BAB I PENDAHULUAN
1.1 .
Latar belakang masalah Memahami komunikasi manusia berarti memahami apa yang terjadi selama
proses komunikasi tersebut berlangsung.
Hampir setiap orang membutuhkan
hubungan sosial dengan orang-orang lainnya, dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusiamanusia yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi.
1
Didalam komunikasi yang dilakukannya ada proses pemaknaan yang dilakukan baik dari manusia A yang berlaku sebagai komunikator atau dari manusia B yang menjadi komunikannya atau sebaliknya. Pemaknaan yang terjadi menghasilkan sebuah perilaku baik secara sengaja atau tidak sengaja. Makna itu sendiri sangat relatif bagi kita masing-masing. Berbagai makna tumbuh sepanjang hidup kita sebagai akibat dari pengaruh budaya dan sebagai hasil dari pengalamanpengalaman pribadi. Komunikasi senantiasa mengalami perubahan terus menerus, sehingga manusia 1
Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya, Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, Januari 2005, Cetakan ke-9, hal 12
sebagai pelaku komunikasi selalu berubah dikarenakan dipengaruhi oleh pesan orang lain. Komunikasi juga
mengandung unsur interaktif, yaitu
terjadi karena adanya
hubungan antara sumber dan penerima. Ini membuktikan dua atau lebih orang yang memiliki latar belakang dan pengalaman unik yang akan mempengaruhi mereka saat berinteraksi satu sama lain. Perbedaan pribadi yang terbentuk dari pengalaman pribadi dan lingkungan masing—masing orang tersebut membentuk sebuah pendapat. Yang pada akhirnya memaknai komunikasi yang terjadi antara mereka. Komunikasi antar budaya didalam sebuah perkawinan campur sangat unik. Hal ini karena ditinjau dari dua aspek yaitu dari aspek teoritis yaitu dari pandangan hukum dan aspek praktis didalam proses komunikasi. Hal yang mendasar dalam sebuah perkawinan campur dari aspek teoritis adalah masalah hukum misalnya hal-hal yang terkait dengan undang-undang perkawinan. Sebagai contoh Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan 2
Yang dimaksud dengan perkawinan campuran dalam Undang-Undang ini ialah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegara Indonesia.
2
www.depag.go.id
Disamping itu adanya Undang-Undang perkawinan yang disahkan pada tahun 2006, yang mendukung Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, sangat membantu warga Negara Indonesia yang memilih perkawinan campur. Adapun Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 di pasal 5 (lima) dan 6 (enam) diuraikan yaitu dengan mengatur kewarganegaran seorang anak dari hasil perkawinan campur yang dimaksud sebagai berikut:3 Pasal 5 (1) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 (delapan belas) tahun dan belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia. (2) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat secara sah sebagai anak oleh warga Negara asing berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia. Pasal 6 (1) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf l, dan Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda, setelah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya. (2) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di dalam peraturan perundang-undangan. Sehingga merujuk kepada Undang-Undang tersebut, semakin adanya demokrisasi dan kepedulian dari Negara terhadap perlindungan Warga Negara Indonesia dan anak dari hasil perkawinan campur tersebut. 3
www.depag.go.id
Ada beberapa konsekuensi hukum bagi perkawinan campuran. Seorang anak yang dilahirkan hasil pernikahan WNI dan WNA, menurut UU perkawinan campuran terbaru, ia akan memiliki kewarganegaraan ganda hingga nanti diusianya yang ke-18 atau sudah kawin dan anak tersebut berhak menentukan warga negara yang mana yang akan ia pilih atau pakai untuk selamanya. Prosedur ini dikomunikasikan kepada pihak negara yang bersangkutan 3 (tiga) tahun setelah sang anak berusia 18 tahun. Dampak dari pelbagai masalah yang timbul dalam perkawinan campuran maka lahirlah beberapa organisasi atau perkumpulan untuk mewadahi pasangan kawin campuran, seperti Srikandi ( Associate of Indonesia Woman for Mixed Marriage) atau Jakarta International Woman Community (JIWC). Tidak kurang dari 60% warga Indonesia menjadi anggota perkumpulan ini Contohnya salah satunya adalah sesuai dengan data yang didapat dari sebuah situs resmi yaitu expat.or.id. 4 Selain itu sebuah klub sosial seperti Nordic Club yang diperuntukan bagi wanita Indonesia yang menikahi pria Scandinavia memiliki anggota hingga 80 orang sesuai data per 14 April 2008. 5 Srikandi sendiri lahir dan mengukuhkan diri sebagai sebuah organisasi sosial yang bertujuan menyediakan informasi-informasi bagi pasangan yang
4 5
www.expat.or.id/organization community / Jakarta www.expat.or.id
melakukan pernikahan lintas bangsa. Anggota perkumpulan ini secara regular melakukan pertemuan-pertemuan regular dengan maksud ketika mereka mengalami masalah, setidaknya ada wadah perkumpulan yang mendukung mereka atau bahkan turut membantu menyelesaikan masalah jika memungkinkan. Peneliti tertarik melakukan penelitian ini disebabkan beberapa hal seperti: 1. Masalah legalitas 2. Masalah proses komunikasi. Dimana didalam perkawinan campur ada beberapa hal yang menyebabkan proses interaksi dalam komunikasi dapat gagal atau berhasil, yaitu karena perbedaan bahasa, perbedaan budaya (Culture), perbedaan nilai-nilai keluarga dan individu, perbedaan cara pandang ( Perspective ), perbedaan karakter ( Character ) masing-masing individu, perbedaan geografis secara umum. Hal ini dapat menjadi sebuah kesenjangan (GAP) didalam mereka melakukan komunikasi dan saat mereka berinteraksi satu sama lain. Sebagai contoh saat orang melakukan komunikasi baik saat memberi atau menerima pesan tersebut, ia secara sadar/tidak sadar telah mengubah pesan tersebut dan akan berpengaruh kepada dirinya sehingga saat berinteraksi berikutnya, bisa jadi ia bertingkah aneh atau bertingkah manis, kasar dan lain sebagainya, tergantung dari isi pesan itu sendiri. Jadi setiap perilaku memiliki potensi komunikasi. 6 6
Ibid, Hal 17
3. Masalah kebutuhan akan wadah organisasi yang mendukung pasangan kawin campuran seperti Srikandi atau KCP Melati. 4. Masalah keingintahuan tentang fungsi dan peran yang dijalankan Srikandi dalam menjalankan Public Relations, mengingat organisasi ini adalah organisasi non profit.
Dalam dua dasawarsa terakhir dimana Indonesia sempat dibanjiri oleh turis-turis asing dari berbagai penjuru dunia, jumlah turis di Jakarta yang menginap di Jalan Jaksa mencapai 53,000 orang ditahun 1993, dan ditahun 1995 saat itu diperkirakan, Jakarta dibanjiri 70,000 hingga 80,000 orang (Republika, 6 Augustus 1995). 7 Selain sebagai turis, ada juga orang-orang asing yang datang ke negara Indonesia sebagai pebisnis, konsultan, mahasiswa, guru, pekerja, yang dikirim melalui pertukaran Pemuda Indonesia / Australia misalnya. Ataupun para sukarelawan non profit organisasi (lembaga-lembaga swadaya) seperti UNESCO,
UN
yang
mengundang
para konsultan untuk dapat
menyumbangkan ide pemikiran di negara Indonesia dan lain sebagainya. Jadi seiring dengan meningkatnya perekonomian pada saat itu perusahan-perusahan penanaman modal asing mulai masuk ke Indonesia, menyebabkan perpindahan tenaga-tenaga kerja asing mulai memasuki lapangan pekerjaan di Indonesia. 7
Koran Republika, 6 Agustus 1995
Hal ini sudah terjadi di tahun 70-an, dimana kesempatan terbuka luas dengan adanya beberapa posisi yang memerlukan tenaga asing untuk mengisinya. Ditahun 80-an hingga 90-an terjadi ledakan tenaga kerja luar negeri (asing). Namun di tahun 1998 saat krisis ekonomi terjadi di Indonesia disertai turunnya pucuk kepemimpinan tertinggi dari penguasa orde baru kala itu, maka banyak tenaga-tenaga asing yang terpaksa dipulangkan ke negara asalnya dan posisi-posisi yang ditinggal untuk sementara diisi oleh tenaga-tenaga lokal yang dianggap cukup mewakili kebutuhan tersebut. Menurut data BPS sendiri, penduduk Jakarta di tahun 2005 adalah sebesar 8.860.381 jiwa ( www. Bps.go.id ). 8 Jika saja diasumsikan kenaikan pertumbuhan penduduk jakarta sebagai pendatang adalah 5 - 10 % setiap tahunnya. Ditambah jumlah WNA yang memasuki pasar perekonomian dan bursa kerja dikota Jakarta. Maka andai saja pelaku komunikasi yang melakukan interaksi dan komunikasi satu sama lain sekitar 2,5 % dari total asumsi yang ada, warga pendatang, dapat dibayangkan betapa besar kesempatan yang
terjadi bagi setiap orang untuk
menemukan pasangan hidupnya. Sehingga tidak heran pernikahan lintas bangsa
atau perkawinan campuran
menjadi hal yang lumrah dikota-kota besar seperti Jakarta.
8
www.bps.go.id/data penduduk/Jakarta
Srikandi asosiasi adalah sebuah organisasi yang didirikan sebagai sistem pendukung dan forum jejaringan bagi wanita Indonesia (WNI) yang menikah atau sebelumnya pernah menikah dengan seorang non WNI atau Warga Negara Asing. Awalnya adalah konsep I.W.F.A (Indonesian Wives of Foreigners Association). Pertemuan pertama di tengah tahun 1996 oleh Ibu-Ibu yang menyekolahkan anaknya dan tergabung dalam Sekolah Dasar Pondok Indah (Pondok Indah Elementary- PIE), bagian dari Jakarta International School (JIS). Mereka membuat acara program United National Day. Para Ibu-Ibu Indonesia mengambil bagian di acara tersebut dengan menyediakan makanan bagi stand booth Indonesia dan lain sebagainya. Usaha ini terealisasi dan sukses dengan adanya semangat gotong royong dan berhasil memperkenalkan kultur dan budaya Indonesia kepada komunitas sekolah. Sejak saat itu tradisi ini berjalan setiap musim semi (Spring) di sekolah Jakarta International School (JIS), orang tua, anak dan guru terlibat. Kemudian pertemuan ini dilanjutkan dengan arisan oleh beberapa anggota yang ada pada saat itu. Karena memiliki keinginan dan cara pandang yang sama serta memiliki latar belakang menikah dengan Warga Negara Asing, maka perkumpulan ini semakin aktif mengadakan pertemuan-pertemuan. Pertemuan yang dilakukan itu berkisar membicarakan isu anak yang bersekolah di lingkungan internasional dengan 2 (dua) tradisi yang berbeda, kasus kematian istri ( wanita Indonesia) dimana suami atau anak tidak dapat memiliki harta atau aset di
Indonesia jika istrinya meninggal dunia, dan isu-isu lainnya. Hampir 38 wanita Indonesia yang akhirnya tergabung dalam perkumpulan atau organisasi ini untuk saling mendukung satu sama lain, dan menamakan diri mereka I.W.F.A ((Indonesian Wives of Foreigners Association). Berjalan dengan waktu I.W.F.A ((Indonesian Wives of Foreigners Association) ini seolah-olah tidak ingin kehilangan jati diri sebagai perempuan Indonesia, maka I.W.F.A mengganti nama menjadi Srikandi sejak tahun 2000 dan dikukuhkan dihadapan notaris Agustina Djunaedi, S.H di bulan Oktober tahun 2000. Nama Srikandi sendiri dipilih berdasarkan filosofi tokoh perwayangan di epik Mahabarata yang dikenal sebagai seorang perempuan cantik dari karakter wayang yang popular. Setiap orang mengagumi kesetiaannya terhadap keluarga dan negaranya. Ia seorang wanita pemberani, kokoh dan dihormati dalam tokoh perwayangan tersebut. Filosofi tokoh tersebut yang mengikat hati para pendirinya pada waktu itu agar tidak kehilangan jati diri dengan menggunakan nama perkumpulan asing dan lebih Indonesia bagi para anggotanya.
1.2 .
Perumusan Masalah Peneliti tertarik dengan peran dan fungsi yang dilakukan Srikandi sebagai
sebuah organisasi.
1. Apakah dalam hal ini Srikandi sudah melaksanakan program, kebijakan untuk mengkomunikasikan setiap kegiatannya kepada khalayak external atau internal? 2.
Apakah Srikandi menjalankan fungsi dan peran Public Relations bagi para anggotanya?
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dilakukan dengan harapan peneliti dapat mengetahui
peran dan fungsi Public Relations dari organisasi Srikandi terhadap para anggotanya. dalam menyampaikan informasi-informasi, kegiatan
atau berita
dalam organisasi tersebut. Baik dalam bentuk seminar, kegiatan sosial ataupun pelatihan dan pengembangan diri yang dapat membantu anggota secara efektif dan efisien.
1.4.
Manfaat Penelitian Manfaat yang dianggap penting dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1) Praktis a. Memberi masukan, saran kepada Srikandi sehingga hal tersebut bermanfaat, menambah pengetahuan, dan wawasan bagi pelayanan peningkatan Srikandi kepada anggota ataupun non anggota
b. Memberi informasi kepada khalayak awam terhadap fungsi dan peran Organisasi Srikandi sebagai wadah asosiasi yang membantu mereka yang ingin menikah dengan Warga Negara Asing sehingga mereka
mendapatkan
pengetahuan
yang
layak
dalam
pengembangan diri dan wawasan yang lebih luas tentang Organisasi Srikandi. 2) Teoritis a. Memberi masukan, sumbangan, kajian ilmiah bagi ilmu sosial dan manfaat bagi mahasiswa dan mahasiswi yang memerlukan informasi tentang fungsi dan peran Public Relations b. Membukakan informasi bagi akademis tentang sebuah organisasi semacam Srikandi yang menjalankan fungsi dan peran Public Relations dalam organisasinya tidak maksimal, mengingat visi dan misi organisasi ini lebih fokus kepada kegiatan sosial dan non profit.