BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia diciptakan agar mereka mengenal dan menyembah Allah SWT, sebagai manifestasi terhadap hak Rububiyyah dan Uluhiyyah-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT :
Artinya: ”Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Adz-Dzariyaat: 56)1 Dengan demikian Islam telah menjadikan ibadah sebagai perintah pertama yang harus ditunaikan oleh manusia, hanya diperuntukkan bagi Allah Taala saja. Rukun Islam dan seluruh ajarannya yang agung itu sesudah mengucapkan dua kalimah syahadah adalah: mendirikan shalat, membayar zakat, puasa Ramadhan dan berhaji ke Baitul Haram, kesemuanya merupakan cermin dari macam-macam ibadah yang dilaksanakan dengan niat semata-mata karena Allah SWT.2 Puasa adalah ibadah yang sangat masyhur dalam Islam, ibadah puasa ini berbeda dengan ibadah-ibadah yang lain karena sebagai mana kita maklum, bahwa ibadah ini hanya Allah dan orang yang melakukannya saja yang tahu, apakah ia berpuasa atau tidak. Oleh karena itu dengan puasa kita akan semakin
1
Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta : Yayasan Penyelenggara/Pentafsir
Al Qur’an, hlm.472. 2 Dr. Yusuf al Qardlawi, Fiqih Puasa, Terj. Dr. Nabilah Lubis, MA, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000, hlm.1-2.
2
dekat dengan Allah SWT, karena dengan puasa kita dilatih untuk tidak riya dan selalu ikhlas hanya karena Allah SWT dan hanya untuk mengharapkan ridho-Nya. Pembahasan mengenai puasa merupakan pembahasan yang penting dan menarik untuk dikaji, terutama yang langsung berkaitan dengan permasalahan khilafiah, yaitu adanya perbedaan pendapat antara ulama’ yang satu dengan yang lain, misalnya tentang bagaimaana puasa seorang muasafir . Puasa atau yang dalam bahasa arab disebut Shiyam atau Shoum menurut arti bahasa adalah menahan.3 Sedangkan yang dimaksud dengan shaum dalam istilah syara’ adalah perbuatan menahan (sesuatu) yang bersifat tertentu, dalam waktu tertentu, dengan sarat-sarat tertentu pula.4 Demikianlah arti puasa menurut bahasa dan istilah syara’.Adapun hakikat puasa adalah menahan nafsu dari setiap perbuatan yang dilarang oleh Allah, baik yang diharamkan maupun yang dimakruhkan.5 Dalam skripsi ini penulis meskipun banyak macam puasa, namun hanya akan memfokuskan pembahasan tentang puasa Ramadhan, karena puasa Ramadhan merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima dan yang harus dilaksakan oleh orang Islam yang mukallaf selama tidak ada yang menghambat pelaksanaannya.
3
Lois Ma’luf, Al-Munjid fi al Lughoh, Beirut : Daar al Masyriq, 1986, hlm. 441
4
Taqiyyudin Abi Bakr, Kifayah al Akhyar, Daar Ihya’ al Kutub al ‘Arabiyyah,
t.th,hlm.204. 5
Zainudin Ibnu Abd al Aziz al Malibari, Fath al-Mu’in,, Semarang : Pustaka
Alawiyyah, t.th, hlm. 55
3
Ketentuan hukum mengenai puasa Ramadhan ini juga sudah jelas bagi kita yaitu, wajib. Ini berdasarkan atas sumber-sumber hukum Islam baik Al Qur’an maupun Sunnah sebelum di Ijma’i para ulama’. Sebagaimana firman Allah SWT.
," - . ' / 01 2 0 ' 3 !" #$%&' ( ) *+ 4% %5 % 6 " .7 8 9 : ) ; !,< " *= >?0 *+ >? >; 3 8 9 4% ?@ 6 % A ,?@ B >?1 B >?1 6 ?=C Artinya : ( Beberapa hari yang ditentukan itu ialah ) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan ( permulaan ) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjalasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan batil ). Karena itu, barang siapa diantara kamu hadir ( di negeri tempat tinggalya ) di bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan ( lalu ia berbuka ) maka wajib baginya (berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannyaitu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yangdiberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. ( Al Baqarah : 185 )6 Rasulullah SAW bersabda :
#A7
,I ( 4 ! ( 6J*+ K 8 9 5 G7 H1>D 1 E F 9 ! 9 O.@ ) 5AN LM 6;$ @ 6G< 5- 4 7
Artinya : Rasulullah SAW bersabda : Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu, bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, mengerjakan sholat, menunaikan zakat, haji ke baitullah dan puasa di bulan Ramadhan. ( Muttafaq Alaih)
6
Depag RI, Op Cit, hlm. 45
7
Jalaluddin al Suyuthy, Al Jami’ al Shaghir, Juz I, Bairut : Daar al Fikr, t.th., hlm. 126.
4
Hadits yang berhubungan dengan puasa dan hukum-hukumnya ini banyak sekali dan dapat kita temukan dalam kitab-kitab Hadits. Para ulama’ dan umat Islam sejak zaman Nabi sampai pada zaman sekarang, semuanya sepakat bahwa puasa Ramadhan itu hukumnya wajib dan fardhu ‘ain atas setiap muslim dan muslimah yang akil baligh. Ketetepan dan kesepakatan ini sepanjang masa tidak ada yang membantahnya . Puasa memiliki faedah yang besar bagi umat Islam. Menurut Wahbah al Zuhaily, puasa banyak mengandung faedah yang tidak hanya bersifat material, tetapi juga bersifat spiritual. Pelaksanaan puasa merupakan perwujudan ketaatan terhadap perintah Allah SWT, yang dapat menjauhkan pelakunya dari siksaan Allah SWT, karena puasa merupakan alat penebus dosa.8 Puasa Ramadlan yang difardhukan kepada umat Islam bukan berarti memberatkan, menyakiti atau mempersulit manusia, karena di luar kemampuan mereka, tetapi puasa masih dalam batas-batas kemampuan manusia dan bahkan Allah memberi kelonggaran kepada hambanya yang berpuasa dalam perjalanan untuk tidak berpuasa, sebagai rukhsoh (keringanan) dari-Nya. Para ulama’ berbeda pendapat tentang manakah yang lebih afdal bagi musafir antara berbuka atau meneruskan puasanya. Menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Malik berpuasa lebih afdal ( utama ) sedangkan menurut Imam Ahmad bin Hanbal berbuka lebih utama.9 Sedangkan menurut Umar bin Abdul Aziz, mana yang lebih mudah baginya antara berbuka atau berpuasa maka itulah yang
8
Wahbah al Zuhaily, Al Fiqh al Islam wa Adillatuhu, Juz II, Dar al Fikr, t.th, hlm.1617.
9
Ibnu Rusyd, Bidayah al Mujtahid, Semarang Thoha Putra, hlm. 216.
5
lebih utama, sebagian orang ada yang lebih mudah baginya berpuasa bersama orang-orang yang berpuasa, supaya ia tidak mengqadhanya setelah Ramadhan selama beberapa hari ketika orang-orang tidak berpuasa, maka terhdap orang ini kami katakan, “berpuasalah”. Adapula orang yang merasa lebih ringan jika berbuka dalam Ramadhan agar dapat menyelesaikan beberapa urusan, memenuhi berbagai kebutuhan dan supaya dapat bergerak dengan mudah dalam menyelesaikan segala sesuatu yang disyariatkan dan dimubahkan Allah untuknya, maka kepada orang ini kami katakan,”berbukalah dan qadhalah pada hari-hari yang lain.” Dengan demikian,mana yang lebih mudah bagi seseorang, maka itulah yang lebih utama.10 Dalam hal ini seorang ulama’ yang terkenal yaitu Ibnu Hazm berbeda pendapat dengan ulama’-ulama’ lain? beliau dalam permasalahan ini menyatakan:
! 9 P ."Q< Q9R Q< .7 Q9R .7 ) S "7 T 18) U VW - X0M ! AN WD1 - Y Z ![1 G Z \ V D. 5 SUV 11
Artinya : Barang siapa yang bepergian dibulan Ramadhan bepergiannya karena taat atau karena maksiat atau tidak taat dan tidak maksiat, maka baginya wajib berbuka puasa apabila telah menempuh jarak satu mil atau lebih atau sepadan dan seketika itu juga batal puasanya, seketika itu dan baginya mengganti (qadha)puasa yang ditingalkan pada hari yang lain.
10
Dr. Yusuf al Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Terj. Drs. As’ad Yasin, Jakarta :
Gema Insani Pers, hlm. 429-430. 11 Ibnu Hazm, Al Muhalla, Juz VI, Beirut : Dar Al Fikr, t.th, hlm. 243
6
Menurut pendapat Ibnu Hazm ini musafir diharuskan berbuka, karena bukan adanya masyakat, akan tetapi safar (bepergian) yang menjadi illat diharuskannya berbuka puasa bagi musafir. Dalam fatwanya Ibnu Taimiyah berkata :
A7 $F 9 5 < 8 9 J- ; A7 _Q ] @ 1 "B, D. ZA^ ! ZF ! ` ! a Wb S "B ; A c d O= e 5 < ! 9 O+ 12 < D. Berdasarkan kesepakatan para ulama musafir boleh berbuka, baik dia itu kuasa menjalankan puasa maupun tidak, baik puasa itu memberatkannya atau tidak, bahkan sekalipun bepergiannya itu dengan nyaman membawa air lengkap dengan pelayanannya baginya tetap dipebolehkan berbuka dan mengqasar shalat. Karena menurut pendapat (argumentasi) Ibnu Hazm bahwa firman Allah yang berbunyi :
6
5(
6 " .7 8 9
)
>?0 ; ,"
Artinya : ” ...Siapa yang sakit di antaramu atau dalam perjalanan, hendaklah ia mengqadha pada hari-hari yang lain...” (QS.Al Baqarah : 184)13 Merupakan ayat muhkam bukan ayat nasakh dan bukan juga ayat tahsis maka bagi orang sakit dan musafir tidak boleh berpuasa, kecuali mengganti (qadha) pada hari-hari yang lain selain di bulan Ramadhan.14 Pendapat Ibnu Hazm ini juga di ilhami oleh hadits shahih yang berbunyi:
12
Ibnu Taimyah, Majmu’ Al Fatawa, t.th. t.tp. hlm. 210.
13
Depag RI, Loc Cit.hlm. 45.
14
Ibnu Hazm, Op Cit, hlm.253.
7
59 i 4 #A7 ,*09 4 gh 4 9 1 1F 9 _!1 9 . F 0f M o 1 9Jp 2 0 5<". >,[ l ; m1nM 5<"_ ) S Q? j k@. q5N -2 0 t 1 U V 1! W "s + p q! 2 0 b rM q! " " >B Y u6< U X q6< U Xu # " 15
Artinya : “Menceritakan kepada saya Ja’far dari ayahnya, dari Jabir bin Abdullah ra.Sesungguhnya Rasul SAW berangkat menuju Makkah pada tahun kemenagan dalam bulan Ramadhan, maka Bliau tetap puasa hingga sampai di Qura’ul Ghamim. Orang-orang pun berpuasa, kemudian beliau meminta sebuah wadah berisi air maka diangkatnya air itu, sehingga orang-orang melihatnya, kemudian Nabi meminumnya diberitahukan kepada beliau bahwa sebagian orang tetap berpauasa, maka beliau bersabda: mereka adalah orang-orang yang durhaka, mereka adalah orang-orang yang durhaka. ( HR. Muslim) Demikianlah pendapat Ibnu Hazm beserta argumentasinya, sehingga penulis tertarik untuk mengakajinya dalam bentuk skripsi dengan judul : “STUDY ANALISIS
PENDAPAT
IBNU
HAZM
TENTANG
TIDAK
DIPERBOLEHKANNYA BERPUASA BAGI MUSAFIR”.
B. POKOK PERMASALAHAN Dari latar belakang yang penulis kemukakan di atas maka muncul pokok permasalahan yang akan diungkap dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. Bagaimana pendapat Ibnu Hazm tentang wajib berbuka puasa bagi musafir ? 2. Bagaimana yang menjadi dasar pertimbangan hukum Ibnu Hazm dalam mendukung pendapatnya itu ?
15
Muslim, Shahih Muslim, Juz I, Beirut : Daar al Fikr, Hlm.498.
8
C. TUJUAN PENULISAN SKRIPSI Sejalan dengan pokok permasalahan diatas, maka setiap penulisan karya ilmiah ataupun penulisan skripsi pasti atas dasar dan tujuan tertentu sehingga terwujud apa yang diharapkan. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pendapat Ibnu Hazm tentang wajib berbuka puasa bagi musafir. 2. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hukum Ibnu Hazm dalam mendukung pendapatnya itu D. TELAAH PUSTAKA Kajian tentang puasa wajib terbagi menjadi dua bagian yaitu pertama mengenai hal-hal sekitar puasa seperti syarat dan rukun puasa, macam-macam puasa dan lain sebagainya. Bagian kedua yaitu tentang berbuka ( tidak berpuasa ) seperti hal-hal yang menyebabkan boleh berbuka dan orang-orang yang boleh atauwajib berbuka serta hukum-hukumnya. Berkaitan dengan poin kedua yang merupakan tema bahasan dalam skripsi telah penulis temukan karya-karya ulama’-ulama’ terdahulu yang berkaitan dengan tema penulisan skripsi ini, adapun karya-karya itu adalah : Al Muhalla, kitab karya Ibnu Hazm yang merupakan kitab rujukan inti dalam penulisan skripsi in. Ibnu Hazm berpendapat bahwa wajib berbuka puasa bagi musafir, pendapat ini cukup berbeda dengan jumhur ulama’. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkajinya terutama yang berkenaan dengan methode istimbat hukum yang dipakainya dalam permasalahan tersebut.
9
Sebagai rujukan pendukung dalam penulisan skripsi ini, penulis juga menggunakan kitab-kitab lain yang ada hubungannya dengan pembahasan tersebut. Diantaranya ialah karya Ibnu Hazm yaitu Al Ihkam fi Ushul Al Ahkam sebagai kitab ushul fiqh yang berbicara dari segi ushulnya tentu akan sangat membantu penulis di dalam memecahkan persoalan-persoalan khususnya berkenaan dengan metode istimbat hukum yang digunakan oleh Ibnu Hazm. Di dalam kitab Al Fiqh ‘Ala Madzahib al Arba’ah, Abd Rahman al Jaziri berpendapat bahwa musafir itu diperbolehkan berbuka puasa dengan syarat sudah menempuh jarak yang diperbolehkan melakukan sholat qashar.16 Dalam pembahasan puasa, Sayed Sabiq di dalam Fiqh al Sunnah mengatakan bahwa berbuka (membatalkan puasa ) bagi musafir itu lebih utama.17 Menurt kebanyakan ahlul bait dalam fiqh Imam Ja’far dikatakan bahwa “bukanlah suatu ibadah (perbuatan baik) berpuasa dalam keadaan safar, jika engkau mengqasar shalat maka iftarlah” mereka tidak mengecualikan apapun dari kaidah di atas kecuali empat hal, yaitu orang yang safar berburu dengan tujuan untuk didagangkan, orang yang keluar rumah untuk safar setelah zawal (tergelincirnya matahari) dan orang yang telah sampai ke rumah setelah zawal.18 Dalam hal ini Dr. Yusuf Al Qardlawi berpendapat bahwa bagi yang merasa puasa lebih mudah dan mengqadlanya kelak dirasa memberatkan, di mana kelak ia sendirian berpuasa dan orang-orang berbuka, maka berpuasa baginya 16
Abdur Rahman al-Jaziri, kitab al Fiqh ‘Ala Madzhahib al Arba’ah, Juz I, Beirut
Lebanon ; Dar al Kutub al Ilmiah, 1972,hlm. 521 17 Sayed Sabiq, Fiqh al Sunnah, Juz I, Beirut Lebanon : Daarul Kitab Al Arabi, hlm.443 18
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Ja’far, Terj. Abu Zainab AB, Jakarta : Lentera,
1996, hlm. 38.
10
lebih afdhal, dan bila mana puasa memberatkan pada dirinya pada saat ia bepergian serta dirasa ringan untuk mengqadlanya kelak, maka baginya berbuka lebih afdhal.19 Dalam kitab Al Mughni, Ibnu Qudamah berpendapat bahwa berbuka lebih utama bagi musafir, pendapat ini sama dengan pendapat Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Abu Hanifah, Malik, dan Syafi’i.20 Dengan berpedoman pada penjelasan tersebut, maka menurut hemat penulis bahwa tema bahasan di atas menarik untuk dikaji kembali dan menemukan jawabannya secara jelas dan detail. E. METODE PENULISAN SKRIPSI 1. Sumber data Karena penulisan skripsi ini menggunakan metode library research, maka diambil data dari berbagai sumber tertulis sebagai berikut: a.
Sumber data primer yaitu : data yang diperoleh dari data-data sumber primer yaitu sumber asli yang memuat informasi atau data tersebut21 Adapun sumber primer ini adalah kitab Al-Muhalla.
b.
Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber yang bukan asli yang memuat informasi atau data tersebut22 adapun sumber sekunder dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
19
Dr. Yusuf Al Qardlawi, Op Cit, hlm. 93.
20
Ibnu Qudamah, Al Mughni, Juz. III, Beirut : Daar Al Kutub Al ‘Ilmiyah, t.th., hlm.
21
Tatang M Arifin, Menyusun
88. Persada, Cet-3, 1995, hlm. 132. 22 Ibid
Rencana Penelitian, Jakarta : PT. Raja Grafindo
11
1)
Kitab Al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam, karangan Ibnu Hazm.
2)
Kitab Bidayat al-Mujtahid, karangan Ibnu Rusyd.
3)
Kitab Figih al-Sunnah, karangan Sayed Sabiq
4)
Kitab al-Fiqh ‘Ala Madzahib al-Arba’ah, karangan Abdurrahman Al-Jaziri
5)
Hadits-hadits dan buku-buku yang membahas tentang puasa yang memiliki keterkaitan dengan pembahasan skripsi ini
2. Analisis data Setelah memperoleh data, maka ditindak lanjuti dengan mengaalisis data tersebut secara kualitatif dengan menggunakan beberapa metode sebagai berikut: a.
Metode deduktif, yaitu : proses pendekatan yang berangkat dari umum mengenai suatu teori untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat khusus.23 Metode ini akan penulis gunakan dalam bab II, sebagai landasan teori.
b.
Metode induktif,yaitu proses logika
yang berangkat dari data yang
bersifat khusus menuju kepada yang bersifat umum . Dengan metode ini di maksudkan untuk mengkaji pola piker Ibnu Hazm secara khusus , kemudian dibahas dalam pengertian yang bersifat umum, metode ini akan penulis gunakan dalam bab III. c.
Metode komparatif, yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk memperoleh suatu kesimpulan dengan cara membandingkan antara data23
hlm.40
Saifudin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999, Cet ke-2 ,
12
data yang satu dengan data-data yang lain yang nantinya akan mengetahuin yang lebih kuat kemudian mengkompromikannya. Dengan metode ini dimaksudkan untuk membandingkan pemikiran Ibnu Hazm dengan ulama’-ulama’ yang lain, metode ini akan penulis gunakan dalam bab IV. F. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI Untuk memberi kemudahan dalam memahami isi skripsi, maka penulis membuat sistematika penulisan skripsi sebagai berikut : Bab I
: Merupakan bab pendahuluan yang meliputi : A. Latar Belakang Masalah B. Pokok Permasalahan C. Tujuan Penulisan Skripsi D. Telaah Pustaka E. Metode Penulisan Skripsi F.
Sistematika Penulisan Skripsi
Bab II : Merupakan Tinjauan Umum Masalah Puasa yang meliputi :
Bab III
A.
Pengertian Puasa
B.
Dasar Hukum Puasa
C.
Macam-Macam Puasa
D.
Syarat dan Rukun Puasa
: Pendapat Ibnu Hazm Tentang Tidak Diperbolehkannya Berpuasa Bagi Musafir A.
Biografi Ibnu Hazm
13
B.
Pendidikan Ibnu Hazm
C.
Karya-Karya Ibnu Hazm
D.
Pendapat Ibnu Hazm Tentang Tidak Diperbolehkannya Berpuasa Bagi Musafir
E.
Istimbat Hukum Ibnu Hazm
Bab IV : Analisis A.
Analisis Pendapat Ibnu Hazm Tentang Tidak Diperbolehkannya Berpuasa Bagi Musafir
B.
Analisis Istimbat Hukum Pendapat Ibnu Hazm Tentang Tidak Diperbolehkannya Berpuasa Bagi Musafir
Bab V : Penutup A. Kesimpulan B. Saran-Saran C. Penutup
14
DAFTAR PUSTAKA Departemen
Agama
RI,AlQur’an
dan
Terjemahannya,
Yayasan
Penyelenggara/Pentafsir Al Qur’an, Jakarta. Qardlawi, Yusuf al Dr., Fiqih Puasa, terj. Dr. Nabilah Lubis, MA., PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000. Abi Bakr, Taqiyyuddin, Kifayah al Akhyar, Daar Ihya’ al Kutub al ‘Arabiyyyah, t.tp., t.th. Ma’luf,Louis, Al Munjid fi al Lughoh, Daar al Masyriq, Bairut, 1986. Rusyd, Ibn, Bidayahal Mujtahid, Daaral Kutub al Islamiyyah, Bairut,t.th. Zuhaily, Wahbah al, Al Fiqh al Islami wa Adillatuhu, juz II, Daar al Fikr, Bairut, t.th. Nasution, Harun, Dr., Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Bulan Bintang, Jakarta, 1974. Malibari, Zainuddin ibn Abd al Aziz, Fath al Mu’in, Pustaka ‘Alawiyyah, Semarang, t.th. Hazm, Ibn, Al Muhalla, juz VI, Daar al Fikr, Bairut, t.th. Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar,Yogyakarta, 1999. Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1992. Arifin, Tatang M., Menyusun Rencana Penelitian, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995 Sabiq, Sayyid, Fiqh al Sunnah, juz Idaar al Kutub al ‘Arabi, Bairut, Rahman, Abdur, Al Jaziri, Kitab al Fiqh “ala Madzahibul al Arba’ah,Juz I, Daar al Kutub al Ilmiyah, Beirut.
15
Surat Permohonan Pengajuan Proposal Skripsi Kepada Yth. Bapak
Dekan
Fakultas
Syari’ah IAIN Walisongo Semarang DiSemarang Assalamu’alaikum Wr. Wb. Yang bertanda tangan di bawah in, Nama
: Nur Kholid
NIM
: 2198104
Fakultas/Jurusan
: Syari’ah/AS
Program
: S1
Alamat
: PPRT Tugurejo Tugu Kota Semarang
Dengan
ini
mengajukan
permohonan
kepada
Bapak
untuk
diperkenankan membahas skripsi dengan judul :”STUDY ANALISIS PENDAPAT IBNU HAZM TENTANG WAJIB BERBUKA PUASA BAGI MUSAFIR”. Demikian permohonan kami,atas terkabulnya permohonan ini kami sampaikan banyak terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Semarang,10 April Pemohon (Nur Kholid)
16
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nur Kholid
NIM
: 2198104
Tempat/Tgl.Lahir : Pekalongan, 17September 1977 Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Warga Negara
: Indonesia
Alamat Asal
: Desa Bligo, RT.13/RW.V Kec. Buaran Kab. Pekalongan Jawa Tengah
Alamat Kost
: PPRT Tugurejo Tugu Kota Semarang
Pendidkan
: MSI Bligo, Pekalongan MTs Salafiyah Simbang Kulon, Pekalongan MA Madrasatul Qur’an, Tebu Ireng, Jombang IAIN Walisongo Semarang Fakultas Syari’ah Jurysan Al Ahwal al Syakhsiyah
Demikian riwayat hidup penulis yang dibuat dengan sebenar-benarnya. Semarang, 10 April 2003 Hormat Saya,
Nur Kholid