1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendifinisikan kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. (Notoatmodjo, 2010). Sehat adalah hak setiap orang. Oleh karena itu setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan; setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan; Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Di sisi lain, setiap orang diwajibkan untuk ikut mewujudkan, mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya. Termasuk dalam kewajiban setiap orang adalah berperilaku hidup sehat, menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan orang lain. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. (Depkes RI, 2012). Menurut Widian Nur (2008), menyatakan bahwa vaksinasi TT pada ibu hamil pertama kali dilakukan pada tahun 1974. Sangat dianjurkan bagi ibu hamil yang belum divaksinasi TT untuk segera divaksinasikan, selain untuk melindungi
2
diri ibu juga memberikan kekebalan pada bayinya yang baru dilahirkan agar tidak terkena tetanus. Sedangkan bila ibu belum pernah mendapatkan TT atau meragukan, perlu diberikan sejak antenatal yang pertama sebanyak 2 kali dengan jarak minimal 1 bulan. Pemberian TT pada ibu hamil tidak membahayakan walaupun diberikan pada kehamilan muda. (Yusmaniar, 2011). Imunisasi diperkirakan dapat mencegah 2,5 juta kasus kematian anak per tahun di seluruh dunia dapat dicegah dengan imunisasi (WHO, UNICEF, & World Bank, 2009). Di Indonesia, imunisasi merupakan kebijakan nasional melalui program imunisasi. Imunisasi masih sangat diperlukan untuk melakukan pengendalian Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), seperti Tuberkulosis (TB), dipteri, pertusis (penyakit pernapasan), campak, tetanus, polio dan hepatitis B. Program imunisasi sangat penting agar tercapai kekebalan masyarakat (population immunity). Program Imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dan pada tahun 1990, Indonesia telah mencapai status Universal Child Immunization (UCI), yang merupakan suatu tahap dimana cakupan imunisasi di suatu tingkat administrasi telah mencapai 80% atau lebih. Saat ini Indonesia masih memiliki tantangan mewujudkan 100% UCI Desa/Kelurahan pada tahun 2014 (Pusat Komunikasi Publik, 2011). Imunisasi yang berkaitan dengan upaya penurunan kematian bayi diantaranya adalah pemberian imunisasi TT (Tetanus Toxoid) kepada wanita usia subur, calon pengantin wanita dan ibu hamil. Pada ibu hamil imunisasi TT ini diberikan selama masa kehamilannya dengan frekuensi dua kali dan interval
3
waktu minimal empat minggu. Tujuan imunisasi ini adalah memberikan kekebalan terhadap penyakit tetanus neonatorum kepada bayi yang akan dilahirkan dengan tingkat perlindungan vaksin sebesar 90-95 %. Oleh karena itu cakupan imunisasi TT ibu hamil perlu ditingkatkan secara sungguh-sungguh dan menyeluruh. (Aeni, 2011) Tetanus ini timbul ketika spora bakteri Clostridium Tetani masuk kedalam luka atau tali pusat (pada bayi baru lahir). Spora secara umum terdapat pada tanah. Manusia dari segala umur bisa terkena tetanus, tetapi penyakit ini lebih sering ditemukan dan bersifat serius pada bayi baru lahir (tetanus neonatal). Tetanus neonatal yang biasanya bersifat fatal, terutama sering ditemukan didaerah rural dimana persalinan terjadi di rumah tanpa prosedur yang cukup steril. Tetanus dapat dicegah dengan melakukan imunisasi Tetanus-Toxoid (TT). Tetanus neonatal bisa dicegah dengan mengimunisasi wanita usia subur (WUS), baik saat hamil maupun di luar kehamilan. Hal ini akan memproteksi ibu dan bayi melalui transfer antibodi tetanus ke bayi. Juga tak kalah pentingnya, proses pertolongan persalinan yang bersih (steril) bisa mencegah tetanus neonatal dan ibu. (Aprillia, 2011). Vaksin adalah suatu bahan yang berasal dari kuman atau virus yang menjadi penyebab penyakit yang bersangkutan, yang telah dilemahkan atau dimatikan, atau diambil sebagian atau mungkin tiruan dari kuman penyebab penyakit, yang secara gejala di masukan kedalam tubuh seseorang atau kelompok orang, yang bertujuan merangsang timbulnya zat anti penyakit tertentu pada orang- orang tersebut. Vaksinasi tetanus pada perempuan yang hendak menikah
4
akan meningkatkan kekebalan tubuh dari infeksi tetanus. Kekebalan tubuh itu akan diwariskan kepada bayinya ketika proses persalinan. Jadi bayi yang baru lahir aman dari infeksi tetanus. Selain itu suntik TT juga mencegah terjadinya infeksi yang mengakibatan tetanus pada vagina perempuan ketika pertama kali melakukan hubungan suami istri dan melahirkan. (Achmadi, 2006). Berdasarkan data yang diproleh dari Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh angka wanita usia subur pada bulan Januari - Juni tahun 2013 sebanyak 5197 orang di Puskesmas Ulee Kareng yang mendapat imunisasi TT 1 sebanyak 88 orang (1,7%), yang mendapat TT 2 sebanyak 45 orang (0,9%), yang mendapat TT 3 sebanyak 23 orang (0,6%), yang mendapat TT 4 sebanyak 9 orang (0,2%), dan yang mendapat TT 5 sebanyak 7 orang (0,1%). (Dinkes Kota Banda Aceh, 2013). Berdasarkan data yang diproleh dari Puskesmas Ulee Kareng bahwa di Desa Doy pada bulan Januari- Juni tahun 2013 yaitu jumlah wanita usia subur sebanyak 530 orang. Yang mendapat imunisasi TT 1 sebanyak 5 orang (0,9%), yang mendapat TT 2 sebanyak 4 orang (0,7%), yang mendapat imunisasi TT 3 sebanyak 1 orang (0,2%), yang mendapat imunisasi TT 4 sebanyak 1 orang (0,2%), dan yang mendapat TT 5 sebanyak 1 orang (0,2%). (Puskesmas Ulee Kareng, 2013). Dari hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada wanita usia subur yang berjumlah 10 orang, bahwa 7 orang yang pengetahuannya rendah tentang imunisasi TT dan 3 orang diantaranya mengetahui tentang imunisasi TT. 2 orang lulusan dari perguruan tinggi dan 5 orang lulusan dari SMP dan 3 orang lulusan dari SD. Sedangkan informasi yang mereka dapatkan, 3 orang mendapatkan
5
informasi dari tenaga kesehatan, 4 orang dari tetangga dan 3 orang yang tidak mendapatkan informasi dari siapapun. Atas dasar permasalahan diatas ternyata masih rendahnya pemahaman wanita usia subur tentang imunisasi TT, Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut dan untuk mengangkat judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan, Pendidikan dan Informasi Wanita Usia Subur dengan Imunisasi Tetanus Toksoid Diwilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Desa Doy Banda Aceh”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana Hubungan Tingkat Pengetahuan, Pendidikan dan Informasi Wanita Usia Subur dengan Imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Desa Doy Banda Aceh Tahun 2013.
C. Tujuan Penelitian a) Tujuan Umum Untuk Mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan, Pendidikan dan Informasi Wanita Usia Subur dengan Imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Desa Doy Banda Aceh Tahun 2013.
6
b) Tujuan Khusus 1. Mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur dengan Imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Desa Doy Tahun 2013. 2. Mengetahui Hubungan Tingkat Pendidikan Wanita Usia Subur dengan Imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Desa Doy Tahun 2013. 3. Mengetahui Hubungan Tingkat Informasi Wanita Usia Subur dengan Imunisasi TT Diwilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Desa Doy Tahun 2013.
D. Mamfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan mamfaat: 1. Bagi Tempat Peneliti Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran untuk lebih meningkatkan Pengetahuan tentang Imunisasi TT pada Wanita Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Desa Doy. 2. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam penulisan karya tulis ilmiah sebagai penerapan ilmu yang didapat dengan proses pembelajaran secara nyata dalam membuat karya tulis ilmiah.
7
3. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat melengkapi bacaan di perpustakaan sebagai acuan untuk penelitian sejenis dengan variabel penelitian yang lebih komplek.
8
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Imunisasi TT Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpapar dengan antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. (Ranuh, 2008) Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) adalah upaya membangun kekebalan tubuh untuk mencegah terjadinya infeksi tetanus. Tetanus berisiko terjadi pada bayi baru lahir sehingga imunisasi ini diberikan pada ibu hamil sebagai bentuk pencegahannya. Imunisasi TT selain mencegah terjadinya infeksi tetanus pada bayi baru lahir juga melindungi ibu terhadap terjadinya infeksi ini, mengingat pada proses persalinan terjadi perlukaan baik dari pihak ibu maupun bayi. (Mardiyanti, 2012) Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang masuk melalui luka terbuka dan menghasilkan racun yang kemudian menyerang kedalam saraf dan otot. Bakteri ini secara umum terdapat dalam tanah, biasa ditemukan pada debu dan kotoran beberapa hewan. Tetanus ini jarang terjadi diamirika serikat karena disana tersedianya vaksin tetanus dan penggunaan yang rutin. Tetaus ini biasanya diawali dengan kejang pada rahang, disertai sakit kepala dan mudah marah, lalu diikuti dengan sulit menguyah dan menelan serta kaku atau sakit pada otot- otot leher, bahu atau punggung. Dan bisa juga ada demam dan menggigil. (Harold, 2005).
9
Gejala yang timbul pada awalnya adalah sakit kepala, gelisah, nyeri pada otot rahang yang kemudian diikuti rasa kaku (trismus), demam, otot perut mengeras, kejang, dan akhirnya pada seluruh tubuh. Gejala ini biasanya mulai terjadi 8 hari setelah tubuh terkena infeksi, dan akan menyerang selama 3 hari sampai 3 minggu. Nyeri pada tulang rahang dan gigi seringkali membuat pasien sulit untuk membuka mulutnya atau untuk menelan makanan, dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian akibat sesak atau sukar bernafas. Tetanus sendiri tidak dapat ditularkan antara sesama manusia. Umumnya penyakit tetanus mudah menyerang pada mereka yang belum pernah menerima vaksinasi tetanus atau pada mereka yang pernah mendapatkan vaksinasi namun lebih dari 10 tahun yang lalu. Pasien yang terkena penyakit tetanus harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang intensif. (Dokter Sehat, 2010). Vaksinasi merupakan salah satu cara mencegah penyakit yang paling murah dan efektif. Pemberian vaksinasi yang sering disebut imunisasi merupakan langkah penting dalam pencegahan berbagai penyakit. Vaksin TT ( Tetanus Toxoid ) adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU. Dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi Wanita Usia Subur (WUS) atau ibu hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi. (Supriadi 2013)
10
1. Tujuan Imunisasi TT Adapun tujuan dari program imunisasi adalah : a. Menurunkan Angka Kematian, kesakitan terhadap ibu dan Bayi, dan kecacatan pada bayi, yang disebabkan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) b. Mencapai kesepakatan Internasional (Global Commitment) Program Imunisasi yang disepakati pemerintah Indonesia, yaitu: Eradikasi Polio tahun 2004-2005 dan sertifikasi tahun 2008, Reduksi campak tahun 2005, Maternal Neonatal Tetanus Neonatorum (MNTE) atau Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) dan tercapainya mutu pelayanan sesuai standar WHO, termasuk pelaksanaan imunisasi yang aman.
2. Manfaat Imunisasi TT a. Bagi ibu hamil, untuk melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum, Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf pusat. b. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka dan TT juga merangsang pembentukan oksitosin untuk menetralkan toksin tetanus.
11
3. Jenis- Jenis Imunisasi Pada dasarnya ada 2 jenis imunisasi yaitu: a. Imunisasi aktif Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan akan terjadi
suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh
mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila benar- benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespon. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya antara lain: 1) Antigen merupan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagi zat atau mikrobaguna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan. 2) Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan. 3) Preservatif, stabiliser, dan antibiotika yang berguna untuk menghindari tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen. 4) Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenitas antigen. b. Imunisasi pasif Merupakan pemberian zat (imunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma
12
manusia atau binatang yangdigunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. (Hidayat, 2009)
4. Jadwal Imunisasi TT 1. Pada wanita usia subur Pada wanita usia subur dilakukan imunisasi TT sebelum menikah agar mereka terhindar dari penyakit tetanus. Karena pada saat persalinan perempuan mengalami robekan- robekan, termasuk didalamnya agar tali pusat bayi tidak terkena infeksi. Penyebaran penyakit tetanus pada awal kelahiran dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Pada wanita usia subur diberikan imunisasi TT sebelum menikah sebanyak 2 kali dengan interval 4 minggu dan selama hamil diberikan 2 kali dengan interval minimal 4 minggu. Imunisasi TT minimal dilakukan 5 kali seumur hidup untuk mendapatkan kekebalan penuh. Imunisasi TT yang pertama bisa dilakukan bisa kapan saja, misalnya sewaktu remaja. Lalu TT 2 dilakukan sebulan setelah TT1 (dengan perlindungan 3 tahun). TT 3 dilakukan 6 bulan setelah TT 2 (perlindungan 6 tahun), TT 4 diberikan 1 tahun setelah TT 3 (perlindungan 10 tahun), dan TT 5 diberikan setahun setelah TT 4 (perlindungan 25 tahun). (Anonymous, 2009).
13
Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Wanita Usia Subur Imunisasi TT
pada
Pemberin
Selang Waktu
Masa
Imunisasi
pemberian imunisasi
perlindungan
TT 1
-
-
0,5 cc
Dosis
wanita
TT 2
1 bulan setelah TT 1
3 tahun
0,5 cc
usia subur
TT 3
6 bulan setelah TT 2
5 tahun
0,5 cc
15-
TT 4
1 tahun setelah TT 3
10 tahun
0,5 cc
TT 5
1 tahun setelah TT 4
≥ 25 tahun
0,5 cc
tahun
39
Sumber :(Depkes RI, 2009)
5. Cara Pemberian Imunisasi TT 1) Sebelum digunakan, vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen. 2) Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis ke empat dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ke tiga dan ke empat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan pada periode trimester pertama.
14
3) Di unit pelayanan statis Program Imunisasi, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan : a. Vaksin belum kadaluarsa b. Vaksin disimpan dalam suhu +2º – +8ºC c. Tidak pernah terendam air. d. Sterilitasnya terjaga e. VVM (Vaccine Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B. 2. Di posyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.
6. Efek Samping Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan. Gejala-gejala seperti lemas, dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang kadang gejala demam. Imunisasi TT aman diberikan selama periode kehamilan.
7. Kontraindikasi Gejala-gejala berat karena dosis pertama TT. Bagi Individu yang terinfeksi oleh virus human immunodeficiency (HIV) baik yang tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi TT harus berdasarkan standar jadual tertentu. (Anonymous, 2012).
15
B. Wanita Usia Subur Wanita usia subur adalah wanita yang berusia 15-39 tahun, termasuk ibu hamil dan calon pengantin. (BKKBN, 2011). Yang dimaksud dengan Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20 – 45 tahun. pada wanita usia subur ini berlagsung lebih cepat dari pada pria. puncak kesuburan ada pada rentang usia 20 – 29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95 % untuk hamil. pada usia 30 -an presentasenya menurun sehingga 90%. sedangkan memasuki usia 40 tahun kesempatan untuk hamil hingga menjadi 40% setelah usia 40 tahun hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil. masalah kesuburan alat repeoduksi merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui. dimana dalam masa wanita usia subur ini harus menjaga dan merawat personal hygiene yaitu pemeliharaan keadaan alat kelaminnya dengan rajin membersihkankannya, oleh karena itu dianjurkan untuk merawat diri. (Ayicuwie, 2012). Kurangnya pengetahuan tentang kesuburan alat reproduksi khususnya pada anita, sering kali di kaitkan dengan berbagai macam penyakit, padahal tingkat masa kesuburan setiap orang berbeda-beda tergantung kondisi fisik, mental dan kebersihnnya. Ketidaksuburan alat reproduksi sering kali juga dikaitkan dengan berbagai penyakit yang diderita oleh salah satu pasangan yang mengidapnya, diantaranya 40% faktor ketidaksuburan disebabkan oleh wanita sedangkan 40% lain oleh sebab pria, dan sisa 20% karena keduanya.
16
Oleh karena itu Wanita Usia Subur (WUS) harus melakukan pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan alat kelamin) walaupun ia memiliki siklus haid yang teratur. Hal ini bukan tanda bahwa wanita itu subur. Artinya WUS harus sehat bebas dari penyakit kelamin. Sebelum menikah WUS sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan agar mengetahui kondisi organ reproduksinya apakah berfungsi dengan baik. Dengan mengadakan pemeriksaan kesehatan maka akan mencegah penyakit alat kelamin. Alat kelamin wanita sangat berhubungan dengan dunia luar yang melalui liang senggama, saluran mulut rahim, rongga rahim. Saluran telur (tuba falopi) yang bermuara dalam ruang perut. Karena adanya hubungan yang langsung ini infeksi alat kelamin wanita disebabkan oleh hubungan seks yang tidak sehat, sehingga infeksi bagian luarnya berkelanjutan dapat berjalan menuju ruang perut dalam bentuk infeksi selaput dinding perut atau disebut juga peritonitis. Sistem pertahanan dari alat kelamin wanita yang cukup baik yaitu dari sistem asam, biasanya sistem pertahanan yang lainnya dengan cara pengeluaran lendir yang selalu mengalir ke luar yang menyebabkan bakteri yang dibuang dalam bentuk menstruasi, sistem pertahanan ini sangat lemah, sehingga infeksinya sering dibendung dan pasti menjalar ke segala arah yang menimbulkan infeksi mendadak dan menahun. (Rahayu, 2012).
17
C. Pengetahuan Pengetahuan merupakan proses belajar dengan menggunakan pasca indra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan. (Hidayat, 2009). Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).
Dengan sendirinya,
pada waktu pengindraan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebahagian besar pengetahuan seseorang diproleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indrapenglihatan (mata). (Notoatmodjo, 2010) Pengetahuan yang tercakup dalam dominan kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: 1. Tahu (know). Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. 2. Memahami (Comprehension) Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar
menyebutkan,
tetapi
orang
tersebut
harus
dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
18
3. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. 4. Analisis (Analisys) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen- komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. 5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian- bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan ini kat lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari informasi- informasi yang ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau penggunaan criteria yang telah ada.
19
Pengetahuan wanita usia subur tentang imunisasi sangat diperlukan karena dengan pengetahuan yang tinggi tentang imunisasi diharapkan mereka mau melakukan imunisasi TT secara lengkap. Imunisasi sangat penting diberikan pada wanita usia subur
dengan imunisasi secara
lengkap maka ibu tersebut mempunyai kekebalan tubuh yang kuat dan tidak mudah terserang penyakit terutama penyakit tetanus. (Dokter sehat, 2010) D. Pendidikan Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan- tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah- masalah), dan meningkatkan kesehatan. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pembelajaran. (Notoatmodjo, 2010). Pendidikan adalah upaya sadar untuk menumbuhkan potensi sumberdaya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Dan terdapat dua konsep pendidikan yang saling berkaitan, yaitu belajar (learning) dan pembelajaran (instruction). Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuwat dan mengisi kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidkikan seseorang makin mudah menerima informasi dan makin bagus pengetahuan yang dimiliki sehingga penggunaan komunikasi dapat secara efektif akan dapat dilakukannya. (Hidayat, 2009).
20
Pendidikan adalah suatu usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Dalam UU RI No.20 tahun 2003 pasar 17,18, dan 19 disebutkan jenjang pendidikan dibagi menjadi pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yang termasuk dalam pendidikan dasar yaitu: SD/ sederajat, SLTP/ sederajat,.pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah mencangkup Diploma (D3), perguruan tinggi/ sederajar. (Soedijarto, 2008). Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menentukan informasi, makin banyak pengetahuan sehingga makin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki.
perkembangan
Sebaliknya pendidikan yang sikap
seseorang
terhadap
kurang
akan
nilai-nilai
menghambat yang
baru
diperkenalkan.(yumna,2012) Seseorang yang berpendidikan tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. (Notoatmodjo, 2007)
21
E. Informasi Informasi diartikan sebagai uraian berisi keterangan tentang sesuatu (objek, pristiwa, masalah) yang disampaikan kepada seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan agar mereka mengetahui atau memehaminya. Dalam arti luas informasi
berarti
pemberitahuan
penyampaian,
pengumuman,
pemberian
penyuluhan, pemberian pengarahan, penyajian laporan, atau sekadar penyampaian berita. (Sutarni, 2008). Informasi
adalah
pengetahuan
yang
didapat
dari
pembelajaran,
pengalaman, atau intruksi. Yang mengemukakan bahwa informasi adalah suatu keterangan, penerangan, atau data yang telah diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi sipenerima dan mempunyai nilai yang nyata, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan yang dapat dipakai sebagai dasar untuk mengambil keputusan untuk masa yang akan datang. Informasi terdapat dimana- mana, mudah menyebar dengan bantuan teknologi dan adakalanya sulit terjangkau oleh pemikiran manusia. Informasi muncul sebagai sesuatu yang umum yang timbul dari hasil intraksi manusia, maupun dari hasil intraksi manusia dengan lingkungan. Dalam hal ini informasi dapat muncul dari hasil komunikasi maupun dari pemikiran atau kesadaran manusia. (Yusmaniar, 2011) Bila seseorang banyak memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas. (Notoatmodjo, 2007)
22
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep- konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitianpenelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2002). Agar konsep dapat diamati, dan diukur maka konsep harus dijabarkan dalam variabel. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini saya meneliti „Hubungan Tingkat Pengetahuan, Pendidikan dan Informasi Wanita Usia Subur dengan Imunisasi TT. Berdasarkan uraian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah seperti gambar dibawah ini :
Variabel Independent
Variable Dependent
Pengetahuan Pendidikan
Imunisasi TT pada Wanita Usia Subur
Informasi
23
B. Data Operasionals No
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Dependen 1
Imunisasi TT
Imunisasi TT Menyebarkan Kuesioner
Pernah
(Tetanus
kuisioner
Tidak
Toxoid)
dengan
Ordinal
pernah
adalah untuk memberikan membangun
1 pertanyaan
kekebalan tubuh untuk mencegah terjadinya infeksi tetanus. Independen 1
Pengetahuan
Pengetahua n
Membagikan
Kuesioner
Ordinal
Kurang
wanita kuesioner
usia
Baik
subur pada
tentang imunisasi TT
responden Dengan criteria : Baik bila, X ≥ 4,87 Kurang bila, X < 4,87
2
Pendidikan
Jenjang
Membagikan
pendidikan
kuesioner
terakhir yang dengan telah
kategori:
diselesaikan
Dasar,
oleh
SD/SMP/
responden
sederajat.
Kuesioner
Dasar Menengah Tinggi
Ordinal
24
Menengah, SMA/ sederajar Tinggi, DIII,
PT
/sederajat 3
Informasi
Segala
Membagikan
sesuatu yang kuesioner pernah
pada
diketahui/
responden
didengar
dengan
responden
criteria:
tentang
Sering bila
Kuesioner
Sering Tidak sering
mamfaat, dan X ≥ 1,57 tujuan
Tidak sering
pemberian
bila X ≤ 1,57
imunisasi TT
C. Hipotesis Penelitian 1. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dengan imunisasi TT 2. Ha : Ada hubungan antara pendidikan dengan imunisasi TT 3. Ha : Ada hubungan antara informasi dengan imunisasi TT
Ordinal
25
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor resiko paparan dengan efek (Hidayat, 2007). Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui “Hubungan Tingkat Pengetahuan, Pendidikan dan Informasi Wanita Usia Subur dengan Imunisasi TT Diwilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Banda Aceh”.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita usia subur yang berada Diwilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Desa Doy Banda Aceh pada bulan Januari – Juni Tahun 2013, yaitu sebanyak 46 orang.
2. Sampel Pengembilan Sampel dalam penelitian ini adalah secara total populasi yaitu sebanyak 46 orang wanita usia subur. Dengan criteria : Wanita Usia Subur yang bersedia menjadi responden yang berusia 15-30 tahun
26
C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Diwilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Desa Doy Banda Aceh. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Tanggal 20 Bulan Agustus Tahun 2013.
D. Pengumpulan Data a. Tehnik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder dengan cara mengedarkan kuisioner. Data primer diambil dengan penyebaran kuisioner
dan data skunder
diperoleh dari data Puskesmas Ulee Kareng Banda Aceh Tahun 2013. b. Intrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner berupa pertanyaan sebanyak 13 pertanyaan yang berisi jawaban multiple choice, 1 pertanyaan untuk menilai pernah atau tidak pernah mendapatkan imunisasi TT, 10 pertanyaan untuk menilai pengetahuan, 1 pertanyaan untuk menilai pendidikan dan 1 pertanyaan untuk menilai sumber informasi yang didapatkan.
27
E. Pengolahan dan Analisa Data a. Pengolahan Data Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian, oleh karena itu harus dilakukan dengan baik dan benar. Pengolahan data dilakukan dengan 4 (empat) tahap sebagai berikut: 1. Editing, yaitu seluruh kuisioner yang telah diisi oleh responden diperiksa dengan teliti, apabila terdapat kekeliruan segera diperbaiki sehingga tidak mengganggu pengolahan data. 2. Coding, yaitu memberikan kode berupa nomor dengan teliti pada setiap kuisioner yang telah diisi oleh responden untuk mempermudah proses pengolahan data. 3. Transfering, yaitu memindahkan jawaban atau kode jawaban kedalam bentuk tabel/memindahkan data coding kedalam bentuk tabulating. 4. Tabulating, yaitu data yang telah tersedia kemudian dijumlah, disusun dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. b. Analisa data 1. Analisa univariat Dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian, pada umumnya analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variable (Notoatmodjo, 2010). Penilaian hasil ukur menggunakan criteria penilaian yang terdiri dari: pengetahuan, pendidikan, dan informasi.
28
2. Analisa bivariat Diduga mempunyai hubungan dengan variable terikat. Analisa yang digunakan adalah hasil tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji data kategori ChisSquare Test (x) pada tingkat kemaknaan adalah 95 % (p value < 0,05). Sehingga dapat diketahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna secara statistik. Menggunakan program khusus SPSS for windows. Melalui perhitungan Chis-Square Test selanjutnya ditarik suatu kesimpulan, bila nilai p lebih kecil dari nilai 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara variable terikat dengan variable bebas. Perhitungan yang dugunakan pada uji Chi-Square Test untuk program komputerisasi seperti program SPSS adalah sebagai berikut: 1. Bila pada tabel contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil uji yang digunakan adalah fisher axact test. 2. Bila pada tabel contingency 2x2 dan tdk dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil uji yang digunakan adalah contiuty correction. 3. Bila pada tabel contingency
29
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
F. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor resiko paparan dengan efek (Hidayat, 2007). Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui “Hubungan Tingkat Pengetahuan, Pendidikan dan Informasi Wanita Usia Subur dengan Imunisasi TT Diwilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Banda Aceh”.
G. Populasi dan Sampel
3. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita usia subur yang berada Diwilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Desa Doy Banda Aceh pada bulan Januari – Juni Tahun 2013, yaitu sebanyak 46 orang.
4. Sampel Pengembilan Sampel dalam penelitian ini adalah secara total populasi yaitu sebanyak 46 orang wanita usia subur. Dengan criteria : Wanita Usia Subur yang bersedia menjadi responden yang berusia 15-30 tahun
30
H. Tempat dan Waktu Penelitian 3. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Diwilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Desa Doy Banda Aceh. 4. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Tanggal 20 Bulan Agustus Tahun 2013.
I. Pengumpulan Data c. Tehnik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder dengan cara mengedarkan kuisioner. Data primer diambil dengan penyebaran kuisioner
dan data skunder
diperoleh dari data Puskesmas Ulee Kareng Banda Aceh Tahun 2013. d. Intrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner berupa pertanyaan sebanyak 13 pertanyaan yang berisi jawaban multiple choice, 1 pertanyaan untuk menilai pernah atau tidak pernah mendapatkan imunisasi TT, 10 pertanyaan untuk menilai pengetahuan, 1 pertanyaan untuk menilai pendidikan dan 1 pertanyaan untuk menilai sumber informasi yang didapatkan.
31
J. Pengolahan dan Analisa Data c. Pengolahan Data Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian, oleh karena itu harus dilakukan dengan baik dan benar. Pengolahan data dilakukan dengan 4 (empat) tahap sebagai berikut: 5. Editing, yaitu seluruh kuisioner yang telah diisi oleh responden diperiksa dengan teliti, apabila terdapat kekeliruan segera diperbaiki sehingga tidak mengganggu pengolahan data. 6. Coding, yaitu memberikan kode berupa nomor dengan teliti pada setiap kuisioner yang telah diisi oleh responden untuk mempermudah proses pengolahan data. 7. Transfering, yaitu memindahkan jawaban atau kode jawaban kedalam bentuk tabel/memindahkan data coding kedalam bentuk tabulating. 8. Tabulating, yaitu data yang telah tersedia kemudian dijumlah, disusun dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. d. Analisa data 3. Analisa univariat Dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian, pada umumnya analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variable (Notoatmodjo, 2010). Penilaian hasil ukur menggunakan criteria penilaian yang terdiri dari: pengetahuan, pendidikan, dan informasi.
32
4. Analisa bivariat Diduga mempunyai hubungan dengan variable terikat. Analisa yang digunakan adalah hasil tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji data kategori ChisSquare Test (x) pada tingkat kemaknaan adalah 95 % (p value < 0,05). Sehingga dapat diketahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna secara statistik. Menggunakan program khusus SPSS for windows. Melalui perhitungan Chis-Square Test selanjutnya ditarik suatu kesimpulan, bila nilai p lebih kecil dari nilai 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara variable terikat dengan variable bebas. Perhitungan yang dugunakan pada uji Chi-Square Test untuk program komputerisasi seperti program SPSS adalah sebagai berikut: 4. Bila pada tabel contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil uji yang digunakan adalah fisher axact test. 5. Bila pada tabel contingency 2x2 dan tdk dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil uji yang digunakan adalah contiuty correction. 6. Bila pada tabel contingency
33
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik tentang hubungan tingkat pengetahuan, pendidikan dan informasi wanita usia subur dengan imunisasi tetanus toxoid di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Desa Doy Banda Aceh, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Ada hubungan tingkat pengetahuan wanita usia subur dengan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Desa Doy Banda Aceh Tahun 2013. 2. Tidak ada hubungan tingkat pendidikan wanita usia subur dengan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Desa Doy Banda Aceh Tahun 2013. 3. Tidak ada hubungan tingkat informasi wanita usia subur dengan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Desa Doy Banda Aceh Tahun 2013.
B. Saran 1. Bagi tempat penelitian Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat menjadi masukan dan menyumbang pemikiran sehingga dapat meningkatkan pengetahuan tentang
34
imunisasi TT pada wanita usia subur di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Desa Doy Banda Aceh 2. Bagi peneliti Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat
menbambah
pengetahuan dan wawasan peneliti tentang penulisan karya tulis ilmiah serta dalam melakukan penelitian selanjutnya. 3. Institusi Pendidikan Diharapkan bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U‟Budiyah khususnya Program Studi D-III Kebidanan, agar hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa kebidanan, serta acuan untuk penelitian sejenis dengan variabel penelitian yang lebih komplek.
35
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
C. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik tentang hubungan tingkat pengetahuan, pendidikan dan informasi wanita usia subur dengan imunisasi tetanus toxoid di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Desa Doy Banda Aceh, maka dapat disimpulkan bahwa : 4. Ada hubungan tingkat pengetahuan wanita usia subur dengan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Desa Doy Banda Aceh Tahun 2013. 5. Tidak ada hubungan tingkat pendidikan wanita usia subur dengan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Desa Doy Banda Aceh Tahun 2013. 6. Tidak ada hubungan tingkat informasi wanita usia subur dengan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Desa Doy Banda Aceh Tahun 2013.
D. Saran 4. Bagi tempat penelitian Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat menjadi masukan dan menyumbang pemikiran sehingga dapat meningkatkan pengetahuan tentang
36
imunisasi TT pada wanita usia subur di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Desa Doy Banda Aceh 5. Bagi peneliti Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat
menbambah
pengetahuan dan wawasan peneliti tentang penulisan karya tulis ilmiah serta dalam melakukan penelitian selanjutnya. 6. Institusi Pendidikan Diharapkan bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U‟Budiyah khususnya Program Studi D-III Kebidanan, agar hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa kebidanan, serta acuan untuk penelitian sejenis dengan variabel penelitian yang lebih komplek.