1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan, salah satunya MIS Sapugarut Pekalongan dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajarnya pastilah memiliki pengembangan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi keberhasilan sebuah pendidikan. Salah satu diantaranya adalah manajemen yang berbasis sekolah (MBS). Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dimaknai sebagai seperangkat aturan yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dengan serangkaian kebijakan yang ditentukan oleh pihak sekolah berkenaan dengan segala program yang akan dilaksanakan. MIS Sapugarut sebagai sebuah sekolah merupakan salah satu unit penting yang keberadaanya tidak bisa dilepaskan dari masyarakat. Oleh karena itu sekolah harus mengorientasikan program-programnya agar siswa sebagai peserta didik mampu berperan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya. Selain tuntutan global dan nasional, sekolah juga dihadapkan pada berbagai macam tuntutan lokal sehingga kepedulian masyarakat terhadap pengembangan pendidikan di sekolah sangat signifikan. Sehubungan dengan itu, yang harus dilakukan adalah bagaimana sekolah mampu menjalin hubungan yang baik dan bersifat timbal balik dengan masyarakat dan lingkungan sekitar.1
1
Syaeful Sagala, Manajemen Berbasis Sekolah & Masyarakat, Strategi Memenangkan Persaingan Mutu, (Jakarta: PT Rakasta Samasta, 2004), h. 7.
1
2
Sebelum diterbitkan UU No 20 tahun 2003, kegiatan manajemen untuk mendukung pencapaian tujuan belajar ini dilakukan secara terpusat, yaitu oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sekolah tinggal menjalankan program dan kegiatan yang sudah ditetapkan oleh pusat. Sekarang, pasal 51 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis Sekolah/Madrasah”.2 Hal ini di tangkap oleh MIS Sapugarut dengan memberikan pelayanan pendidikan melalui ekstra kuruikuler yang bermanfaat bagi para siswa sebagai peserta didiknya. Pada prinsipnya, melalui MBS, setiap sekolah/madrasah diberikan kewenangan yang besar untuk menentukan arah pengembangannya sendiri (visi, misi dan tujuannya), merancang langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuannya (Rencana Kerja Sekolah, Rencana Kerja Tahunan Sekolah, Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah), menata sendiri penggunaan dan pendistribusian sumber daya (3M, yaitu Man, Money dan Materials) yang dimiliki, menjalankan secara mandiri dan penuh tanggung jawab yang sampai kepada pemantauan dan evaluasi pelaksanaannya.3 Kewenangan yang lebih besar ini diharapkan mampu meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan ekstra kurikuler di MIS Sapugarut tersebut.
2
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2003), h. 53. 3 Modul Praktik yang Baik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SD/MI dan SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK, h. 33
3
Dengan latar belakang tesebut jelas bahwa Manajemen Berbasis Sekolah merupakan suatu penawaran bagi sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan lebih memadai bagi peserta didik karena Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memberi peluang bagi kepala sekolah, guru, dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi di MIS Sapugarut melalui program ekstra kurikuler, oleh karenanya penulis tertarik untuk mengetahui apakah penerapan konsep manajemen berbasis sekolah berpengaruh terhadap peningkatan partisipasi ekstra kurikuler dalam kegiatan UKS. Dalam hal ini, penulis mengadakan penelitian dengan judul: ”Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam Peningkatan Kualitas Partisipasi Kegiatan Ekstrakurikuler UKS di MIS Sapugarut Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini, antara lain: 1. Bagaimana Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di MIS Sapugarut Tahun Pelajaran 2014/2015? 2. Bagaimana kegiatan ekstrakurikuler UKS di MIS Sapugarut Tahun Pelajaran 2014/2015? 3. Bagaimana implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam meningkatkan kualitas partisipasi kegiatan ekstrakurikuler UKS di MIS Sapugarut Tahun Pelajaran 2014/2015?
4
C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di MIS Sapugarut Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Untuk mengetahui kegiatan ekstrakurikuler UKS di MIS Sapugarut Tahun Pelajaran 2014/2015. 3. Untuk mengetahui implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam peningkatkan kualitas partisipasi kegiatan ekstrakurikuler UKS di MIS Sapugarut Tahun Pelajaran 2014/2015.
D. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis/akademis Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memperkaya
khasanah
kepustakaan pendidikan, khususnya mengenai implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam kegiatan ekstrakurikuler UKS di MIS Sapugarut Tahun Pelajaran 2014/2015 serta dapat menjadi bahan masukan bagi penelitian ini dengan mengambil kancah penelitian yang berbeda dan dengan sampel penelitian yang lebih banyak. 2. Secara Praktis Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi MIS Sapugarut untuk mengetahui implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam peningkatan kualitas partisipasi kegiatan ekstrakurikuler UKS di MIS Sapugarut Tahun Pelajaran 2014/2015.
5
E. Kajian Pustaka 1. Analisis Teoritis Manajemen berbasis Sekolah merupakan terjemahan dari School Based Management. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat setempat.4 Menurut E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para peserta didik. Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para staff, menawarkan partisipasi
langsung
kelompok-kelompok
yang
terkait,
dan
meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan5 Nanang Fatah menyebutkan bahwa MBS sebagai pendekatan politik yang bertujuan untuk mendesain ulang pengelolaan sekolah dengan memberikan kekuasaan kepada kepala sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja sekolah yang mencakup guru, siswa, komite sekolah, orang tua siswa dan masyarakat. MBS mengubah sistem pengambilan keputusan dengan memindahkan otoritas dalam pengambilan keputusan dan manajemen ke setiap yang berkepentingan di tingkat lokal Local Stakeholder.6
4
Ibtisam Abu Duhou, School Based Management, (Jakarta:Kencana 2004) h.7 E. Mulyasa, Manajemen berbasis Sekolah, (Jakarta:Rosda 2004), cet ke.7, h.24 6 Nanang Fatah, Konsep Manajemen berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah . (Bandung: Pustaka Bani Quraisy 2003) h. 8 5
6
Jadi, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan sebuah strategi untuk memajukan pendidikan dengan mentransfer keputusan penting memberikan otoritas dari negara dan pemerintah daerah kepada individu pelaksana di sekolah. MBS menyediakan kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua kontrol yang sangat besar dalam proses pendidikan
dengan
memberi mereka tanggung jawab untuk
memutuskan anggaran, personil, serta kurikulum. 2. Analisis Penelitian yang Relevan Penelitian skripsi karya Ida Kirana, Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Bagi Pengembangan Mutu Pendidikan ( Studi tentang Pengelolaan Pendidikan di MSI 03 Sugihwaras Pekalongan). Latar belakang skripsi ini adalah mengenai penerapan manajemen berbasis sekolah dalam pengembangan mutu pendidikan Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana konsep Manajemen Berbasis Sekolah; bagaimana manajemen pengelolaan yang diterapkan di MSI
03
Sugihwaras
Pekalongan
dan
bagaimana
implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah di MSI 03 Sugihwaras Pekalongan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan dan kinerja yang lebih baik Pada dasarnya MSI 03 Sugihwaras telah menerapkan MBS sebelum wacana MBS bergulir; terbukti dengan pengadaan kurikulum; tenaga
7
pengajar; sarana prasarana sampai pengadaan gedung sekolah diatur sendiri oleh sekolah dengan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang peduli terhadap dunia pendidikan dan peningkatan generasi muda serta dukungan pemerintah setempat yang cukup besar dalam rangka memajukan MSI 03 Sugihwaras Pekalongan.7 Skripsi karya Moh Makhbub Masduki, Konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu strategi dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan menggunakan pendekatan yang profesional dan memberdayakan satuan pendidikan; hal ini sejalan dengan prinsip desentralisasi pendidikan atau yang lebih dikenal dengan Manajemen berbasis sekolah (MBS) MBS merupakan paradigma baru pendidikan yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikan sesuai dengan kebutuhan;
menentukan
mempertanggungjawabkan.
prioritas; Tujuan
mengendalikan
penelitian
ini
adalah
dan untuk
mengetahui bagaimana konsep manajemen berbasis sekolah dan untuk mengetahui manajemen berbasis sekolah sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan khususnya hasil belajar siswa Penelitian ini merupakan
penelitian
kepustakaan
(library
research)
dengan
menggunakan pendekatan kualitatif Dari hasil penelitian; menyimpulkan bahwa manajemen berbasis sekolah memiliki potensi yang besar dalam 7
Ida Kirana, “Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Bagi Pengembangan Mutu Pendidikan ( Studi tentang Pengelolaan Pendidikan di MSI 03 Sugihwaras Pekalongan)” Skripsi PAI, (Pekalongan: STAIN Pekalongan , 20069), h. 64.
8
memberdayakan kepala sekolah; guru dan pengelola satuan pendidikan secara profesional MBS Mewujudkan otonomi sekolah dan partisipasi masyarakat meningkat. Oleh karena itu dengan adanya penerapan MBS yang efektif seharusnya dapat mendorong kinerja kepala sekolah dan guru yang pada gilirannya akan meningkatkan prestasi hasil belajar murid.8 Skripsi karya Siti Fatimah (2009) Manajemen Profesional Bagi Guru Pendidikan Agama Islam di SMPLB PRI Pekalongan (Studi Tentang Pengolahan Tenaga Pendidik). Skripsi ini membahas mengenai manajemen tenaga pendidikan yang merupakan salah satu komponen Manajemen berbasis sekolah (MBS) Keberhasilan MBS sangat ditentukan oleh keberhasilan pemimpinnya dalam mengelola tenaga pendidik secara professional. Manajemen tenaga pendidik bertujuan untuk mendayagunakan tenaga pendidik secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal yaitu tersedianya tenaga pendidik yang berkualitas dan bertanggung jawab dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Rumusan dalam penelitian ini meliputi bagaimana kondisi guru PAI di SMPLB PRI Pekalongan; dan bagaimana manajemen profesional bagi guru PAI di SMPLB PRI Pekalongan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi guru PAI di SMPLB PRI Pekalongan cukup baik Pelaksanaan manajemen profesional bagi guru 8
Moh Makhbub Masduki, “Konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa”. Skripsi PAI, (Pekalongan: STAIN Pekalongan , 2006), h. 65.
9
PAI di SMPLB PRI Pekalongan pada umumnya cukup profesional mulai dari perencanaan; pengadaan; pembinaan dan pengembangan; promosi dan mutasi; pemberhentian; kompensasi dan penilaian Namun masih perlu adanya perbaikan khususnya dalam penempatan guru hendaknya disesuaikan dengan bidangnya dan pada kompensasi perlu dinaikkan sesuai standar UMR sehingga kesejahteraan guru PAI dapat tercapai dan seimbang dengan beban kerja yang diemban oleh guru PAI.9 Skripsi karya Miftachul Janah, Manajemen berbasis sekolah : Studi salafiyah Simbang Kulon II Buaran Pekalongan). Pengelolaan sistem pendidikan diperlukan strategi pengelolaan pendidikan yang tepat; yaitu strategi pengelolaan pendidikan yang mengedepankan kerjasama antara berbagai pihak yang pada perkembangan selanjutnya menjadi model pengelolaan sekolah yang dinamakan manajemen berbasis sekolah Keberhasilan manajemen berbasis sekolah (MBS) sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinannya dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah Dalam hal ini peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan perilaku manusia di tempat kerja melalui aplikasi konsep dan teknik manajemen personalia modern Berkaitan dengan hal tersebut diatas; permasalahan yang dibahas meliputi bagaimana implementasi manajemen berbasis sekolah di MTs Salafiyah Simbang Kulon II Buaran Pekalongan dan bagaimana sistem pengelolaan tenaga kependidikan dalam manajemen berbasis sekolah di 9
Siti Fatimah, “Manajemen Profesional Bagi Guru Pendidikan Agama Islam di SMPLB PRI Pekalongan (Studi Tentang Pengolahan Tenaga Pendidik)”. Skripsi PAI, (Pekalongan: STAIN Pekalongan , 2009), h. 72.
10
MTs Slafiyah Simbang kulon II Buaran Pekalongan Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus Penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangsih pemikiran; agar dapat dijadikan pedoman untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang manajemen berbasis sekolah; tentang sistem pengelolaan guru; bagi lembaga
pendidikan
dapat
digunakan
sebagai
masukan
dalam
meningkatkan kualitas pengelolaaan pendidikannya Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa implementasi manajemen berbasis sekolah tentang manajemen tenaga kependidikan di MTs Salafiyah Simbang Kulon II Buaran Pekalongan berjalan baik Tetapi tetap masih perlu adanya perbaikan-perbaikan agar implementasi manajemen berbasis sekolah (MBS) lebih baik10 Penelitian karya Siti Zulaicho, Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 2 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) diharapkan dapat mendorong profesionalisme guru dan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolah Melalui penyusunan kurikulum yang efektif; rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkat dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan peserta didik dapat dimaksimalkan melalui peningkatan partisipasi orang tua; misalnya dengan mengawasi langsung proses belajar anak-anaknya Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan pelaksanaan manajemen berbasis 10
Miftachul Janah, “Manajemen berbasis sekolah : Studi salafiyah Simbang Kulon II Buaran Pekalongan)”. Skripsi PAI, (Pekalongan: STAIN Pekalongan , 2007), h. 67.
11
sekolah; mendeskripsikan langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan
manajemen
berbasis
sekolah;
faktor-faktor
yang
menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di SMP Negeri 2 kedungwuni Pekalongan Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan dua pendekatan kuantitatif dan kualitatif sebagai pendukung penelitian Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa faktor-faktor yang menghambat dan mendukung pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di SMP Negeri 2 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan meliputi Peraturan Perundangundangan Manajerial dan Sumberdaya Manusia; Kultural; mutu serta sarana
dan
prasarana
Langkah-langkah
yang
ditempuh
dalam
pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah sudah cukup baik dan tergolong berhasil dengan dibuktikan dari hasil angket guru dan anggota komite sekolah.11 Penelitian karya Fatkhurrozi Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah di SMPN 1 Comal. Skripsi ini dilatarbelakangi mengenai peranan kepala sekolah dalam melaksanakan manajemen berbasis sekolah Sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi bagaimana kepemimpinan kepala sekolah SMPN 1 Comal; bagaimana pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di SMP tersebut; dan bagaimana peran kepala sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di SMP N 1 Comal Penelitian 11
Siti Zulaicho, “Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 2 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan.” Skripsi PAI, (Pekalongan: STAIN Pekalongan , 2006), h. 59.
12
ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah SMP N 1 Comal merupakan kepala sekolah yang berpengalaman dan telah memperoleh pelatihan tentang MBS; memiliki komitmen tinggi dan kepemimpinan yang baik dalam pelaksanaan MBS Peran kepemimpinan kepala sekolah sangat penting dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di SMP Negeri 1 Comal.12 3. Kerangka Berpikir Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau School based management (SBM) bukanlah sesuatu yang asli Indonesia, meskipun esensi tertentu sebenarnya sudah berada (eksis) di Indonesia sejak sebelum Indonesia merdeka yang terbukti dengan adanya berbagai lembaga pendidikan swasta (swadaya masyarakat), bahkan sebagian besar berbentuk lembaga pendidikan tradisional baik yang berlandaskan agama maupun budaya. Sebagai konsep, MBS telah diterapkan di beberapa negara maju, tetapi sebagai model manajemen yang terkait dengan sistem pendidikan setempat (negara yang bersangkutan), maka tidak ada satupun model yang sama antara model penerapan dinegara yang satu dengan negara yang lain. Demikian juga penerapannya di Indonesia sangat terkait dengan sistem pemerintahan (yang baru mengalami perubahan besar dan implementasinya masih terus berkembang), sistem 12
Fatkhurrozi, “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah di SMPN 1 Comal.” Skripsi PAI, (Pekalongan: STAIN Pekalongan , 2009), h. 68.
13
pendidikan, kebijakan yang mendukung, serta pengalaman-pengalaman masa lalu yang dapat digunakan sebagai guru terbaik disamping mengambil manfaat dari pengalaman negara lain, agar tidak perlu mengulang kesalahan yang sama. Tidak kalah pentingnya dalam hal ini adalah suasana masyarakat (semua pihak) yang menghendaki desentralisasi (otonomi), transparansi, demokratisasi, akuntabilitas, serta masyarakat
dorongan
peningkatan
peran
dalam hampir semua kebijakan dan layanan publik,
termasuk pendidikan. Diperkenalkannya MBS di indonesia cukup mendapat respon atau tanggapan yang positif, meskipun disana-sini ada pro dan kontra baik secara terus terang maupun secara diam-diam. Baik yang antusias menerima,
mereka
ingin
segera
memperoleh
kepastian,
ingin
memperoleh pedoman, petunjuk dan sebagainya, bahkan menuntut adanya definisi atau batasan pengertian yang pasti. Ini tentu menggembirakan disatu sisi (dari segi keberhasilan sosialisasi inovasi), tetapi disisi lain tergambar kebiasaan-kebiasaan lama yaitu keseragaman pola kerja, ketergantungan kepada petunjuk, dan kurang adanya kesadaran akan potensi diri dan lingkungan yang dimiliki. Disisi lain, ada yang pesimis bahkan sinis terhadap perubahan yang diperkenalkan dengan alasan barang import, apalagi yang akan diperkenalkan untuk membuat pusing sekolah, sementara dinegara asalnya (menurut
14
pandangan yang bersangkutan) sudah ditinggalkan, karena tidak menghasilkan apa-apa.13 Keberhasilan introduksi
MBS
di
indonesia (sungguhpun
secara bertahap atau incremental) tidak lepas dari kondisi objektif yang mendukung pada saat (timing) yang tepat. Elemen-elemen yang mendukung tersebut antara lain : iklim perubahan pemerintahan yang menghendaki transparansi, demokratisasi dan akuntabilitas, desentralisasi dan pemberdayaan potensi masyarakat, konsepsi manajemen pendidikan yang telah lama dipendam oleh para tokoh pendidikan untuk diaktualkan, serta sebagian birokrat
yang
secara
diam-diam
konsisten
ingin
melakukan reform tanpa banyak publikasi.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Action research atau Penelitian
Tindakan
Kelas/Sekolah
(PTK/S)
merupakan
bentuk
rancangan penelitian yang mendeskripsikan, menginterpretasi dan menjelaskan suatu situasi sosial pada waktu yang bersamaan dengan melakukan perubahan atau intervensi dengan tujuan perbaikan atau partisipasi, dalam hal ini di sekolah. Action research dalam pandangan tradisional adalah suatu kerangka penelitian pemecahan masalah, dimana terjadi kolaborasi antara peneliti dengan client dalam mencapai tujuan. 13
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi Cet.VII, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 37.
15
Sedangkan Davison, Martinsons & Kock, menyebutkan bahawa Penelitian Tindakan berupa PTK atau PTS sebagai sebuah metode penelitian, didirikan atas asumsi bahwa teori dan praktik dapat secara tertutup diintegrasikan dengan pembelajaran dari hasil intervensi yang direncanakan setelah diagnosis yang rinci terhadap konteks masalahnya salah satu bentuk rancangan penelitian, dalam penelitian tindakan peneliti mendeskripsikan, menginterpretasi dan menjelaskan suatu situasi sosial pada waktu yang bersamaan dengan melakukan perubahan atau intervensi dengan tujuan perbaikan atau partisipasi.14 2. Sumber Data Penelitian Pengumpulan data dalam penelitian tindakan dapat digunakan untuk memeriksa dan mendokumentasikan tiga kategori: perilaku, keyakinan, perasaan, dan tindakan kita dan orang lain, dan pengaturan fisik, dokumen, atau benda. Sumber data itu meliputi: log (catatan harian) dan jurnal, bidang catatan,
pembayangan, daftar dan penilaian
timbangan, wawancara, survei, maps, foto-foto, rekaman video, dan kaset audio, catatan pribadi dan kenang-kenangan, rubrik grading, catatan dan dokumen, artefak, dan jejak fisik 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode untuk mengumpulkan data-data
yang di
harapkan
saling melengkapi
diantaranya : 14
Nana Saodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005). h. 43
16
a. Teknik Wawancara Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang di kerjakan dengan sistematik yang berlandaskan pada tujuan penelitian. Metode ini di gunakan untuk memperoleh data dengan mengadakan wawancara kepada kepala madrasah, guru-guru MIS Sapugarut atau personal lain yang terkait. b. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi adalah segala macam bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen baik dalam bentuk statistik, surat resmi, buku harian yang diterbitkan atau tidak. Teknik ini di gunakan untuk memperoleh data tentang sejarah berdirinya sekolahan, struktur organisasi, keadaan siswa, guru, dan karyawan, sarana dan prasarana, letak sekolah MIS Sapugarut. 4.
Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan proses mencari atau menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami diri sendiri maupun orang lain. Dalam penelitian ini data berwujud kata atau kalimat yang dinyatakan dalam bentuk narasi yang bersikap deskriptif mengenai
17
situasi, kegiatan, pernyataan, dan perilaku yang telah di kumpulkan dalam catatan lapangan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif yang di lakukan melalui tiga cara, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah atau data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dengan reduksi data maka data yang terkumpul di analisis, di susun secara sistematis dan di ambil inti sari sehingga di temukan inti pokoknya, fokus masalah beserta motif-motifnya.15 Kegiatan ini meliputi bagian mana yang di kode, mana yang di buang, pola-pola mana yang berkembang. Penyajian data (display data) adalah proses penyusunan informasi yang kompleks dalam bentuk yang sistematis, sehingga menjadi lebih sederhana, selektif dan dapat di pahami maknanya, data yang di peroleh di lapangan di sajikan, di tata dan di atur sesuai dengan kronologisnya sehingga mudah di baca. Penyajian data di maksudkan untuk menentukan pola-pola yang bermakna, dan memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Setelah melalui proses analisis data, maka langkah akhir adalah penarikan kesimpulan (verifikasi). Kegiatan ini dimaksudkan agar makna yang muncul dari data harus di uji kebenaran, kekuatan dan kecocokan yang merupakan validitas data. 15
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 46.
18
G. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memperoleh kajian yang sistematis dan konsisten maka perlu disusun sistematika penulisan skripsi sebagai berikut : BAB I Pendahuluan, meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Berpikir, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan Skripsi. BAB II Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) terdiri dari: Pengertian MBS, Karakteristik MBS, Tujuan MBS, Langkah-Langkah MBS, Jurnal MBS dan Jurnal Mutu Sekolah. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) terdiri dari: Pengertian UKS, Tujuan UKS, Sasaran UKS, sarana Prasarana UKS, Indikator Keberhasilan Program UKS dan Sruktur UKS di SD/MI. BAB III Gambaran Umum MIS Sapugarut. Yang terdiri dari: sejarah berdirinya MIS Sapugarut, Visi dan Misi, Kondisi Lingkungan dan Letak Geografis, Struktur Organisasi, Keadaan Guru / Pegawai dan Keadaan Siswa. BAB IV Analisis Implementasi MBS dalam Peningkatan Kualitas Partisipasi Ekstrakurikuler UKS di MIS Sapugarut, meliputi Analisis Implementasi MBS di MIS Sapugarut Tahun Pelajaran 2014/2015. Analisis Kegiatan Ekstrakurikuler UKS di MIS Sapugarut Tahun Pelajaran 2014/2015. Analisis Implementasi MBS dalam Peningkatan Kualitas Partisipasi Kegiatan Ekstrakurikuler UKS di MIS Sapugarut Tahun Pelajaran 2014/2015. BAB V Penutup, yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran-saran.