak
60
menjerumuskan pembeli.91 Islam memberikan kebebasan pasar dan menyerahkan
kepada
hukum
naluri
yang
sekiranya
dapat
melaksanakan fungsinya selaras dengan penawaran dan permintaan.92 Adapun penetapan harga perhiasan emas di Toko Emas Jawa Emas adalah sebagai berikut93: 1. Penetapan harga jual perhiasan emas kepada konsumen Dalam mentapkan harga jual perhiasan emas kepada konsumen pemilik Toko Emas Rp.5000,00/gram
Jawa emas menambahkan keuntungan sebesar
sampai
Rp.10.0000,00/gram
dari
modal
dengan
ketentuan mengikuti harga perhiasan emas di pasaran. Artinya dalam setiap 1 gram penjualan perhiasan emas pihak Toko Emas Jawa Mas mengambil keuntungan sebesar Rp.5000,00 sampai Rp.10.000,00 dan penetapannya mengikuti harga perhiasan emas di pasaran. 2. Penetapan harga beli perhiasan emas dari konsumen Sedangkan dalam menetapkan harga beli perhiasan emas dari konsumen tidak mengikuti ketentuan harga perhiasan emas di pasaran. Pemilik toko mengambil keuntungan sebesar Rp.5000,00/gram sampai Rp.10.000,00/gram melihat kondisi perhiasan emas dari konsumen. Yang mana
keuntungan
sebesar
Rp.5000,00/sampai
Rp.10.0000,00/gram
pemilik Toko Emas Jawa Mas sebut sebagai potongan dari perhiasan
91 92 93
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid XII, terj. Kamaluddin A.Marzuki (Bandung : AlMa’arif, 1987),101. AA. Islahi, Konsep Ekonomi Ibnu taimiyah, terj. Anshari Thayib (Surabaya : Bina Ilmu, 1997), 104. Wawancara dengan Ibu Anik Nurul Hiayah, pemiik Toko Emas Jawa Mas, tanggal 20 Mei 2009, di Toko Emas Jawa Mas
61
emas yang telah dibeli oleh konsumen sebelumnya. Artinya penetapan harga perhiasan emas dari konsumen ditetapkan sesuai dengan harga yang tertera dalam surat pembelian perhiasan emas dan dikurangi sebesar Rp.5000,00/gram sampai Rp.10.000,00/gram. Melalui penetapan harga atas setiap barang yang yang di jual Toko Emas
Jawa Mas mengaharapkan mendapatkan laba yang
maksimal. Toko Emas Jawa Mas mengharapkan sedapat mungkin melalui laba yang maksimal mampu mendapatkan pengembalian atas seluruh nilai investai yang dilakukan terhadap kegiatan jual beli perhiasan emas tersebut. Toko Emas Jawa Mas mengharapkan bahwa dengan tingkat harga yang ditetapkan pada setiap perhiasan emas yang dijual di Toko Emas
Jawa Mas memperoleh keuntungan dalam
transaksi jual beli perhiasan emas tersebut.94 Selain bertujuan mendapatkan laba maksimal dalam penetapan harga yang dilakukan Toko Emas Jawa Mas di atas terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penetapan harga tersebut, diantaranya: a. Sebagai langkah untuk menarik minat konsumen agar membeli perhiasan emas yang dijual di Toko Mas Jawa Mas b. Sebagai strategi dalam menghadapi ketatnya persaingan antar Toko Emas dari faktor mendapatkan konsumen
94
Wawancara dengan Ibu Anik Nurul Hiayah, pemiik Toko Emas Jawa Mas, tanggal 27 Maret 2009, di Toko Emas Jawa Mas
62
c. Sebagai langkah untuk memudahkan penetapan harga perhiasan emas tehadap harga emas di pasaran yang tidak stabil.95 Dari pemaparan tentang penetapan harga yang dilakukan oleh Toko Emas Jawa Mas, dapat penulis lihat bahwa penetapan harga pada Toko Emas
Jawa Mas terdapat ekploitasi harga terhadap
konsumen. Dalam penetapan tersebut terdapat ekploitasi harga terhadap konsumen karena harga perhiasan emas tersebut hanya dikuasai oleh pemilik toko dan konsumen tidak dapat menentukan harga jual perhiasannya ketika konsumen sebagai penjual. Dalam menetapkan harga pejualan dan pembelian perhiasan emas di Toko Emas Jawa Mas dipengaruhi oleh fakor langkah untuk menarik minat konsumen, strategi dalam persaingan, dan mempermudah penetapan harga emas yang tidak stabil di pasaran. Harga adalah merupakan nilai tukar barang dan jasa yang dinyatakan dalam nominal uang. Oleh karena posisi harga sebagai pengimbang, maka konsep harga dalam Islam harus adil. Adil dalam hal ini berlaku bagi kedua belah pihak yaitu antara penjual dan pembeli. Islam sangat menjujung tinggi keadilan termasuk juga dalam penetapan harga. Konsep harga yang adil adalah yang didasarkan pada konsep equivalence price (harga yang setara).96 Jumhur Ulama’ telah sepakat bahwa Islam menjunjung tinggi mekanisme pasar bebas, maka mereka sepakat bahwa hanya dalam 95
Wawancara dengan Ibu Anik Nurul Hiayah, pemiik Toko Emas Jawa Mas, tanggal 27 Maret 2009, di Toko Emas Jawa Mas 96 Hendrie Anto, Pengantar ekonomi mikro Islam (yogyakarta : ekonisia, 2003), 287
63
kondisi tertentu saja pemerintah dapat melakukan kebijakan penetapan harga. Prinsip dari kebijakan ini adalah mengupayakan harga agar kembali kepada harga yang adil, harga yang normal, atau harga pasar. Penetapan harga ini dapat dilakukan jika terdapat urgensi masyarakat terhadap penetapan harga yaitu dalam keadaan darurat.97 Secara umum konsep penetapan harga dalam Islam adalah harga yang tidak menimbulkan eksploitasi dan penindasan bagi salah satu pihak dan merugikan pihak lainnya. Harga yang adil adalah harga yang mencerminkan tingkat keuntungan yang wajar bagi penjual dan kenyataan yang setara dengan harga yang dibayar oleh konsumen. Dari pemaparan di atas dapat penulis simpulkan konsep penetapan harga dalam islam harus adil. Adil dalam hal ini berlaku bagi kedua belah pihak yang melakukan transaksi jual beli yaitu penjual dan pembeli. Konsep etika penetapan harga yang benar menjadi orentasi dalam Hukum Islam. Memberikan harga yang tidak biasa yaitu lebih tinggi atau lebih rendah (tidak mengikuti harga pasar) dan bertujuan merusak harga pasar merupakan tindakan yang akan merugikan pihak lain, hal itu jelas tidak sesuai dengan pemberlakuan penetapan harga dipasar yang berjalan secara kompetitif. Sebagaimana ayat berikut;
ْ/1 َ َر ًة5َ68ِ ن َ ْ:<ُ 8َ ْ ِ@ ِا >? َانA ِ 5َBCْ 5ِD ْEُ
ا5َNLO 5َ Lَ (٢٩:ء5XFC)ا.5ًUGْ V ِ ْ َرE<ُ Dِ ن َ 5َ آW َ نا > ْ ِاE<ُ X َ Yُ Zْ ْا َا:Iُُ[\ْ 8َ ?َ ْ َوE<ُ Fْ Hِّ ض ٍ َاT8َ 97
Hendrie Anto, Pengantar ekonomi mikro Islam….., 297.
64
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S. al-Nisâ’ : 29).98 Pesan yang terkandung dalam kandungan ayat di atas adalah, dalam bermu’amalah hendaknya didasari oleh suka sama suka sehingga tidak ada yang saling dirugikan baik itu produsen dengan konsumen maupun produsen yang satu dengan produsen yang lain. Sehingga tercipta jual beli yang adil. Dari pemaparan di atas penulis ambil kesimpulan bahwa, penetapan harga yang dilakukan oleh Toko Emas
Jawa Mas
bertentangan dengan ketentuan penetapan harga dalam Hukum Islam. Karena penetapan yang dilakukan oleh pemilik toko emas adalah penetapan harga yang menimbulkan ekpolitasi terhadap konsumen karena penetapan harga hanya dikuasai oleh salah satu pihak yaitu pemilik Toko Emas Jawa Mas dan merugikan konsumen. Akan tetapi dalam pentapannya tidak ada tujuan merusak harga perhiasan emas di pasaran. Adanya ekploitasi harga terhadap konsumen karena ada keterikatan konsumen dengan peraturan toko emas ketika konsumen menjual perhiasan emasnya walaupun itu tidak bersifat mutlaq, artinya pembeli boleh melakukan Khiyâr dengan harga yang ditawarkan oleh pemilik toko emas. Dan konsumen boleh tidak menjual perhiasan emasnya kepada Toko Emas Jawa Mas jika harga yang ditawarkan 98
Depag RI, al-Qur’ān dan Terjemahannya (PT. Bumi Restu: 1977 ), 122.
65
oleh pihak toko emas tidak sesuai dengan keinginan konsumen. Akan tetapi perhiasan tersebut dapat dijual dengan harga yang sangat rendah bila dijual di selain Toko Emas Jawa Mas. Artinya dalam hal ini yang bernilai adalah surat pembelian perhiasan dan surat pembelian tersebut hanya berlaku untuk Toko Emas Jawa Mas dan tidak belaku untuk toko emas lain. Hal tersebut yang memaksa konsumen menjual perhiasan emasnya kepada Toko Emas Jawa Mas. Karena itu dari salah satu pihak yang melakukan transaksi jual beli tersebut terdapat pihak yang dirugikan terhadap penetapan harga tersebut.
C. Analisa Hukum Islam Terhadap pembebanan biaya administrasi sebesar Rp. 5.000,- kepada konsumen pada jual beli emas di Toko Emas Jawa Mas Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi Setiap manusia di dunia ini pasti menginginkan dalam setiap usahanya keuntungan yang besar. Allah swt. telah membolehkan mengambil keuntungan dengan jalan jual beli dan melarang mengambil keuntungan dengan jalan riba sebagaimana dalam firmanNya didalam kitab-Nya yang mulia yaitu disurat Al-Baqarah ayat 275:
......ا:َD Tِّ C َم اT> V َ َوhَ Gْ Bَ Cْ اW ُ َ@ اV َ َوَا.......
Artinya:
66
….Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…99 Dari pemaparan di atas dapat penulis pahami bahwa, perdagangan itu dibolehkan. Bahkan banyak hadith-hadith yang menganjurkan seseorang berdagang dan memuji pekerjaan berdagang terdapat hadith Rasulullah saw. yang mengatakan “sembilan persepuluh rizki ada diperdagangan” Tujuan dari pekerjaan berdagang adalah untuk memperoleh keuntungan.100 Keuntungan adalah selisih lebih antara harga pokok dari biaya yang dikeluarkan dengan penjualan. Jadi di sini setiap usaha yaitu berdagang (jual beli) itu dianjurkan, karena Rasullulah sendiri semasa hidupnya berdagang dan setiap berdangang motivasinya adalah untuk memperoleh keuntungan. Selama agama memperbolehkan pekerjaan berdagang, maka itu berarti agama juga memperbolehkan tujuan yang terkandung didalamnya yaitu memperoleh keuntungan.101 Keuntungan itu merupakan rizki dan merupakan dambaan setiap insan (manusia) salah satu perintah Allah dalam surat Al Jumuah ayat 10 yaitu:
ُوT َو اذْ ُآW ِ ِ@ اj ْ kَ ْ/Hِ ا:ُl[َ Dْ ض َو ا ِ ْ اْ َ? رmِk وْاTُ n ِ [َ Zْ 5َk ُة:َIo > C اp ِ Gَ j ِ qُ َذ ا5ِ kَ ن َ ْ:r ُ Iِ Yْ 8ُ ْE<ُ I>sَ C> ًاTGْ tِ َآW َ ا Artinya: 99
100 101
Depag RI, Al-Qur' ān dan Terjemahannya (Jakarta: PT. Bumi Restu, 1977 ), 69. Ahmad asy Syarbashi, Yasaunaka Tanya Jawab Lengkap Tentag Agama dan Kehidupan (Jakarta: PT Lentera Basritama, 1997), 319. Abdullah Al-Mushilih, Shalah ash-Shawi, Fiqih Ekonomi Keuangan Islam, terj., Abu Umar Basyir (Jakarta:Darul Haq, 2004), 80.
67
apabila telah ditunaikan sembahyang, maka betebarlah kamu di muka bumi: dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.102 Dari pemaparan di atas dapat penulis pahami bahwa Allah itu memerintahkan kepada hambaNya untuk mencari rizki di muka bumi salah satunya yaitu dengan jalan jual beli yang dengan tujuan mencari keuntungan yang merupakan rizki yang disebut dalam firman Allah swt. dalam surat Al Jumuah ayat sepuluh tersebut, mencari rizki (keuntungan) adalah anjuran dari Allah swt. Ibn Abidin mengatakan bahwa sebagaimana dikutip oleh Adiwarman A. Karim besar keuntungan dapat dinyatakan dalam nominal atau dalam prosentase dari harga pembelian misalnya 10% atau 20%.103 Namun demikian agama melarang keuntungan yang berlebihan, yaitu keuntungan yang melebihi batas yang umum di masyarakat. Para fuqaha berselisih pendapat di dalam menetapkan batas keuntungan yang berlebihan sebagian dari mereka mengatakan, sesungguhnya keuntungan yang wajar (tidak berlebihan) yang tidak mengandung unsur berlebihan dan kelaliman adalah sepertiga dari modal. Sebagian fuqaha lain mengatakan sekitar seperenam dari modal. Sementara sebagian fuqaha yang lain lagi mengatakan batas yang wajar di dalam masalah keuntungan ialah mengacu kepada kebiasaan yang berlaku, yaitu yang berlaku di kalangan muslim yang 102
103
Depag RI, Al-Qur' ān dan Terjemahannya (Jakarta: PT. Bumi Restu, 1977 ), 933. Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer (Jakarta: Gema Insani, 2001), 86.
68
berlaku dan sadar.104 Tetapi cara penentuan yang Toko Mas Jawa Mas ambil didasarkan pada penetapan harga jual perhiasan emas dan penetapan beban biaya administrasi sebesar Rp. 5.000,-/gram ketika menerima atau membeli perhiasan emas dari konsumen. Jadi pembelian perhiasan emas dari konsumen dilakukan dengan biaya beban sebesar Rp. 5.000/gram dari harga yang tertera dalam surat pembelian tanpa mengikuti kenaikan dan penurunan harga emas di pasaran. Dari pemaparan di atas penulis pahami bahwa pembelian perhiasan emas dari konsumen penentuan harganya hanya sepihak. Artinya konsumen tidak dapat menentukan harga jual perhiasan emasnya jika menjual kepada pihak Toko Emas Jawa Mas. Adapun menurut pemaparan pemilik Toko Emas Jawa Mas bahwa pembeban biaya aminstrasi sebesar Rp. 5.000,- kepada konsumen pada jual beli perhiasan emas dari konsumen adalah pengambilan laba dari transaksi pembelian perhiasan emas dari konsumen. Disebut sebagai laba karena perhiasan emas dari konsumen tersebut akan dijual kembali setelah dicuci dan dilakukan penyepuhan dengan harga yang sesuai dengan harga pasar.105 Dalam penetuan laba/keuntungan yang dilakukan Toko Emas Jawa Mas sepintas menyerupai transaksi sewa menyewa. Dimana konsumen hanya dikenakan beban biaya administrasi sebesar Rp. 5.000,-/gram tanpa mengikuti harga emas di pasaran. dan ini 104
105
Syarbashi, Yasalunaka, 319. Wawancara dengan Ibu Anik Nurul Hiayah, pemiik Toko Emas Jawa Mas, tanggal 27 Maret 2009, di Toko Emas Jawa Mas.
69
merupakan peraturan pihak toko emas dan tidak bisa ditawar oleh konsumen. Artinya konsumen tidak bisa ikut menetukan harga jual perhiasan emasnya ketika menjual perhiasan emas tersebut kepada Toko Emas Jawa Mas. Adapun syarat sah perjanjian sewa menyewa sebagai berikut:106 1. Orang yang melakukan tansaksi sewa menyewa harus balig. 2. Orang yang menyewakan adalah pemilik sah barang sewa. 3. Masing-masing pihak rela melakukan transaksi sewa menyewa. 4. Harus jelas dan terang tentang objek yang diperjanjikan. 5. Objek sewa harus dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya atau mempunyai nilai manfaat. 6. Objek sewa menyewa dapat diserahkan. 7. Harus ada kejelasan mengenai berapa lama suatu barang itu akan disewakan dan harga sewa atas barang tersebut. Adapun transaksi jual beli di Toko Emas Jawa Mas jika dikatakan transaksi yang menyerupai transaksi sewa menyewa adalah tidak sesuai dengan ktentuan transaksi sewa menyewa menurut Hukum Islam. Dimana sewa menyewa harus ada ketentuan berapa lama barang tersebut disewakan sedangkan dalam transaksi jual beli tersebut tidak ada ketentuan tentang waktu. Dalam transaksi sewa menyewa tidak ada penyerahan uang oleh pihak penyewa kepada pihak yang menyewakan kecuali biaya sewa saja, dalam transaksi jual beli tersebut ada penyerahan sejumlah uang kepada pihak yang 106
Abdul Ghafur Anshari, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam Di Indonesia, (Yoyakarta : CITRA MEDIA,2006), 47.
70
menyewakan oleh pihak yang menyewa selain pembebanan biaya administrasi sebesar Rp. 5000,00/gram. Dari pemaparan di atas dapat penulis simpulkan bahwa, transaksi jual beli perhiasan emas yang tidak mengikuti harga pasar dan hanya menggunakan pembebanan biaya administrasi sebesar Rp. 5000,-/gram seperti yang dilakukan oleh Toko Emas Jawa Mas tidak bisa dikatakan transaksi jual beli yang menyerupai trasaksi sewa menyewa seperti presepsi pemilik Toko Emas Jawa Mas pada BAB III. Yang mana dalam transaksi jual beli pehiasan emas tersebut tidak ada batas waktu dan adanya penyerahan sejumlah uang oleh pihak konsumen kepada pihak Toko Emas Jawa Mas selain untuk biaya beban sebsar Rp.5000,00/gram. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan sewa menyewa dalam Hukum Islam. Dari pemaparan di atas penulis simpulkan bahwa, pembebanan biaya administrasi sebesar Rp. 5000,00/gram dalam transaksi jual beli diatas adalah pengambilan laba dari transaksi pembelian perhiasan emas dari konsumen. Pembebanan biaya Rp. 5000,00/gram tersebut bukan biaya sewa sebagaimana presepsi pemilik Toko Emas Jawa Mas. Dalam hal ini penulis pahami bahwa pembebanan
biaya sebesar Rp. 5000,00/gram kepada konsumen dalam
transaksi jual beli perhiasan emas di Toko Emas Jawa Mas adalah sebuah metode baru dalam transaksi jual beli perhiasan emas dalam mendapatkan laba yang diinginkan.
71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah penulis mengadakan penelitian terhadap subyek dan obyek penelitian, penyajian data dan menganalisa data yang diperoleh. Maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai hasil penelitian sebagai berikut : 1. Aqad jual beli perhiasan emas di Toko Emas Jawa Mas betentangan dengan ketentuan Hukum Islam. Karena adanya perbedaan presepsi penjual dan pembeli yang dapat mempengaruhi dan merubah maksud dan tujuan sighat aqad jual beli dalam melakukan transaksi jual beli pehiasan emas tersebut. 2. Penetapan harga yang dilakukan oleh Toko Emas Jawa Mas bertentangan dengan ketentuan penetapan harga dalam Hukum Islam. Karena penetapan yang dilakukan oleh pemilik toko emas adalah penetapan harga yang menimbulkan ekpolitasi harga terhadap konsumen karena penetapan harga hanya dikuasai oleh salah satu pihak yaitu pemilik Toko Emas Jawa Mas dan merugikan konsumen. 3. Pembebanan biaya administrasi sebesar Rp. 5000,00/gram dalam transaksi jual beli perhiasan emas di Toko Emas Jawa Mas adalah pengambilan laba dari transaksi pembelian perhiasan emas dari konsumen bukan biaya sewa sebagai mana presepsi pemilik Toko Emas Jawa Mas. Karena taransaksi jual beli perhiasan emas tersebut tidak sesuai dengan ketentuan
72
Hukum Islam dan penetapan harga yang menimbulkan ekploitasi harga terhadap konsumen serta menimbulkan kerugian terhadap konsumen maka keuntungan dari transaksi jual beli perhiasan emas tersebut adalah haram.
B. Saran 1. Diharapkan Toko Emas Jawa Mas untuk lebih menyempurnakan praktek aqad jual beli perhiasan emas sehingga tidak ada yang dirugikan. 2. Diharapkan Toko Emas Jawa Mas lebih menerapkan hukum Islam dalam transaksi jual beli di Toko Emas Jawa Mas.
73
DAFTAR PUSTAKA A.Karim, Adiwarman. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT. RAJA GRAFINDO PERSADA, 2007. Abdillah Muhammad Ibn Mazid al-Qazwini, Abd. Sunan Ibn Mâja. Beirut:Dar al-Fikr, 1995. Al-Mushilih, Abdullah, Shalah ash-Shawi. Fiqih Ekonomi Keuangan Isla., terj., Abu Umar Basyir , Jakarta:Darul Haq, 2004 Abdur Rahman al-Gharyâni, Ash Shâdiq. Fatwa-Fatwa Mu’amalah Kontemporer. Surabaya: Pustaka Progresif, 2004. Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Bulûgh al-Marâm. Surabaya: Maktabah Sahabat Ilmu, t.t. Al Asqalani Ibnu Hajar. Fathul Baari Syarah Al Bukhari. jilid XII, ter. Amiruddin, Jakarta: Pustaka Azzami, 2005. Al-Muslih, Abdullah shalah Ash-Shnawi. Ma La Yasaut Tajirun Jahlulu. terj. Abu Bakar Basyir, Jakarta Darul Haq, 2004. Al-Zûhayli, Wahbah. Al-Fiqh Al-Islâm wa Adillatuhu. Beirut: Dâr al-Fikr, 1989), 492. Asy Syarbashi, Ahmad. Yasaunaka Tanya Jawab Lengkap Tentag Agama dan Kehidupan. Jakarta: PT Lentera Basritama, 1997 As-Shiddieqy, Hasbi . Pengantar Ilmu Fiqih. Jakarta: Bulan Bintang, 1985. Basyir, Ahmad Azhar. Asas-Asas Hukum Muamalah. Yogyakarta: UU Press, 2000. Budi Utomo, Setiawan. Fiqh Aktual. Jakarta: Gema Insani, 2003. Chapra, M. Umer. Islam dan Tantangan Ekonomi. Jakarta: Gema Insani, 2000. Departemen Agama RI. Al-Qur'an dan Terjemahnya. Jakarta: Gema Risalah Press, 1989.
74
Effendi, Rustam. Produksi dalam Islam. Yogyakarta: Magistra Insani Press, 2003 Hadi Sutrisno. Metodologi Research. Jilid I, II, Yogyakarta: Andi Offset, 1980. Haroen, Nasrun. Fiqh Mu’amalah. Jakarta: Gaya Media Pratama, tt . Hendrieanto, MB. Pengantar Ekonomi Mikro Islam. Yogyakarta: Ekonisa, 2003. H. Sulaiman Rasjid. Fiqh Islam. Bndung; Percetahan Sinar Baru, 2007. Kahf, Monzer. Ekonomi Isla. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995. Lubis, Suhrawardi K. Hukum ekonomi Islam. Jakarta: Sinar grafika, 2001. Manan, Abdul. Teori dan Praktek Ekonomi Isla., Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa, 1997. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000. Muhammad. Ekonomi mikro Dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: tp, 2004/2005. Musbikin, Imam. Qawâid al-Fiqhiyya., Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001. Nawawi ibn Umar al-Jawi, Muhammad. Taushih ‘ala ibn Qâsim. Semarang: Karya Toha Putra. Pasaribu, Choiruman, Suhrawardi K Lubis. Hukum Perjanjian Dalam Islam. Jakarta:Sinar Grafika,1996. R. Subekti. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: PT Intermasa, 1994. terj. Kamaludin, Bandung: PT. al- Sabiq, Sayyid. Fiqh al-Sunnah. Jilid XII, Ma'arif, 1987. Shonhaji, Abdullah. Terjemahan Sunah Ibn Mâjjah. vol 3, Semarang : Syifa’, 1993. Sudarsono, Heri. Konsep Ekonami Islam. Yogyakarta: Ekonisia, 2002. Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alpabeta, t.t.
75
Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakeata: Raja Grafindo Persada, 2005. Sami’ al-Mishri, Abdul. Pilar-Pilar Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006. Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum, Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002. Syafi’i, Rahmat. Fiqh Muamala., Bandung: Pustaka Setia, 2004. Utomo, Setiawan Budt. Ftqih Aktual. Jakarta: Gema Insani Pres, 2002. Utsman, Suparman. Hukum Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001.