1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Makah adalah nama kota yang pertama kali yang ada di bumi ini. Karena nabi Adam AS adalah orang pertama yang mukim di tempat ini, kemudian disinilah keturunannya berkembang kesegala penjuru bumi. Ketika nabi Adam pertama kali tinggal disini beliau meminta kepada Allah SWT agar di selamatkan dari iblis yang telah menggodanya disurga, kemudian para malaikat turun ke bumi mengelilingi tepat nabi Adam AS untuk menjaga agar iblis tidak dapat mencapainya, lantas tempat para malaikat berjaga itulah yang kemudian disebut batas tanah haram Makah1. Datang kekota ini adalah suatu kewajiban bagi umat islam dimanapun dia berada yaitu untuk haji dan umroh. Haji merupakan ritual besar yang masih terus dijaga selama ribuan tahun. Haji berasal dari ritual yang di lakukan bapaknya para nabi (Nabi Ibrahim AS), ibunda Siti Hajar dan nabi Ismail sebagai putranya, bahkan sejak nabi Adam AS dan ibunda Siti Hawa. Haji adalah salah satu rukun islam yang dilaksanakan oleh setiap muslim yang mampu mengerjakannya sekali dalam seumur hidup, mampu secara individu meliputi kesehatan jasmani dan rohani, mampu secara ekonomi meliputi biaya hidup bagi dirinya dan keluarganya yang 1
Ali Murtadlo Bunyamin, Makah-Madinah dan Sekitarnya (Madinah: Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Madinah, 1995), 1.
1
2
ditinggalkan, serta cukup pengetahuan agama tentang ibadah haji (manasik haji)2 . Haji merupakan ibadah yang boleh dikatakan paling berat dibanding ibadah wajib lainnya. Namun sebagai ibadah diharapkan dapat sempurna, dengan demikian dibutuhkan pesiapan-persiapan maksimal pada semua sisi dalam pelaksanaan ibadah haji. Berangkat ke tanah suci harus memiliki sikap mental yang membaja, teguh menghadapi berbagai tantangan. Dan didalam ibadah haji dilatih antara lain : 1. Hidup dalam pengorbanan 2. Hidup dalam darurat dan bersahaja 3. Selalu mangendalikan nafsu dan emosi 4. Penuh rasa kasih sayang diantara sesama 5. Berjuang ikhlas tanpa pamrih 6. Hidup dalam suasana ibadah dan ketundukan hati kepada Allah SWT3 Dalam ibadah haji yang kedudukannya sebagai ibadah baku, maka sudah semestinya memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya, bahkan sunah sunahnya demi kesempurnaan
ibadah, maka haji wajib (yang pertama)
semampunya mesti dilakukan sebaik mungkin, sesuai dengan bimbingan Rasulullah SAW, yang menegaskan :
2 Syeikh Hasan Ayyub, Pedoman Menuju Haji Mabrur: Manasik Haji Lengkap Fiqih, Sejarah dan Pluralisme Pemikiran Para Ulama’, Terj. Said Agil Husin al-Munawar (Jakarta Selatan: PT Wahana Dinamika Karya, 2002), iii. 3 Amrizal Arif, Petunjuk Manasik (Malang : Ulil Abshor, 2000), 10.
3
% ِ $ْ > َ? َل َ =ُ ْ<;ُ % ِ $ْ 98 َ )ْ , ِ ْ%, َ 7ً )ْ 5ِ 4 َ َ& ٍم1 ْ 0 َ % ِ $ْ / ّ -ِ, َ َ&ا ِه ْ) َ* َو$ْ إ% ِ $ْ # َ " َ! ْ َ َ َِإ َ ً&ا$ِ 4 َ Kَ 5ِ ! َ Jُ =I أ,&)ْ $َ GFE<ْا$ُ َأ/=ِ &َ Cَ 0 ْ َأ.D ٍ ;ْ &َ 4 ُ % ِ $ْ ْ%, َ 98 َ )ْ , ِ =َ &َ Cَ 0 ْ َأ: َ& ٍم1 ْ 0 َ َTَ وْاRُ 0 ُ Sْ Pَ Fِ "<ْ ُلLُ ;َ َو.&ِ " ْ I F َ;<ْ َم اJِ Pِ -َ ِ َر9-َ, َ َ;&ْ ِم.م. ص/ I Cِ I F َاN ُ ;ْ َرَأ:<ْ ُلLُ ;َ "]ِ Rِ َه/Pِ \ َ َ َ 7ْ $َ D E ُ َأFَ / X -7َ Fَ َأدْ ِريY /=X Wِ Vَ ."ْ*Uُ Uَ ! ِ Artinya: 'Isa menceritakan kepada kami dari Ibn Juraij. diceritakan oleh Abu Zubair; sesungguhnya dia mendengar Jubair pernah mengatakan: "aku pernah melihat Nabi SAW melempar jumrah diatas kendaraannya pada hari kurban seraya bersabda: "Hendaklah kamu ambil manasikmanasikmu." Aku tidak tahu apakah setelah haji yang tengah aku jalani itu aku tidak pernah bisa lagi melakukan ibadah haji."4
Dari hadits di atas dapat difahami bahwa mempelajari manasik itu sendiri hukumnya wajib ‘ain bagi calon jamaah haji.5 Manasik adalah sama maksudnya dengan kaifiyah yang berarti tatacara pelaksanaan ibadah. Hanya saja kalaau istilah kaifiyah biasa dipakai untuk ibadah sholat, maka manasik menjadi istilah bagi ibadah haji. hal ini merujuk pada ungkapan baginda nabi Muhammad SAW ibn Abdullah.” Ambillah oleh kalian dariku manasik atau tata cara haji kalian “ Madrasah Miftahul Huda adalah madrasah diniyah yang didalamnya diajarkan pendidikan agama islam yang merujuk kepada kitab-kitab salaf (kitab kuning) dimana didalam pembelajaran fiqih sendiri seorang guru tidak cukup menyampaikan materi tentang hukum-hukum ibadah tetapi harus dapat
4
Abi al-Husain Muslim, Shahîh Muslim Juz 1 no 1297 (Lebanon: Dâr al-Fikr, 1991),
595. 5
Abu Zakariyya Yahya al-Nawawi, al-Idhah dalam Hasyiyah Ibnu Hajâr (MakkahRiyad: Maktabat Nizar Musthofa al-Baz, 2000), 38.
4
mengembangkan pengetahuan dan ketarampilan murid secara aktif dan inovatif. Salah satu keterampilan dalam fiqih yang penulis temukan adalah pendidikan manasik haji. Berangkat dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian diMadrasah Miftahul Huda Pon Pes Darul Huda Mayak Ponorogo. Dengan ini penulis mengangkat judul penelitian : “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MANASIK HAJI DI MADRASAH MIFTAHUL HUDA PONDOK PESANTREN DARUL HUDA MAYAK PONOROGO B. Fokus Penelitian. Mengingat luasnya masalah, cakupan pembahasan, terbatasnya waktu, dan dana, maka penelitian ini penulis fokuskan sebagai berikut : 1. Implementasi pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda 2. Latar belakang diadakannya pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda 3. Manfaat latihan pendidikan manasik haji bagi siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda 4. Faktor pendukung dan penghambat pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda
C. Rumusan Masalah.
5
Berdasarkan latarbelakang dan fokus penelitian di atas, maka penulis merumuskan penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana implementasi pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda ? 2. Apa latar belakang diadakannya pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda? 3. Apa manfaat pendidikan manasik haji bagi siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda ? 4. Apa faktor pendukung dan penghambat pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda?
D. Tujuan Penelitian.
Berangkat dari rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menjelaskan tentang : 1. Implementasi pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda ? 2. Latar belakang diadakannya pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda? 3. Manfaat pendidikan manasik haji bagi siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda ? 4. Faktor pendukung dan penghambat pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda? E. Manfaat penelitian.
6
1. Diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan serta khasanah keilmuan dibidang pendidikan khususnya tentang masalah tata cara manasik haji dan umrah. 2. Sebagai sumbangan terhadap ilmu pengetahuan agama bagi Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda. 3. Menjadi dasar penelitian selanjutnya, terutama dalam pelatihan bimbingan manasik haji.
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis pendekatan menggunakan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (Natural Setting) yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskreptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Mengapa demikian, karena penelitian ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi
kedalam
variable
atau
hipotesis,
tetapi
perlu
memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan6. Analisa dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisis induktif, yang mana metode ini bertitik tolak dari hal-hal yang khusus untuk
6
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 2003), 3.
7
kemudian menarik kesimpulan umum atas dasar aspek-aspek yang sama pada hal-hal yang khusus tersebut7 Adapun jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu jenis penelitian studi kasus,8 yang mana penelitian ini memiliki tujuan untuk mempertahankan keutuhan dari obyek, artinya data yang dikumpulkan dalam rangka studi kasus dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi.9 2. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan
berperan
serta,
sebab
peranan
penelitilah
yang
menentukan keseluruhan skenarionya. Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrument kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrument yang lain sebagai penunjang. 3. Lokasi Penelitian Madrasah Miftahul Huda dikota Ponorogo tepatnya di Jalan Ir. H. Juanda nomor 38 Gg. VI Desa Mayak, Kelurahan Tonatan, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Propinsi Jawa Timur.
7
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach I (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1987), 46. 8 Studi Kasus yaitu Suatu deskripsi intensif dan anallisis fenomena tertentu atau satuan sosial seperti individu, kelompok, institusi, atau masyarakat.studi dapat di gunakan secara tepat dalam banyak bidang. Di samping itu merupakan penyelidikan secara rinci, satu setting, satu obyek tunggal, satu kumpulan dokumen atau satu kejadian tertentu. Lihat dalam Bogdan dan Biklen, Qualitativere Search For Education an Intrucduction to Theory and Method. (Boston Allin And Bacon, 1982) 9 Imron Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan (Malang: Kalimasahada Press, 1996), 57.
8
Peneliti tertarik untuk melakukan peneltian di Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda karena ada keunikan dan sesuai dengan topik yang peneliti pilih. Dengan pemilihan lokasi ini, peneliti diharapkan menemukan hal-hal yang bermakna dan baru. 4. Sumber Data a. Data Data adalah hasil pencatatan peneliti baik berupa angka maupun fakta.10 Adapun data yang diperlukan peneliti dalam penelitian ini adalah gambaran umum tentang penelitian yang meliputi, sejarah berdirinya Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda, letak geografis, para dewan asatidz, struktur organisasi, sarana dan prasarana dan lain-lain. b. Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ini adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya.11 Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.12 Sumber data dari penelitian ini adalah kata kata dan tindakan, dari
10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 99. 11 Yang dimaksud dengan kata-kata dan tindakan di sini adalah kata- kata dan tindakan dari orang- orang yang diamati atau diwawancarai. Sumber data ini dicatat melalui catatan tertulis, pengambilan foto. Sedangkan sumber data tertulis merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. lihat dalam Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 112.
9
sumber informan atau subyek penelitian diMadrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda dengan segala fasilitasnya, diantaranya kepala sekolah beserta stafnya, dewan asatidz serta siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda. Sedangkan sumber data skunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi, diantaranya sumber data tertulis, foto, inventaris, statistik serta lainnya yang diperlukan. 5. Prosedur Pengumpulan Data. Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Metode Interview Interview
adalah
pengumpulan
informasi
dengan
mengajukan sejumlah petanyaan secara lisan untuk dijawab, yang dilakukan secara kontak langsung antara interviewee dengan interviewer.13 Dalam penelitian ini data diperoleh melalui wawancara, adapun orang-orang yang dijadikan subyek wawancara adalah kepala Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda, beserta stafnya, dewan asatidz, serta para siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda. Kemudian hasil wawancara dari masing masing informan tersebut penulis jadikan sebagai sumberdata utama yang dimasukkan dalam catatan tertulis
13
Suharsimi, Prosedur Penelitian, 165.
10
yang kemudian disajikan dalam skripsi ditulis lengkap dengan kode-kode dalam transkip wawancara. b. Metode Observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala gejala yang tampak pada obyek penelitian.14 Pengamatan dapat diklasifikasikan atas pengamatan berperan serta dan pengamatan tidak berperan serta.15 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengamatan penelitian berperan serta, yaitu sebagai pengamat sekaligus menjadi anggota resmi kelompok yang diamati.16 Hasil observasi dalam penelitian ini, dicatat dalam Catatan Lapangan (CL), sebab catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif ini peneliti mengandalkan pengamatan dan wawancara dalam pengumpulan data dilapangan. c. Metode Dokumenter Metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis berupa Arsip, Buku-buku, Konsep hukum, dan sebagainya yang ada kaitannya dengan penelitian.17 Metode dokumenter dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data lapangan tentang sejarah berdirinya Madrasah
14
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 158. Moleong, Metodologi Penelitian, 126. 16 Ibid., 127. 17 Ibid., 181. 15
11
Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda, Struktur organisasi, jumlah siswa dan asatidz, serta keadaan sarana dan prasarana Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda. Hasil pengumpulan data melalui cara dokumentasi ini, dicatat dalam format transkip dokumentasi. 6. Analisis Data. Teknis analisis data18 dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif19, mengikuti konsep yang di berikan Miles, Huberman dan Spradley. Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secar terus-menerus pada setiap tahap penelitian sehingga sampai tuntas dan data sampai jenuh. Aktifitas dalam analisis data meliputi Data Reduction, Data Display, Conclution20. Langkahlangkah ini di tunjukkan pada gambar di bawah ini.
Pengumpulan Data 18
Penyajian Data
Analisis data adalah proses mancari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis dapat dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih yang mana yang penting, dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. 19 Bogdan dan Biklen, Qualitative Recearh For Education, An Introduction Tomtheory And Methods (Boston: Allyn And Bacon, 1982), 180. 20 Ibid., 180.
12
Reduksi Data
Kesimpulankesimpulan.penarikan /verivikasi
Langkah pertama adalah mereduksi data dalam konteks penelitian yang di maksud merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, membuat ketegori. Dengan demikian data yang telah direduksikan memberikan gambaran yang lenih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Setelah data direduksi langkah selanjutnya adalah mendisplay data atau menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk singkat, bagan, grafik, matrik, netwok, dan cart. Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif dalam penelitian adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. 7. Pengecekan Keabsahan Temuan. Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reabilitas),21 Derajad kepercayaan keabsahan data (kredebilitas data) dapat diadakan pengecekan dengan teknik :
21
Moleong, Metodologi Penelitian, 171.
13
a. Pengamatan yang tekun. Ketekunan
pengamatan
yang
dimaksud
adalah
menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dalam persoalan atau isu yang sedang dicari. b. Triangulasi. Teknik tringulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.22 Hal itu dapat dicapai penulis melalui : 1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. 3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. 4) Membandingkan keadaan dan persektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan. 5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
22
Ibid., 178.
14
8. Tahapan-Tahapan Penelitian. Tahapan penelitian ini adalah : a. Tahap Pra-Lapangan : Menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan
informan,
menyiapkan perlengkapan penelitian, dan yang menyangkut persoalan etika penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan : Memahami latar penelitian, dan persiapan diri memasuki lapangan dan berperanserta sambil mengumpulkan data c. Tahap analisis data : Analisis selama dan setelah pengumpulan data. d. Tahap penulisan hasil laporan penelitian. 9. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dimaksudkan untuk memudahkan dan memberikan gambaran kepada para pembaca terhadap maksud yang terkandung dalam skripsi ini. Adapun sistematik pembahasannya sebagai berikut : Bab I, Merupakan bab pendahuluan yang berfungsi sebagai gambaran umum untuk memberi pola pamikiran bagi keseluruhan skripsi yang meliputi : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
15
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Landasan Teori, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan. Bab II, Landasan teori mengenai implementasi pendidikan manasik haji, meliputi pengertian pendidikan manasik haji, tujuan pendidikan manasik haji, metode pembimbingan pendidikan manasik haji, media pendidikan manasik haji, materi pendidikan manasik haji, proses pelaksanaan ibadah haji Tamattu’ gelombang I dan II, pelaksanaan ibadah haji Qiran gelombang I dan II, pelaksanaan ibadah haji Ifrad gelombang I dan II Bab III, Data tentang pendidikan manasik haji. yang berfungsi mendiskripsikan
data
tentang
kondisi
obyektif
Implementasi
pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren
Darul Huda. Latar belakang di adakannya pendidikan
manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda. Data tentang manfaat diadakannya pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda. Data tentang faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda, serta bentuk penyajian data lapangan. .Bab IV, Analisa Implementasi Pendidikan Manasik Haji di Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda. Berfungsi menafsirkan dan menjelaskan data hasil temuan berisi analisa tentang
16
Implementasi pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda. Analisa tentang Latar belakang di adakannya Pendidikan Manasik Haji siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda. Analisa tentang manfaat diadakannya pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda. Dan Analisa tentang Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Bab V, Merupakan titik akhir dari pembahasan skripsi yang berisi tentang kesimpulan dan saran serta penutup yang terkait dengan hasil penelitian.
17
BAB II PENDIDIKAN MANASIK HAJI
A. Pendidikan Manasik Haji. 1. Pengertian Pendidikan Manasik Haji. Pendidikan sering diterjemahkan dengan paedagogie., sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan. Paedagie sendiri lebih menitik beratkan pada praktek yaitu bagaimana kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik dan lancar. Paedagogie berasal dari bahasa yunani, terdiri dari kata pais yang berarti anak dan again yang berati membimbing, jadi paedagogie yaitu bimbingan yang di berikan pada anak.23 Dalam al-Qur’an tidak ditemukan kata al-Tarbiyâh, namun terdapat istilah lain seakar dengannya, yaitu : al-Râbb, Rabbanî, Murabbî, Yurbî, dan Rabbanî. Sedangkan dalam hadits hanya ditemukan kata Rabbanî. Menurut Mu’jam (kamus) kebahasaan. Kata al-Tarbiyah memiliki tiga akar kebahasaan. 1) ً )I $ِ ْ&َ – ْ<)ُ $ِ &;َْ – $َ ر َ : yang memiliki arti tambah (zâd) dan berkembang. hal ini senada dengan firman Allah SWT berikut ini:
( ٣٩ : &ومF )ا ِ ْ َاا, ِ <ا$ُ ْ&;َ Vَ س ِ I F َ<ا ِل اTْ َأ/Vِ <ا$ُ ْ&)َ Fِ $َ ْ ِر%Tِ ْ*Pُ )ْ َ َأTَ َو
23
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), 68.
17
18
Artinya: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka rinba itu tidak menambah pada sisi Allah…”(ar Rûm : 39)24
2)ً )I $ِ ْ&َ – <)ُ $ِ ْ&;َ – 9$َ َر: yang memiliki arti tumbuh (nasya’) dan menjadi besar (tara’ ra’a)
3)ً )I $ِ ْ&َ – ب E &َ ;ُ – ب I َر: yang memiliki arti memperbaiki (ashlaha), menguasai urusan, memelihara, merawat, menunaikan. 25 Imam al-Baidhawi (685 H) mengatakan bahwa pada dasarnya alRabb itu bermakna Tarbiyah yang bermakna lengkapnya adalah “Menyampaikan sesuatu hingga mencapai kesempurnaan”. 26 Dalam buku mufrodat al-Raghib al-Asfahani (meninggal tahun 502)
mengatakan bahwa al-Rabb) berarti Tarbiyah yang ma’na
lengkapnya adalah menumbuhkan perilaku demi perilaku secara bertahap hingga mencapai batas kesempurnaan. Ustadz Abdurrahman al-Bani (1397) pun mengambil konsep pendidikannya dari akar-akar tersebut. Lebih jauh lagi, al-Bani menyatakan bahwa di dalam pendidikan itu tercakup tiga unsur berikut: yaitu menjaga dan memelihara anak, mengembangkan bakat dan potensi anak sesuai dengan kekhasan masingmasing mengarahkan potensi dan bakat agar mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Dan seluruh proses diatas dilakukan secara bertahap sesuai
24
Al-Qur’an, al-Rum: 39. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 14. 26 Abdurahmân al-Nahlawî, Pendidikan Islam: Di Rumah, Sekolah, Dan Masyarakat (Jakarta: Gema Insani Press), 21. 25
19
dengan konsep “sedikit demi sedikit “ nya al-Baidhawi atau “perilaku demi perlaku” nya al-Raghib.27 Manasik adalah sama maksudnya dengan Kaifiyah yang berarti Tata cara pelaksanaan ibadah. Hanya saja kalau istilah kaifiyah biasa dipakai untuk ibadah sholat, maka kata manasik menjadi istilah bagi “Ibadah Haji”.28 hal ini merujuk pada ungkapan baginda nabi Muhammad SAW ibn Abdullah.
> َ =ُ ْ<ُ; % ِ ْ$ 9َ8)ْ , ِ ْ%, َ ً7)ْ 5ِ 4 َ ٍ َ&م1 ْ 0 َ % ِ $ْ / ّ -ِ , َ &َا ِه ْ) َ* َو$ْ إ% ِ $ْ # َ" َ! ْ َ ََإ َ Jُ I=أ,&ْ)$َ GEFُ<ْا$ َأ/ِ=&َ Cَ 0 ْ َأ.D ٍ ;ْ &َ ُ4 % ِ ْ$ ْ%َ, 9َ8ْ), ِ َ=&َ Cَ 0 ْ َأ: َ& ٍم1 ْ َ0 % ِ $ْ ?َ َل ;َ <ْ َمJِ ِP-َ ِ َر9َ-, َ ;َ &ْ ِم.م. ص/ I ِCI F َاN ُ ْ; َرَأ:ُ <ْ ُلL;َ &ًا$ِ َ4 Kَ 5ِ َ! /Pِ \ I َ َ 7ْ $َ D E َ َ َأ/-X7َ Fَ َ َأدْ ِري/=X WVَِ ."ْ*Uُ Uَ ! ِ َTَ وْاRُ 0 ُ Sْ Pَ Fِ "<ْ ُلLُ ;َ َو.&ِ " ْ I Fا "]ِ Rِ َه Artinya: 'Isa menceritakan kepada kami dari Ibn Juraij. diceritakan oleh
Abu Zubair; sesungguhnya dia mendengar Jubair pernah mengatakan: "aku pernah melihat Nabi SAW melempar jumrah diatas kendaraannya pada hari kurban seraya bersabda: "Hendaklah kamu ambil manasik-manasikmu." Aku tidak tahu apakah setelah haji yang tengah aku jalani itu aku tidak pernah bisa lagi melakukan ibadah haji."29 Pengertian Haji menurut bahasa adalah al-Qasd30 yaitu menyengaja. Sedangkan dalam istilah syara’nya haji adalah menyengaja ke Bait al-Haram untuk ibadah haji (Nusuk) disertai dengan melakukan
27
Abdurahmân al-Nahlawî, Pendidikan Islam: Di Rumah, Sekolah, Dan Masyarakat (Jakarta: Gema Insani Press), 21. 28 Sa’dun Zen Su, Perjalanan Haji-Umrah-Ziyarah (Pekalongan: Yayasan Ulil Abror, 2005), i. 29 Abi al-Husain Muslim, Shahîh Muslim no 1297 Juz 1 (Lebanon: Dâr al-Fikr, 1991), 595. 30 M. Nawawî bin Umar, Tausyih ‘Ala Ibni Qâsim (Jakarta: Dâr al-Kutub al-Islamiyah, 2002), 233.
20
beberapa rukun-rukunnya.31 Seperti dalam kitab majmu’ dijelaskan bahwa rukun adalah melakukan pekerjaan- pekerjaan atau amal perbuatan yang sesuai dengan dalilnya. Sehingga dari beberapa pengertian diatas secara sederhana disimpulkan bahwa pengertian pendidikan dan latihan manasik haji adalah usaha sadar dengan segala potensi untuk mengarahkan, membimbing dan menyampaikan tata cara pelaksanaan ibadah haji. 2. Tujuan Pendidikan Manasik Haji. Masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan. Penyelengaraan Pendidikan dan Latihan Manasik Haji hadir dilandasi dengan adanya tujuan-tujuan diantaranya: a. Membekali semua pihak terkait dengan pembinaan bimbingan ibadah haji dengan sebuah pedoman yang baku dalam melaksanakan ibadah haji. b. Pengorganisasian bimbingan ibadah haji dapat berjalan sesuai dengan kebijakan perhajian. c. Sebagai
acuan
melaksanaan
pembinaan
dalam
meningkatkan
pelayanan kepada calon jamaah haji.32 d. memperkenalkan anak-anak pada kewajiban berhaji sejak usia dini adalah supaya anak-anak memiliki keinginan untuk berhaji ketika ia telah dewasa.
31
Ibid. Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis Pengorganosasian Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (Jakarta: Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2004), 3. 32
21
3. Metode Pembimbingan Pendidikan Manasik Haji. Menurut Sardiman,33 motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya dikarenakan adanya pengaruh atau perangsang dari luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan minat belajar seseorang.
Berangkat dari konsepsi dalam kegiatan belajar mengajar ternyata tidak semua anak didik memiliki daya serap yang optimal, maka perlu strategi belajar mengajar yang tepat. Metodelah
jawaban yang
paling tepat, metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan pembellajaran. Jadi, guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efisien untuk mencapai tujuan.
Dalam desain pembelajaran pendidikan dan latihan manasik haji metode pelatihan bimbingan manasik haji di sesuaikan dengan bentuk, kondisi tingkat pengetahuan peserta sehingga mempermudah pemahaman. Adapun metode yang digunakan dalam pendidikan dan latihan manasik haji antara lain :
a. Ceramah: penjelasan pembimbing kepeda peserta secara klasikal. Metode ceramah adalah metode yang dikatakan metode tradisional. Karena sejak dulu metode ini telah digunakan sebagai alat 33
90.
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Press, 1990),
22
komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. b. Tanya
Jawab:
kelanjutan
dari
ceramah
untuk
memberikan
pemahaman yang sempurna. Metode tanya jawab ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran melaui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik. Penggunaan metode ini bermaksud memotifasi anak didik untuk bertanya selam proses belajar mengajar. c. Peragaan : visualisasi setiap bagian pelajaran yang dicontohkan pembimbing dan diperagakan oleh peserta. d. Prakter lapangan atau simulasi, metode ini lebih dekat dengan istilah demonstrasi,sebagaimana pernyataan Syaiful Bahri Djamarah yaitu suatu
metode
yang
digunakan
untuk
memperlihatkan
atau
mempertunjukkan kepada siswa sesuatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari.34 Peserta secara bersama sama mempraktekkan seluruh pelaksanaan manasik haji dengan dipandu pembimbing. e. Diskusi: bertukar pikiran untuk mencapai beberapa kesimpulan pemahaman peserta.Diskusi memberikan alternatif jawaban untuk membantu memecahkan berbagai problem kehidupan. Dengan catatan persoalan yang akan didiskusikan harus dikuasai secara
34
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), 102.
23
mendalam. Diskusi terasa
kaku bila persoalan yang akan
didiskusikan tidak dikuasai.35 f. Sarasehan: peseta bersama-sama mempelajari manasik haji dengan pembimbing yang bertindak sebagai moderator atau fasilitator nara sumber. g. Konsultasi: peserta aktif bertanya tentang masalah haji, pembimbing menjawab atau menyelesaikan.36 4. Media Pembimbingan Pendidikan Manasik Haji. Media berfungsi sebagai alat bantu dalam
kegiatan belajar
mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong motifasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit, serta mudah difahami37. Menarik perhatian siswa, Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran, Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis (dalam bentuk kata kata tertulis atau lisan), Mengatasi keterbatasan ruang, Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif, Waktu pembelajaran lebih dikondisikan, Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar, Meningkatkan motivasi siswa
35
dalam
mempelajari
sesuatu
menimbulkan
gairah
belajar,
Ibid., 99. Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis Pengorganosasian Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (Jakarta: Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2004), 23. 37 Usman, Basyirudin dan Asnawir, Media Pembelajaran (Jakarrta: Ciputat Pers, 2002), 21. 36
24
Meningkatkan kadar keaktifan atau keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.38 Proses bimbingan akan berhasil apabila ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadahi. Adapun sarana pendidikan dan latihan manasik haji meliputi: 1) Buku panduan bimbingan calon jamaah haji a) Buku panduan perjalanan haji b) Bimbingan manasik haji c) Hikmah haji d) Tuntunan keselamatan, do’a dan dzikir ibadah haji. 2) Tempat atau ruang kelas yang memadahi beserta peralatan pembelajaran yang cukup. 3) Alat peraga dan alat bantu bimbingan calon jamaah haji : a) Pakaian Ihrom b) Flip chart Pembimbingan Manasik Haji c) VCD bimbingan Haji d) Maket masjidil Haram e) Maket masjidil Nabawi. f) Miniature Ka'bah g) Miniature Jamarat h) Miniature Mas'a
38
http://www.blogger.com/email-post.g? Penggunaan Media Dalam Proses Belajar Mengajar, diakses 12 Desember 2009
25
i) Poster masjidil Haram j) Poster Jamarat k) Poster Mas'a l) Peta kota Makah, masjidil Haram, Madinah, Arafah, Mina. m) Poster perjalanan haji Tamattu' n) Leaflet proses perjalanan ibadah haji o) Leaflet hak dan kewajiban calon jamaaah haji p) Alat Bantu; OHP, layer, video player (VCD) 39 5. Materi Pembimbingan Pendidikan Manasik Haji. a. Hukum Haji dan Umrah Hukum Haji sebagai rukun islam yang ke-lima hukumnya wajib bagi setiap muslim yang mukallaf, merdeka dan berkemampuan sekali dalam seumur hidup. Yang dimaksud berkemampuan adalah terpenuhinya perbekalan, kendaraan, kesehatan, keamanan, dan peluang atau kesempatan. Hukum Umrah hukumnya wajib sekali seumur hidup sebagaimana wajibnya haji. b. Perbedaan Haji dan Umrah Umrah dapat dilakukan kapan saja, kecuali waktu – waktu yang dimakruhkan (hari Arafah, Nahar, dan Tasyrik). Sedangkan haji adalah ditentukan waktunya.
39
Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis, 23
26
c. Perbedaan Rukun Haji dan Wajib Haji Rukun haji tidak dapat ditinggalkan. Apabila tidak dapat dipenuhi maka hajinya batal. Sedangkan wajib haji adalah ketentuan yang apabila dilanggar maka hajinya tetap sah, tetapi wajib membayar dam. 40 d. Macam-macam Pelaksanaan Haji 1) Haji Ifrad : pelaksanaan haji kemudian setelah haji diteruskan melaksanakan umrah41. Cara berhaji ini tidak dikenakan Dam. 2) Haji Tamattu’ adalah melaksanakan umrah kemudian baru melaksanakan haji pada tahun itu juga. Cara berhaji seperti ini dikenakan dam nusuk. 3) Haji Qiran Haji Qiran adalah melaksanakan haji dan umrah didalam satu niat dan satu pekerjaan sekaligus, cara ini wajib membayar dam nusuk.42 e. Syarat Haji dan Umrah. 1) Syarat wajibnya Haji dan Umrah Syarat wajibnya haji dan umrah yaitu sesuatu yang karenanya, maka diwajibkan ibadah haji dan umrah kepada seseorang. Adapun syarat-syarat wajib haji dan umrah adalah: (a) Islam (b) Baligh
40 Departemen Agama RI, Bimbingan Manasik Haji. (Jakarta : BMI dan Penyelenggaraan Haji, 2003), 17. 41 Abi Hamid al-Ghazalî, al Wajîz (Beirut-Lebanon: Dâr al-Fikr, 1994), 96. 42 KBIH al-Nahdziah, Buku Petunjuk Perjalanan Ibadah Haji, 1.
27
(c) Berakal sehat (d) Merdeka (bukan budak) (e) Mampu atau Istithâ’ah 43 2) Syarat sahnya Haji dan Umrah Syarat sahnya haji dan umrah yaitu sesuatu yang karenanya ibadah haji menjadi sah. Adapun syarat-syarat sahnya haji dan umrah adalah : (a) Islam (b) berakal f. Rukun Haji dan Umrah. Rukun haji adalah bagian dari haji dan umrah, yang mana berhubungan dengan sahnya keduanya, yang tidak bisa di bayar dengan Dam (denda) atau yang selainnya. secara sederhana diartikan suatu pekerjaan yang harus dilakukan sendiri secara sempurna, tidak boleh diwakilkan atau diganti dengan yang lainnya. Apabila salah satu dari rukun haji atau umrah tidak terpenuhi atau dikerjakan tidak sesuai dengan ketentuan maka haji atau umrahnya tidak sah. Adapun rukun haji ada 5 (lima) adalah : 1) Ihram Ihram adalah rukun dari beberapa rukunnya ibadah haji. Ihram didefinisikan niat mengerjakan haji atau umrah dengan mengharamkan hal-hal yang dilarang selama berihram.44
43
M. Nawawî, Tausyih, 233- 235.
28
9Fَ 7َ َ ِ ِ Jِ $ِ N ُ Tْ &َ ْ َ& َة وَأ5ْ 7ُ Fْ َأو اD I" َ Fْ اN ُ ;ْ <َ =َ Dan apabila haji atau umrah untuk orang lain maka niat ihramnya adalah :
9Fَ 7َ َ ِ ِ Jِ $ِ N ُ Tْ &َ ْ ن َوَأ ٍ Vُ ْ%, َ َ& َة5ْ 7ُ Fْ َأواD E" َ Fْ اN ُ ;ْ <َ =َ 2) Wukuf di Arofah Wukuf secara bahasa adalah berhenti atau berdiam diri. Wukuf diArafah adalah hadir atau berhenti atau berdiam diri diArafah dalam keadaan ihram dalam rangka memenuhi manasik haji,45 Wukuf di arafah yang dilakukan jamaah haji dengan hanya berbaju dua lembar kain, diharapkan timbulnya suatu penghayatan bahwa manusia yang berkumpul bersama dipadang Arafah bagaikan
berkumpulnya
manusia
nanti dipadang mahsyar,
dibangkitkan kubur dimana manusia tidak mempunyai kekuatan apapun dihadapan Khaliq nya. Dalam hal ini banyak hadits yang menyebutkan keutamaan hari Arafah. Diantara hadits itu adalah
% ُ ْ$ ا ِ ْ ُاC, َ َ=Sَ Cَ =ْ َ ِ& َأ7ْ 4 َ ْ<ُ$ى َأ ّ &ِ ْ ِ5Fْ ْ) ٍ ا7ِ َ! % ُ $ ن ُ َْ َ َ َ هَ ُرو > َ =ُ ْ<ُ; N ُ 7ْ 5ِ َ! : ?َ َلJِ ْ)$ْ َِأ%َ, &ٍ ْ)Uَ $ُ % ُ ْ$ ُ َT&َ ْ Tَ / ِ=&َ Cَ 0 ْ َأ ٍ َْوه ن I َأ: َ 1 َ ِ, َ ْNَF?َ : ?َ َل ِ )I 8 َ ُ5Fْ ا/ِ$ْ َأ%َ, ُ<ْ ُلL;َ ف َ ْ<8 ُ ُ; %ْ$ ِ ا# ِ َP7ْ ;َ ْْ َأن%ِT &َ َْ ?َ<ْ ٍم َأ ْآ%Tِ َT :م ?َ َل. ص َ َر!ُ<ْ ُل ا GI َ, ْ<=ُ ُ َ)Fِ Jُ I=َ َ َوَأV&َ , َ ْ ;َ<ْ ِم%ِT ِرIF ا% َ ِT اC, Jِ ْ)Vِ 4وG,
44 45
Sa’id, Busyr al-Karîm., 93. M. Nawawî, Tausyîh. 235.
29
ِء؟Yُ ََ َأ َر َد هT ُ <ْ ُلL)َ Vَ ُ َUِ 5َ Fْ ِ ُ* ا$ِ 9َ ِهC;ُ ٌ* ْ ِإI َ4َو Artinya : Mewartakan kepada kami Harun bin Said al-Mishrî Abu Ja’far memberitakan kepada kami Abdullah bin Wahb mengkhabarkan kepadaku Mahkzamah bin Bukair dari ayahnya dia berkata. “ ‘Aisyah berkata : bahwasanya Rasulullah bersabda : “ Tiada hari yang Allah SWT lebih banyak melepaskan hamba dari neraka dari pada hari Arafah dan sesungguhnya Allah benar-benar mendekat lantas dia membanggakan mereka kepada para malaikat seraya berfirman : “ Apa yang mereka kehendaki?”46 3) Thowaf Thawaf adalah berjalan mengelilingi Ka’bah atau Baitullah sebanyak 7 kali putaran. Posisi Ka’bah berada di sebelah kiri, dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir pada Hajar Aswad pula. Thawaf ada 5 macam : Thawaf Qudum, Thawaf Ifadlah, Thawaf Umrah, Thawaf Sunnah, Thawaf Wada’ 4) Sa’i Sa’i adalah menempuh perjalanan dari bukit shafa ke bukit marwah dan sebaliknya sebanyak 7 kali dengan dimulai dari bukit shafa dan berakhir dibukit marwah, dengan syarat dan tata cara tertentu. 5) Mencukur rambut kepala dan tertib. Tahalul adalah keadaan seseorang yang telah dihalalkan (diperbolehkan) melakukan perbuatan yang sebelumnya dilarang selam ihram.
46
199.
Ibn Mâjah, Sunan Ibn Mâjah, no. 3014, Juz II (Beirut-Lebanon : Dâr al-Fikr, 1994),
30
Tahalul Awal, ialah keadaan seeorang yang telah melakukan 2 amalan dari 3 amalan haji, yaitu melontar jumrah aqabah, memotong atau menggunting rambut serta thawaf ifadhah dan Sa’I, dua perbuatan itu misalnya : melontar jumrah Aqabah dan bercukur, atau thawaf ifadah serta Sa’i dan bercukur. Tahalul Tsani, ialah keadaan seeorang yang telah melakukan 3 amalan haji yaitu: melontar jumrah Aqabah, bercukur dan Thawaf serta Sa’i. Sesudah tahalul tsani diperbolehkan mengerjakan semua larangan selama ihram termasuk hubungan suami istri.47 Adapun rukun
umrah ada 4 (lima) selain wukuf yang
menjadi rukun haji yaitu : a) Ihram b) Thowaf c) Sa’i d) Memotong atau mencukur rambut kepala dan tertib.48 g. Wajib Haji dan Umrah. Wajib Haji adalah pekerjaan-pekerjaan yang harus dipenuhi. Apabila dilanggar, haji dan umrahnya tetap sah tetapi diwajibkan menebus dengan Dam, Puasa, atau Fidyah. Disamping itu pula apabila sengaja meninggalkannya maka berdosa. Wajib haji diantaranya:
47 48
Ibid., 17-18. Sa’id, Busyr al-Karîm, 93.
31
1) Ihram dari miqat Miqat dalam pengertian bahasa adalah batas.49Miqat dalam pengertian syara’adalah batas atau ketentuan waktu atau tempat pelaksanaan ibadah haji dan umrah.adapun miqat haji adalah : (1) Miqat Zamani adalah ketentuan batas waktu atau masa dapat melaksanakan ibadah haji dan umrah. (2) Miqat Makanni adalah ketentuan batas tempat dapat melaksanakan ibadah haji dan umrah. Miqat Zamani Haji Untuk ibadah haji miqat zamaninya adalah bulan syawal sampai dengan malam tanggal 10 Dzulhijah50 Adapun Miqat makanî umrah bagi orang-orang Makah, baik penduduk asli maupun pendatang yang telah bermukim diMakah (seperti jammah haji Indonesia) maka miqatnya dari tanah halal dan yang paling utama adalah Ji’ronah, Tan’im, Hudaibiyah. Bagi yang bermukim di Makah sama dengan miqat makani haji 2) Mabit di Muzdalifah Mabit artinya bermalam atau istirahat. Mabit dimuzdalifah adalah bermalam atau berhenti walaupun sejenak diMuzdalifah pada malam tanggal 10 Dzulhijjah.
49 50
Sa’id, Busyr al-Karîm. 90. M. Nawawî, Tausyih. 237 -238.
32
3) Mabit di Mina Mabit dimina adalah bermalam di Mina pada hari-hari tasyriq51 yaitu 11, 12, 13 Dzulhijah. Mabit di Mina hukumnya adalah wajib. Kewajiban mabit ini maksudnya hadir pada malam hari diMina. Hukumnya wajib menurut itba’ terhadap Nabi Saw. 4) Lempar Jumrah Tempat yang di lempar atau disebut marma. Dan untuk menyebut beberapa jumrah adalah jamarat.52
Melontar jumrah
adalah melontar batu kerikil kedalam marma atau lobang dalam lingkaran Jumroh Ula (sughra), Jumroh Wustha dan Jumrah Aqabah (kubra) pada hari Nahr dan hari-hari Tasyriq. 5) Towaf Wada’53 Thawaf wada’ adalah thawaf sebagai pamitan yang hukumnya wajib bagi setiap orang yang akan meninggalkan kota makkah, kecuali wanita yang sedang haid, maka gugurlah kewajiban thawaf wada’ baginya. jika thawaf ini ditinggalkan
51
Disebut tasyrîq sebagaimana keterangan Sulaiman ibn Umar, dalam Hasyiyah Bujairamî Juz III disebut tasyrik adalah karena masanya menjemur daging kurban atau karena siangnya Mina dicerahi sinar matahari dan malamnya diterangi oleh cahaya bulan. Berbeda dengan imam Romli, tasyrik adalah Ayyam Ma’dudat (hari yang terbilang yang maksudnya hari hari melontar tiga jumrah) yang diambil dari statemen dalil al Qur ‘an dalam surat al-Baqarah Ayat : 203 ت ِ ُوْادَا7ْ Tَ ِمI; َأ9ِV َ وَاذْ ُآ ُ&وْااdan sedangkan surat al Hajj ayat : 28. Hari Nahr adalah Ayyam Ma’lumat (hari-hari yang ditentukan maksudnya bahwa hari - hari itu merupakan waktu penyembelihan hewan Qurban) yang diambil dari statemen dalam dalil al Qur ‘an al-hajj; 28 N ِ Tَ ْ<-ُ7ْ Tَ ِمI;َ أ9ِV ِ ! َ* ا ْ ْ ُآ ُ&وْا اR;َ َوlihat dalam Sulaiman ibn Umar, Hasyiyah Bujairomî, Juz III (Beirut: Dâr Kitab al-Alamiyah), 180. 52 Sa’dun, Perjalanan Haji., 77. 53 Abi Bakr al-Masyhuri, I’ânah al- Thalibîn Juz II (Surabaya: Dâr al ‘Ilmi), 301-305.
33
maka wajib membayar Dam. Jika telah selesai melakukan thawaf wada’ maka harus harus meniinggalkan dan tidak boleh lama-lama dimakah kecuali untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan kepulangan seperti mengurus barang-barang atau menertibkan kendaraan.
B. Proses Pelaksanaan Perjalanan Ibadah Haji 1. Kronologi Perjalanan Haji Tamattu’ Gelombang Pertama a. Indonesia 1) Sebelum Berangkat a) Menata niat, Membersihkan hati dan membulatkan tekad b) Mendalami ilmu-ilmu manasik haji, teori, dan peragaan c) Memperbanyak shodaqah untuk agama, Dzawil qurba, Fuqara’ dan Masakin d) Nuwada’ah (berpamitan) serta halal bi halal terutama kepada orang tua, guru, tetangga, famili dan handai taulan terutama yang punya urusan e) Berangkat dari sebuah masjid f) Sholat tahiyatul masjid dan sholat safar 2 rokaat g) Bulatkan hati, niat ibadah haji hanya karena Alloh SWT h) Didalam kendaraan upayakan untuk dapat membaca do’a safar baik diwaktu berangkat maupun setiap sampai di tempat tujuan 2) Di Asrama Haji Embarkasi (Waktu Berangkat)
34
a) Membawa SPMA (surat panggilan masuk asrama) b) Penimbangan barang bagasi c) Penerimaan kartu akomodasi dan konsumsi d) Pemeriksaan kesehatan akhir e) Mengikuti : (a) Sholat berjamaah (b) Ceramah kesehatan (c) Praktek manasik f) Penerimaan : (a) Pasport (b) Uang living cost (c) Gelang identitas g) Naik Bus ke Airport terus naik Pesawat. b. King Abdul Aziz International Airport Jeddah54 c. Madinah 1) Sholat berjamaah dimasjid Nabawi sebanyak 40 waktu (‘arba’in) 8/9 hari 2) Ziaroh kemakam nabi Muhammad SAW, sahabat Abu Bakar, Umar dan tempat tempat bersejarah
54
Departemen Agama RI, Bimbingan Manasik Haji. Jakarta : BMI dan Penyelenggaraan Haji, 2003. 55-58.
35
3) Persiapan ke Makkah (mandi, wudlu, berpakaian ihram dan niat ihram) d. Bir ‘Ali 1) Mandi ihram 2) Memakai baju ihram, 3) Shalat 2 rakaat ihram, niat ihram umrah e. Makkah 1) Umrah : (a) Thawaf Rukun mengelilingi ka’bah 7X (tujuh kali) (b) Sa’i perjalanan Shafa Marwah 7X (bolak – balik) (c) Memotong rambut (tahalul), (Umrah selesai) 2) Umrah sunat dari Ji’ranah atau Tan’im 3) Melaksanakan Ibadah-ibadah sunat 4) Ziarah ke tempat-tempat bersejarah 5) 8 Dzulhijjah sore ke arafah (pakian ihram, shalat sunah ihram dan niat haji) f. Arafah Melaksanakan wukuf di padang Arafah tanggal 9 Dzulhijjah setelah tergelincir matahari sampai terbenam matahari : (a) Mendengarkan khutbah wukuf (b) Sholat dhuhur dan asar berjama’ah jama’ taqdim qashar
36
(c) Membaca al-Quran (d) Berdzikir (e) Berdo’a atau bermunajat g. Muzdalifah Mabit (bermalam) sebenatar setelah tengah malam tanggal 10 Dzulhijjah, berdzikir dan mengambil batu kecil atau kerikil secukupnya untuk melontar jumrah Aqabah h. Mina Tanggal 10 Dzulhijjah (masih dalam berpakaian ihram) Melontar Jumrah Aqabah 7 kali dan memotong rambut (Tahalul Awal selesai) i. Makkah 1) Thawaf ifadhah, dan sa’i (Tahalul Tsani selesai) 2) Pelaksanaan Dam dapat dilakukan sebelum Thawaf j. Mina Bermalam Tgl 11,12 (Nafar Awal), Tgl 11,12,13 (Nafar Tsani), lempar 3 Jumrah setelah Dzuhur pada tanggal tersebut. k. Makkah Thawaf wada’ (Thawaf perpisahan) saat akan pulang ke Indonesia.
37
l. Jeddah 1) Jeddah (457 km) Madinatul Hujjaj (Pondok haji) a)
Proses ticketing G.A. dan menerima kembali passport
b)
Proses penimbangan barang
c)
Istirahat menunggu kepulangan
2) Bandara King Abdul Aziz Jeddah (32 km) a)
Pemeriksaan pasport
b)
Pemberangkatan pulang ke tanah air
m. Indonesia 1) Menerima uang transport untuk bekal pulang ke daerah asal 2) Pengambilan barang atau kopor milik masing-masing.55
2. Kronologi Perjalanan Haji Tamattu’ Gelombang Kedua a. Indonesia b. Qarn al Manazil Ya Lam Lam Berpakaian Ihram 5 menit sebelum sampai di tempat tersebut (info pramugari) atau mulai dari indonesia, niat diatas pesawat. c. Jeddah Bagi yang belum niat, maka disini mandi ihram, Shalat sunah ihram, Niat ihram Umrah disini.
55
Tolhah Ma’ruf, Fiqih Ibadah ; Panduan Beribadah Versi Ahlussunah. Kediri : Lembaga Ta’lif Wannasyr. tt. 264.
38
d. Makkah 1) Umrah : (a) Thawaf Rukun mengelilingi ka’bah 7X (tujuh kali) (b) Sa’i perjalanan Shafa Marwah 7X (bolak – balik) (c) Memotong rambut (tahalul) (Umrah selesai) 2) Melaksanakan Ibadah-ibadah sunat 3) Ziarah ke tempat-tempat bersejarah e. Makkah 8 Dzulhijjah sore ke arafah (pakian ihram, shalat sunah ihram dan niat haji) f. Arafah Melaksanakan wukuf di padang Arafah tanggal 9 Dzulhijjah setelah tergelincir matahari sampai terbenam matahari : (a) Mendengarkan khutbah wukuf (b) Shalat Dhuhur dan Ashar berjama’ah jama’ taqdim qashar (c) Membaca al-Quran (d) Berdzikir (e) Berdo’a/ Bermunajat
39
g. Muzdalifah Mabit (bermalam) sebenatar setelah tengah malam tanggal 10 Dzulhijjah, berdzikir dan mengambil batu kecil/ kerikil secukupnya untuk melontar jumrah Aqabah h. Mina Tanggal 10 Dzulhijjah (masih dalam berpakaian ihrom) Melontar Jumrah Aqabah 7 kali dan memotong rambut (Tahalul Awal selesai) i. Makkah 1) Thawaf ifadhah, dan sa’i (Tahalul Tsani selesai) 2) Pelaksanaan Dam dapat dilakukan sebelum thawaf j. Mina Bermalam Tgl 11,12 (Nafar Awal), Tgl 11,12,13 (Nafar Tsani), lempar 3 Jumrah setelah Dzuhur pada tanggal tersebut k. Makkah Thawaf wada’ (Thawaf perpisahan) saat akan pulang ke Indonesia l. Jeddah 1) Jeddah (457 km) Madinatul Hujjaj (Pondok haji) a) Proses ticketing G.A. dan menerima kembali passport b) Proses penimbangan barang c) Istirahat menunggu kepulangan
40
2) Bandara King Abdul Aziz Jeddah (32 km) a) Pemeriksaan pasport b) Pemberangkatan pulang ke tanah air m. Indonesia 1) Menerima uang transport untuk bekal pulang ke daerah asal 2) Pengambilan barang/kopor milik masing-masing56
3. Kronologi Perjalanan Haji Irfod Gelombang Pertama a. Indonesia b. King Abdul Aziz International Airport Jeddah c. Madinah 1) Shalat berjamaah dimasjid Nabawi sebanyak 40 waktu (‘arba’in) 8/9 hari 2) Ziarah kemakam nabi Muhammad SAW, sahabat Abu bakar, Umar dan tempat tempat bersejarah 3) Persiapan ke makkah (mandi, wudlu, berpakaian ihram dan niat ihram) d. Bir ‘Ali Mandi ihram, Memakai baju ihram, Shalat 2 rakaat ihram, niat ihram haji e. Makkah 1) Tanggal 9 Dzulhijah mandi karena ihram, 56
Ibid., 265.
41
2) Memakai baju ihram, 3) Niat ihram haji f. Arafah Melaksanakan wukuf di padang Arafah tanggal 9 Dzulhijjah setelah tergelincir matahari sampai terbenam matahari : (a) Mendengarkan khutbah wukuf (b) Shalat dhuhur dan asar berjama’ah jama’ taqdim qashar (c) Membaca al-Quran (d) Berdzikir (e) Berdo’a/ Bermunajat g. Muzdalifah Mabit (bermalam) sebenatar setelah tengah malam tanggal 10 Dzulhijjah, berdzikir dan mengambil batu kecil/ kerikil secukupnya untuk melontar jumrah Aqabah h. Mina Tanggal 10 Dzulhijjah (masih dalam berpakaian ihram) Melontar Jumrah Aqabah 7 kali dan memotong rambut (Tahalul Awal selesai) i. Makkah 1) Thawaf ifadhah, dan sa’i (Tahalul Tsani selesai)
42
2) Pelaksanaan Dam dapat dilakukan sebelum thawaf j. Mina Bermalam Tgl 11,12 (Nafar Awal), Tgl 11,12,13 (Nafar Tsani), lempar 3 Jumrah setelah Dzuhur pada tanggal tersebut (Haji selesai) k. Ji’ronah Mandi ihram, paikaian ihram, niat ihram umrah l. Makkah Umroh : (a) Thowaf rukun mengelilingi ka’bah 7X (tujuh kali) (b) Sa’i perjalanan Shafa Marwah 7X (bolak – balik) (c) Memotong rambut (tahalul) (Umrah selesai) m. Makkah Thawaf wada’ (Thawaf perpisahan) saat akan pulang ke Indonesia.57 n. Jeddah o. Indonesia 4. Kronologi Perjalanan Haji Irfad Gelombang Kedua a. Indonesia b. Qarn al Manazil Berpakaian ihram 5 menit sebelum sampai di tempat tersebut (info pramugari) atau mulai dari indonesia, niat diatas pesawat
57
Ibid., 266.
43
c. Jeddah Bagi yang belum niat maka disini mandi ihram, Shalat sunah ihram, Niat ihram umrah disini. d. Makkah 1) Umrah : (a) Thawaf qudum mengelilingi ka’bah 7X (tujuh kali) (b) Sa’i perjalanan Shafa Marwah 7X (bolak – balik) (c) selalu pakaian ihram hingga tahalul awal. (Umrah telah selesai) 2) Melaksanakan Ibadah-ibadah sunat 3) Ziarah ke tempat-tempat bersejarah e. Arafah Melaksanakan wukuf di padang Arafah tanggal 9 Dzulhijjah setelah tergelincir matahari sampai terbenam matahari : (a) Mendengarkan khutbah wukuf (b) Sholat dhuhur dan asar berjama’ah jama’ taqdim qashar (c) Membaca al-Quran (d) Berdzikir (e) Berdo’a/ Bermunajat f. Muzdalifah Mabit (bermalam) sebenatar setelah tengah malam tanggal 10 Dzulhijjah, berdzikir dan mengambil batu kecil/ kerikil secukupnya untuk melontar jumrah Aqabah
44
g. Mina Tanggal 10 Dzulhijjah (masih dalam berpakaian ihram) Melontar Jumrah Aqabah 7 kali dan memotong rambut (Tahalul Awal selesai) h. Makkah 1) Thawaf Ifadhah/ rukun, dan sa’i (Tahalul Tsani selesai) 2) Pelaksanaan Dam dapat dilakukan sebelum thawaf i. Mina Bermalam Tgl 11,12 (Nafar Awal), Tgl 11,12,13 (Nafar Tsani), lempar 3 Jumrah setelah Dzuhur pada tanggal tersebut j. Makkah Thawaf wada’ (Thowaf perpisahan) saat akan pulang ke Indonesia58 k. Jeddah l. Indonesia
5. Kronologi Perjalanan Haji Qiran Gelombang Pertama a. Indonesia b. King Abdul Aziz International Airport Jeddah c. Madinah
58
Ibid., 267.
45
1) Sholat berjamaah dimasjid Nabawi sebanyak 40 waktu (‘arba’in) 8/9 hari 2) Ziaroh kemakam Nabi Muhammad SAW, sahabat Abu bakar, Umar dan tempat tempat bersejarah 3) Persiapan ke makkah (mandi, wudlu, berpakaian ihram dan niat ihram) d. Bir ‘Ali Mandi ihram, Memakai baju ihram, Shalat 2 rakaat ihram, niat ihram haji e. Makkah Thawaf Qudum, sa’I, selalu pakaian ihram hingga tahalul awal f. Arafah Melaksanakan wukuf di padang Arafah tanggal 9 Dzulhijjah setelah tergelincir matahari sampai terbenam matahari : (a) Mendengarkan khutbah wukuf (b) Sholat dhuhur dan asar berjama’ah jama’ taqdim qashar (c) Membaca al-Quran (d) Berdzikir (e) Berdo’a/ Bermunajat
46
g. Muzdalifah Mabit (bermalam) sebenatar setelah tengah malam tanggal 10 Dzulhijjah, berdzikir dan mengambil batu kecil/ kerikil secukupnya untuk melontar jumrah Aqabah h. Mina Tanggal 10 Dzulhijjah (masih dalam berpakaian ihram) Melontar Jumrah Aqabah 7 kali dan memotong rambut (Tahalul Awal selesai) i. Makkah Thawaf Ifadhah/ rukun, dan sa’i (Tahalul Tsani selesai) j. Mina Bermalam Tgl 11,12 (Nafar Awal), Tgl 11,12,13 (Nafar Tsani), lempar 3 Jumrah setelah Dzuhur pada tanggal tersebut k. Makkah Thawaf wada’ (Thowaf perpisahan) saat akan pulang ke Indonesia.59 l. Jeddah m. Indonesia
6. Kronologi Perjalanan Haji Qiran Gelombang Kedua a. Indonesia b. Qarn al Manazil Ya Lam Lam
59
Ibid., 268.
47
Berpakaian Ihram 5 menit sebelum sampai di tempat tersebut (info pramugari)/mulai dari Indonesia, niat diatas pesawat. c. Jeddah Bagi yang belum niat haji umrah maka disini mandi ihram, Shalat sunah ihram, Niat ihram haji dan umrah disini. d. Makkah Thawaf Qudum, sa’i, selalu pakaian ihram hingga tahalul awal, Tamggal 9 Dzulhijah, mandi ihram, memakai baju ihram, niat ihram haji e. Arafah Melaksanakan wukuf di padang Arafah tanggal 9 Dzulhijjah setelah tergelincir matahari sampai terbenam matahari : (a) Mendengarkan khutbah wukuf (b) Sholat dhuhur dan asar berjama’ah jama’ taqdim qashar (c) Membaca al-quran (d) Berdzikir (e) Berdo’a/ Bermunajat f. Muzdzalifah Mabit (bermalam) sebenatar setelah tengah malam tanggal 10 Dzulhijjah, berdzikir dan mengambil batu kecil atau kerikil secukupnya untuk melontar jumrah Aqabah
48
g. Mina Tanggal 10 Dzulhijjah (masih dalam berpakaian ihram) Melontar Jumrah Aqabah 7 kali dan memotong rambut (Tahalul Awal selesai) h. Makkah Thowaf Ifadhah / rukun, dan sa’i (Tahalul Tsani selesai) i. Mina Bermalam Tgl 11,12 (Nafar Awal), Tgl 11,12,13 (Nafar Tsani), lempar 3 Jumrah setelah Dzuhur pada tanggal tersebut j. Makkah Thawaf wada’ (Thawaf perpisahan) saat akan pulang ke Indonesia.60 k. Jeddah l. Indonesia
60
Ibid., 269.
49
BAB III DATA TENTANG PENDIDIKAN MANASIK HAJI SISWA MADRASAH DINIYAH MIFTAHUL HUDA A. Gambaran Umum 1. Sejarah Berdirinya Madrasah Miftahul Huda Berdirinya Madrasah Salafiyah Miftahul Huda tidak terlepas dari keberadaan Pondok Pesantren Darul Huda. Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo Jawa Timur pada awal berdirinya mempunyai pengertian yang sangat sederhana sekali, yaitu sebagai tempat pendidikan yang mempelajari ilmu pengetahuan agama islam di bawah bimbingan seorang guru atau kyai. Sejalan dengan perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat dewasa ini, lembaga pesantren masih tetap bertahan dalam pendidikan salafiyyah dan modern, bahkan semakin eksis berkembang sedemikian rupa baik dari segi jumlah santrinya, tujuannya, maupun system pendidikan yang diselenggarakan. Pondok Pesantren Darul Huda merupakan salah satu pondok pesantren yang menerapkan metode salafiyah dan haditsah berdiri tahun 1968 di bawah asuhan KH. Hasyim Sholeh. Metode salaf yang digunakan di Pondok Pesantren Darul Huda adalah metode Sorogan, Wetonan, (Bandongan), dan Madrasah Diniyah Miftahul Huda. Sedangkan metode modern yang dimaksudkan adalah adanya penyelenggaraan sekolah formal kurikulum Departemen Agama. Dengan metode tersebut siswa Madrasah
49
50
Diniyah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda diharapkan dapat mempelajari ilmu agama secara utuh. Untuk menjawab tantangan dan tuntutan zaman serta terdorong untuk berperan aktif melaksanakan program pemerintah dalam membangun manusia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, Pondok Pesantren Darul Huda mendirikan Madrasah Salafiyyah Miftahul Huda dengan jenjang sekolah persiapan selama satu tahun, ibtidaiyyah selama enam tahun, Tsanawiyah selama tiga tahun dan Madrasah Aliyah selama tiga tahun. Kemudian karena adanya beberapa faktor yang memungkinkan untuk menarik minat santri, maka sekitar tahun 2001 sistem pendidikan di Madrasah Miftahul Huda diubah dengan jenjang pendidikan selama enam tahun. Hal ini dimaksudkan untuk santri yang memulai pendidikan di Pondok Pesantren Darul Huda, sejak diMadrasah Tsanawiyah, yang kemudian melanjutkan ke Madrasah Aliyah Darul Huda juga selesai sekolah Madrasah Miftahul Huda.61 2. Visi, Misi dan Tujuan62 Bagi setiap lembaga pastilah mempunyai visi, misi dan tujuan untuk mewujudkan tujuan dari lembaga tersebut. Adapun visi, misi dan tujuan
61 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 07/D/F-2/2-II/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian. 62 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 08/D/F-2/2-II/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
51
VISI
MISI
Berilmu, Beramal dan Bertaqwa
Menumbuhkan budaya ilmu, amal dan Taqwa diserta Akhlaqul karimah pada jiwa santri dalam pengabdiannya dalam Agama dan masyarakat
Dengan Dilandasi Akhlaqul Karimah
3. Letak Geografis Dari hasil observasi63 pada tanggal 20 Februari 2009 lokasi Madrasah Salafiyyah Miftahul Huda secara geografis terletak di Kota Ponorogo, tepatnya di jalan Ir. H. Juanda Gang VI nomor 38 Dusun Mayak, Kelurahan Tonatan, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Lokasi Madrasah Salafiyyah Miftahul Huda merupakan lokasi yang sangat strategis yang terletak di jantung Kota Ponorogo. Batas-batas lokasi tersebut adalah:
63
penelitian.
Sebelah Utara
: Jl. Menur Ronowijayan
Sebelah Selatan
: Kantor Departemen Agama
Sebelah Timur
: Jl. Letjen Soeprapto
Sebelah Barat
: Jl. Ir. H. Juanda Gang VI
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 09/D/F-2/2-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
52
4. Struktur Organisasi Madrasah Salafiyah Miftahul Huda64 Didalam suatu lembaga pendidikan perlu adanya penataan kesetrukturan untuk memudahkan membagi tugas dalam suatu organisasi, begitu pula dalam sekolah. Dengan adanya struktur dalam sekolah. Kewenangan masing-masing unit saling bekerja sama dan membantu untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Adapun struktur organisasi Madrasah Salafiyah Miftahul Huda adalah: 1. Pimpinan pon pes Darul Huda
: K.H. Abdus Sami’ Hasyim
2. Kepala “Madrasah Miftahul Huda” : Ust. H. Ahmad Saifudin Rofi’i 3. Wakil Kepala Ur. Kurikulum
: Ust. H. Abdul Adhim
4. Wakil Kepala Ur. Kesiswaan
: Ust. Izzuddin Abdul Aziz
5. kepala Tata Usaha Putra
: Ust. Ahmad Mubarok
6. Kepala Tata Usaha Putri
: Ust. Ahmad Hamrofi
7. Dewan Asatidz 8. Siswa/I
5. Keadaan Guru No
64
penelitian.
Nama
1.
Ust. AHMAD SAIFUDDIN R.
2.
Ust. ABDUS SAMI’
Mata Pelajaran Nahwu, Fiqh Balaghoh
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 10/D/F-2/2-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
53
3.
Ust. SHOLEH HASAN
Ilmu Faroid
4.
Ust. MUDLOFIR IHSAN
5.
Ust. IMAM GHOZALI
6.
Ust. AHMAD DAEROBI
7.
Ust. ALIF BASUKI
Tauhid
8.
Ust. AHSANI TAQWIM
Nahwu
9.
Ust. BADAR SUYUTHI
Fiqh
10.
Ust. MOH. DIMYATHI
Shorof
11.
Ust. UMAR SALIM
12.
Ust. MUSLIM
13.
Ust. MAHFUDZ AFFANDI
Nahwu
14.
Ust. MUNDIR SUNANI
Nahwu
15.
Ust. AHMAD SHOLIHIN
16.
Ust. MOH. NAWARDI
Tauhid
17.
Ust. MOH. AHSIN
Akhlaq
18.
Ust. SUMERI
Akhlaq
19.
Ust. IZZUDIN ABDUL AZIZ
Fiqh
20.
Ustd. Hj. MUAWANAH
Fiqh
21.
Ust. SHOLIHUL HUDA
Shorof
22.
Ust. ABDUL ‘ADHIM
Nahwu, Ilmu Mantiq
23.
Ust. ABDUL WACHID
Nahwu, Usul Fiqh
24.
Ustd. NGIFA RODLIYAH
Fiqh
25.
Ust. TAUFIQ HIDAYAT
Fiqh
26.
Ust. H. ABDULLAH HAFIDZ
27.
Ust. MARSYUDIN
Akhlaq
28.
Ust. AHMAD MUBAROK
Nahwu
29.
Ustd. FATIMATUZ ZAHRO’
Nahwu
30.
Ust. AHMAD SUJARI
Fiqh
31.
Ust. ALI MUTTAQIN
Fiqh
32.
Ust. JAMHURI
33.
Ustd. ISNA MUFIDAH
Nahwu, Hadits Tauhid Fiqh
Ilmu Falak Qowaid al-Fiqh
Ilmu Faroid, Fiqh
Tafsir, Hadits
Akhlaq Risalatul Mahidh
54
34.
Ustd. SITI MARWIYAH
Shorof
35.
Ust. MIFTAKHUDDIN
Nahwu
36.
Ust. CHOIRUL ANAM
Fiqh, Akhlaq
37.
Ust. BUSTANUL MAARIF
Tajwid, Fiqh
38.
Ust. SA’DAN ROHMANI
Akhlaq
39.
Ust. QORIBUN SHIDDIQ
Tauhid
40.
Ust. MIFTAKHURROHMAN
Nahwu
41.
Ust. HASILUL FAWAID
Fiqh
42.
Ust. AHMAD HAMROFI
Nahwu, Shorof
43.
Ust. MASHURI
44.
Ust. MOH. LAITS ATSIR
Fiqh, Qowaid al-Fiqh
45.
Ust. UMIJAN
Qiroah wal Kitabah, Akhlaq
46.
Ust. MUH. MA’SHUM
Nahwu
47.
Ust. kHUSNUL FUAD
Shorof
48.
Ustd. FARIDATUZ ZAHRO’
Nahwu
49.
Ustd. NUR SIKHIN
50.
Ust. A. SYAIFUL ANAM
Akhlaq
51.
Ust. ANWAR
Shorof
52.
Ust. MUFID SYAIFUL A.
Shorof
53.
Ust. MAHMUD RODLONI
Tajwid
54.
Ustd. NILA RUKHAMAH
Fiqh
55.
Ustd. ARINI LUTHFIANA
Shorof
56.
Ustd. HERIN FITRI M.
Qiroah wal kitabah
57.
Ustd. DYAH FERDINATA
Qiroah wal kitabah
58.
Ust. MUH. MUKHLAS
59.
USt. MUH MUHSIN
60.
Ust. FUAD ALI MUNTAHA
61.
Ust. IKHWAN SHODIQIN
Qiroah wal kitabah
Nahwu, Akhlaq
Fiqh Qowaid al Fiqh Qiroah wal kitabah Shorof
55
62.
Ust. KHOIRUL ANWAR
Nahwu, Shorof
63.
Ust. ZAINUL ‘ABIDIN
Tauhid
64.
Ust. ALI SHOFWAN
Tauhid
65.
Ust. EDI PRAWITO
Tauhid
66.
Ustd. SITI KHALIMATUZ Z.
Akhlaq
67.
Ustd. RODLIYAH
Tajwid
68.
Ustd. LAILY ROHMAWATI
Shorof
69.
Ust. CAHYO NUR GIANTO
Tauhid
70.
Ust. IBNU MUJAHIDIN
71.
Ust. AGUNG SYAIFUL U.
72.
Ust. NUR KHOLID
Shorof
73.
Ust. ROHMANUDDIN
Shorof
74.
Ust. ELLY ASLIN N.
Fiqh
75.
Ust. BINTI ROSYIDh
Akhlaq
76.
Ust. SITI SOLIKHAH
Tajwid
77.
UST. MUHAMMAD ALI
78.
Ust. AGUS RIYANTO
Tajwid / BP
79.
Ust. AHMAD FAUZI
Fiqih
Qiroah wal Kitabah Fiqh, Akhlaq
Fiqh
6. Sarana dan Prasarana65 a. Status Tanah
:Milik Sendiri
b. Luas Tanah
: 16.500 m2
c. Bangunan
:Gedung
d. Status Bangunan
:Gabung
e. Ruang Kelas / Belajar
: Ada ( 59 Ruang )
f. Ruang Kantor
:Ada
65
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 12/ D/F-2/2-II/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
56
g. Meja Murid / Santri
: Ada
h. Kursi Murid / Santri
: Ada
i. Tempat Ibadah
: Ada ( Masjid )
j. WC / Kamar Mandi
: Ada
7. lain-Lain a. Kegiatan Umum 1) Kegiatan KBM reguler kurikulum madrasah salafiyyah masuk sore hari pukul 15.00 WIB – 16.30 WIB. 2) Mukhafadloh (hafalan bersama) dilaksankan setiap hari pukul 14.45 – 15.00 WIB. 3) Taqror (belajar bersama) dilaksanakan setiap hari jum’at dan senin pukul 18.30 (ba’da maghrib) – 20.00 WIB. 4) Tasyakuran Khotmu al-Imrithi
dilaksanakan setiap tahun oleh
siswa/I kelas IV MMH. b. Kegiatan Ekstra/Organisasi 1) HIMMAH (Himpunan Murid Miftahul Huda) 2) Pengembangan keilmuan melalui: a) Bahtsul Masail b) Diklat Jenazah c) Diklat Manasik Haji d) Diklat Fiqh Wanita e) MQK (Musabaqah Qiraatil Kutub) f) Haflah Akhirissanah
57
g) Bahtsul Kutub h) Diklat Pembinaan Akhlak i)
Mukhadoroh/Kultum
j)
Rukyah al-Hilal
k) Kegiatan sosial dan keagamaan yang bersifat kondisional seperti ta’ziyah, menjenguk anak sakit, sumbangan korban bencana alam dan lain-lain. c. Program Pengembangan 1) Pembentukan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). 2) Program hafalan Sorof untuk kelas I - II dan Exp. merupakan syarat kenaikan kelas. 3) Program hafalan ‘Imrithi untuk kelas III dan IV merupakan syarat kenaikan kelas. 4) Pemberian syahadah (piagam penghargaan) bagi siswa/i yang mendapat nilai Mumtaz (sempurna) dalam menghafal nadhom ‘Imrithi, hal ini hanya dikhususkan bagi kelas IV MMH. 5) Adanya program SP (Sekolah Persiapan) dikhususkan bagi siswa/i yang belum bisa membaca dan menulis arab maupun pegon (arab jawa). 6) Untuk meningkatkan kedisiplinan para siswa/i, telah dibentuk BP yang bertugas untuk menangani siswa/i yang melanggar paraturan madrasah terutama masalah alpa.
58
7) Adanya kelas Takhassus bagi siswa/i yang tamat kelas VI madrasah “Miftahul Huda”. d. Prestasi 1) Juara I seleksi lomba baca kitab ulya bidang tafsir dan hadits tingkat kabupaten Ponorogo tahun 2006. 2) Juara II lomba kaligrafi se Jawa Timur, diselenggarakan oleh Jamiatul Quro’ wal Huffadh Prov. Jawa Timur 2006. 3) Juara I dan II seleksi MQK cabang lughoh tingkat Ula, Wustho, ‘Ulya Departemen Agama Kab. Ponorogo tahun 2008. 4) Juara I dan II seleksi MQK cabang akhlak tingkat Ula, Wustho Departemen Agama Kab. Ponorogo tahun 2008. 5) Juara I seleksi MQK cabang Fiqh tingkat Ula Departemen Agama Kab. Ponorogo tahun 2008. 6) Juara Harapan I seleksi MQK cabang Akhlak tingkat Wustho Departemen Agama Provinsi Jawa Timur.
B. Penyajian Data Khusus 1. Implementasi pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda. Madrasah Miftahul Huda Mayak Ponorogo adalah Madrasah Miftahul Huda adalah madrasah diniyah yang didalamnya diajarkan pendidikan agama islam yang merujuk kepada kitab-kitab salaf (kitab kuning) dimana didalam pembelajaran fiqih sendiri, seorang guru tidak
59
cukup menyampaikan materi tentang hukum-hukum ibadah tetapi harus dapat mengembangkan pengetahuan dan ketarampilan murid secara aktif dan inovatif. Berkenaan dengan hal tersebut maka
salah satu
pendidikan dalam fiqih yang penulis temukan adalah pendidikan manasik haji. Sebagaimana yang di katakan oleh bapak Ust. H. Abdul Adzim selaku Waka Kurikulum Madrasah Miftahul Huda Mayak Ponorogo, tentang pentingnya pendidikan manasik haji bahwa: ”Agar siswa-siswa memahami pelaksanaan ibadah haji yang mana ibadah haji adalah merupakan rukun islam, dan pengetahuan haji tertulis dan merupakan standar yang wajib, dalam ilmu fiqih dalm kitab manapun tertuang fasal / bab tentang haji. Jadi intinya siswa lebih memahami apa haji ? tanpa hanya sekedar teori saja seperti yang tertuang dalam kitab-kitab, tapi siswa juga mampu melaksanakannya.”66
Sebagaimana yang dikatakan juga oleh Bapak Ust. Izzuddin Abdul Aziz. Selaku Waka kesiswaan Madrasah Miftahul Huda Mayak Ponorogo, bahwa: Dalam fiqih (di Madrasah Miftahul Huda) ada landasan dari kitab salaf, maka kita harus menggabungkan 2 ilmu dari ilmu yang dahulu dengan yang sekarang. Biar singkron antara pendidikan kitab (fiqih) dengan prakteknya dilapangan. Jadi anak-anak itu supaya tidak bingung, tidak nggrambyang, Kalau kita ini cuma membaca kitab saja prakteknya banyak yang tidak sama. Seperti pakaian, Pakaian itu urusan jahitan!. Itupun kalau tidak dijelaskan memang sulit. Sementara kalau di sana
66
Lihat Transkrip Wawancara nomor : 15/3-W/F-1/10-XI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
60
(Makkah) juga pakai sabuk, sabuk itu masuk kategori jahit atau tidak?.67
Tentang bagaimana implementasi pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Mayak Ponorogo, Peneliti ketahui dengan melakukan observasi. Sehingga dapat digambarkan dengan jelas kegiatan pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Mayak Ponorogo, meliputi: a. Pendidikan Teori Pada hari Jum’at pagi sekitar jam 08. 30 WIB sampai 16.00 WIB, peneliti mengamati kegiatan pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Mayak Ponorogo di ruang aula madrasah bagian depan. Dalam bimbingan pendidikan manasik haji tersebut bapak H. Ashab Jamhuri sebagai salah satu fasilitator bimbingan pendidikan manasik haji. selalu menghimbau kepada anakanak tentang begitu pentingnya mempelajari pendidikan ibadah haji, karena sekalipun orang itu pandai dalam teori kalau belum pernah praktek maka tidak benar, tetapi kalau sudah praktek insyaAllah bisa melaksanakan rangkaian umrah maupun ibadah haji. Maka dari itu orang yang akan haji itu belajar manasik adalah wajib, supaya benar ibadahnya. Disamping mampu membayar, aman perjalanan, sehat
67
Lihat Transkrip Wawancara nomor : 14/3-W/F-1/1-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
61
badannya harus mengerti ilmunya ibadah haji lewat pendidikan manasik haji.68 Adapun langkah-langkah implementasi pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Mayak Ponorogo adalah : Pertama, berdo’a bersama-sama,
kemudian fasilitator
memberikan penyemangat tentang bimbingan pendidikan manasik haji kepada siswa agar nantinya lebih mudah menangkap dan memahami
materi
yang
akan
disampaikan,
fasilitator
mengorganisasikan kelas dan sumber belajar yang ada. Kedua, percakapan
Penyajian. ringan
Penyajian
tentang
ini
diawali
pengalaman,
dan
dengan manfaat
mempelajari pendidikan manasik haji. Kemudian dilanjutkan menyuruh membuka makalah yang telah di bagikan sebagai bahan pembahasan untuk dijelaskan secara panjang lebar tentang bimbingan pendidikan manasik haji dan siswa mendengarkan. Untuk menyajikan informasi pendidikan manasik haji, dalam pembelajaran ini fasilitator menggunakan metode ceramah dengan bahasa yang mudah difahami. Kelebihan metode ini adalah fasilitator mudah menguasai kelas, mudah dilaksanakan, dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
68
Lihat Transkrip Wawancara nomor : 28/3-W/F-1/12-XI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
62
Namun demikian dalam kegiatan pembelajaran, fasilitator menggunakan alat bantu media audio visual berupa Proyector, LCD, Film, pengeras suara, dan tempat proyektor. Media tersebut digunakan bertujuan agar lebih efektif, karena informasi yang disampaikan lebih banyak dalam waktu relative singkat dan menimbulkan kesan ruang dan waktu. Untuk menguatkan kondisi ruangan kelas dalam proses pelaksanaan pembimbingan manasik haji, dari hasil dokumentasi dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran serta suasana yang menyenangkan dapat memberi semangat belajar siswa dan tidak mudah bosan. 69 Ketiga, aktivitas lanjutan; aktivitas lanjutan ini berupa tanya jawab guna mengetahui sejauhmana pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan. Untuk menguatkan bukti penulis lampirkan dokumentasi siswa berperan aktif dan efektif dalam proses belajar mengajar dengan tidak merasa jenuh. 70 b. Pendidikan Praktik Pada hari selanjutnya, yang berketepatan hari Jum’at pukul 07.00 WIB sampai 11.00 WIB para siswa terbagi menjadi dua rombongan mempersiapkan pelaksanaan praktik manasik haji dan
69 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 14/D/F-2/12-XII/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 70 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 13/D/F-2/12-XII/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
63
diperagakankan
pula tatacara pemakaian baju ihram yang benar,
masing masing rombongan ada 2 tenaga ahli yang mengarahkan jalannya pelaksanaan pendidikan latihan ibadah haji. Pagi itu, tampak anak-anak berpakaian putih-putih berjalan mengitari bangunan menyerupai Ka'bah yang diletakkan di tengahtengah lapangan Madrasah Pondok Pesantren Darul Huda. Setelah tujuh kali (7) berputar, anak-anak itu diberi kesempatan mendengar penjelasan yang diberikan fasilitator tentang pelaksanaan praktek ibadah haji.Di dekat Ka'bah terdapat simbol Maqam Nabi Ibrahim, hijir Ismail, tempat Sa’i, serta diarah timurnya Ka’bah disediakan juga soft drink (sebagai simbul air zam-zam)71. Untuk menguatkan kondisi pembelajaran dalam proses pelaksanaan pembimbingan manasik haji, dari bukti dokumentasi dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran seperti miniatur Ka’bah72, Maqam Nabi Ibrahim, hijir Ismail, tempat Sa’i73, simbul sumur zam-zam dan lokasi jamarat,74 sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pendidikan latihan ibadah haji. Dengan pengalaman
71
Lihat Transkrip Observasi nomor : 01/O/F-1/08-XII/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 72 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 02/D/F-2/12-XII/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 73 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 04/D/F-2/12-XII/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini 74 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 06/D/F-2/12-XII/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
64
langsung tersebut memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam masalah pelaksanaan ibadah haji. Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa implementasi kegiatan pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Mayak Ponorogo dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan yang dikembangkan di
Madrasah Miftahul Huda selain cara
fasilitatornya yang sudah berpengalaman dibidangnya juga media pendukung yang lengkap dalam membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan sehingga proses belajar mengajar terlihat PAKEM.
2. Latar belakang diadakannya pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Mayak Ponorogo Madrasah salafiyyah Miftahul Huda tidak terlepas dari keberadaan pondok pesantren Darul Huda, sebagai pendidikan yang mempelajari ilmu pengetahuan agama islam dengan landasan kitab salaf dibawah bimbingan seorang guru atau kyai. Madrasah salafiyyah Miftahul Huda senantiasa berusaha meningkatkan kualitas anak didiknya dengan berbagai cara baik melalui pendidikan dan pengajaran, dengan mengemban misi menciptakan anak didik yang Berilmu, Beramal dan bertakwa dengan dilandasi
65
akhlaqul karimah. Diantara salah satu dari sekian banyak pendidikan dan pengajarannya adalah pendidikan dan latihan manasik haji. Pendidikan dan latihan manasik haji tersebut tidak akan terlaksana tanpa adanya alasan yang melatarbelakanginya adalah untuk memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam teks-teks kitab salafiyah (fiqih) sabagaimana hasil wawancara dengan Ust. H. Ahmad Saifuddin Rofi’i sebagai kepala madrasah Miftahul Huda : Latar belakang diadakannya pendidikan dan latihan manasik haji adalah untuk menjelaskan teks – teks yang ada dalam kitab kuning yangmana siswa masih buntu tentang tata cara praktek ibdah haji. Hal ini juga adanya kelompok bimbingan ibadah haji ”KBIH al Haramain” dilingkungan PP Darul Huda yang bisa untuk bekerjasama. Adanya minat atau keinginan dari siswa untuk mengetahui praktek langsung pelaksanaan ibadah haji.75 Diantara alasan dilaksanakan pendidikan dan latihan Manasik Haji adalah ingin menggabungkan dua pengetahuan teori dan praktek dalam hal fiqih khususnya masalah haji. Hal ini diperkuat dengan dokumentasi adanya pendidikan yang mana didalamnya ada pengajaran praktek76. sebagaimana hasil wawancara dengan ustadz Izuddin Abdul Aziz sebagai Waka Kesiswaan di MMH sebagai berikut : Dalam fiqih (diMadrasah Miftahul Huda) ada landasan dari kitab salaf. Sementara pada saat ini zaman sudah tidak sama dengan kemarin. Dulu relatif mudah mudah pelaksanaan haji. kalau
75 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 28/3-W /F1/10-XI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 76 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 02/ D/ F-2/12-XII/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
66
sekarang semakin banyak orang agak sulit, maka kita harus menggabungkan 2 ilmu dari ilmu yang dahulu dengan yang sekarang . kalau sekarang bergabung dengan lembaga pelatihan haji yang sudah disahkan Departemen Agama. Biar singkron antara pendidikan kitab (fiqih) dengan prakteknya dilapangan jadi anak – anak itu supaya tidak bingung, tidak nggrambyang, akhirnya cuma bingung saja. Kalau kita ini cuma membaca kitab saja prakteknya banyak yang tidak sama. Seperti pakaian? Pakaian urusan jahitan!!. Itupun kalau tidak dijelaskan memang sulit. Sementara kalau di sana (Makah) pakai sabuk, sabuk itu masuk kategori jahit atau tidak ? Sebenarnya sejak dari zaman dahulu ingin dicoba mngkin baru sekarang baru terealisasi, sebenarnya usulan – usulan atau gagasan atau pemikitran itu sudah jauh – jauh hari tapi karena keterbatasan waktu, tenaga. Sementara kalau kita didik anak - anak itu dengan satu cara, secara terpisah, itu cenderung akan memilih salah satu. Anak – anak di ajari kitab sekarang besuk pulang dia ikut pendidikan pelatihan manasik haji, yang ada mungkin pelatihan manasik itu. Sementara kitabnya ditinggalkan. Tapi kalau kita barengi nanti bisa mengkolaborasikan dua pengetahuan yang mana mungkin bisa singkron / sesuai.77 Sedangkan wawancara dengan Ustadz Miftahudin. Sebagai berikut: a. Kurangnya keseimbangan antar teori dan praktek dalam bidang fiqih, diantaranya karena keterbatasan waktu KBM di MMH. b. Adanya kelompok bimbingan ibadah haji “al Haramain” dilingkungan PP Darul Huda yang belum mengena / termanfaatkan oleh santri. c. Adanya keinginan dari siswa untuk mengetahui praktek langsung iabadah haji.78 Sementara harapan yang besar dari madrasah adalah tercapainya tujuan pendidikan tentang haji dan umroh tidak hanya sekedar teori saja tetapi juga mampu melaksanakanya sesuai dengan landasan di madrasah yaitu kitab salaf sebagaimana wawancara dengan ustadz H. Abdul Adzim sebagai kurikulum di MMH mengatakan sebagai berikut: 77 Lihat Transkrip Wawancara nomor :14/3-W/F2/1-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 78 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 23/3-W /F1/10-XI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
67
Agar siswa- siswa memahami pelaksanaan ibadah haji, yang mana ibadah haji adalah merupakan rukun islam, dan pengetahuan haji tertulis dan merupakan standar yang wajib, dalam ilmu fiqih dalam kitab manapun tertuang fasal / bab tentang haji. Jadi intinya siswa lebih memahami apa haji ? tanpa hanya sekedar teori saja seperti yang tertuang dalam kitab-kitab, tapi siswa juga mampu melaksanakannya.79
Selain kodisi intern yang ada, juga dipengaruhi oleh kondisi ekstern yang merupakan sebagai pandangan kedepan yaitu sebagaimana hasil wawancara dengan Ustadz Ali Sofwan sebagai guru Fan Fiqih menyebutkan: Karena yang namanya ritual haji / bentuk praktek itu menjadi salah satu kewajiban islam ketika mampu. Dan sangat minim sekali didesa-desa itu mengadakan pelatihan. Dirasa dari Madrasah Miftahul Huda (MMH) sendiri perlu mengadakan manasik haji .80 Di sisi lain dari kondisi intern adalah dari kalangan siswa menyatakan kurangnya pemahaman dan rasa ingin tahu yang mendalam dalam hal haji dan umroh, sebagaimana di katakan M. Ihya’udin Aziz sebagai berikut: Banyak sekali para siswa yang tidak mengetahui cara praktik secara kenyataan (pengimplementasian), sehingga para santri sangat haus dengan pembelajaran secara praktikum.81 Pernyataan sama maksudnya dengan yang dikatakan Ahmad Fatoni, sebagai berikut: 79
Lihat Transkrip Wawancara nomor : 15/3-W/F1/10-XI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 80 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 18/3-W/F1/10-XI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 81 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 10/3-W/F2/10-XI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
68
a. Para siswa ingin menerapkan teori dari mata pelajaran fiqih yang merujuk dari kitab salaf (kitab kuning). b. Latarbelakang yang lain diantaranya dikarenakan siswa kalau diajarkan teori saja maka prakteknya belum tentu bisa (masih nggrambyang).82 Dari keterangan dan alasan diatas maka bisa diketahui dimadrasah Miftahul Huda Mayak Ponorogo mempunyai sebuah pintu gerbang untuk maju dalam hal keilmuan yang berlandaskan kitab salaf dalam memahami fiqih bab haji dan umroh tidak cukup dengan teoritis saja tapi juga diimplementasikan.
3. Manfaat diadakannya pendidikan manasik haji murid Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda. Manfaat pelaksanaan pendidikan dan latihan manasik haji dalam proses belajarnya sangat banyak sekali sebagaimana yang dikatakan Ustadz H. Abdul Adzim. Anak- anak lebih memahami dan lebih menghayati proses ibadah hakji mulai dari rukun dan syaratnya. Karena sudah terpraktekkan tidak hanya sekedar teori saja. Sehingga diharapkan siswa-siswa lebih memahami, lebih menghayati,dan mengamalkan ibadah haji. Sehingga nanti apabila Allah berkehendak untuk mereka untuk beribadah haji sudah tidak canggung lagi sebagaimana siswa memahami wudhu. (sudah dipraktekkan berwudhu), memahami shalat(dipraktekkan sholat).83
82 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 01/3-W /F2/8 –V /2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 83 Lihat Transkrip Wawancara nomor :17/3-W/F-1/10-XI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
69
Sedangkan penjelasan Ustadz Miftahuddin sebagai berikut: Siswa mengetahui langsung praktek pelaksanaan ibadah haji. Siswa semakin semangat untuk tahu lebih jauh tentang teori dan praktek ibadah haji. Masalah-masalah yang muncul baik dalam segi teori maupun praktek dapat langsung diperoleh solusi atau pemecahannya.84 Hal ini diperkuat dengan dokumentasi adanya pendidikan yang mana didalamnya siswa mengetahui langsung praktek pelaksanaan ibadah haji.85 Sesuai dengan Ustadz Ali Sofwan sebagai berikut: untuk memahami praktek bukan hanya teorinya saja, tahu materi perlu adanya praktek karena :
& ة5 ¡$ &\1 آ5, ¡$ *7Fا Dan
*-7;T اJ* ور-, ¡$ 5, %T Bukan sekedar tahu materi tapoi juga bisa ,melakukan kewajibankewajiban. Haji semisal thowaf bagaimana? Romyul jumrah bagaimana? Sa’i bagaimana ? kalau hanya materi saja prakteknya tak mengerti. Mungkin-mungkin hanya materi thok! ga’ bisa praktek tapi ketika diadakan diklat manasik haji ini InsyaAllah dampak positifnya banyak sekali diantaranya yang saya paparkan tadi.86 Disamping itu Pelaksanaan pendidikan dan latihan manasik haji dirasa penting supaya lebih terbuka menghadapi bermacam - macam imam madzhab yang berbeda dalam pelaksanaannya. Sebagaimana hasil wawancara dengan Ustadz Izzuddin Abdul Aziz sebagai berikut : 84
Lihat Transkrip Wawancara nomor :25/3-W/F-1/12-XI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 85 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor :03/D/F-2/12-XII/ 2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 86 Lihat Transkrip Wawancara nomor :21/3-W/F-1/10-XI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
70
Praktek pelaksanaan di sana kalau kita mengikuti satu madzhab memang kita sulit. Jadi kita menggabungkan pelaksanaan haji yang kira – kira bisa. Olehkatrena itu manfaat bagi anak – anak terhadap pendidikan itu (Pendidikan dan latihan Manasik Haji) kalau mengetahui realitanya seperti itu anak nanti akan berfikir kedepan. Tapi kalau kita tidak tunjukkan sistem atau metode yang ada pada zaman sekarang ini anak – anak cenderung mengabaikan pendidikan salafiah, kitab fiqih itupun tidak mau. Jadi masih pentinglah kita mengikuti praktek, selain itu nanti harapannya dari siswa itu sudah tahu prakteknya tinggal menjelaskannya itu nanti. Kalau pulang kedaerahnya masing – masing kan poni masyarakat tentang haji banyak sekali, mungkin dari muhammadiyyah ada, dari yang lain juga ada. Kita sendiri juga bisa menyikapi ?! tidak kolot tapi juga tidak terlalu melangar / bertentangan dengan ajaran kitab salafiyah. Memang kalau anak – anak pondok itu langsung mengerti prakteknya saja, sementara kalau pulang tidak langsung dipraktekkan. Dirumah melihat kitabnya bingung melihat realita yang ada seperti ini. Bahkan saat ini kombinasi – kombinasi hukum banyak. Dari departemen agamapun tidak hanya menggunakan madzhab syafi’iyah saja, tapi ada sedikit yang lain, mungkin dari madzhab yang lain terus cara menyikapinya bagaimana?? Ini menjadi pemikitran supaya mereka terbuka menghadapi realita yang ada. Bisa diimbangkan dari yang belum ikut dan yang belum ikut?? kalau yang sudah ikut prakteknya sudah bisa, tujuannyapun sudah mengena dan bahasanya memang khusus bab haji tidak yang lainnya. Alokasi waktu yang lebih panjang insyaallah pelatihannya pun lebih efektif dari pada pendidikan biasa. Kalau masalah teori dan hukum memang dicari didalam kitab, kalau masalah praktek ini didalam lapangan. Pandai kitab saja kalau tak pernah praktek juga tidak bisa, bingung?87 Adapun pendapat dari para siswa tentang dampak positif dan manfaat dilaksanakanya pendidikan dan latihan manasik haji ini adalah sebagai berikut Menurut M. Ihya’uddin Aziz: Banyak sekali pengalaman dan pengetahuan yang didapatkan oleh santri, karena para santri mengetahui tentang keilmuannya saja(teori )
87
Lihat Transkrip Wawancara nomor : 14/3-W /F-1/1-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
71
akan tetapi kaitannya dengan praktek (Manasik haji) sangat minim sekali karena kita ketahui karena kita ketahui pondok pesantren biasanya hanya kitab kuning (teori) yang diperpanjang tanpa mengedepankan prakteknya maka dengan diadakanya manasik haji ini sangat membantu keilmuan santri yang mana para santri mendapatkan ilmu yang bisa diamalkan dengan baik karena sudah melaksanakan praktek manasik haji untuk mengetahui rukun syarat haji dengan baik.88 Proses belajarnya. Tercipta suasana PAKEM (Pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan) Hal ini diperkuat dengan bukti dokumentasi89 Menurut pengakuan M. Aminullah: 1. Bisa mengetahui tentang teori dan praktek secara sempurna dan bisa menyatukan antara teori dan praktek tersebut menjadi satu , karena kalau teori saja maka praktek belum tentu bisa, jadi praktek adalah untuk menjelaskan pandangan yang samar. 2. Penting diterapkannya setiap kali karena menjadi bekal nantinya. Paling tidak belajar teori juga tahu prakteknya.90
Menurut Ahmad Fathoni 1. Dengan diakannya pendidikan manasik haji siswa semakin faham teori dan prakteknya karena berangkat dari teori dan prakteknya karena berangkat dari teori kemudian diaplikasikan dalam bentuk praktek atau simulasi ibadah haji. 2. Mendapatkan gambaran pelaksanaan haji yang sebenarnya. Walaupun tidak beda jauh91 3. Adanya gambaran atau tashawur tentang ibadah haji dan hal-hal yang dikerjakan dalam ibadah haji. 92
88
Lihat Transkrip Wawancara nomor : 10/3-W/F-3/1-IX/2009 dalam lampiran hasil penelitian ini. 89 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 04/D/ F-2/12-XII/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini. 90 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 09/3-W/F-3/1-IX/2009 dalam lampiran hasil penelitian ini. 91 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 04/3-W/F-3/8-V/2009 dalam lampiran hasil penelitian ini. 92 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 05/3-W/F-3/4-VIII/2009 dalam lampiran hasil penelitian ini.
laporan laporan laporan laporan laporan
72
Manfaat dan dampak positif diadakannya pendidikan dan latihan manasik haji siswa madrasah Miftahul Huda dalam proses berlajarnya diantaranya: siswa lebih memahami dan menghayati proses ibadah haji dan rukun dan syaratnya, masalah yang muncul dapat diperoleh solusinya, dapat bersikap terbuka terhadap perbedaan Madzhab-madzhab fiqih, mendapatkan gambaran
pelaksanaan haji yang sebenarnya. Dari keterangan yang telah
penulis susun diatas, disamping menjadi pengetahuan juga mendapatkan pengalaman tentang haji.
4. Faktor pendukung dan penghambat pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda. 1. Faktor pendukung dalam pendidikan manasik haji siswa madrasah Miftahul Huda. Dalam keseluruhan proses belajar mengajar tejadilah interaksi antara berbagai komponen (guru, siswa, tujuan, bahan, alat, metode dan lain-lain). Masing-masing komponen mempengaruhi dalam mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran. Faktor pendukung dalam pendidikan dan latihan manasik haji siswa madrasah Miftahul Huda diantara faktor utama adalah pembimbing yang profesional dalam masalah haji dan umroh baik cara menyampaikan
maupun
kemampuanya.
Menguasai
sebagaimana disebutkan Ustadz H. Abdul Adzim.
teorinya
73
Dari madrasah mengambil tutor atau pembimbing yang sudah berpengalaman. Dalam bidang haji yang sudah melaksanakan haji.93 Hal ini diperkuat dengan dokumentasi adanya pendidikan yang mana didalamnya ada pengajaran praktek94 Sedangkan menurut Ustadz Miftahuddin sebagai berikut : Di PP Darul Huda terdapat KBIH al Haramain memiliki pembimbing tau teri yang bisa kerjasama (KBIH al Haramain) Tersedianya sarana dan prasarana praktek ibadah haji yang biasa digunakan KBIH al Haramain PP Darul Huda.95 Ditegaskan lagi menurut Ustad Ali Sofwan sebagai berikut : Adanya pemateri plus yang menuntun anak-anak untuk mengadakan pelatihan tersebut (diambilkan pemateri KBIH al Haramain) yang mana itu pendukung utama: Sarana prasarana, Baju ihrom, Miniature untuk pelatihan.96 Tanggapan dari siswa tentang keadaan pembimbing adalah sebagai berikut: Adanya guru yang ahli dalam bidangnya baik cara yang disampaikannya maupun kemampuan menguasai teorinya.97 Salah satunya adalah pemateri dibimbing dari pembimbing yang berpengalaman dibidangnya.98
93
Lihat Transkrip Wawancara nomor : 16/3-W/ F-1/10-XI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 94 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 01/D/ F-2/12-XII/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 95 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 24/3-W/ F-1/12-XI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 96 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 19/3-W/ F1/10-XI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 97 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 06/3-W /F-2/1-XI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 98 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 11/ 3-W/ F-2/ 8-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
74
Didalam pelaksanaan pendidikan dan latihan Manasik Haji siswa madrasah Miftahul Huda ditemukan suasana pengajaran dalam keadaan PAKEM (Pembelajaran Aktif, kreatif, dan menyenangkan) sebagai wujud dukungan dari siswa.99 Hal ini sebagaimana hasil wawancara dengan sebagian siswa yang mengikutinya yaitu sebagai berikut: Antusias murid cukup semangat mengikutinya.100 Menurut saya malah senang bisa ikut praktek, kenapa? Karena saya butuh. Karena tanpa praktek saya tidak bisa karena belum tahu apa itu tatacaranya. Baru setelah ikut udah tahu gambaran meskipun hanya sebentar. Apa yang saya ketahui didalam latihan langsung dengan apa yang saya ketahui dikelas itu beda tentangdo'anya?, tentang towaf diKa'bah bagaimana?.101 Disamping faktor diatas ada satu hal yang membuat siswa lebih mudah mengikuti pelaksanaan pendidikan manasik haji sebagaimana yang disebutkan Ustadz H. Abdul Adzim sebagai berikut: Dari siswa sudah ada teori sudah ada pengetahuan tentang haji dan hukum-hukumnya, seperti yang mereka pelajari dalam bangku sekolah melalui kitab fiqih. Dari sarana dan prasarana dari madrasah juga mengupayakan saran dan prasarana yang memadahi untuk pelaksanaan haji.102 Sarana prasarana yang cukup memadahi untuk praktek: Miniatur ka’bah,Tempat yang strategis, Buku-buku panduan do’a.103 99
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 06/D/F-2/12-XII/2008 dalam lampiran laporan hasil Penelitian ini. 100 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 02/3-W /F-2/8-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 101 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 20/3-W/F-2/03-XI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 102 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 16/3-W/F-1/10-XI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
75
Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan pendidikan dan latihan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda terdapat berbagai pendukung yang bervariasi sehingga dalam proses belajarnya. Tercipta suasana PAKEM (Pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan). 2. Faktor Penghambat dalam pendidikan manasik haji siswa madrasah Miftahul Huda. Adapun kendala yang dialami dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dan latihan manasik haji siswa madrasah Miftahul Huda menurut M Ihya’ Udin Aziz sebagai berikut: Faktor penghambat diadakannya pendidikan manasik haji diantaranya, di ponpes Darul Huda terdapat banyaknya kegiatan ekstra yang diadakan oleh madrasah pagi contohnya” Pramuka” yang mana sifatnya wajib diikuti oleh siswa sehingga banyak santri yang ingin mengikuti pendidikan manasik haji tidak dapat mengikutinya.104
Sebagian siswa lain menyebutkan sebagai berikut: Waktu yang disediakan cukup terbatas sehingga kurang begitu sempurna.105 Salah satunya adalah alokasi waktu yang minim.106
103
Lihat Transkrip Wawancara nomor : 02/3-W /F-2/8-V/2009 dalam lampiran hasil penelitian ini. 104 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 12/3-W/F-3/1-1X/2009 dalam lampiran hasil penelitian ini. 105 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 07/3-W /F-3/1-1X/2009 dalam lampiran hasil penelitian ini. 106 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 03/3-W /F-3/8-V/2009 dalam lampiran hasil penelitian ini.
laporan laporan laporan laporan
76
Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa kendala-kendala yang dialami dalam pendidikan dan latihan manasik haji adalah kurangnya waktu dalam proses belajar mengajar.
77
BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MANASIK HAJI MADRASAH MIFTAHUL HUDA PONDOK PESANTREN DARUL HUDA
A. Analisis Tentang
Implementasi Pendidikan Manasik Haji siswa
Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda Proses adalah bagian terpenting dari suatu pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan baik oleh pihak lembaga sekolah maupun masyarakat maupun pemerintah. Dalam hal ini proses dalam implementasi pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda membantu guru dalam mengajar dan memudahkan murid untuk menerima dan memahami pelajaran. Proses ini membutuhkan guru yang profesional dan mampu menyelaraskan antara media pendidikan dan metode pengajaran. Pengetahuan dan pengalaman seseorang membawa pengaruh yang besar dalam bidang pendidikan khususnya dalam implementasi Pendidikan Manasik Haji. Dalam pembelajaran Pendidikan Manasik Haji siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka disini diperlukan sebuah proses pembelajaran yang melibatkan banyak pihak biak itu siswa, guru, maupun komponen – komponen lain yang mendukung proses pembelajaran tersebut secara maksimal. Proses pembelajaran bukan hanya didalam kelas atau didalam sekolah saja melainkan 77
78
yang berlangsung pada semua tindakan. Dalam proses pendidikan manasik haji, makna implementasi tidak hanya sekedar mengkomunikasikan hubungan antara sumber (pengajar), si penerima (anak didik) dan alat (media), namun lebih dari itu merupakan bagian yang integral dan saling mempunyai keterikatan antara komponen yang satu dengan yang lainnya, saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Seperti dipaparkan dalam BAB III bahwa Madrasah Miftahul Huda adalah Madrasah diniyah yang didalamnya diajarkan pendidikan agama islam
yang merujuk kepada kitab-kitab salaf (kitab kuning) dimana didalam pembelajaran fiqih sendiri, seorang guru tidak cukup menyampaikan materi tentang
hukum-hukum
ibadah
tetapi
harus
dapat
mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan murid secara aktif dan inovatif. Pendidikan praktikum sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pendidikan. Agar pembelajaran dapat dimaknai dan difahami maka diperlukan implementasi yang selalu membantu untuk memproses suatu pelajaran dengan tepat, sehingga dapat ditangkap dan difahami lebih cepat dan lebih jelas. Kegiatan pembelajaran dikatakan sukses apabila nilai – nilai ajaran pendidikan manasik haji dapat diaktualisasikan, yang mana secara tidak langsung akan bisa diterapkan dalam kehidupan masyarakat. Dalam
penyampaian
pelajaran
manasik
haji
dengan
adanya
implementasi pendidikan manasik haji maka dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang diinginkan melalui beberapa hal yaitu : fasilitator yang
79
profesional, sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran seperti miniatur Ka’bah, Maqam Nabi Ibrahim, hijir Ismail, tempat Sa’i dan lain sebagainya. Berangkat dari kesadaran individu baik dari segi minat, motivasi, sikap, kemampuan maka guru lebih mudah untuk menuangkan ajaran pendidikan manasik haji serta mengembangkan pengetahuan dan keterampilan siswa. Dari
pemaparan
diatas
dapat
diambil
suatu
analisa
bahwa
implementasi pembelajaran pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda dirasa sudah cukup untuk menunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar siswa dengan menggunakan sarana – prasarana pendukung yang didampingi pembimbing yang profesional, selain itu juga, dalam proses pelaksanaan pembelajaran di kelas berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya yang mana hal itu sebagai pendidikan teori, kemudian proses belajar mengajar dilaksanakan dilapangan sebagai implementasi pendidikan praktik manasik haji.
B. Analisis Tentang Latar Belakang diadakannya Pendidikan Manasik Haji di Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda. Dalam ibadah haji yang kedudukannya sebagai ibadah baku, maka sudah semestinya memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya, bahkan sunahsunahnya demi kesempurnaan ibadah, maka haji wajib (yang pertama)
80
semampunya mesti dilakukan sebaik mungkin. Muncuknya kegiatan pendidikan manasik haji siswa madrasah Miftahul Huda dalam dalam rangka mengenal, memahami dan menghayati ilmu-ilmu fiqih secara teoritis maupun praktis khususnya dalam masdrasah haji dan umroh. Hal ini disebabkan juga karena anak-anak didik masih buntu dalam hal praktik ibadah haji, akibatnya antara teori dan prakteknya belum seimbang karena keterbatasan waktu KBM. Dan sebenarnya gagasan, usulan atau ide-ide untuk di coba diterapkan praktik ini sudah jauh-jauh hari namun baru terealisasi tahun 2008 semua ini juga faktor waktu. Dalam masalah haji ini memang perlu adanya bimbingan pengajaran, latihan penggunaan dan pengalaman-pengalaman disamping hanya sekedar teori-teori saja seperti yang mereka pelajari, di bangku sekolah. Upaya Madrasah Miftahul Huda untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mengadakan program pendidikan dan latihan manasik haji disamping untuk menyampaikan materi dalam memahami teks-teks kitab salafiyah tentang hukum ibadah, juga untuk mengkombinasikan teori dan praktek supaya singkron. Selain itu untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan siswa secara aktif dan inovatif. Latar belakang pendidikan manasik ini juga tidak terlepas dari banyaknya opini-opini masyarakat yang berbeda-beda dalam mengikti dan menerapkan madzhab dan hal ini sebagai pengenalan untuk juga tidak kolot atau bertentangan dengan ajaran kitab salafiyah, sehingga perlu diketahui di
81
dalam bermadzhab terdapat kemaslahatan yang agung dan berpaling dari madzhab terdapat kerusakan yang parah. Dalam masalah haji ini Nabi Saw menegaskan :
9َ8 ْ), ِ ْ% َ, ً7)ْ 5ِ 4 َ َ& ٍم1 ْ َ0 % ِ ْ$ / ّ ِ-, َ ْ &َا ِه ْ) َ* َو$ إ% ِ ْ$ # َ " َ ْ! َ ََِإ َ .D ٍ ;ْ &َ ُ4 % ِ ْ$ ْ% َ, 9َ8 ْ), ِ َ=&َ Cَ 0 ْ َأ: َ& ٍم1 ْ َ0 % ِ ْ$ > ?َ َل َ =ُ ْ<ُ; % ِ ْ$ .م. ص/ I ِCI F َاN ُ ْ; َرَأ:ُ<ْ ُلL;َ &ًا$ِ َ4 Kَ 5ِ َ! Jُ I=أ,&ْ)$َ GEFُ<ْا$ َأ/ِ=&َ Cَ 0 ْ َأ /X=Wِ َV."ْ*Uُ Uَ ِ! َTَ وْاRُ ُ0Sْ Pَ Fِ "ُ <ْ ُلL;َ َو.&ِ ْ"I F ;َ<ْ َم اJِ ِP-َ ِ َر9َ-, َ ;َ&ْ ِم "]ِ Rِ َه/ِP\ َ َ َ 7ْ $َ D E ُ َ َأF / X -َ7Fَ َأدْرِيY Artinya: 'Isa menceritakan kepada kami dari Ibn Juraij. diceritakan oleh Abu Zubair; sesungguhnya dia mendengar Jubair pernah mengatakan: "aku pernah melihat Nabi SAW melempar jumrah diatas kendaraannya pada hari kurban seraya bersabda: "Hendaklah kamu ambil manasik-manasikmu." Aku tidak tahu apakah setelah haji yang tengah aku jalani itu aku tidak pernah bisa lagi melakukan ibadah haji."107
Manasik adalah sama maksudnya dengan “kaifayah” yang artinya “tata cara” pelaksanaan ibadah. Hanya saja kalau istilah kifayah biasa dipakai untuk ibadah shalat maka manasik menjadi istilah bagi ibadah haji. Hal ini merujuk pada ungkapan baginda Nabi Muhammad SAW ibn Abdullah “Ambillah oleh kalian dariku manasik (tata cara) haji kalian”. Hal ini Madrasah Miftahul Huda menginginkan dan mengharapkan kepada siswa-siswanya untuk mengenal dan memahami, menghayati ilmuilmu fiqih secara teoritis maupun praktis khususnya dalam masalah haji dan umroh. 107
595.
Abi al-Husain Muslim, Shahîh Muslim Juz 1 no 1297 (Lebanon: Dâr al-Fikr, 1991),
82
Latar belakang yang lain adalah untuk menyeimbangkan antara pendidikan teori dan praktek dalam bidang fiqih masalah haji. Argumen ini menunjukkan, pengertian prinsip bahwa teori dan praktek itu mempunyai hubungan satu dan satu (one to one relation) hal ini dapat diterima dan logis karena dalam pendidikan, teori dan praktek, tidak termuat adanya unsur-unsur yang saling berlawanan. Agar pendidikan dalam artian teori dan praktek selalu dapat saling kait perlu adanya upaya agar pandangan dikotomis menjadi semakin
melemah,108
sehingga
sudah
tepatlah
dengan
dilaksanakan
pendidikan manasik haji ini. Dengan demikian kegiatan pendidikan dan latihan manasik haji siswa Madradah Miftahul Huda tersebut dilatar belakangi dalam mengkombinasikan pendidikan teori dan praktik, melatih dan mendidik sikap terbuka dalam menyikapi
perbedaan
pendapat
dalam
bermazhab
tentang
masalah
pelaksanaan ibadah haji dan juga opini-opini masyarakat yang berbeda-beda dalam hal itu. Sehingga tidak bertentangan dengan ajaran kitab salafiyah yang dipelajarinya.
C. Analisis Manfaat diadakannya Pendidikan Manasik Haji siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok Pesantren Darul Huda.
108
Imam Barnadib, Dasar-Dasar Kependidikan: Memahami Makna dan Perspektif Beberapa Teori Pendidikan (Yogyakarta: Galia Indonesia, 1996), 14-15.
83
Dalam pendidikan dan pengajaran fiqih terdapat suatu tujuan yang diharapkan terhadap siswa yaitu: Pertama : mengetahui dan memahami pokokpokok hukum islam secara terperinci dan menyeluruh baik berupa dalil naqli maupun dalil aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan sosial. Kedua : melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam,disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Berdasarkan data yang diperoleh penulis pada bab III mengenai manfaat atau dampak positif dilaksanakannya pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda dalam memahami mata pelajaran fiqih dalam masalah haji dan umroh dapat diketahui bahwa, manfaatnya adalah siswa lebih memahami dan lebih menghayati proses ibadah haji mulai dari rukun-rukun dan syaratnya dan siswa dapat mengetahui langsung praktek pelaksanaan ibadah haji. Selain itu juga untuk menjelaskan teks yang ada dalam landasan kitab salaf (kitab kuning). Karena dalam masalah haji ini tidak cukup hanya dipelajari teori saja namun perlu adanya pengalaman dan pengetahuan praktek untuk menjelaskan pandangan yang masih samar. Dikatakan Imam Barnadib yaitu ada anggapan bahwa teori dipandang kurang ilmiah karena tidak dapat diukur sehingga ada ahli yang mengutamakan pelaksanaan atau aspek praktek dari pendidikan itu.109 Disisi
109
Imam Barnadib, Dasar-Dasar Kependidikan, 14.
84
lain ada juga anggapan bahwa pengetahuan dikatakan ilmiah bila bersifat intelektual dan abstrak. Ini berarti bahwa presikat ilmu itu ditandai oleh ada tidaknya teori dalam suatu bidang110 dengan menggabungkan 2 (dua) disiplin ilmu tersebut siswa lebih mudah memahami dan mengerti simulasi perjalanan ibadah haji dan umrah. Manfaat yang lain adalah merangsang dan lebih melatih sikap terbuka terhadap perbedaan-perbedaan pendapat tentang masalah-masalah haji dan umrah. Karena pelaksanaan haji yang sebenarnya banyak masalah-masalah yang akan dijumpai dalam bab ibadah. Dan ini menjadi pemikiran supaya mereka para siswa lebih terbuka menghadapi realita yang ada. Namun demikian dalam pendidikan dan latihan manasik haji senantiasa dibekali melalui ajaran-ajaran kitab salafiyah, dan juga tidak terlalu kolot dalam mengikapinya. Dari penjelasan ini dampak positif atau manfaat diadakannya pendidikan manasik haji siswa madrasah Miftahul Huda terdapat manfaat atau dampak positif diantaranya siswa lebih memahami simulasi pelaksanaan ibadah haji, siswa mengetahui praktek secara kenyataan pelaksanaan ibadah haji, siswa dapat mengkombinasikan pengalaman-pengalaman teori dan praktek yang merujuk pada teks yang ada pada kitab salafiyah. Lebih bersikap terbuka terhadap perbedaan pendapat dalam masalah pelaksanaan ibadah haji. Dengan pengalaman langsung tersebut memberikan kesan paling utuh dan
110
Ibid.
85
paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam masalah pelaksanaan ibadah haji. Hal inilah tujuan yang ingin dicapai dan yang diharapkan dalam mempelajari fiqih dalam masalah haji dan umrah, sehingga nanti apabila, Allah berkehendak untuk mereka beribadah haji sudah tidak canggung lagi.
D. Analisis
Faktor
Pendukung
dan
Penghambat
dilaksanakannya
Pendidikan Manasik Haji Siswa Madrasah Miftahul Hada Pondok Pesantren. a. Faktor Pendukung Pertama, adalah pembimbing yang berpengalaman dibidangnya, Hubungannya dengan pendidikan manasik haji,
Pokok-pokok yang
temasuk dalam kemampuan profesional pendidik adalah menguasai landasan kependidikan, menguasai bahan pengajaran, menyusun program pengajaran dan melaksanakan program pengajaran.111 Lebih jauh lagi pendidik adalah seorang arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik, yang mempunyai kekuasaaan membentuk dan membangun kepribadian dan intelektual peserta didik sebaikbaiknya.112 Dalam pendidikan seorang pendidik adalah sebagai suri tauladan siswa atau siswi itu sendiri, sebagaimana di jelaskan di Bab III dalam pelaksanaan pendidikan manasik haji di Madrasah Miftahul Hada ini di bimbing oleh tutor yang sudah berpengalaman dalam masalah haji
111 112
56.
Ibid, 114. Muhlishon Efendi dan Siti Rodliyah, Ilmu Pendidikan (Ponorogo: PPS Pres, 2004),
86
dan sudah melaksanakannya pula. Dengan demikian, karena latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar atau membimbing adalah dua aspek yang mempengaruhi kompetensi pendidik di bidang pendidikan
dan
pengajaran.
Dalam
pelaksanaannya
ada
yang
membimbing dalam bentuk teori-teori dan hukum-hukum ibadah haji, dan
ada
yang
membimbing
di
lapangan
dalam
bentuk
pengimplementasian ibadah haji. Melalui perannya sebagai demonstrator pengajar (pelatih) senantiasa memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator, sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis (apa yang disampaikan betul-betul dimiliki anak didik).113 Dalam pendidikan manasik haji yang dimaksud dengan instruktur pelatih adalah tenaga instuktur yang telah mengikuti pelatihan pembimbingan haji, serta menguasai pengetahuan tertentu, teorits maupun praktis baik yang diperoleh melalui pedidikan, pelatihan dan pengalaman.114 Pengorganisasian bimbingan yang baik akan mewujudkan pelaksanaan bimbingan yang teratur dan terukur hasilnya. Persepsi peserta didik atas apa yang dipelajari akan menghasilkan penerapan ibadah yang sah. Kedua, adalah anak didik yang cukup semangat untuk mengikuti pendidikan dan latihan manasik haji. Sehingga suasana pengajaran dalam keadaan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif dan Menyenangkan). Hal ini disebabkan motivasi siswa yang cukup tinggi. Syaikul Bahri Djamarah dalam Strategi Belajar Mengajar, mengatakan bahwa “Motivasi memegang peranan penting dalam belajar, seorang siswa tidak akan dapat
113 114
Basuki dan Miftahul Ulum, Pengantar Pendidikan, 104. Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis, 33.
87
belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi di dalam dirinya”.115 Dari siswa sendiri rasa ingin tahunya lebih tinggi terhadap materi pelajaran manasik haji yang disampaikan dan inilah yang disebut dengan motivasi intrinsik. Ketiga, adalah pengalaman atau pengetahuan yang sudah didapatkan para siswa seperti yang mereka pelajari didalam bangku sekolah melalui pendalaman pema'naan kitab-kitab fiqih (kitab kuning) dari pengetahuan sebelumnya dan ditambah pengalaman yang baru dalam pendidikan dan latihan manasik haji, sehingga siswa lebih mudah mengikuti proses pengajarannya. Azhar Arsyad Mengatakan: “Perolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dalam perilaku dapat terjadi interaksi pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya”.116 Dalam memahami manasik haji ini pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu. Sehingga untuk itu melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman dan peraba. Ini dikenal dengan Learning by doing. Empat, adalah media pembelajaran sarana dan prasarana yang digunakan pendidikan manasik haji ini mudah didapatkan dengan bekerja dengan lembaga bimbingan haji di PP Darul Huda yang cukup memadahi
115 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 182. 116 Azhar Arsyad dan Asfah Rahman, Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 7.
88
untuk pelaksanaan haji seperti alat peraga miniature Ka’bah117 lokasi mas’a118 jamarat119 buku-buku panduan do’a dan lain-lain. Dengan media pembelajaran yang cukup lengkap ini sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman dalam masalah haji dan umroh. Hal ini sesuai Azhar Arsyad yang menjelaskan betapa pentingnya media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbaharui semangat mereka, membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan pelajaran.120 b. Faktor Penghambat Alokasi waktu yang terbatas dalam proses pembelajaran dan juga banyaknya kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler di PP Darul Huda yang sifatnya wajib maupun sunah, sehingga terdapat beberapa siswa yang ingin mengikuti pendidikan dan latihan manasik haji tidak dapat mengikutinya. Hal ini jelas menjadi kendala tersendiri, dimana benturan waktu yang tidak bisa di hindari.
117
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 02/D/F-2/12-XII/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 118 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 04/D/F-2/12-XII/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 119 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 06/D/F-2/12-XII/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 120 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 16.
89
Dari data yang diperoleh penulis pada BAB III mengenai kendala yang dialami dalam kegiatan pendidikan manasih haji maka dapat diketahui bahwa kendala yang ada adalah alokasi waktu yang terbatas.
90
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat di ambil kesimpulan bahwa: 1. Implementasi pendidikan manasik haji: pertama adalah pendidikan teori yang menjelaskan hukum dan perjalanan ibadah haji, kemudian kedua adalah pendidikan praktek yang mengimplementasikan perjalanan ibadah haji. 2. Latar belakang diadakannya pendidikan manasik haji siswa Madrasah Miftahul Huda Pondok
Pesantren
Darul Huda adalah dalam rangka
mengenal, memahami dan menghayati ilmu-ilmu fiqih secara teoritis maupun praktis dalam masalah haji. 3. Manfaat pendidikan manasik haji; Siswa lebih mudah memahami dan mengerti simulasi perjalanan pelaksanaan ibadah haji dan umrah, merangsang dan lebih melatih sikap terbuka terhadap perbedaanperbedaan pendapat tentang masalah-masalah haji dan umrah. 4. Faktor pendukung pendidikan manasik haji: Tenaga ahli atau pembimbing yang berpengalaman dibidangnya, Motivasi anak didik yang cukup tinggi, Sarana dan prasarana yang memadahi dan lengkap. Faktor penghambat: Alokasi waktu yang terbatas, banyaknya kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler
90
91
B. Saran Berdasarkan penelitian ini, maka peneliti dapat memberikan saransaran yang berkaitan dengan peningkatan pendidikan dan latihan manasik haji. 1. Madrasah Miftahul Huda masih bisa menjaga dan meningkatkan pembelajaran teori dan praktek dalam pendidikan manasik haji dengan cara memanfaatkan faktor-faktor pendukung yang cukup memadahi, sehingga tujuan pendidikan akan lebih mengena. 2. Untuk siswa hendaknya terus meningkatkan motivasi belajar. Karena dalam proses pembelajaran, motivasi adalah menjadi pendorong semangat belajar untuk mencapai tujuan. 3. Untuk peneliti sebagai kepentingan ilmiah maka diharapkan adanya kelanjutan dari peneliltian ini pada pendidikan manasik haji yang lebih luas, sebab penelitian ini masih banyak kekurangan-kekurangan karena keterbatasan biaya dan waktu.
92
DAFTAR RUJUKAN Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetyo. Strategi Belajar dan Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, 2005. Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1991. al-Ghazalî, Abi Hamid. al Wajîz. Beirut-Lebanon: Dâr al-Fikr, 1994. al-Masyhuri, Abi Bakr. I’ânah al- Thalibîn Juz II. Surabaya: Dâr al ‘Ilmi. al-Nahlawî, Abdurahmân. Pendidikan Islam: Di Rumah, Sekolah, Dan Masyarakat (Jakarta: Gema Insani Press. al-Nawawi, Abu Zakariyya Yahya. al-Idhah dalam Hasyiyah Ibnu Hajâr. Makkah- Riyad: Maktabat Nizar Musthofa al-Baz, 2000. al Qur’an Arif, Amrizal. Petunjuk Manasik. Malang: Ulil Abshor, 2000. Arifin, Imron Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan. Malang: Kalimasahada Press, 1996. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Arsyad, Azhar dan Asfah Rahman. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000. Ayyub, Hasan. Pedoman Menuju Haji Mabrur: Manasik Haji Lengkap Fiqih, Sejarah dan Pluralisme Pemikiran Para Ulama’, Terj. Said Agil Husin alMunawar. Jakarta: Wahana Dinamika Karya, 2002. Barnadib, Imam. Dasar-Dasar Kependidikan: Memahami Makna dan Perspektif Beberapa Teori Pendidikan (Yogyakarta: Galia Indonesia, 1996. Basuki dan Miftahul Ulum. Pengantar Pendidikan Islam. Ponorogo: STAIN PRESS, 2007. Bogdan dan Biklen, Qualitative Recearh For Education, An Introduction Tomtheory And Methods. Boston: Allyn And Bacon, 1982.
93
Bunyamin, Ali Murtadlo. Makah-Madinah dan Sekitarnya. Madinah: Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Madinah, 1995. Departemen Agama, al Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: CV. Diponegoro 2, 2003. Departemen Agama RI. Petunjuk Teknis Pengorganosasian Kelompok Bimbingan Ibadah Haji. Jakarta: Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji. Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 1996. Efendi, Muhlishon dan Siti Rodliyah. Ilmu Pendidikan. Ponorogo: PPS Pres, 2004. Hadi, Sutrisno Metodologi Reseach I. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1987. Mâjah, Ibn Sunan Ibn Mâjah Juz II. Beirut-Lebanon : Dâr al-Fikr, 1994. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Moleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 2003. Muslim, Abi al-Husain. Shahîh Muslim Juz 1 no 1297. Lebanon: Dâr al-Fikr, 1991. Muslim, Abi al-Husain. Shahîh Muslim no 1297 Juz 1. Lebanon: Dâr al-Fikr, 1991. Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2006. Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press, 1990. Umar, M. Nawawî bin. Tausyih ‘Ala Ibni Qâsim. Jakarta: Dâr al-Kutub alIslamiyah, 2002. Usman, Basyirudin dan Asnawir. Media Pembelajaran. Jakarrta: Ciputat Pers, 2002. Zen Su, Sa’dun. Perjalanan Haji-Umrah-Ziyarah. Pekalongan: Yayasan Ulil Abror, 2005.
94