BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bayi gizi kurang merupakan suatu ancaman bagi generasi yang akan datang. Masa bayi ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Jika pada masa bayi ini mengalami gizi kurang dan tidak mendapatkan penanganan yang optimal maka dampaknya adalah lost generation. Fisioterapi sangat besar perannya dalam membantu proses tumbuh kembang yang optimal, sehingga akan membentuk generasi yang berkualitas. Pijat bayi merupakan salah satu bentuk fisioterapi yang berpengaruh positif terhadap proses tumbuh kembang balita selain pemberian makanan tambahan (Roesli, 2001). Pengaruh positif pijat atau sentuhan pada proses tumbuh kembang bayi dan anak telah lama dikenal oleh manusia. Pijat bayi bisa dimulai setelah bayi dilahirkan, sudah barang tentu bayi yang masih merah ini tidak boleh dipijat seperti pada balita. Sentuhan dan pijatan pada bayi dilakukan dengan pelan dan lembut sehingga bayi merasa nyaman dan membuat nafsu makan menjadi besar (Gatot, 2005). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VI/ 2002 tentang registrasi dan praktek bidan menyebutkan bahwa bidan berwenang memantau tumbuh kembang bayi melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang. Salah satu bentuk stimulasi yang selama ini dilakukan masyarakat adalah dengan pijat bayi (Prasetyo 2009). Menurut Roesli (2001) pijat bayi adalah terapi sentuh tertua yang dikenal manusia yang paling populer. Pijat bayi telah lama dilakukan hampir di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, dan diwariskan secara turun temurun. Sentuhan dan pijat pada bayi setelah
kelahiran dapat memberikan jaminan adanya kontak tubuh berkelanjutan yang dapat mempertahankan perasaan aman pada bayi. Laporan tertua tentang seni pijat untuk pengobatan tercatat di Papyrus Ebers, yaitu catatan kedokteran zaman mesir kuno, Ayur-Veda buku kedokteran tertua di India (sekitar 1800 sebelum Masehi) yang menuliskan tentang pijat, diet dan olahraga sebagai cara penyembuhan utama masa itu. Sekitar 5000 tahun yang lalu para dokter di Cina dari Dinasti Tang juga meyakini bahwa pijat adalah salah satu 4 teknik pengobatan penting (Roesli, 2001). Menurut Sari (2004) dalam Prasetyo (2009) di Indonesia pelaksanaan pijat bayi di masyarakat desa masih banyak dilakukan oleh dukun bayi. Selama ini pemijatan tidak hanya dilakukan bila bayi sehat, tetapi juga pada bayi sakit atau rewel dan sudah menjadi rutinitas perawatan bayi setelah lahir. Pijat bayi merupakan usaha yang positif untuk memperoleh kondisi optimal pada masa bayi tersebut karena merangsang semua kerja sistem sensorik dan motorik. Manfaat dari pijat bayi adalah dapat meningkatkan berat badan, meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan konsentrasi, membuat bayi tidur lebih lelap, membina ikatan kasih sayang antara ibu dan anak, dan meningkatkan produksi ASI. Pijat bayi sebagai salah satu bentuk bahasa sentuhan dan pijatan pada bayi setelah kelahiran dapat memberikan jaminan adanya kontak tubuh berkelanjutan yang dapat mempertahankan perasaan aman pada bayi. Sentuhan juga akan merangsang peredaran darah dan akan menambah energi karena gelombang oksigen yang segar akan lebih banyak dikirim ke otak dan seluruh tubuh (Roesli, 2001). Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, para pakar telah membuktikan bahwa terapi sentuh dan pijat menghasilkan perubahan psikologi yang
menguntungkan berupa peningkatan pertumbuhan, peningkatan daya tahan tubuh, dan kecerdasan emosi yang lebih baik (Roesli, 2001 ) Ilmu kesehatan modern telah membuktikan secara ilmiah bahwa terapi sentuh dan pijat pada bayi mempunyai banyak manfaat terutama bila dilakukan sendiri oleh orang tua bayi. Penelitian tentang pengaruh pijat bayi terhadap kenaikan berat badan bayi memperoleh hasil bahwa pada kelompok kontrol kenaikan berat badan sebesar 6,16%, sedangkan pada kelompok yang dipijat 9,44% (Dasuki, 2010, dalam Prasetyo, 2009). Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosis bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir di bawah 2500 gram atau di bawah 2,5 kg. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema, dan adanya tumor. Berat badan dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan (Hartono, 2008). Pertambahan berat badan bayi bisa dilihat per triwulan. Triwulan pertama, kenaikan berat badan bayi berkisar 150-200 gr/minggu, triwulan kedua kenaikannya 500600 gr/bulan, triwulan ketiga kenaikannya 350-450 gr/bulan dan triwulan keempat sekitar 250-350 gr/bulan. Penambahan berat badan bayi pada triwulan pertama lebih cepat dibandingkan triwulan selanjutnya. Acuan untuk melihat normal tidaknya berat badan bayi adalah pada saat usianya mencapai 6 bulan dan 1 tahun. Berat badan bayi pada usia 6 bulan harus mencapai 2x lipat berat lahir dan menjadi 3x lipat pada usia 1 tahun. Jika berat badan bayi kurang dari itu, berarti berat badannya disebut rendah atau termasuk bayi kurus (Prasetyo, 2009). Data dari catatan medik di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah kota Semarang, bayi lahir dalam 3 bulan terakhir yaitu pada bulan Oktober 2011 sebanyak 95
orang, bulan Nopember sebanyak 66 orang dan pada bulan Desember 2010 sebanyak 61 orang, dengan rata-rata berat badan bayi lahir normal 2.900 gram dan rata-rata berat badan bayi saat pulang adalah 2.950 gram. Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang peneliti lakukan di BPS Yohana Kebonharjo peneliti mendapatkan informasi dari pimpinan bahwa pijat bayi sudah sering dilakukan pada bayi dan pijat bayi ini dilakukan setiap pagi setelah bayi dimandikan, dengan gambaran dari 10 bayi yang diteliti, 7 bayi (70%) diperlakukan pijat bayi dengan hasil mengalami kenaikan berat badan yang signifikan sedangkan 3 bayi (30%) yang tidak mendapatkan pijat bayi mengalami kenaikan berat badan yang tidak signifikan. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan kenaikan berat badan bayi yang dilakukan pijat bayi dengan yang tidak dilakukan pijat bayi di BPS Yohana Kelurahan Kebonharjo Kota Semarang tahun 2012.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang peneliti uraikan sebelumnya maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana:”perbedaan kenaikan berat badan bayi yang dilakukan pijat bayi dengan yang tidak dilakukan pijat bayi di BPS Yohana Kelurahan Kebonharjo Kota Semarang tahun 2012”.
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan kenaikan berat badan bayi yang dilakukan pijat bayi dengan yang tidak dilakukan pijat bayi di BPS Yohana Kelurahan Kebonharjo Kota Semarang tahun 2012.
2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik bayi berdasarkan umur dan jenis kelamin bayi di BPS Yohana Kelurahan Kebonharjo Kota Semarang. b. Mendeskripsikan berat badan awal dan akhir bayi yang dilakukan pijat bayi di BPS Yohana Kelurahan Kebonharjo Kota Semarang c. Mendeskripsikan berat badan awal dan akhir bayi yang tidak pijat bayi di BPS Yohana Kelurahan Kebonharjo Kota Semarang d. Menghitung kenaikan berat badan bayi yang dipijat dengan yang tidak di pijat. e. Menganalisis perbedaan berat badan bayi awal dan akhir pada bayi yang dipijat. f. Menganalisis perbedaan berat badan bayi awal dan akhir pada bayi yang tidak dipijat. g. Menganalisis perbedaan kenaikan berat badan bayi yang dipijat dan tidak dipijat.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mendapat gambaran perbedaan kenaikan berat badan bayi yang dilakukan pijat bayi dengan yang tidak dilakukan pijat bayi sehingga dapat dilakukan perlakuan pijat bayi pada bayi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Praktik Kebidanan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu kajian pengetahuan tentang berat badan bayi. b. Bagi Pendidikan DIII Kebidanan Sebagai informasi bagi pendidikan kebidanan khususnya pada bayi bahwa ada hasil “evidence based” tentang salah satu intervensi kebidanan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan berat badan bayi melalui pemberian teknik pemijatan. c. Bagi Penelitian Kebidanan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber data atau informasi bagi pengembangan penelitian kebidanan berikutnya terutama yang berhubungan dengan pengaruh pijat bayi terhadap peningkatan berat badan bayi E. Keaslian Penelitian Hasil penelusuran penelitian, terdapat penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini, diantaranya : No
Peneliti
1
Rini Astariningsih
2
Rona Riasma Oktobrariani
3
Nurul Indah Sari
Tabel 1.1 keaslian penelitian Desain dan Variabel penelitian Hubungan antara Penelitian ini pijat bayi dengan menggunakan metode tumbuh kembang deskriptif dengan pada anak usia 0 – 3 rancangan cross tahun di Desa sectional dianalisis Protomulyo dengan rumus Kecamatan korelasi product Kaliwungu Selatan moment Kabupaten Kendal Variabel bebas pijat bayi variabel terikat tumbuh kembang anak 0 – 3 tahun Pengaruh Pendidikan Variabel bebas kesehatan tentang Pendidikan kesehatan pijat bayi terhadap tentang pijat bayi praktik pijat bayi di variabel terikat polindes Harapan praktik pijat bayi Bunda Sukoharjo Efektivitas Pijat Bayi Variabel Bebas : Pijat terhadap peningkatan Bayi berat badan bayi Variabel terikat : prematur di RSUD Peningkatan Berat Kota Semarang badan bayi Judul
Hasil Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan signifikan antara pijat bayi dengan tumbuh kembang pada anak usia 0 -3 tahun di Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal
Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang pijat bayi terhadap praktik pijat bayi
Hasil Penelitian adalah ada hubungan antar apijat bayi dengan peningkatan berat badan bayi di RSUD Kota Semarang
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan terdapat perbedaan yaitu tempat penelitian, tahun penelitian, jenis penelitian dan variabel penelitian. Penelitian yang akan dilakukan ialah pengaruh pijat dengan penambahan berat badan bayi di BPS Yohana Kebonharjo Kota Semarang.