BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dunia Pendidikan dinilai hanya mampu melahirkan lulusan-lulusan manusia dengan intelektualitas yang memadai. Banyak dari lulusan sekolah yang memiliki nilai tinggi (itu pun terkadang sebagian nilai diperoleh dengan cara tidak murni), berotak cerdas, brilian, serta mampu menyelesaikan berbagai soal mata pelajaran dengan sangat tepat. Sayangnya, tidak sedikit pula di antara mereka yang cerdas dan sikap yang brilian, serta kurang mempunyai mental kepribadian yang baik, sebagaimana nilai akademik yang telah mereka raih di bangku-bangku sekolah ataupun kuliah.1 Pendidikan karakter bisa jadi merupakan tawaran yang sangat menarik untuk dilaksanakan. Tujuan yang hendak dicapai dari pola pendidikan itu diharapkan dapat menjadi jawaban dari kegelisahan banyak orang selama ini. Dengan penerapan pendidikan karakter, kita tentu berharap masalah-masalah sosial yang dilatarbelakangi oleh degradasi moral bisa segera ditanggulangi dengan baik.2 Pendidikan karakter dapat dilakukan dengan berbagai model. Salah model tersebut adalah pembiasaan. Model pembiasaan adalah suatu cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak berpikir, bersikap, bertindak sesuai 1
Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogykarta: Laksana, 2011), hlm. 9. 2 Ibid., hlm. 14.
1
2
dengan ajaran agama Islam. Metode ini sangat praktis dalam pembinaan dan pembentukan karakter anak usia dini dalam meningkatkan pembiasaanpembiasaan dalam melaksanakan suatu kegiatan di sekolah.3 Hakikat pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman. Pembiasaan adalah sesuatu yang diamalkan. Oleh karena itu, uraian tentang pembiasaan selalu menjadi satu rangkaian tentang perlunya melakukan pembiasaanpembiasaan yang dilakukan di setiap harinya. Inti dari pembiasaan adalah pengulangan. Dalam pembinaan sikap, metode pembiasaan sangat efektif digunakan karena akan melatih kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada anak sejak dini. Apabila guru setiap masuk kelas mengucapkan salam, itu sudah dapat diartikan sebagai usaha pembiasaan. Bila murid masuk kelas tidak mengucapkan salam, guru mengingatkan agar bila masuk ruangan hendaknya mengucapkan salam. Ini juga satu cara membiasakan anak sejak dini.4 Pendidikan karakter dengan model pembiasaan ini telah diterapkan di MIS Ngalian Titrto Pekalongan. Adapun model pendidikan yang ada di MIS Ngalian Tirto ini berawal dari adanya masalah yang berkaitan dengan perubahan karakter siswa-siswi MIS Ngalian Tirto. Masalah ini berawal dari adanya parade Band Underground yang diselenggarakan di desa tersebut, para remaja dari berbagai daerah banyak berdatangan ke Desa Ngalian dengan pakaian yang serba hitam, terlihat kumal dan kotor, bahkan compangcamping. Tidak hanya remaja putra, banyak juga remaja putri yang juga
3
Muhammad Fadlilah dan Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) hlm. 172. 4 Ibid., hlm. 173.
3
berpakaian serupa. Hal ini menjadikan di sepanjang jalan Desa Ngalian terlihat sungai yang tercemar limbah hitam, karena di sepanjang jalan Desa Ngalian dipenuhi dengan remaja yang berpakaian serba hitam. Parade Band Underground ini memberikan pengaruh negatif yang tampak jelas terhadap pergaulan remaja bahkan anak-anak di Desa Ngalian. Sejak saat itu, di Desa Ngalian menjadi tempat nongkrong remaja-remaja seperti tersebut di atas. Tidak sedikit anak-anak usia sekolah dasar yang kemudian meniru gaya mereka seperti sering bergerombol dengan pakaian serba hitam dan berjalan bersama dengan penuh keangkuhan. Mereka merasa kuat dan hebat ketika bersama, sehingga tak ada rasa takut sedikitpun meski terhadap orang yang lebih tua. Hari-hari di sekolah pun yang terdengar dari pembicaraan anak-anak adalah tentang Underground, sampai rata-rata semua anak laki-laki di MIS Ngalian memiliki sepatu yang sama seperti remaja yang mengaku dirinya sebagai Underground tersebut. Hal ini sebagaimana dipaparkan oleh ibu Siti Muniroh, S.Pd.SD: “Adanya perubahan yang terjadi pada siswa-siswi MIS Ngalian ini terlihat setelah adanya parade band Underground yang berlangsung di Desa Ngalian. Adanya parade ini membawa pengaruh negatif bagi siswa-siswi Ngalian Tirto. Beberapa pengaruh negatif ini diantaranya; cara berpakaian, cara berbicara dan cara berperilaku. Mereka suka mengenakan pakaian serba hitam dan sepatu yang menjadi ciri khas komunitas anak Underground. Adanya pengaruh ini juga merambah pada siswa-siswi yang lain yang belum pernah mengenal kebiasaan-kebiasaan anak Underground”5 Sebagian besar anak meniru hanya dalam penampilan saja, namun terdapat lebih kurang sepuluh anak yang selalu bergerombol menunjukkan 5
Siti Muniroh, Guru MI Salafiyah Ngalian Tirto, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 21 Maret 2015.
4
bahwa dirinya ingin menjadi seorang Underground, tingkah laku keseharian juga berubah drastis semenjak konser musik tersebut di atas. Rasa hormat seorang siswa terhadap guru seakan hilang, berani menatap mata seorang guru yang menasehati tanpa ada rasa malu bahkan takut sedikitpun, mengancam teman-temannya yang lain jika tidak memberi contekan, dan lain-lain. Ini merupakan sebuah tantangan yang dihadapi dunia pendidikan khususnya di Desa Ngalian untuk membentuk kembali karakter anak-anak agar sesuai dengan ajaran agama Islam. Untuk itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pembiasaan Sebagai Pembentukan Karakter Siswa-siswi MIS Ngalian Tirto Pekalongan”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dikemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa saja praktik pembiasaan yang dilakukan di MIS Ngalian Tirto Pekalongan? 2. Apa saja karakter yang dibentuk melalui praktik pembiasaan yang dilakukan di MIS Ngalian Tirto Pekalongan? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan karakter siswasiswi MIS Ngalian Tirto Pekalongan?
5
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui praktik pembiasaan yang dilakukan di MIS Ngalian Tirto Pekalongan. 2. Untuk mengetahui karakter-karakter yang dibentuk melalui praktik pembiasaan yang dilakukan di MIS Ngalian Tirto Pekalongan. 3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter siswa-siswi MIS Ngalian Tirto Pekalongan.
D. Kegunaan Penelitian Sebuah penelitian harus mempunyai kegunaan, maka manfaat atau kegunaan penilitian dalam hal ini adalah: a. Secara Teoritis Dapat dijadikan sebagai wacana bagi para pendidik dan pembaca mengenai upaya sekolah atau madrasah dalam membentuk karakter siswa melalui pembiasaan. b. Secara Praktis 1) Sebagai modal pengetahuan dalam bidang pendidikan mengenai pembiasaan dalam membentuk karakter siswa. 2) Diharapkan dapat dijadikan pedoman untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar dengan baik dan berhasil mencapai tujuan yang diharapkan.
6
E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teoritis Menurut William Bennet yang dikutip oleh Zaim Elmubarok dalam bukunya yang berjudul "Membumikan Pendidikan Nilai" mengatakan bahwa sekolah mempunyai peran yang amat penting dalam pendidikan karakter anak, terutama jika anak-anak tidak mendapatkan pendidikan karakter di rumah. Argumennya didasarkan kenyataan bahwa anak-anak Amerika menghabiskan cukup banyak waktu di sekolah, dan apa yang terekam dalam memori anak-anak di sekolah akan mempengaruhi kepribadian anak ketika dewasa.6 Karakter adalah watak dasar setiap orang yang bisa diubah dan dibentuk. Pembentukan karakter anak didik melalui pendidikan dengan menggunakan berbagai cara atau metode. Cara atau metode ini diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan anak didik.7 Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan akhlak, yang hasilnya terlihat pada tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, tolong menolong, rendah hati, menghormati hak orang lain dan sebagainya. 8 Menurut Brooks dan Gooble dalam menjalankan pendidikan karakter terdapat tiga elemen yang penting untuk diperhatikan yaitu prinsip, proses, dan prakteknya dalam pengajaran. Dalam menjalankan
6
Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 110 Abd. Majid, Wan Hasmah Wan Mamat, dan Nur Kholis, Character Building Through Education (Pekalongan: Stain pekalongan Press, 2011), hlm. 4 8 Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hlm. 324 7
7
prinsip itu maka nilai-nilai yang diajarkan harus termanifestasikan dalam kurikulum sehingga semua siswa dalam sekolah faham benar tentang nilai-nilai tersebut dan mampu menerjemahkannya dalam perilaku nyata.9 Dalam pendidikan Islam banyak metode yang diterapkan dan digunakan dalam pembentukan karakter, salah satunya adalah metode pembiasaan. Menurut E. Mulyasa dalam bukunya yang berjudul ”Manajemen Pendidikan Karakter" mengatakan bahwa pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman, yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang diamalkan. Pembiasaan menempatkan manusia sebagai sesuatu yang istimewa, yang dapat menghemat kekuatan, karena akan menjadi kebiasaan yang melekat dan spontan, agar kekuatan itu dapat dipergunakan untuk berbagai kegiatan dalam setiap pekerjaan, dan aktivitas lainnya. Pembiasaan dalam pendidikan hendaknya dimulai sedini mungkin. Rasulullah SAW memerintahkan kepada orang tua, dalam hal ini para pendidik agar mereka menyuruh anak-anak mengerjakan shalat, tatkala mereka berumur yujuh tahun. “Suruhlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka apabila meninggalkannya ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka”. (HR. Abu Dawud). 9
Zaim Elmubarok, Op.Cit., hlm. 112
8
Membiasakan anak shalat, lebih-lebih dilakukan secara berjamaah itu penting. Dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan itu merupakan hal yang sangat penting, karena banyak dijumpai orang berbuat dan berperilaku hanya karena kebiasaan semata-mata. Pembiasaan dapat mendorong mempercepat perilaku, dan tanpa pembiasaan hidup seseorang akan berjalan lamban , sebab sebelum melakukan harus memikirkan terlebih dahulu apa yang akan dilakukannya. 10 Muchlas Samani dan Hariyanto dalam bukunya yang berjudul “Konsep dan Model Pendidikan Karakter” menyebutkan beberapa strategi dalam pembentukan karakter, salah satunya yaitu strategi forced formality yang prinsipnya ingin menegakkan disiplin dan melakukan pembiasaan (habituasi) kepada siswa untuk secara rutin melakukan sesuatu yang bernilai moral. Misalnya mengucapkan salam kepada guru, kepala sekolah, pegawai sekolah, bahkan kepada sesama teman yang dijumpai. Di Indonesia ada sekolah swasta Islam yang memiliki slogan yang merupakan kewajiban bila bertemu guru yang disebut 4-S, yakni senyum, sapa, salam, salim (tersenyum, menyapa, berjabat tangan, dan mencium tangan). Di negara-negara Barat dibiasakan seorang anak berkata ya pak, ya bu (yes sir, yes mam) untuk afirmasi atau no ma'am, no sir, untuk negasi, serta dibiasakan berbaris satu-satu saat masuk kelas, tidak berjalan bergerombol di jalanan, dan sebagainya. 11
10
11
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 166.
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsepdan Model Pendidikan Karakter (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011) hlm. 145.
9
Kita bisa karena biasa. Ini merupakan sebuah konsep dasar yang penting kita pahami. Bahwa kita bisa melakukan sesuatu karena kita terbiasa melakukan hal tersebut. Demikian juga halnya dalam dunia pendidikan. Anak didik bisa melakukan sesuatu karena mereka terbiasa, familier dengan sesuatu tersebut.12 Jika kita menyadari hal tersebut, maka salah satu hal yang dapat kita lakukan adalah memprogramkan pendidikan melalui pembiasaan bagi anak diidk. Dengan pembiasaan ini, maka diharapkan tertanam secara pasti dan permanen segala aspek pendidikan yang kita sampaikan kepada anak didik. Suhartatik dalam skripsisnya yang berjudul
Implementasi
Pendidikan Karakter di MTS Walisongo Beji Tulis Batang mengatakan bahwa implementasi pendidikan karakter di MTS Walisongo Beji Tulis Batang dengan melakukan pembiasaan berakhlakul karimah. Akhlakul karimah sebagai pencerminan yang memasukkan pendidikan karakter dalam mata pelajaran Akidah Akhlak. Nilai-nilai pendidikan karakter yang dijalankan ialah tasamuh, tawadhu’, dan ta’awun. Implementasi yang diberikan tidak hanya pengintegrasian ke dalam mata pelajaran Akidah Akhlak juga didukung kegiataan-kegiatan yang terkandung nilainilai pendidikan karakter.13 Menurut Nitta Ipmawati dalam Skripsinya yang berjudul Pelaksanaan Pendidikan Karakter di MI Muhammadiyah Kaliprau 12
Mohammad Saroni, Pentingnya Pembiasaan dan pendidikan karakter, http://komunitaspendidikan.com/index.php/forum/pentingnya-pembiasaan-dan-pendidikan-karakte r/102. Diakses pada tanggal 9 Februari 2013. 13 Suhartatik, “Implementasi Pendidikan Karakter di MTS Walisongo Beji Tulis Batang”, Skripsi, (Pekalongan, 2011), hlm. 74.
10
Ulujami Pemalang, mengatakan bahwa melalui pembiasaan peserta didik akan terbiasa melakukan kebaikan-kebaikan seperti berangkat lebih pagi, baris di halaman sekolah dari kelas satu sampai kelas enam untuk berdo'a, membaca asma'ul husna, pembacaan pancasila, mengucapkan salam, mencium tangan guru satu per satu setiap datang dan pulang sekolah, membaca surat-surat pendek, mengucapkan salam ketika bertemu guru, teman, dan masuk ruangan, melakukan sholat dhuha dan dhuhur berjamaah. Selain itu metode ini sangat membantu dalam pembentukan karakter pada peserta didik.14 2. Kerangka Berpikir Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan bagi dunia pendidikan dewasa ini. Adanya pendidikan karakter di sekolah diharapkan mampu membentuk, mengembangkan nilai sikap dan karakter dari generasi sebelumnya
kepada generasi berikutnya.
Pendidikan karakter sebagai upaya untuk membina kembali moral anakanak agar mereka bisa menghadapi berbagai macam tantangan tanpa harus terjerumus ke dalam hal-hal yang bersifat negatif. Salah satu cara atau metode yang digunakan dalam pembentukan karakter anak didik adalah dengan melakukan pembiasaan. Metode pembiasaan ini perlu diterapkan oleh guru dalam proses pembentukan karakter, bila seorang anak telah terbiasa dengan sifat-sifat terpuji,
Nitta Ipmawati, “Pelaksanaan Pendidikan Karakter di MI Muhammadiyah Kaliprau Ulujami Pemalang”, Skripsi, (Pekalongan, 2011), hlm. 79. 14
11
impuls-impuls positif menuju neokortek lalu tersimpan dalam system limbic otak sehingga aktivitas yang dilakuakn oleh siswa tercover secara positif. Diyakini bahwa dengan pembiasaan, maka penguasaan materi pendidikan dan pembelajaran dapat maksimal. Jika anak didik terbiasa dalam aspek pendidikan dan pembelajaran, maka yakinlah bahwa ke depan sumber daya manusia bangsa ini mempunyai kualitas yang mampu bersaing di kancah pergaulan masyarakat internasional. Bagan 1.1 Pendidikan Karakter di Sekolah
Input; Siswa-siswi dengan berbagai latar belakang yang berbeda
Proses; Pembentukan karakter melalui pembiasaan dan Keteladanan
Output; Siswa-siswi yang memiliki karakter lebih baik
F. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Desain Penelitian a. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif
12
dan induktif serta analisis terhadap dinamika hubungan antara fenomena yang diamati dengan menggunakan metode ilmiah.15 b. Jenis Penelitan Jenis penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan di tempat terjadinya gejalagejala yang diselidiki.16 Lokasi penelitian ini adalah di MIS Ngalian Tirto Pekalongan. 2. Sumber dan Wujud Data Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini meliputi: a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden atau nara sumber. Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh dari dewan guru dan peserta didik MIS Ngalian Tirto Pekalongan. Data primer ini berupa hasil rapat guru, hasil rapat guru dan wali murid, hasil rapat yayasan, serta hasil pengolahan wawancara dengan responden. b. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang mendukung dalam pembahasan penelitian ini antara lain buku-buku yang terkait dengan pembahasan ini. Data sekunder ini berupa buku karya Ngainun Naim dengan judul Character Building, Pendidikan Karakter di Sekolah karya Tim Pakar Yayasan Jati Diri Bangsa. Konsep dan Model Pendidikan Karakter
15
Saefudin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 5. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatau Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 62. 16
13
karya Sam’ani, Manajemen Pendidikan Karakter karya E. Mulyasa, serta data-data pendukung lainnya. 3. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode antara lain: a. Metode observasi Metode observasi adalah suatu pengamatan dan pencatatan secara sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.17 Metode ini digunakan untuk mengetahui letak geografis, kondisi lingkungan dansarana dan prasarana yang berhubungan dengan pembiasaan yang dilakukan di MIS Ngalian Tirto. Adapun yang diobservasi dalam penelitian ini adalah: Lokasi MIS Ngalian Tirto, keadaan guru dan peserta didik. keadaan sarana dan prasarana dan proses pembelajaran yang berlangsung di MIS Ngalian Tirto serta pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan di MIS NgalianTirto. b. Metode wawancara (interview) Metode wawancara atau interview adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
17
(interviewee)
Saifuddin Azwar, Op.Cit., hlm. 91.
yang memberikan jawaban atas
14
pertanyaan itu.18 Metode ini digunakan untuk mengetahui data tentang gambaran pembiasaan yang dilakukan di MIS Ngalian Tirto. c. Metode dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara meneliti dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan objek penelitian.19 Data-data yang penulis peroleh dari dokumen-dokumen yang ada adalah mengenai: Sejarah berdirinya MIS Ngalian Tirto, struktur organisasi MIS Ngalian Tirto, jumlah anak didik yang ada di MIS Ngalian Tirto, data guru di MIS Ngalian Tirto, sarana prasarana di MIS Ngalian Tirto dan foto-foto di MIS Ngalian Tirto. 4. Teknik Analisis Data Menurut Sutopo dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Kualitatif mengatakan bahwa dalam penelitian ini digunakan model analisis interaktif. Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak di antara tiga komponen analisis dengan proses pengumpulan data selama kegiatan
pengumpulan
data
berlangsung.
Kemudian
setelah
pengumpulan data berakhir, peneliti bergerak di antara tiga komponen analisisnya dengan menggunakan waktu yang masih tersisa bagi
18 Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002) hlm. 186. 19 Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2003), hlm.46.
15
penelitiannya.20 Dalam proses analisis ini, terdapat tiga komponen utama analisis yaitu antara lain: a. Reduksi data Reduksi data dapat diartikan sebagai proses seleksi, pemfokusan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang ada dalam lapangan langsung dan diteruskan pada waktu pengumpulan data. Reduksi data ini dimulai sejak peneliti memfokuskan tentang kerangka konseptual wilayah penelitian.21 b. Sajian data Sajian data yaitu
suatu rakitan organisasi informasi yang
memungkinkan kesimpulan penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini, data-data yang telah dikumpulkan dalam bentuk transkrip akan diuraikan dalam bentuk laporan,22 c. Penarikan kesimpulan Dalam penelitian ini, data-data yang telah mengalami pengolahan dan siap disajikan dapat diambil kesimpulan.
G. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran tentang pembahasan skripsi ini, maka sistematikanya disusun sebagai berikut:
20
Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif (Surakarta: Sebelas Maret University Pres, 2002), hlm. 119. 21 Ibid.,hlm. 114. 22 Ibid., hlm. 115.
16
Bab I Pendahuluan, meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Berpikir, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan. Bab II Pembiasaan sebagai Pembentukan Karakter Siswa yang meliputi: Pengertian Pendidikan Karakter, Metode Pembiasaan Sebagai Pembentukan Karakter, Cara Pelaksanaan Pembiasaan di Sekolah, Nilainilai
Pendidikan
Karakter,
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Pembentukan Karakter, Komponen Pendukung dalam
Pendidikan
Karakter. Bab III Pembiasaan sebagai Pembentukan Karakter Siswa-siswi MIS Ngalian Tirto yang meliputi: Gambaran Umum MIS Ngalian Tirto Pekalongan, Pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan Siswa-siswi MIS Ngalian Tirto Pekalongan di Madrasah, Karakter-karakter yang diharapkan pada Siswa-siswi MIS Ngalian Tirto Pekalongan, dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter Siswa-siswi MIS Ngalian Tirto Pekalongan. Bab IV Analisis tentang Pembiasaan sebagai Pembentukan Karakter Siswa-siswi MIS Ngalian Tirto yang meliputi: Analisis Pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan Siswa-siswi MIS Ngalian Tirto Pekalongan di Madrasah, Analisis Karakter-karakter yang diharapkan pada Siswa-siswi MIS Ngalian Tirto Pekalongan, dan Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter Siswa-siswi MIS Ngalian Tirto Pekalongan.
17
Bab V Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.