BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merupakan suatu perbuatan atau tingkah laku sebagai reaksi respon terhadap suatu rangsangan stimulus yang disertai dengan pendirian dan atau perasaan itu sendiri.1 Perilaku keagamaan adalah segala aktivitas manusia dalam kehidupan didasarkan oleh nilai-nilai agama yang diyakininya. Tingkah laku keagamaan tersebut sebagai wujud rasa dan jiwa keagamaan berdasarkan kesadaran dan pengalaman beragama pada diri sendiri dan didorong oleh adanya sikap keagamaan pada diri individu.2 Perilaku
keagamaan
merupakan
perilaku
dalam
berhubungan
dan
berinteraksi, baik secara vertikal kepada Allah SWT maupun secara horisontal kepada sesama makhluk yang merupakan cerminan maupun bentuk aktualisasi dari agama dan ajaran dalam Islam. Dengan kata lain, perilaku keagamaan merupakan perilaku seseorang yang sesuai dengan ajaran alQuran maupun hadits. Salah satu faktor yang memengaruhi perilaku keagamaan remaja adalah pendidikan agama Islam dalam keluarga. Pendidikan merupakan suatu proses upaya dan tindakan yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk memelihara serta mengembangkan potensi yang ada pada diri manusia.
1
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Cet Ke-19 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 141. 2
Ramayulis, Psikologi Agama, Cet 10 (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), hlm. 117.
1
2
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan merupakan suatu proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Proses pendidikan tersebut tidak hanya terjadi di dalam lembaga pendidikan formal, tetapi juga di dalam lembaga pendidikan nonformal seperti keluarga. Keluarga tidak hanya menjadi persekutuan hidup antara orang tua dan anak, tetapi juga menjadi arena di mana anak mendapatkan pendidikan pertama baik secara rohani maupun jasmani. Pendidikan pertama ini sangat memengaruhi kehidupan anak di masa depan. Salah satunya adalah pada saat anak itu tumbuh menjadi seorang remaja. Dalam Islam, keluarga memiliki suatu kewajiban untuk memberikan pendidikan agama kepada anak, yang mana pendidikan agama itu akan menjadi pedoman sampai anak itu tumbuh remaja bahkan hingga dewasa.
Di dalam QS. Luqman ayat 17
dituliskan:
Artinya: “ Hai anakku, laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting”. (Luqman [31]: 17)3
3
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), hlm. 582.
3
Ayat tersebut menceritakan tentang orang tua dalam memberikan pendidikan agama kepada anak. Pendidikan tersebut berhubungan dengan Allah dan juga kepada sesama makhluk. Pendidikan agama yang diberikan oleh orang tua tersebut yang kemudian diaplikasikan dalam bersikap serta berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan agama dalam keluarga tidak hanya pada masalah akidah dan ibadah, namun juga pada masalah muamalah yang berhubungan dengan orang lain. Dalam keluarga seorang anak dididik untuk selalu berbuat amar ma’ruf dan nahi munkar agar dapat hidup dengan masyarakat secara baik sesuai dengan aturan-aturan atau norma yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri ataupun menurut aturan agama.4 Di dalam penanaman perilaku keagamaan remaja, orang tua harus betul-betul mampu memilih suatu metode yang tepat, serta dapat berpengaruh positif pada tingkat perkembangan sosial. Setiap kebijakan orang tua harus mampu dipertanggungjawabkan secara horisontal terhadap sesama makhluk dan secara vertikal terhadap Allah SWT. Dengan adanya pendidikan agama dalam keluarga diharapkan dapat membentengi dan memfilter terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya yang dapat memungkinkan terciptanya suatu pribadi tidak baik yang berpengaruh pada perilaku remaja. Oleh karena itu peran pendidikan agama Islam yang diberikan keluarga kepada para remaja sangat dibutuhkan. Agar dapat menjadi pedoman dalam berinteraksi di kehidupan bermasyarakat. 4
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan (Jakarta: PT. Pustaka Al Husna Baru, 2004), hlm. 23.
4
Berdasarkan dari dokumen data penduduk, di dukuh Buntit (RW 05) desa Tumbrep kecamatan Bandar kabupaten Batang terdapat remaja dengan jumlah 121. Remaja yang peneliti teliti adalah remaja dengan rentang usia 12 sampai 22 tahun dengan status belum menikah. Peneliti melakukan penelitian di dukuh Buntit (RW 05) desa Tumbrep kecamatan Bandar kabupaten Batang dengan alasan bahwa jauh sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti sering melihat remaja dengan berbagai macam karakter serta perilaku yang berbeda antara remaja yang satu dengan yang lain. Para remaja tersebut ada yang memiliki perilaku yang baik seperti shalat berjamaah di masjid, rajin membaca al-Quran, sopan santun serta berbakti kepada orang tua, aktif dalam kegiatan remaja dan masyarakat. Ada pula yang memiliki perilaku kurang baik, seperti jarang melaksanakan shalat lima waktu, tidak mengaji, berlaku dan berkata kasar kepada orang tua, anggota tubuh bertato, bertindik, merokok, memiliki pergaulan yang kurang baik, sering keluar malam, dan sebagainya. Padahal remaja tersebut dibesarkan dalam keluarga yang memiliki pengetahuan agama yang cukup baik. Para orang tua juga tentunya memberikan pendidikan dan pengajaran yang baik kepada anak terutama terkait dengan pendidikan agama. Oleh sebab itu, peneliti melakukan penelitian tentang ada atau tidak pengaruh pendidikan agama Islam yang diberikan oleh keluarga terhadap perilaku keagamaan remaja. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mengambil judul “Pengaruh Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga terhadap Perilaku
5
Keagamaan Remaja di Dukuh Buntit (RW 05) Desa Tumbrep Kecamatan Bandar Kabupaten Batang”. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pendidikan agama Islam dalam keluarga di dukuh Buntit (RW 05) desa Tumbrep kecamatan Bandar kabupaten Batang? 2. Bagaimana perilaku keagamaan remaja di dukuh Buntit (RW 05) desa Tumbrep kecamatan Bandar kabupaten Batang? 3. Bagaimana pengaruh pendidikan agama Islam dalam keluarga terhadap perilaku keagamaan remaja di dukuh Buntit (RW 05) desa Tumbrep kecamatan Bandar kabupaten Batang? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pendidikan agama Islam dalam keluarga di dukuh Buntit (RW 05) desa Tumbrep kecamatan Bandar kabupaten Batang 2. Untuk mengetahui perilaku keagamaan remaja di dukuh Buntit (RW 05) desa Tumbrep kecamatan Bandar kabupaten Batang 3. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan agama Islam dalam keluarga terhadap perilaku keagamaan remaja di dukuh Buntit (RW 05) desa Tumbrep kecamatan Bandar kabupaten Batang.
6
D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis a. Dapat memberikan pengembangan pemikiran kepada para orang tua dan remaja mengenai pendidikan agama Islam dalam rangka mengembangkan perilaku keagamaan remaja b. Dapat memberikan wawasan pengetahuan dan kelimuan kepada para pembaca mengenai pendidikan agama Islam dalam keluarga dan perilaku keagamaan remaja. 2. Secara Praktis a. Dapat memberikan kontribusi kepada para orang tua di dukuh Buntit (RW 05) desa Tumbrep kecamatan Bandar kabupaten Batang sebagai bahan masukan dalam memberikan pendidikan kepada anak, terutama pendidikan agama Islam terkait dengan perilaku keagamaan remaja b. Dapat memberikan kontribusi kepada para remaja untuk dapat meningkatkan pengamalan dari nilai-nilai pendidikan agama Islam sehingga dapat berperilaku yang dilandasi dengan keagamaan secara baik di dukuh Buntit (RW 05) desa Tumbrep kecamatan Bandar kabupaten Batang. E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teoretis Menurut Heri Jauhari Muchtar dalam bukunya Fikih Pendidikan mengatakan bahwa pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan untuk mendidik manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang serta
7
memiliki potensi atau kemampuan sebagaimana mestinya.5 Sedangkan menurut Azyumardi Azra dalam bukunya Pendidikan Islam mengatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.6 Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan nasional Indonesia, menyatakan pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras dengan alam dan masyarakatnya. Terkait dengan pendidikan agama Islam, Yusuf al-Qardhawi memberikan pengertian, sebagaimana yang dikutip oleh Azyumardi Azra bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena itu, pendidikan Islam menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya. Sementara itu Omar Moh al-Toumy al-Syaibany sebagaimana dikutip oleh Abdul Khobir dalam buku Filsafat Pendidikan Islam menyatakan pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan
5
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005),
hlm. 14. 6
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Moderniasi di Tengah Tantangan Milenium III (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 4.
8
pribadi atau kehidupan masyarakat dan kehidupan alam sekitar melalui proses pendidikan, perubahan tersebut dilandasi oleh nilai-nilai Islam.7 Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam merupakan segala proses upaya serta tindakan perubahan yang dilakukan untuk mendidik manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya yang dilandasi dengan nilai-nilai Islam. Mahmud, Heri Gunawan, dan Yuyun Yulianingsih dalam buku Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga mengutip pengertian keluarga yang disampaikan oleh Mahyuddin dan Ramayulis. Mahyuddin memberikan pengertian keluarga dalam arti sempit, pure family system (sistem keluarga yang asli) ialah unit (kelompok) yang kecil di dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga dalam arti luas (extended family system) ialah ayah, ibu dan anak-anak dan sebagainya yang kebutuhan hidupnya, semuanya tergantung kepada keluarga. Sedangkan menurut Ramayulis, keluarga merupakan satuan sosial terkecil dalam kehidupan umat manusia sebagai makhluk sosial, karena ia merupakan unit pertama dalam masyarakat terhadap terbentuknya proses sosialisasi dan perkembangan individu.8 Jadi, menurut peneliti keluarga merupakan satuan sosial terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang di dalamnya terbentuk proses sosialisasi dan perkembangan individu. 7
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 3 (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2011), hlm. 3. 8
Mahmud, Heri Gunawan, dan Yuyun Yulianingsih, Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga (Jakarta: Akademia Permata, 2013), hlm. 128-131.
9
Ngalim Purwanto mendefinisikan perilaku adalah suatu perbuatan atau tingkah laku sebagai reaksi respon terhadap suatu rangsangan stimulus yang disertai dengan pendirian dan atau perasaan itu sendiri. 9 Menurut Ramayulis dalam bukunya yang berjudul Psikologi Agama, dijelaskan bahwa perilaku keagamaan adalah segala aktivitas manusia dalam kehidupan didasarkan oleh nilai-nilai agama yang diyakininya. Tingkah laku keagamaan tersebut sebagai wujud rasa dan jiwa keagamaan berdasarkan kesadaran dan pengalaman beragama pada diri sendiri dan didorong oleh adanya sikap keagamaan pada diri individu.10 Selanjutnya menurut Sahal Mahfudh dalam buku Nuansa Fiqih Sosial menyatakan bahwa perilaku keagamaan berarti perilaku yang mempunyai implikasi dengan ajaran Islam atau sekurang-kurangnya mempunyai nilai Islamiyah.11 Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku keagamaan merupakan perilaku dalam berhubungan dan berinteraksi, baik secara vertikal kepada Allah SWT maupun secara horisontal kepada sesama makhluk yang merupakan cerminan maupun bentuk aktualisasi dari agama dan ajaran dalam Islam.
9
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Cet Ke-19 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 141. 10
Ramayulis, loc.cit.
11
Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqih Sosial (Yogyakarta: LKiS, 2004), hlm. 126.
10
2. Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Moh. Baehan Eka Putra yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Akhlak kepada Allah pada Siswa SD Negeri Panjang Wetan 03 Pekalongan” membahas tentang nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam kaitannya dengan akhlak siswa kepada Allah. Hasil penelitian ini menerangkan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara pendidikan agama Islam terhadap akhlak kepada Allah. Semakin tinggi nilai pendidikan agama Islam seorang anak maka akan semakin baik pula akhlaknya kepada Allah.12 Selanjutnya penelitian oleh Nur Kholis dengan judul “Peran Ibu dalam Pembentukan Perilaku Keagamaan Remaja Kelurahan Mayangan Kecamatan Wiradesa” dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa seorang ibu sangat berperan dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan pada anak yang sesuai dengan fitrah sehingga mereka mempunyai kepribadian yang Islami.13 Kemudian skripsi yang ditulis Khairul Mutaqin, yang berjudul “Peran Kegiatan Keagamaan dalam Membentuk Perilaku Keagamaan Remaja (Studi Kasus di Masjid Daarul Arkom Desa Kampil Kecamatan Wiradesa
Kabupaten
Pekalongan)”
,
dengan
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa kegiatan keagamaan dengan perilaku keagamaan 12
Moh. Baehan Eka Putra,”Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Akhlak kepada Allah pada Siswa SD Negeri Panjang Wetan 03 Pekalongan”, Skripsi Sarjana Pendidikan Agama Islam, (Pekalongan:Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2010), hlm. vii. 13
Nur Kholis, “Peran Ibu dalam Pembentukan Perilaku Keagamaan Remaja Kelurahan Mayangan Kecamatan Wiradesa”, Skripsi Sarjana Pendidikan Agama Islam, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2013), hlm. vii.
11
remaja masjid Daarul Arkom desa Kampil Wiradesa Pekalongan terdapat peran positif yang signifikan. Perilaku keagamaan akan bisa membentuk perilaku keagamaan remaja manakala mereka memahami arti dan makna dari setiap kegiatan sehingga dapat melakukannya secara maksimal.14 Penelitian yang terdahulu tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian terdahulu sama-sama membahas tentang pendidikan agama Islam dan perilaku keagamaan remaja. Akan tetapi, dapat dijelaskan bahwa ada perbedaan dengan penelitian yang dilaksanakan, di mana penelitian ini lebih memfokuskan kajiannya pada pendidikan agama Islam dalam keluarga dengan perilaku kegamaan remaja di dukuh Buntit (RW 05) desa Tumbrep kecamatan Bandar kabupaten Batang, dengan menggunakan analisis data kuantitatif. 3. Kerangka Berfikir Kerangka berfikir berisi gambaran pola hubungan antarvariabel atau kerangka konseptual yang digunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti, disusun berdasarkan kajian teoritis yang telah dilakukan.15 Berdasarkan analisis teoritis di atas dapat dibangun kerangka berfikir sebagai berikut:
14
Khairul Mutaqin, “Peran Kegiatan Keagamaan dalam Membentuk Perilaku Keagamaan Remaja (Studi Kasus di Masjid Daarul Arkom Desa Kampil Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan)”, Skripsi Sarjana Pendidikan Agama Islam, (Pekalongan : Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2013), hlm. vii `. 15
STAIN Pekalongan, Pedoman Penulisan Skripsi Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (Pekalongan: STAIN Press, 2015), hlm.15.
12
Keluarga merupakan tempat pertama seorang anak mendapatkan dan memperoleh pendidikan. Dalam hal ini orang tua memiliki peran yang sangat besar dalam memberikan pendidikan kepada sang anak, pendidikan itu berupa pendidikan agama Islam. Selain itu keluarga juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan perilaku yang benar kepada sang anak. Ketika sang anak sudah tumbuh menjadi remaja, peran serta keluarga dalam memberikan pendidikan agama Islam tersebut tetap harus dilaksanakan dalam keluarga. Pendidikan agama Islam merupakan salah satu jalan untuk menumbuhkan kesadaran dalam diri seseorang akan pentingnya ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam ajaran-ajaran Islam tersebut mempunyai titik singgung yang sangat kompleks dengan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Karena syariat Islam itu sendiri mengatur hubungan antara manusia dengan Allah SWT (hablunminallah) dan antara manusia dengan sesama (hablunminannaas). Salah satu tujuan dari pendidikan agama Islam adalah untuk membentuk dan membina manusia menjadi manusia yang sempurna (insan kamil). Dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam tersebut seseorang dituntut untuk dapat mengaplikasikan nilai-nilai dan normanorma agama Islam tersebut ke dalam perilaku keseharian. Dengan demikian, nilai-nilai agama Islam yang telah diperoleh dari pendidikan agama Islam dalam keluarga serta pengetahuan dasar tentang perilaku seorang remaja akan menjadi penentu dalam berperilaku seorang
13
remaja tersebut dalam kehidupan keseharian. Semakin baik pendidikan agama Islam yang diberikan maka semakin baik pula perilaku yang tercermin dari diri remaja tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan agama Islam dalam keluarga itu memengaruhi perilaku keagamaan remaja. 4. Hipotesis Hipotesis adalah alternatif dugaan sementara yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitian. Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian.16 Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah terdapat pengaruh positif yang signifikan antara pendidikan agama Islam dalam keluarga dengan perilaku keagamaan remaja di dukuh Buntit (RW 05) desa Tumbrep kecamatan Bandar kabupaten Batang. Adapun hipotesis statistik yang diajukan adalah: Ho : Tidak ada pengaruh positif antara pendidikan agama Islam dalam keluarga dengan perilaku keagamaan remaja di dukuh Buntit (RW 05) desa Tumbrep kecamatan Bandar kabupaten Batang. Ha : Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara pendidikan agama Islam dalam keluarga dengan perilaku keagamaan remaja di dukuh 16
55.
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm.
14
Buntit (RW 05) desa Tumbrep kecamatan Bandar kabupaten Batang. F. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian a. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang peneliti lakukan adalah dengan menggunakan
pendekatan
kuantitatif.
Pendekatan
kuantitatif
merupakan suatu pendekatan yang menekankan analisisnya pada datadata numerikal (angka) yang diperoleh dengan metode statistika.17 Pendekatan ini digunakan karena peneliti akan menggali, mengumpulkan dan menganalisis data-data yang berupa angka tentang pendidikan agama Islam dalam keluarga dan perilaku remaja di dukuh Buntit (RW 05) desa Tumbrep kecamatan Bandar kabupaten Batang. b. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian lapangan (field
research).
Jenis
penelitian
ini
dimaksudkan
untuk
mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.18 Penelitian ini dilakukan dalam kancah yang sebenarnya, dimana
17
Saifudin Azwar, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm.
8. 18
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian sebagai Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 234.
15
penelitian lapangan mempunyai tujuan memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan sehari-hari.19 2. Variabel Penelitian Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.20 Variabel dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu: a. Variabel bebas/ Variabel X (Independent Variabel) Variabel bebas (variabel yang memengaruhi) adalah kondisi yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka untuk menerangkan hubungan dengan fenomena yang diobservasikan.21 Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah pendidikan agama Islam dalam keluarga. Indikator-indikatornya adalah: 1) Pendidikan agama Islam terkait dengan aqidah (keimanan) 2) Pendidikan agama Islam terkait dengan akhlak 3) Pendidikan agama Islam terkait dengan syariat atau hukum Islam.22 b. Variabel terikat/ Variabel Y (Dependent Variabel) Variabel terikat (variabel yang dipengaruhi) adalah kondisi yang berubah-ubah.23 Variabel ini dipengaruhi atau disebabkan oleh 19
Mardalis , Metode Penelitian ( Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 28.
20
Saifudin Azwar, op.cit., hlm. 124.
21
Sabnapiah Faisal, Metode Penelitian Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 2002), hlm. 82. 22
Mahmud, Heri Gunawan, dan Yuyun Yulianingsih, op.cit., hlm. 155-157
23
Sabnapiah Faisal, op.cit, hlm. 83.
16
variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah perilaku keagamaan remaja. Indikator-indikatornya adalah: 1) Perilaku kepada Allah SWT 2) Perilaku kepada sesama manusia 3) Perilaku kepada lingkungan.24 3. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi merupakan wilayah yang terdiri atas obyek yang akan diteliti yang didefinisikan secara jelas dengan karakteristik dan kuantitas tertentu.25 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah remaja. Remaja menurut Mappiare sebagaimana yang dikutip oleh Mohammad Ali dan Mohammad Asrori dalam buku Psikologi Remaja menyebutkan bahwa masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.26 Remaja di dukuh Buntit (RW 05) desa Tumbrep kecamatan Bandar kabupaten Batang berjumlah 121 remaja.27
24
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Cet 12 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 127. 25
Salafudin, Statistika Terapan untuk Penelitian, Cet 3 (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2009), hlm. 11. 26
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja, Cet 7 (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hlm. 9. 27
Dokumentasi Data Penduduk Desa Tumbrep Kecamatan Bandar Kabupaten Batang, 14 Maret 2016
17
b. Sampel Sampel merupakan bagian atau wakil populasi yang diteliti. Kemudian dalam menentukan jumlah sampel menurut Suharsimi Arikunto apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar atau lebih dari 100, maka dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.28 Berdasarkan pendapat di atas, maka peneliti akan mengambil 25% dari keseluruhan populasi tersebut. Dengan perhitungan 25% x 121 = 30,25 dan dibulatkan menjadi 30. Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah 30 remaja. Adapun dalam pengambilan sampel ini, peneliti akan menggunakan teknik proportionate stratified random sampling
yaitu pengambilan sampel secara acak dan
proporsional. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Metode Angket Metode angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.29 Metode ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data tentang pendidikan agama Islam dalam keluarga dan perilaku keagamaan remaja di dukuh Buntit 28 29
Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 134.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D) (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 199.
18
(RW 05) desa Tumbrep kecamatan Bandar kabupaten Batang. Metode ini sebagai metode utama dalam penelitian ini. b. Metode Observasi Metode observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap objek baik secara langsung maupun tidak langsung.30 Metode ini peneliti gunakan untuk mengamati dan mengetahui pendidikan agama Islam dalam keluarga dan perilaku keagamaan remaja di dukuh Buntit (RW 05) desa Tumbrep kecamatan Bandar kabupaten Batang. Metode ini sebagai metode pendukung dalam penelitian ini. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya.31 Metode ini digunakan untuk mencari atau memperoleh data-data atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan data penduduk mengenai keluarga yang memiliki anak usia remaja dan data terkait dengan gambaran umum dan profil dukuh Buntit (RW 05) desa Tumbrep kecamatan Bandar kabupaten Batang. Metode ini sebagai metode pendukung dalam penelitian ini.
30
Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm. 115.
31
Ibid., hlm. 204.
19
5. Teknik Analisis Data a. Analisis Pendahuluan Analisis ini diawali dengan pemberian skor pada jawaban subyek kemudian data yang terkumpul dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi. Adapun untuk memudahkan dalam menghitung jawaban angket maka digunakan alternatif sebagai berikut: 1) Untuk alternatif jawaban A diberi skor 4 2) Untuk alternatif jawaban B diberi skor 3 3) Untuk alternatif jawaban C diberi skor 2 4) Untuk alternatif jawaban D diberi skor 1 b. Analisis Uji Hipotesis Dalam melakukan analisis uji hipotesis ini peneliti akan menggunakan rumus persamaan regresi sederhana sebagai berikut: Y
= a +bX
Dimana: Y
= variabel dependen
a
= intersep (titik potong kurva terhadap sumbu Y)
b
= gradien/ kemiringan kurva linear, disebut juga sebagai koefisien regresi sederhana
X
= variabel independen Pada analisi regresi, hubungan antara variabel Y dengan variabel
X dinyatakan sebagai persamaan regresi yang merupakan persamaan estimasi linear. Persamaan tersebut dinyatakan sebagai berikut:
20
Y
= a + bX
Dimana: Ŷ
= Y hat/ Y topi adalah nilai estimasi Y
a
= intersep kurva estimasi/ konstanta
b
= gradien/ kemiringan kurva estimasi disebut juga sebagai koefisien regresi
X
= nilai X Hubungan antara X dan Y hanya merupakan estimasi linear,
bukan hubungan yang sebenarnya. Karena dalam kenyataannya hubungan tersebut tidak sepenuhnya linear, melainkan ada faktor eror (ɛ). Secara pasti hubungan antara Y dan X dinyatakan: Y
= a +bX + ε
Nilai a dan b didapat dengan rumus: a= - b
Dimana: = nilai rata-rata Y = nilai rata-rata X n
= jumlah data yang digunakan sebagai sampel Selanjutnya menghitung kesalahan standar estimasi. Kesalahan
standar estimasi (Se) menunjukkan ketepatan persamaan estimasi untuk menjelaskan nilai variabel dependen yang sesungguhnya.
21
Semakin kecil nilai kesalahan standar estimasi, semakin tinggi ketepatan persamaan estimasi yang dihasilkan untuk menjelaskan nilai variabel dependen yang sesungguhnya. Sebaliknya semakin besar nilai kesalahan standar estimasi semakin rendah ketepatan persamaan estimasi yang dihasilkan untuk menjelaskna nilai variabel dependen yang sesungguhnya. Kesalahan estimasi didapat dengan rumus:
Kemudian menentukan nilai t test (t hitung) dengan rumus:
Dimana: b = koefisien regresi =0 Sb = kesalahan standar koefisien regresi, ditentukan dengan rumus:
22
c. Analisis Lanjut Selanjutnya membuat interpretasi dengan membandingkan nilai t hasil perhitungan dengan nilai t pada tabel (untuk taraf signifikan 5% dan 1%) dengan ketentuan sebagai berikut: Jika ttest ttabel maka Ho ditolak, Ha diterima. Maka disimpulkan variabel X (independen) berpengaruh secara signifikan terhadap varaiabel Y (dependen). Jika ttest ttabel maka Ho diterima, Ha ditolak. Maka disimpulkan variabel X (independen) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap varaiabel Y (dependen).32 G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yang masingmasing bab terdapat sub-sub bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut: Bab I
: Pendahuluan, yang meliputi: latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab II
:
Landasan Teori, yang meliputi: (1) konsep pendidikan
agama Islam dalam keluarga, terdiri dari pengertian pendidikan agama Islam, dasar pendidikan agama Islam, fungsi pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan agama Islam, materi pendidikan agama Islam dalam keluarga, metode pendidikan agama dalam keluarga, dan tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak. (2) Perilaku keagamaan remaja yang meliputi,
32
Salafudin, op.cit., hlm. 147-152.
23
pengertian perilaku keagamaan remaja, ruang lingkup perilaku keagamaan remaja, dan faktor-faktor yang memengaruhi perilaku keagamaan remaja. Bab III
: Hasil Penelitian, meliputi: gambaran umum desa Tumbrep
kecamatan Bandar kabupaten Batang, uji validitas dan reliabilitas instrumen pendidikan agama Islam dalam keluarga dan perilaku keagamaan, serta data penelitian yang meliputi pendidikan agama Islam dalam keluarga dan perilaku keagamaan remaja di dukuh Buntit (RW 05) desa Tumbrep kecamatan Bandar kabupaten Batang. Bab IV : Analisis Pengaruh Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga terhadap Perilaku Keagamaan Remaja, meliputi: analisis pendidikan agama Islam dalam keluarga, analisis perilaku keagamaan remaja, dan analisis pengaruh pendidikan agama Islam dalam keluarga terhadap perilaku keagamaan remaja. Bab V : Penutup, meliputi: simpulan dan saran.