1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklim dunia usaha dewasa ini terus menerus mengalami perubahan baik yang yang bergerak dalam bidang jasa, dagang maupun industri. Banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang yang sama mengakibatkan kuatnya
persaingan
perusahaan-perusahaan
tersebut.
Namum
pada
hakekatnya hampir semua perusahaan mengalami permasalahan yang sama dalam melakukan kegiatannya, yaitu bagaimana mengalokasikan sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan perusahaan
yaitu
memperoleh
profit
semaksimal
mungkin
untuk
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Disamping itu, perusahaan juga diperhadapkan atas berbagai pilihan pendanaan, diantaranya adalah melalui utang jangka pendek. Untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut maka salah satu unsur yang harus dipenuhi perusahaan adalah memiliki manajer yang mampu serta cakap mengoperasikan perusahaan dengan baik dan juga memiliki perencanaan yang baik, dimana dalam perencanaan tersebut harus memiliki unsur kelemahan dan kekuatan perusahaan. Dalam
melaksanakan
kegiatannya,
setiap
perusahaan
tentu
membutuhkan dana guna menjalankan operasinya sehari-hari, misalnya pembayaran persekot bahan baku, membayar upah buruh dan gaji pegawai,
2
serta biaya-biaya lainnya. Dana yang digunakan untuk menjalankan operasi sehari-hari tidak lain berasal dari hasil penjualan perusahaan itu sendiri maupun dari pinjaman yang dilakukan perusahaan yang bersifat jangka pendek. Masalah mengenai pengadaan dana dalam jangka waktu yang relatif pendek, sangat berkaitan dengan masalah likuiditas yaitu menyangkut tentang kemampuan perusahaan membayar kewajiban-kewajibannya yang segera jatuh tempo. Suatu perusahaan yang mengalami kekurangan likuiditas akan berdampak
pada
penurunan
kemampuan
dalam
membiayai
operasi
perusahaannya sehingga mengakibatkan volume penjualan juga menurun. Bagi investor, masalah likuiditas adalah tolak ukur untuk menanamkan modalnya pada sebuah perusahaan dan dapat memperkuat kepercayaan masyarakat dan pihak kreditur terhadap perusahaan tersebut. Hal ini bisa saja dikatakan sebagai kekuatan dari suatu perusahaan. Karena modal yang tertanam dalam perusahaan, sebagian besar bersumber dari luar perusahaan, maka wajib bagi setiap perusahaan untuk menghitung tingkat profitabilitas. Hal ini untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam menghasilkan laba/ keuntungan bagi perusahaan. Dengan
demikian
investor
jangka
panjang
juga
sangat
berkepentingan dalam perhitungan tingkat profitabilitas perusahaan, misalnya
3
bagi pemegang saham hal ini berguna untuk melihat keuntungan yang benarbenar akan diterimanya dalam bentuk dividen pada masa akan datang. Kebanyakan perusahaan
mengeluarkan kebijakan dan keputusan
yang ditujukan untuk mempertinggi profitabilitas termasuk pada penentuan besarnya dana yang tertanam dalam aktiva lancar dan harta-harta lainnya dan khususnya menyangkut likuiditas. Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis mencoba untuk mengetahui dan menganalisis hubungan tingkat likuiditas dengan tingkat profitabilitas dengan memilih perusahaan perseroan PT Industri Kapal Indonesia Cabang Makassar sebagai tempat penelitian penulis. Tingkat likuiditas yang dicapai perusahaan dengan menggunakan indikator Current Ratio dan Quick Ratio serta indikator tingkat profitabilitas yang digunakan adalah Rate of Return on Investment (ROI),maka dapat dilihat pada table berikut: Tabel 1 Pertumbuhan Tingkat Likuiditas dan Tingkat Profitabilitas PT Industri Kapal Indonesia (Persero) Tahun 2006-2010 TAHUN
CURRENT RATIO
QUICK RATIO
2006 160,22 % 118,56 % 2007 114,22 % 52,60 % 2008 118,26 % 109,47 % 2009 63,69 % 57,93 % 2010 108,84 % 102,51 % Sumber : PT IKI (Persero),data telah diolah
ROI
-0,27 % -0,14 % 0,14 % -0,39 % 0,16 %
4
Menurut hasil sementara dari tabel 1, ternyata tingkat likuiditas dan tingkat profitabilitas mengalami pertumbuhan yang berfluktuatif selama 5 (lima) tahun terakhir. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dia atas, maka permasalahan penelitian yaitu ”apakah tingkat likuiditas memiliki hubungan yang positif terhadap tingkat profitabilitas ” 1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan adalah untuk mengetahui besarnya hubungan tingkat likuiditas dan
tingkat profitabilitas pada perusahaan
tersebut. 1.3.2 Manfaat Penulisan a.
Sebagai sumbangan pikiran dan bahan masukan bagi pihak perusahaan dalam mengambil keputusan.
b.
Untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan pengalaman penulis dalam penelitian lapangan, selain itu diharapkan tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin memperdalam atau mengembangkan masalah yang relevan dengan tulisan ini.
c.
Untuk memenuhi salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan studi pada Fakultas Ekonomi Program Strata satu (S1) Jurusan Manajemen Universitas Hasanuddin.
5
1.4 Sistem Penulisan Dalam pembahasan skripsi ini penulis menggunakan sistem penulisan sebagai berikut : BAB I
: Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan dan Sistem Penulisan.
BAB II
: Merupakan bab yang berisi Penelitian Terdahulu, Landasan Teori, Kerangka Pikir dan Hipotesis.
BAB III
: Merupakan bab yang berisi Metode Penelitian yang meliputi Objek Penelitian, Waktu Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Populasi dan Penentuan Sampel, Metode Pengumpulan Data, Metode Analisis dan Definisi Operasional
BAB IV
: Berisikan Gambaran Umum Perusahaan yang meliputi Sejarah Singkat Perusahaan, Struktur Organisasi, Uraian . Tugas dan Bidang Produksi.
BAB V
:
Merupakan bab yang menguraaikan tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi Perhitungan Tingkat Likuiditas, Perhitungan Profitabilitas, Hubungan antara Tingkat Profitabilitas , dan Analisis Koefisien Determinasi.
BAB VI
: Merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dalam hal pembelanjaan perusahaan.
6
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu dari beberapa fungsi manajemen, yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi-fungsi lainnya, seperti fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi personalia. Fungsi keuangan menyangkut kelangsungan hidup perusahaan, dimana berhubungan erat dengan masalah bagaimana mendapatkan serta mengalokasikan dana perusahaan secara efisien sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.. Keberhasilan ataupun kegagalan usaha hampir sebagian besar ditentukan oleh kualitas keputusan keuangan. Dengan kata lain masalah yang biasa timbul dalam setiap organisasi berimplikasi terhadap bidang keuangan. Untuk mengetahui fungsi dan pengertian manajemen keuangan, maka terlebih dahulu harus mengetahui fungsi dan tugas manajemen keuangan tersebut. Berikut ini beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa penulis J.Fred Weston dan Copeland dalam bukunya manajemen keuangan, yang diterjemahkan oleh Joko Wasana (1997 : 3 ) memberikan pengertian fungsi manajemen keuangan sebagai berikut :
7
“Menyangkut keputusan tentang penanaman modal, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden pada suatu perusahaan.” Sementara tugas pokok manajemen keuangan menurut J.Fred Weston dan Copeland dalam bukunya Manajemen Keuangan, (1997 : 3 ) yang sama adalah : “Merencanakan untuk memperoleh dana dan menggunakan dana tersebut untuk memaksimalkan nilai perusahaan.” Selanjutnya menurut James C.Van Horne yang diterjemahkan oleh Junior Tirok dalam bukunya Dasar –Dasar Manajemen Keuangan (1986: 14), Tugas Manajemen Keuangan yaitu: 1. Mengalokasikan dana secara efisien di dalam perusahaan 2. Mendapatkan dana dengan cara yang menguntungkan. Menurut
Lukman
Syamsuddin
dalam
bukunya
Manajemen
Keuangan Perusahaan (2000 : 8) menulis tiga tugas pokok manajemen keuangan, yaitu : - Menganalisis dan merencanakan pembelanjaan perusahaan - Mengelola penanaman modal dalam aktiva, dan - Mengatur struktur finansial dan struktur modal perusahaan.” Selanjutnya menurut R. Agus Sartono dalam bukunya Manajemen Keuangan Perusahaan ( 2000 : 8 ) menuliskan bahwa : “Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana baik berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi
8
secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien.” Dan fungsi manajemen keuangan menurut Lukas Setia Atmajayac dalam bukunya Manajemen Keuangan, edisi revisi (2003 : 2 ) adalah : “Pengambilan
keputusan
investasi,
pengambilan
keputusan
pembelanjaan dan kebijakan dividen.” Pada buku Manajemen Keuangan ( 2003 : 2 ) Lukas Setia Atmajaya juga menguraikan bahwa : “Efektif dalam keputusan investasi akan tercermin dalam pencapaian tingkat keuntungan yang optimal. Efisien dalam pembiayaan investasi akan tercermin dalam perolehan dana dengan biaya minimum. Sedangkan kebijaksanaan dividen yang
optimal
akan
tercermin
dalam
peningkatan
kemakmuran pemilik perusahaan.” Berdasarkan beberapa definisi dan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah keseluruhan aktivitas dari seorang manajer keuangan suatu perusahaan dalam memperoleh dan muengalokasikan dana secara efektif dan efisien sehingga apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat tercapai.
9
2.1.2 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut. Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan rugi-laba serta laporan-laporan keuangan
lainnya.
Penganalisaan
terhadap
pos-pos
neraca
akan
menghasilkan gambaran tentang posisi keuangan suatu perusahaan, sedangkan analisis terhadap laporan rugi-laba akan memberikan gambaran tentang perkembangan usaha yang bersangkutan. Analisis rasio keuangan merupakan alat yang sangat umum digunakan untuk mengetahui keadaan keuangan dan perkembangan usaha suatu perusahaan dimasa lalu, saat ini dan kemungkinan dimasa depan. Analisis rasio-rasio keuangan dilakukan berdasarkan tujuan pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Keuangan
Lukman
Perusahaan
Syamsuddin (Konsep
dalam
Aplikasi
bukunya
dalam
:
Manajemen Perencanaan,
Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan) ( 2000: 37 ) menguraikan bahwa : “Pada umumnya ada tiga kelompok yang paling berkepentingan dengan rasio-rasio finansial, yaitu: para pemegang saham dan calon pemegang saham, kreditur dan calon kreditur serta manajemen perusahaan (the firm’s own management ).”
10
Para pemegang saham dan calon pemegang saham memberikan perhatian pada tingkat keuntungan yang akan diperoleh perusahaan sekarang, juga pada masa yang akan datang. Hal ini penting bagi mereka karena akan berpengaruh terhadap harga saham-saham yang mereka miliki. Pada kreditur sangat memperhatikan aspek kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban finansialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini untuk memberikan jaminan kepada pihak kreditur bahwa perusahaan yang diberikan pinjaman dana oleh mereka akan mampu membayar bunga dan pokok pinjaman tetap pada waktunya. Bagi pihak manjemen perusahaan sendiri (the firm’s own management) analisis rasio keuangan ini bermanfaat untuk mengetahui seluruh keadaan keuangan perusahaan karena mereka sadar bahwa keadaan keuangan perusahaan akan dinilai oleh pemilik perusahaan dan pihak kreditur. Selain itu bagi pihak manajemen perusahaan rasio-rasio finansial perusahaan merupakan alat memonitor keadaan perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Perlu juga diketahui analisis rasio keuangan hanya mampu memberikan gambaran satu sisi saja, oleh karena itu diperlukan lagi tambahan data-data lain selain data-data yang berasal dari laporan keuangan perusahaan (neraca dan laporan rugi-laba), agar hasil analisis dapat lebih baik dan akurat.
11
Berikut ini beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa penulis mengenai analisis rasio keuangan adalah sebagai berikut : Sofyan Syafri Harapa dalam bukunya Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan ( 1998 : 297 ) menulis bahwa : “Ratio keuntungan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).” Menurut S. Munawir dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan (1993 : 64 ) menyatakan bahwa : “Analisis rasio seperti halnya alat-alat analisa yang lain adalah ‘Future oriented’ oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan faktor-faktor yang ada periode waktu itu dengan faktor-faktor lain dimasa yang akan datang yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil perusahaan yang bersangkutan.” Mengenai sumber daya yang digunakan dalam analisis rasio keuangan menurut
Lukman Syamsuddin menguraikan dalam bukunya
Manajemen Keuangan Perusahaan (2000 : 37 ) bahwa: “Data pokok sebagain input dalam analisis rasio ini adalah rugilaba dan neraca perusahaan.”
12
Bambang Riyanto dalam bukunya Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan (1998 : 330 ) menggolongkan rasio keuangan berdasarkan sumber rasio itu dibuat, yaitu : 1. Rasio-rasio Neraca (Balance sheet ratios), ialah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya current ratio, acitest ratio, current assets to total asset ratio, current liabilities to total assets ratio dan lain sebagainya. 2. Rasio-rasio laporan rugi-laba (Income statement ratio), ialah rasio-rasio yang disususn dari data yang berasal dari income statement, misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio dan lain sebagainya. 3. Rasio-rasio antar-laporan (intern-statement ratios), ialah rasiorasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya berasal dari income statement, misalnya assets turnover, inventory turnover, receivables turnover dan lain sebagainya. Sementara
menurut
Lukas Setia
Atmajaya
dalam
bukunya
Manajemen Keuangan ( 2003 : 415 ) mengelompokkan rasio keuangan atas 4 kelompok rasio keuangan, yaitu : 1. Rasio likuiditas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya.
13
2. Rasio aktivitas, menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan assets untuk memperoleh penjualan. 3. Rasio leverage, menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. 4. Rasio profitabilitas, dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets maupun laba bagi modal sendiri. Berdasarkan uraian dan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan adalah salah satu alat analisis yang digunakan untuk menganalisis kelemahan dan kekuatan aspek keuangan perusahaan dan pengolahan perusahaan pada periode tertentu berdasarkan data-data yang bersumber dari laporan keuangan perusahaaan yang sesuai dengan periode yang dianalisis, sehingga membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya dimasa yang akan datang. Berdasarkan pendapat diatas mengenai pengelompokan rasio keuangan, dapat diambil kesimpulan bahwa ada 4 (empat) rasio keuangan yang sering digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan dalam menganalisis keadaan keuangan suatu perusahaan, yaitu: 1.
Rasio Likuiditas
2.
Rasio Profitabilitas
3.
Rasio Aktivitas
14
4.
Rasio Solvabilitas
Dalam hal ini penulis hanya membatasi penggunaan analisis rasio likuiditas (Current Ratio, Quick Ratio) dan Rasio Profitabilitas (Rate of Return on Investment) sesuai dengan judul penulisan skripsi ini. 2.1.3 Pengertian Rasio Likuiditas Pada umumnya yang pertama kali menjadi perhatian seorang analis keuangan adalah tingkat likuiditas perusahaan, apakah perusahaan tersebut mampu membayar hutangnya yang akan jatuh tempo. Dengan kata lain masalah likuiditas berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya yang berjangka pendek. Perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar yang terdapat pada neraca perusahaan pada periode tertentu akan menggambarkan tingkat likuiditas suatu perusahaan pada periode tertentu. Sehingga dapat membantu manajer perusahaan dalam mengukur tingkat kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang jangka pendeknya kepada kreditur jangka pendek. Dan juga membantu para kreditur umtuk mengukur margin of safety dari dana yang mereka akan pinjamkan kepada pihak perusahaan yang membutuhkan modal. Dilain pihak tingkat likuiditas dapat pula digunakan oleh pihak manajemen perusahaan untuk mengetahui kesanggupan dan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya yang bersifat intern,
15
yakni berupa pembelian bahan baku, bahan pembantu, upah tenaga kerja dan pengeluaran-pengeluaran lainnya (likuiditas perusahaan). Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang pengertian rasio likuiditas, maka dapat dilihat dari pendapat yang dikemukakan oleh beberapa penulis berikut ini : Alex S. Nitisemito dalam bukunya Pembelanjaan Perusahaan ( 1983 : 40 ) mengemukakan pengertian tentang likuiditas sebagai berikut : “Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang segera harus dibayar.” Sedangkan menurut Kasmir dan Jakfar dalam bukunya Study Kelayakan Bisnis, edisi 2(2009:122): “Rasio Likuiditas merupakan rasio yang digunakan dalam mengukur seberapa likuid suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan seluruh komponen yang ada di aktiva lancar dengan komponen di pasiva lancar (utang jangka pendek).” Pendapat yang dikemukakan oleh Lukas Setia Atmajaya dalam bukunya Manajemen Keuangan ( 2003 : 416 ) tentang pengertian likuiditas tidak jauh beda dengan dua pengertian diatas. Pengertian tersebut telah dikemukakan pada pembahasan pengertian analisis rasio keuangan di atas pada uraian pengelompokan rasio keuangan yaitu :
16
“Rasio likuiditas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial yang berjangka pendek tepat pada waktunya.” Kemudian
menurut
Lukas Setia
Manajemen Keuangan ( 2003 : 416 )
Atmajaya
dalam
bukunya
membedakan likuiditas ada dua
macam adalah sebagai berikut : “Dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa pengertian likuiditas dimaksudkan sebagai perbandingan antara jumlah uang tunai dan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang tunai disatu pihak dengan jumlah uang lancar dilain pihak (likuiditas badan usaha), juga dengan pengeluaran-pengeluaran
untuk
menyelenggarakan
perusahaan di lain pihak (likuiditas perusahaan).” Dari uraian dan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari rasio likuiditas adalah alat yang digunakan untuk menghitung kemampuan perusahaan untuk kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, dengan cara membandingkan aktiva lancar perusahaan dengan kewajiban lancar perusahaan yang tercantum pada neraca perusahaan pada periode tertentu. Sehingga pihak-pihak yang berkepentingan akan dapat menilai atau mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutanghutang jangka pendeknya, misalnya calon kreditur jangka pendek, yang akan terus memberikan kepercayaan kepada perusahaan atas dana yang akan
17
mereka pinjamkan. Dan merupakan indikator untuk melihat terjadinya alatalat likuid yang meliputi : kas, piutang, persediaan dan surat-surat berharga di dalam perusahaan dalam menjamin tersedianya dana dalam membiayai operasional perusahaan sehari-hari. Tingkat likuiditas sangat mempengaruhi keberhasilan dan kelancaran perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya atau dengan kata lain tingkat likuiditas sangat menentukan dalam rangka menjaga dan menjamin eksistensi perusahaan. Oleh karena itu tingkat likuiditas tertentu suatu perusahaan harus dapat dipertahankan untuk menjamin kelancaran pengolahan perusahaan. Dari apa yang telah diuraikan diatas, maka dapatlah dikatakan bahwa pengukuran/penilaian pada suatu perusahaan, merupakan hal yang penting dan harus selalu mendapat perhatian bagi manajer perusahaan, khususnya manajer keuangan. Apabila hasil analisis yang dilakukan memperhatikan tingkat likuiditas yang tinggi berarti keuangan perusahaan dalam keadaan yang baik (sehat), sehingga dapat memenuhi kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo. Sebaliknya apabila hasil perhitungan memperlihatkan tingkat likuiditas yang rendah maka perusahaan perlu berhati-hati, karena posisi keuangan perusahaan dalam keadaan terancam. Namun disisi lain tingkat likuiditas yang tinggi (besar), dapat diartikan adanya saldo kas yang menganggur, tingkat persediaan yang
18
berlebihan dibandingkan dengan kebutuhan yang ada, serta kebijakan kredit yang keliru yang mengakibatkan piutang usaha menjadi berlebihan. Dimana hal-hal ini menunjukkan praktek-praktek manajemen yang kurang baik. Suatu pedoman yang lazim bahwa rasio likuiditas sebesar 2 : 1 atau 200 % dianggap layak untuk perusahaan pada umumnya, kecuali perusahaan kredit. Dengan dasar pemikiran, meskipun ada pengangguran 50 % dalam nilai aktiva lancar, perusahaan masih dapat memenuhi semua kewajiban lancarnya. Dan kelemahan dari pemikiran rasio ini adalah rasio ini tidak mencerminkan usaha yang berkesinambungan, yang akan menjadi prioritas utama manajemen. Namun pedoman rasio likuiditas 2 : 1 bukanlah hal yang mutlak. Secara umum likuiditsanya. Hal ini untuk menghindari adanya aktiva yang menganggur,
sehingga
kesempatan
perusahaan
untuk
mendapatkan
keuntungan yang lebih besar hilang begitu saja. Sebagaimana Lukman Syamsuddin dalam bukunya
Manajemen
Keuangan Perusahaan ( 2000 : 44 ) menuliskan bahwa : “Tidak ada suatu ketentuan mutlak berapa tingkat current ratio yang dianggap baik atau yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan karena biaya tingkat current ratio ini juga sangat tergantung pada jenis usaha dari masing-masing perusahaan.” Selanjutnya menurut Bambang Riyanto dalam bukunya Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan (1998 : 26 ) menuliskan bahwa :
19
“Pedoman current ratio 2 : 1, sebenarnya didasarkan pada prinsip hati-hati.” Apabila standar rasio likuiditas 1 : 1 sudah ditetapkan sebagai rasio minimum yang akan dipertahankan oleh suatu perusahaan, maka perusahaan dalam menarik kredit jangka pendeknya juga harus selalu didasarkan pada pedoman tersebut agar tingkat likuiditasnya tetap terjaga. Lebih lanjut menurut Lukman Syamsuddin. menguraikan dalam bukunya Manajemen Keuangan Perusahaan (2000 : 44 ), bahwa : “Untuk mengetahui berapa besar current assets bisa dikurangi tanpa mengganggu kemampuan membayar utang jangka pendek (jumlah aktiva lancar = jumlah utang lancar) dapat dihitung sebagi berikut : (1 – ( 1 : Current Ratio ) x 100 % ).” Tingkat likuiditas dapat diukur dengan menggunakan beberapa rasio. Secara umum banyak penulis membagi tiga cara untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan, yaitu : Current Ratio Quick Ratio ( acid – test ratio ) Cash Ratio Pada skripsi ini penulis hanya menggunakan peralatan current ratio dan quick ratio dalam bab pembahasan rasio likuiditas, karena current ratio dan quick ratio banyak digunakan oleh perusahaan dalam mengukur tingkat
20
likuiditasnya serta merupakan peralatan yang mengukur tingkat likuiditas secara kasar dibandingkan dengan peralatan lainnya. Juga berdasarkan pendapat Lukman Syamsuddin dalam bukunya Manajemen Keuangan Perusahaan ( 2000 : 45 ), bahwa “Current ratio merupakan indikator yang sesungguhnya dari likuiditas perusahaan, karena perhitungan tersebut mempertimbangkan hubungan relatif antara aktiva lancar dengan utang lancar masing- masing perusahaan.” Adapun formula dari current ratio adalah sebagai berikut :
Current Ratio =
;
x 100%
Quick ratio =
x 100%
Selanjutnya tambahan untuk sekedar diketahui formula dari cara lain untuk menghitung tingkat lukuiditas perusahaan adalah sebagai berikut:
Cash ratio =
x 100%
2.1.4 Pengertian Rasio Profitabilitas Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai tujuan pokok memperoleh laba, laba tersebut dimaksudkan dapat digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan.
21
Bagi setiap perusahaan sangatlah lebih penting untuk meningkatkan profitabilitas, karena laba besar merupakan ukuran bahwa suatu perusahaan telah beroperasi secara efisien. Dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang terdapat dalam neraca perusahaan, profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui.dan dengan sendirinya efisien pengelolaan perusahaan dapat dicapai. Berikut ini beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa penulis. J. Fred Weston yang bukunya Manajemen Keuangan (1997 : 225 ) diterjemahkan oleh Joko Wasana mengemukakan sebagai berikut: “Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektivitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan.” Napa J. Awat menuliskan pengertian profitabilitas dalam bukunya Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis ( 1999 : 391 ) sebagai berikut. “Rasio profitabilitas berusaha mengukur kemampuan menghasilkan laba, baik dengan menggunakan seluruh aktiva yang ada maupun dengan menggunakan modal sendiri.” Dalam bukunya Study Kelayakan Bisnis (2009:138) Kasmir dan Jakfar mengemukakan bahwa:
22
“Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan.” Sedangkan
menurut
Alex
S.
Nitisemito
dalam
bukunya
Pembelanjaan Perusahaan ( 1983 : 51 ) pengertian profitabilitas sebagai berikut : “Kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan
keuntungan
dibandingkan dengan modal yang digunakan dan dinyatakan dalam persentase.” Dari uraian dan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian rasio profitabilitas adalah alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, sebagai hasil dari penggunaan sejumlah modal, aktiva dan penjualan, yang dinyatakan dalam persentase ( % ). Cara untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan bermacammacam. Hal ini tergantung kebutuhan pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, Mengingat rasio ini sangat dibutuhkan oleh pihak investor jangka panjang, misalnya pemegang saham dan calon pemegang saham, untuk melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen. Terlebih lagi bagi pihak manajemen perusahaan, rasio ini merupakan tolak ukur efektivitas manajemen dalam menggunakan total
23
aktiva seperti yang
tercatat dalam neraca, sehubungan dengan tingkat
keuntungan yang diperoleh perusahaan pada periode tertentu. Untuk menghitung rasio profitabilitas ada beberapa rumus yang dapat dipergunakan antara lain : Gross Profit Margin Operating Income Ratio Operating Ratio Net Profit Margin Rate of Return On Investment (ROI) Rate of Return On Net Worth Beberapa
penulis
secara
tersirat
mengelompokkan
rasio
profitabilitas, yaitu: Pertama adalah profitabilitas ekonomis (Earning Power = Return On Investment (ROI)), yaitu perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba, yang dinyatakan dalam persentase. Modal yang dimaksud disini adalah modal yang digunakan perusahaan dalam membiayai bisnis utamanya, yaitu modal operasi. Bukan termasuk modal yang ditanamkan dalam efek kecuali perusahaan kredit. Dan laba yang dimaksud disini adalah laba yang dihasilkan oleh bisnis utama perusahaan, yaitu laba operasi (Net Operating Income ). Bukan
24
laba yang dihasilkan dari bisnis sampingan perusahaan, misalnya efek yang menghasilkan dividen. Adapun formulasi yang digunakan dalam menghitung profitabilitas ekonomis sebagai berikut :
Profitabilitas Ekonomi=
x 100 %
Formulasi di atas diperoleh dari hasil perkalian sebagai berikut ; Profitabilitas Ekonomi =
x
x 100%
Rentabilitas Ekonomis : ( Earning Power = ROI ) = Profit Margin x Operating Asset Turnover Dari formulasi di atas memperlihatkan bahwa profitabilitas ekonomis adalah hasil perkalian antara profit margin dengan Operating Asset Turnover ( tingkat perputaran aktiva ). Dengan formulasi seperti itu maka dapat diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya profitabilitas ekonomis adalah profit margin dan Operating Asset Turnover. Dari formulasi di atas dapat dikatakan bahwa profit margin adalah perbandingan antara Net Operating Income ( laba bersih ) dengan Net Sales ( penjualan bersih ). Atau dengan kata lain profit margin adalah selisih antara Net Sales dengan operating expenser ( harga pokok penjualan + biaya penjualan + biaya administrasi + biaya umum ).
25
Profit margin merupakan indikator keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tingkat laba yang maksimum dan sampai sejauh mana pihak manajemen perusahaan dapat mengelola keuangannya secara efisien. Karena profit margin sangat mempengaruhi tinggi rendahnya profitabilitas ekonomis suatu perusahaan, maka sangat penting bagi pihak manajemen perusahaan untuk mengetahui cara-cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan profit margin perusahaan
yang dikelolanya adalah
sebagai berikut: 1. Mengupayakan untuk meningkatkan jumlah penjualan yang relatif lebih besar daripada peningkatan biaya operasi. 2. Dengan jumlah penjualan yang tetap, pihak manajemen perusahaan harus mampu menekan biaya – biaya. 3. Tentu jika terjadi penurunan jumlah penjualan, maka pihak manajemen perusahaan harus menurunkan biaya- biaya yang relatif lebih besar lagi. Seperti profit margin jika dilihat dari formulasi di atas, maka Operating Asset Turnover ( tingkat perputaran aktiva ), yaitu perbandingan antara net sales dengan net operating assets. Rasio ini digunakan untuk menilai efektifitas penggunaan aktiva perusahaan dalam hubungannya dengan jumlah penjualan pada periode tertentu. Yang dapat dilihat dengan kecepatan perptaran aktiva usaha dalam periode tertentu. Hal yang sama juga berlaku untuk manajemen perusahaan, dimana mereka mengetahui cara – cara untuk meningkatkan operating assets turnover, agar profitabilitas ekonomi perusahaanya meningkat. Adapun cara yang dapat ditempuh pihak manajemen perusahaan adalah :
26
1. Mengupayakan adanya peningkatan jumlah penjualan yang relatif lebih besar daripada bertambahnya assets. 2. Mengupayakan dengan jumlah assets tertentu, pihak manajemen dapat meningkatkan jumlah penjualan. 3. Jika terjadi penurunan jumlah penjualan, pihak manajemen perusahaan harus berupaya untuk menurunkan penggunaan assets lebih besar lagi. Dengan memperhatikan profit margin dan operating assets turnover merupakan salah satu indikasi bagi manajer dalam mengelola perusahaan secara efektif dan efisien. Dari uraian di atas mengenai profitabilitas ekonomis dapat disimpulkan bahwa rasio ini merupakan alat yang digunakan pihak manajemen perusahaan dalam mengukur dan menilai efektifitas pengelolaan perusahaan dalam periode tertentu. Sehingga dengan rasio ini pihak manajemen dapat mempunyai pijakan yang kuat dalam membuat kebijakan – kebijakan baru agar pengelolaan perusahaan dimasa yang akan datang lebih efisien lagi dan lebih baik dari masa-masa sebelumnya. Kedua adalah profitabilitas modal sendiri ( Return On Net Work ) atau profitabilitas usaha, yang digunakan untuk mengetahui berapa tingkat keuntungan yang diperoleh dari penggunaan modal sendiri yang terdapat dalam perusahaan. Dalam perhitungan profitabilitas modal sendiri, laba yang dimaksud adalah laba usaha yang telah dikurangi dengan bunga modal asing/hutang dan pajak. Sedangkan modal sendiri yang dimaksud adalah modal sendiri yang dipergunakan perusahaan dalam membiayai bisnis utamanya.
27
Adapun formulasi yang digunakan unntuk menghitung profitabilitas modal sendiri adalah sebagi berikut :
Rentabilitas Modal Sendiri=
x 100%
Berdasarkan formulasi di atas terlihat bahwa penambahan modal sendiri yang lebih besar proporsinya dari laba sesudah pajak yang diperoleh perusahaan akan memperkecil rentabilitas modal sendiri. Dari keadaan ini maka diperbolehkan untuk menambah modal asing dalam perusahaan untuk memperkuat permodalan perusahaan. Adapun syaratnya adalah rate of return dari penambahan modal asing tersebut lebih besar daripada biaya modalnya atau bunganya. Jadi dapat dikatakan bahwa rasio profitabilitas inilah yang sangat diperhatikan oleh para pihak investor dan calon investor untuk melihat keuntungan yang akan mereka peroleh dalam bentuk dividen. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan pokok antara profitabilitas ekonomis dengan profitabilitas modal sendiri hanyalah terletak pada jenis modal yang digunakan. Dimana pada profitabilitas ekonomis yang diperhitungkan adalah keseluruhan modal ( modal sendiri dan modal asing ) yang dipergunakan dalam menghasilkan keuntungan, sedangkan pada profitabilitas modal sendiri yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang digunakan dalam memperoleh keuntungan.
28
Dari kedua macam cara penilaian tingkat profitabilitas di atas, profitabilitas ekonomis ( Earning Power atau ROI ) sering digunakan sebagai tolak ukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan. Untuk itu pada bab pembahasan penulis menggunakan Rate of Return On Investment ( ROI ) untuk mengukur tingkat profitabilitas PT. IKI Makassar. 2.1.5 Metode Koefisien Korelasi Untuk mengetahui ada tidaknya keterkaitan hubungan antara dua variabel dalam hal ini keterkaitan antara likuiditas dan profitabilitas, maka diperlukan suatu metode yang dapat menjelaskannya. Metode tersebut adalah metode koefisien korelasi. Dengan korelasi berarti ,mempelajari secara timbal balik bagaimana dua variabel itu berhubungan. Dengan kata lain, yaitu bagaimana kuatnya dua hubungan antara variabel-variabel apabila bentuk hubungan adalah linier. Angka koefisien korelasi ini merupakan angka nyata yaitu antara +1 dan – 1 atau 1 ≥ e ≥ -1. Dengan demikian sehingga korelasi dapat bersifat langsung / positif, dan dapat juga terbalik atau negatif tergantung pada arah perubahannya. Besarnya angka korelasi menunjukkan kuat atau lemahnya hubungan : 1. Koefisien korelasi bersifat positif, bila suatu variabel naik / turun dan yang lain berubah dengan jumlah yang tetap di dalam arah yang sama. 2. Koefisien korelasi bersifat negatif, jika kedua variabel tersebut dalam perubahan yang berlawanan arah.
29
3. Koefisien korelasi merupakan rata-rata hubungan yang dua arah sifatnya. Untuk menghitung koefisien korelasi sederhana kita dapat memilih tipe koefisien korelasi person adalah tipe dasar korelasi. Simbol koefisien korelasi adalah r, dan untuk menghitung koefisien korelasi dari data yang kasar ( belum disusun dalam bentuk distribusi frekuensi ) Metode ini digunakan untuk menganalisa tentang sejauh mana atau seberapa besar hubungan antara tingkat likuiditas dengan tingkat profitabilitas perusahaan yang dinyatakan dalam persentase. Rumusan yang digunakan oleh Anto Dajan dalam bukunya Pengantar Metode Statistik ( 1985 : 315 ) adalah sebagai berikut :
=
.∑ .∑
( ) .
∑ .∑ ∑
( )
Dimana : r = menyatakan kuat atau lemahnya hubungan tingkat likuiditas dan tingkat profitabilitas n = Jumlah periode x = Merupakan variabel bebas y = merupakan variabel dependen yaitu variabel lain dalam hal ini adalah laba usaha.
30
Berdasarkan rumus diatas, maka hasil perhitungan antara variabel x dan y bervariasi, yaitu dari -1 melalui 0 hingga 1. Nilai ini memiliki arti tersendiri. Oleh Anto Dajan dalam bukunya Pengantar Metode Statistik ( 1985 : 316-318 ) mengemukakan lebih lanjut mengenai pengertian rumus tersebut di atas bahwa : “Apabila r = 0 atau mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel sangat lemah atau tidak ada sama sekali. Bila r = 1 atau mendekati 1, maka korelasinya dikatakan sangat kuat dan positif, sedangkan bila r = -1 atau mendekati -1 maka korelasinya dikatakan sangat kuat dan negatif.” Dan selanjutnya Anto Dajan dalam bukunya Pengantar Metode Statistik ( 1985 : 317 ) mengemukakan bahwa tanda positif dan negatif pada korelasi mempunyai arti sendiri yaitu : “Bila r positif, maka korelasi antara kedua variabel bersifat searah artinya kenaikan atau penurunan nilai-nilai x terjadi bersama-sama dengan kenaikan atau penurunan nilai- nilai y. Sebaliknya bila r negatif, kenaikan nilai x terjadi bersama-sama dengan penurunan nilai- nilai y atau sebaliknya.” Dengan menggunakan peralatan teori yang telah dikemukakan di atas, maka akan menganalisa lebih lanjut berdasarkan pada pokok-pokok
31
penelitian dan landasan teori sebagai indikator dalam pembahasan selanjutnya. 2.2 Penelitian Terdahulu Dari penelitian Mursalim (2001) dengan menggunakan koefisien korelasi hasilnya menunjukkan koefisien korelasi sebesar -0,69 atau -69%. Hal ini membuktikan bahwa tingkat likuiditas (Current Ratio dan Quick Ratio) dan tingkat profitabilitas (ROI) selama tahun 1995 sampai tahun 1999 memiliki hubungan erat yang bersifat negatif. Dari hasil penelitian Koko Pradwi Aquarista (2007) hasil pembahasan dan analisa korelasi menunjukkan bahwa tingkat likuiditas (Current Ratio dan Quick Ratio) dengan profitabilitas berkorelasi positif. Dari hasil penelitian Efendi J. Pangaribuan (2007), menggunakan
metode analisis Korelasi Rank Spearman pada tingkat signifikansi a =5% dan pengerjaannya menggunakan alat bantu program SPSS 12.0. Penelitian ini mengunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan selama enam tahun terhitung dari tahun 2000-2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variabel bebas yaitu Current Ratio, Cash Ratio, dan Acid Test Ratio tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap variabel terikat yaitu ROI. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai koefisien korelasi Spearman (rhitung) ≤ (rtabel) serta tingkat signifikansinya lebih besar dari 5% dan berdasarkan uji-t diperoleh bahwa (thitung) ≤ (ttabel).
32
2.3 Kerangka Pikir
feed back PT. Industri Kapal Indonesia
Laporan Keuangan PT. IKI 2006, 2007, 2008, 2009, 2010
Neraca (Balance Sheet)
Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Likuiditas -
Profitabilitas
Current Ratio Quick Ratio
-
Return on Investment (ROI)
Kinerja Keuangan (Efisiensi)
2.4 Hipotesis Berdasarkan analisis sementara laporan keuangan yang digunakan untuk melihat masalah tersebut di atas maka hipotesis yang penulis kemukakan adalah : “Diduga terdapat hubungan yang positif antara likuiditas perusahaan dengan tingkat profitabilitas dalam mencapai efisiensi perusahaan”.
33
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam menyelesaikan penelitian skripsi, penulis mengadakan penelitian pada sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perkapalan yang berlokasi di Kota Makassar, Perusahaan ini adalah PT Industri Kapal Indonesia (Persero). 3.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan. Dimulai dari tanggal 14 Maret 2011 sampai dengan 14 April 2011. 3.3 Jenis dan Sumber Data Dalam menghadapi data, ditunjang dengan berbagai jenis dan sumber data sebagai berikut : 3.3.1 Data Primer Yaitu data yang diperoleh langsung oleh penulis dari hasil pengamatan dan wawancara dengan pimpinan perusahaan dan staf mengenai obyek dan masalah yang erat kaitannya dengan penelitian. 3.3.2 Data Sekunder Yaitu data yang diperoleh dari dokumentasi, laporan keuangan perusahaan selama lima tahun terakhir dan pencatatan-pencatatan
34
lain yang erat hubungannya dengan masalah yang dibahas seperti gambaran umum perusahaan dan struktur organisasi perusahaan yang erat kaitannya dengan penelitian. 3.4 Populasi dan Penentuan Sampel Populasi laporan keuangan PT.Industri Kapal Indonesia (IKI) dari tahun 1977-2010 adalah 33 laporan keuangan. Dari total populasi ini, peneliti mengambil sampel laporan keuangan sebanyak 5 laporan keuangan dari tahun 2006-2010. 3.5 Metode Pengumpulan Data Guna pelengkap dalam pembahasan ini maka diperlukan adanya data atau informasi baik dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Penulis memperoleh data yang berhubungan dengan skripsi ini dengan menggunakan metode sebagai berikut : 3.5.1 Penelitian Pustaka Yaitu membaca dan mempelajari karangan ilmiah dan literatur tentang dasar-dasar teori yang digunakan dan erat hubungannya dengan masalah yang akan dibahas. 3.5.2 Penelitian Lapangan Yaitu penelitian yang dilakukan langsung pada obyek untuk dapat memperoleh gambaran tentang perusahaan dengan cara observasi dan wawancara.
35
3.6 Metode Analisis Sebagai dasar untuk menganalisis masalah dan untuk dapat menguji hipotesis, maka penulis menggunakan beberapa peralatan analisis sebagai berikut : 3.6.1 Metode Analisis Rasio Keuangan Perusahaan a. Rasio Likuiditas, diukur antara lain dengan Current Ratio dan Quick Ratio, rasio ini menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk dapat membayar hutangnya yang segera jatuh tempo, dengan jaminan aktiva lancar. Adapun formulasi dari Current Ratio dan Quick Ratio adalah sebagai berikut :
Current Ratio
=
Quick Ratio
=
x 100 %
x 100 %
b. Rasio Profitabilitas, yang digunakan antara lain adalah Return on Investment (ROI). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva dalam menghasilkan keuntungan bersih. Adapun formulasi dari ROI ini adalah sebagai berikut : ROI =Profit margin x Operating Assets Turnover Dimana :
36
Profit Margin =
x 100 %
Operating Assets Turnover =
x 100 %
Net Operating Income : Pendapatan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan Net Operating Assets : Seluruh Aset yang digunakan perusahaan untuk menjalankan usahanya Net Sales
:Penjualan
bersih
perusahaan
yang
diperoleh dari Hasil usaha pokonya Rate Of Return On Investment (ROI) yaitu rasio yang mengukur
kemampuan
perusahaan
dari
modal
yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih. Sedangkan Profit Margin merupakan peralatan
yang
digunakan
untuk
mengetahui
efisiensi
perusahaan dengan melihat besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan. Sementara Operating Assets Turnover
dipergunakan
untuk
mengetahui
efektivitas
perusahaan dengan melihat pada kesempatan perputaran operating assets dalam suatu periode tertentu.
37
3.6.2
Metode Koefisien Korelasi Metode ini digunakan untuk menganalisis tentang seberapa jauh
atau berapa besarnya hubungan antara tingkat likuiditas dan tingkat profitabilitas perusahaan dalam persentase. Rumus yang digunakan dalam metode ini adalah : ∑
=
.∑
∑ .∑
(∑ )
.∑
(∑ )
Dimana : r = Koefisien korelasi yang menyatakan kuat atau lemahnya hubungan keterkaitan antara likuiditas dan profitabilitas perusahaan n = Jumlah periode tahun x = Likuiditas perusahaan, yang dalam hal ini merupakan variabel bebas (independen) y = Profitabilitas perusahaan, yang merupakan variabel dependen, yaitu variabel yang tergantung dari variabel lain. Untuk menunjukkan hubungan tergantubg dari nilai
dimana
nilai rxy dapat bervariasi dari -1 melalui 0 hingga+ 1. Bila rxy = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat lemah atau tidak terdapat hubungan sama sekali. Bila
= +1 atau mendekati 1 ,
maka hubungannya antara kedua variabel sangat kuat sekali dan positif (searah). Dan bila
= -1 atau mendekati -1, maka hubungan dikatakan
sangat kuat dan negatif (berlawanan arah).
38
3.7 Definisi opersional 3.7.1 Tingkat Likuiditas Tingkat likuiditas adalah tingkat kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi suatu kewajiban yang harus segara di bayar. Likuiditas merupakan suatu indikator kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. 3.7.2 Tingkat profitabilitas Tingkat profitabilitas adalah kemampuan menghasilkan laba, baik menggunakan seluruh aktiva yang ada maupun dengan menggunakan modal sendiri.
39
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan Pada tahun 1962 di Makassar dimulai pembangunan proyek galangan kapal yaitu galangan kapal Paotere dan pryek galangan kapal Tallo. Proyek galangan
kapal
Paotere
dibangun
oleh
departemen
perindustrian
dasar/pertambangan, dengan maksud untuk membuat kapal-kapal baja yang berkapasitas 2500 ton, sedangkan galangan kapal Tallo dinagun oleh departemen urusan veteran dan demobilitas, yang dimaksudkan untuk membuat kapal-kapal kayu sampai dengan bobot mati 300 ton. Proyek ini memiliki slip way atau fasilitas untuk menaikkan kapal dari laut ke darat, dan sebaliknya menurunkan kapal dari darat ke laut, yang panjangnya 45 meter dan mempunyai daya angkut 500 lt (lifting ton). Pada pertengahan tahun 1963, kegiatan dua proyek ini masing-masing baru pada taraf pengerjaan dasar. Pada waktu itu proyek galangan kapal Paotere belum memiliki peralatan sama sekali, sedangkan proyek galangan kapal Tallo telah memiliki peralatan mesin dan alat-alat lain yang didatangan dari Polandia. Berhubung karena terbatasnya pembiayaan pada waktu itu maka pemerintah memutuskan untuk menggabungkan kedua proyek tersebut yang lokasinya ±2 km antara satu dengan yang lainnya dibawah pengawasan departemen perindustrian dasar/pertambangan, kemudian merubah namanya menjadi proyek galangan kapal Makassar yang lokasinya terletak dipantai Paotere kecamatan Tallo bagian utara
40
kota Makassar atau sekitar 3,5 km dari pusat kota, diatas areal tanah seluas 250.000 m2. Dengan diresmikannya proyek tersebut sesuai surat keputusan presiden No.225/1963. Proyek ini dinyatakan proyek sebagai proyek vital. Dengan terjadinya penggabungan tersebut, maka : 1.
Lokasi bekas proyek galangan kapal Tallo dipindahkan berdampingan dengan bekas proyek galangan kapal Paotere.
2.
Mengadakan redesigning yang disesuaikan dengan biaya yang ada dan menitikberatkan pada penyelesaian tahap pertama (bekas proyek galangan kapal) dengan sasaran utama mereparasi dan memelihara kapal-kapal sampai dengan 500 ton.
3.
Menunda pembanguan bekas diteruskan penyelesaiannya pada tahap kedua (rencana perusahaan). Galangan Kapal Makasaar tahap pertama diresmikan oleh Sekretaris
Jenderal Departemen Perindustrian yang pada wakti itu diwakili Departemen Pertambangan tepat pada tanggal 7 Maret 1970. Galangan Kapal Makassar ini mempunyai slipway horizontal yang terletak di pantai Paotere kecamatan Tallo bagian utara kota Makassar dengan areal 250.000 m2. Sistem docking dari Galangan Kapal Makassar mempunyai slipway horizontal dan miring. Shifter besar untuk menaikkan dan menurunkan kapal dari laut atau sebaliknya dan setelah kapal didaratkan, maka kapal dapat ditarik ke samping salah satu side track (normal). Panjang shifter tersebut maksimal 45
41
meter dan mempunyai daya angkut 500 ton. Tinggi air di atas shifter maksimal 3,40 meter. Sebelah barat shifter terdapat areal yang agak luas untuk tempat penelitian kapal tersebut. Sebelah barat dari slipway horizontal terdapat 4 sidetrack yang panjangnya masing-masing 140 meter dan 70 meter, dua buah dengan kapasitas 300 ton. Dengan peralatan yang dimiliki sekarang ini, Galangan kapal Makassar baru dapat melayani kapal yang berukuran sampai 1500 DWT serta mereparasi kapal yang 500 ton ke bawah kurang lebih dari itu serta mempunyai fasilitas dan daya tampung sampai 16 buah kapal sekaligus untuk ukuran seperti tersebut di atas. Galangan kapal Makassar juga membuat kapalkapal kayu yang dikerjakan dengan pesanan yang ada berdasarkan kondisi dan tingkat kegiatan yang dihadapi, galangan baru menyerap tenaga sebesar kurang lebih 300 orang pegawai atau karyawan yang setiap hari mempekerjakan 20 sampai dengan 40 orang. PT Industri Kapal Indonesia (Persero) atau disingkat PT IKI (Persero) didirikan berdasarkan Akte Pendirian No.122 tanggal 29 Oktober 1977, yang dibuat dihadapan Sitske Limowa, S,H. Notaris di Makassar, kemudian dirubah dengan akte tertanggal 28 Februari 1979 No.151 dan akte tertanggal 7 Juli 1979 No.40, yang dibuat dihadapan notaris yang sama, dan telah mendapat pengesahan Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. YA5/374/16 tanggal 5 Agustus 1980 serta termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia No.64 tanggal 11 Agustus 1981, tambahan No.637. Sesuai dengan Akte Perubahan No.23 tanggal 3 Oktober 1984, yang dibuat dihadapan Notaris Sitske Limowa, S.H, yang berkedudukan di Makassar, yang selanjutnya telah mendapat
42
pengesahan dari Menteri Kehakiman RI tertanggal 18 Maret1985 sesuai Surat Keputusan Nomor C2-1440-HT.01.04 tahun 1985 dan termuat dalam berita negara RI No.73 tanggal 10 September 1985, perusahaan ini mengalami perubahan nama menjadi “PT Industri Kapal Indonesia (Persero)”. PT Industri Kapal Indonesia yang berpusat di Makassar dan mencakup 4 galangan kapal antara lain sebagai berikut : 1.
Galangan Kapal Gresik (Jawa Timur)
2.
Galangan Kapal Padang (Sumatera Barat)
3.
Galangan Kapal Makassar (Sulawesi Selatan)
4.
Galangan Kapal Bitung (Sulawesi Utara)
Jadi, jelas di sini bahwa Galangan Kapal Makassar sekarang telah menjadi unit produksi dari PT Industri Kapal Indonesia (Persero). Pada tahun 1986, unit produksi Galangan Kapal Padang telah dialihkan pengelolaannya kepada PT Kodja Jakarta dan tahun 1988 unit Galangan Kapal Gresik juga dialihkan pengelolaanya dan sebaliknya PT Dok dan Galangan Kapal Wayime Ambon akan menjadi satu unit produksi PT Industri Kapal Indonesia (Persero) sesuai dengan kebijakan Menteri Perindustrisan dan Menteri Keuangan. Rencana perluasan direncanakan oleh pemerintah dengan mendirikan 4 pusat industri kapal di seluruh Indonesia, yaitu Palembang, Jakarta, Surabaya dan Makassar. Makassar dimaksudkan sebagai pusat industri perkapalan untuk seluruh wilayah Indonesia Timur. Dengan mendirikan pusat tersebut, maka diharapkan
43
dan diusahakan mendirikan industri-industri pembantu seperti industri-industri pembuatan komponen-komponen kapal (peralatan-peralatan kapal, pelengkapan kapal serta lain sebagainya yang ada hubungannnya dengan perlengkapan) seperti sub kontroler dan lain sebagainya. Kondisi umum dok dan galangan kapal mengalami pululan berat tahun 1985-1989 dan hampir semua galangan kapal mengalami kerugian yang cukup besar. Demikian juga dok PT Industri Kapal Indonesia (Persero). Pada tahun itu produksi dan penjualannya mengalami penurunan yang cukup tajam, sehinggan mengakibatkan konfusi keuangan tidak sehat dan tidak dapat memperbaiki sarana produksi sampai pada tahun 1990. Peningkatan penjualan dan keuntungan mulai didapatkan sehingga akumulasi kerugian sudah mulai diatasi dan sudah dapat memperbaiki modal untuk investasi serta membayar kewajiban yang tertunda. Investasi yang dilaksanakan antara lain mengadakan perbaikan sarana produksi yang telah ada dan meningkatkan kapasitas dari 7 kapal menjadi 15 kapal dan 500 TLS dan 1000 TLC dan jumlah unit kapal secara bersamaan dapat direparasi dengan lebih cepat. Membangun secara bertahap Graving Dock dengan kapasitas 6000 DWT dan Building Berth dengan kapasitas 8000 DWT serta penambahan kapasitas pendukungnya agar dapat mereparasi kapal dan membuat lebih besar. Kemajuan yang telah tercapai oleh perusahaan dewasa ini belumlah sebanding dengan perusahaan sejenisnya yang ada, namun atas usaha kerja keras karyawan dan pimpinan, serta bantuan segenap unsur masyarakat dan pemerintah, maka yakin
44
apa yang menjadi impian dan harapan serta cita-cita perusahaan akan dapat diwujudkan. Adapun tujuan didirikannya perusahaan ini sesuai akte perusahaan tersebut adalah untuk turut melakasanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya dan khususnya di bidang industri perkapalan serta mesin-mesin dan industri laogam dasar lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan menjalankan kegiatan usaha di bidang : 1. Produksi : a. Mengolah, merakit dan membuat bahan baku tertentu menjadi kapal, peralatan lepas pantai, alat apung, peralatan dan perlengkapan kapal lainnya. b. Merawat, mereparasi, merehabilitasi dan konversi (merubah bentuk dan fungsi) segala jenis kapal, peralatan lepas pantai serta alat apung lainnya. c. Pabrikasi dan perawatan struktur berat permesinan pabrik dan kegiatan industri lainnya atau sarana produksi dalam sektor industri perkapalan dan/atau industri sejenisnya. 2. Pemberian jasa dengan melaksanakan studi/penelitian, pengembangan, desain engineering, angkutan atau perancangan pembuatan kapal, peralatan lepas pantai, alat apung, pengerjaan galangan kapal, pengoperasian pabrik, konstruksi, manajemen, reparasi, pemeliharaan, latihan, pendidikan, konsultasi
45
dan jasa teknis lainnya dalam sektor industri perkapalan atau industri sejenisnya. 3. Perdagangan dengan menyelenggarakan kegiatan pemasaran baik dalam maupun luar negeri yang berhubungan dengan hasil produksi tersebut di atas dan produk-produk lainnya serta kegiatan impor barang-barang dan/atau suku cadang antara lainya berupa bahan baku /penolong, komponen dan peralatan produksi. 4. Melakukan kegiatan usaha atau jasa lainnya yang berkaitan dengan produksi, pemberian jasa, perdagangan yang merupakan sarana pelengkap atau penunjang dalam mencapai tujuan perusahaan. Dalam pelaksanaan operasinya sesuai dengan SK diereksi No.33/DIRIKI/KPTS/VII/2001 tanggal 16 Juli 2001, mempunyai unit dok dan unit-unit usaha sebagai berikut : 1. Unit dok dan galangan Makassar 2. Unit dok dan galangan Bitung 3. Unit usaha dan perdagangan Makassar.
46
4.2 Struktur Organisasi Suatu organisasi adalah kelompok orang yang bekerjasama untuk tujuan yang telah disepakati. Agar aktifitas organisasi yang dijalankan oleh orang-orang yang ada didalamnya dapat berjalan baik, maka di bentuklah struktur organisasi yang menggambarkan suatu sistem kerja yang baik, dimana terdapat batasanbatasan, pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab serta fungsi masingmasing personil dalAm organisasi perusahaan. Struktur organisasi itu sendiri adalah suatu susunan yang merinci pembagian aktifitas kerja dan menunjukkan bagaimana tingkatan aktifitas berkaitan satu sama lain, sampai tingkat tertentu ia juaga menunjukkan tingkat spesialisasi dari aktfitas kerja. Struktur ini juga menunjukkan hierarki organisasi dan struktur wewenang, serta memperlihatkan hubungan pelaporannya. Bagi perusahaan, struktur organisasi memberikan stabilitas dan kontinuitas yang memungkinkan organisasi tetap hidup walaupun orang datang dan pergi serta mengkoordinasikan hubungannya dengan lingkungannya.
47
48
Pada gambar 1 disajikan struktur organisasi PT Industri Kapal Indonesia (Persero) yang menunjukkan hubungan atau hierarki dalam perusahaan tersebut tentang komunikasi kerja yang ada dan menentukan pembagian tugas dan wewenang pada perusahaan. Dilihat dari struktur organisasinya PT Industri Kapal Indonesia (Persero) menggunakan bentuk organisasi garis dan staf. Dimana bantuan yang diberikan staf hanya berupa nasihat, sedangkan keputusan dan pelaksanaan dari keputusan tersebut tetap berada ditangan pimpinan. Adapun Dewan Komisaris PT Industri Kapal Indonesia (Persero) sesuai Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.339/KMK.016/1995 tanggal 20 juli 1995 terdiri atas 5 (lima) orang yaitu : 1. Ir. Marwoto (Komisaris Utama) 2. Drs. Moh. Anas (Komisaris) 3. Ir. P. Purwadi Sugito (Komisaris) 4. Sanyoto Gondodiyoto (Komisaris) 5. Ir. M. Yamin Rahman (Komisaris) Direksi PT Industri Kapal Indonesia (Persero) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara RI No.KEP-222/M-PBUMN/1999 tanggal 5 Oktober 1999 tentang Pengangkatan anggota Direksi PT Industri Kpal Indonesia (Persero) diangkat Ir. Petrus Massolo Paranoan, MSc. Sebagai Direktur Program dan Pengembangan Usaha, sehingga
49
susunan dierksi per 31 Desember 1999 menjadi 4 (empat) orang yaitu sebagai berikut : 1. La Adrian I fie NA, MBA (Direktur Utama) 2. Ir. Amirullah Pase (Direktur Produksi) 3. Ir. Baharuddin Sellang (Direktu Komersial/Keuangan) 4. Ir. Petrus Massolo Paranoan, MSc (Direktur Program dan Pengembangan) Selanjutnya
berdasarkan Surat
Keputusan
Menteri Keuangan RI
No.293/KMK.05/2001 tanggal 15 Mei 2001 tentang pemberhentian dan pangangkatan anggota direksi perusahaan sebagai berikut : 1. Ir. Amirullah Pase (Direktur Utama) 2. Ir. Petrus Massolo Paranoan, MSc (Direktur Operasi) 3. Drs. Natsir Sarawa, MM (Direktur Keuangan) 4. Ir. Abd. Rakhman Caing ( Direktur Pemasaran) Adapun yang menjabat saat ini berdasarkan Surat Keputusan Menteri tentang pemberhentian dan pengangangkatan anggota direksi perusahaan sebagai berikut : 1. Ir. H. Abd. Rakhman Caing, MM (Direktur Utama) 2. Ir. La Ode Asmar Parsan, M. Eng (Direktur Produksi) 3. Aurelius Larope, SE. MM (Direktur Keuangan)
50
4. Ir. Hasanuddin. B. Nur (Direktur Pemasaran) 4.3 Uraian Tugas Dari bagan struktur organisasi PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) nampak bahwa ada Dewan Komisaris yang diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan unsur lain. Setiap bagian dipimpin oleh seorang kepala bagian dan bertanggung jawab pada manajer divisi di atasnya. Adapun uraian tugas masing-masing adalah sebagai berikut : 1. Direktorat Dipimpin oleh seorang Direktur Utama dan dua orang Direktur yaitu Direktur Produksi dan Direktur Keuangan. 2. Biro Setiap Biro dipimpin oleh seorang general manager dan bertanggung jawab pada direktorat di atasnya, dan setiap biro membawahi divisi. 3. Divisi Setiap divisi dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab pada general manager. 4. Bagian Setiap bagian dipimpin oleh seorang kepala bagian dan bertanggung jawab pada manajer divisi di atasnya. Adapun uraian tugas masing-masing bagian adalah sebagai berikut :
Direktur Utama bertanggung jawab langsung kepada Dewan Komisaris atau RUPS dengan tugas pokok bersama-sama para Direktur menetaokan manajemen dan kebijaksanaan pokok perusahaan dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Direktur Produksi bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama dengan tugas pokok bersama-sama Direktur Utama dan Direktur Keuangan menetapkan kebijaksanaan pokok perusahaan dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Mengkoordinir, membina dan mengawasi pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran (marketing). Design Engineering dan produksi secara efisien dan efektif sesuai dengan tujuan perusahaan yang telah digariskan RUPS. Direktur Keuangan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama dengan tugas mengkoordinir, membimbing dan mengawasi kegiatan
51
bidang keuangan, akuntansi, pergudangan dan perpajakan sesuai dengan penggarisan Direksi dan manual/sistem akuntansi yang berlaku. Sekretaris Perusahaan bertanggung jawab pada Direksi dengan tugas melayani kepentingan direksi dalam melaksanakan tugas sehari-hari yang meliputi pesiaoan rapat, pelayanan tamu direksi, sebagai notulis rapat, dan pengelola arsip direksi. Kepala Satuan Pengawasan Intern (SPI) bertanggung jawab kepada direktur utama dengan tugas melakukan fungsi pemeriksaan intern (internal auditing) yaitu mengawasi agar kebijaksanaan perusahaan dan prosedur kerja yang telah ditetapkan oleh direksi dilaksanakan sebagaimana mestinya, meneliti sebab-sebab terjadinya penyimpangan dan mengusulkan langkah-langkah perbaikan. Staf Ahli/Asisten bertanggung jawab kepada direksi dengan tugas memasuki dan meminta data serta keterangan yang berkaitan dengan perencanaan pelaksanaan pengendalian kegiatan yang dilaksanakannya. Asisten produksi bertanggung jawab kepada direktur produksi dengan tugas melakukan pengawasan atau kegiatan di bidang produksi maupun logistik untuk tercapainya efisiensi perusahaan dan mengadakan evaluasi terhadap kegiatan proyek yang telah selesai dilaksanakan baik untuk order pekerjaan/nilai penjualan masing-masing order pekerjaan dan investasi yang diadakan perusahaan. Kepala Biro Quality Assurance dan Kepala Biro Quality Control bertanggung jawab kepada direktur utama dengan tugas mengkoordinasikan dan mengawasi mutu pelaksanaan pekerjaan teknis agar sesuai dengan yang direncanakan untuk pekerjaan order bangunan baru, reparasi kapal, pekerjaan sipil, dan pekerjaan non kapal, dan meneliti/memeriksa kontrak/design yang akan dikerjakan berdasarkan RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) yang telah disahkan Rapat Pemegang Saham. Kepala Biro Perwakilan bertanggung jawab kepada Direksi dengan tugas memimpin dan melaksanakan kegiatan pemasaran untuk kepentingan perusahaan serta tugas yang telah digariskan dalam RKAP yang telah disahkan oleh Rapat Pemegang Saham. Kepala Biro Produksi Bangunan Baru bertanggung jawab kepada Direktur Produksi dengan tugas mengerahkan tenaga untuk kegiatan operasianal semaksimal mungkin agar dapat mencapai pedapatan yang telah digariskan dalam RKAP yang telah disahkan oleh Rapat Pemegang Saham.
52
Kepala Biro Produksi Reparasi bertanggung jawab kepada direksi produksi dengan tugas mengendalikan dan mengerahkan sarana dan daya untuk pelaksanaan pekerjaan reparasi kapal secara efisien dan efektif. Kepala Biro Logistik bertanggung jawab kepada direksi produksi dengan tugas mengkoordinasikan, memimpin dan mengawasi pelaksanaan pembelian peralatan impor maupun lokal untuk kebutuhan unit dan galangan unit lainnyasesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan perusahaan dan kebijaksanaan direksi berdasarkan RKAP yang telah disahkan oleh Rapat Pemegang Saham. Kepala Biro Komersial dan Teknologi bertanggung jawab kepada direktur komersial/keuangan dengan tugas menyusun rencana anggaran penjualan tahunan untuk dasar pembuatan RKAP tahun berikutnya, mengkoordinasikan dan mengarahkan kegiatan pemasaran dan engineering secara efisien dan efektif. Kepala Biro Keuangan dan Akuntansi bertanggung jawab kepada direktur komersial dan keuangan dengan tugas mengkoordinir/membawahi dan mengawasi kegiatan bidang keuangan akuntansi dan perpajakan. Kepala Biro Umum/Personalia bertanggung jawab kepada direktur komersial/keuagan dengan tugas mengkoordinir, memimpin danmengawasi pelaksanaan tugas yang berhubungan dengan masalah kepegawaian, ketatausahaan, umum/rumah tangga, kehumasan, hukum dan tugas-tugas umum lainnya. Kepala Divisi Marketing bertanggung jawab langsung kepada biro komersil dan teknologi dengan tugas mengkoordinasikan, membimbing dan mengawasi kegiatan semua urusan yang berkaitan dengan pemasaran. Kepala Divisi Keuangan bertanggung jawab langsung kepada kepala biro keuangan/akuntansi dengan tugas mengkoordinasikan, memimpin dan mengawasi pelaksanaan tugas-tugas yang menyangkut masalah akuntansi dan administrasi keuangan agar laporan keuangan dapat disusun tepat waktu sesuai dengan manual akuntansi yang berlaku. Kepala Divisi Akuntansi bertanggung jawab langsung kepada kepala biro keuangan/akuntansi dengan tugas mengkoordinasikan, memimpin dan mengawasi pelaksanaan tugas yang menyangkut kegiatan dibidang keuangan dan perpajakan. Kepala Divisi Quality Control bertanggung jawab kepada manajer unit dengan tugas pokok mengkoordinir, membimbing dan mengawasi kegiatan pengawasan dan penelitian teknis atas pekerjaan pembuatan kapal baru berdasarkan Network Planning, Production, Schedule, Pengawasan Mutu serta Waktu Penyelesaian Pekerjaan. 4.4 Bidang Produksi
53
PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) perusahaan yang bergerak dibidang usaha sebagai berikut : 1. Produksi Adapun hasil produksi PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) adalah : Mendesain Kapal yaitu membuat kapal untuk dijual kepada pemesan atau pemilik kapal (masih dalam bentuk gambar) Pembuatan Kapal Baru yaitu perusahaan membuat desain/kapal, dimana kapal dibuat di galangan kapal PT. Industri Kapal Indonesia (Persero). Adapun sumber bahan baku yang digunakan untuk membuat kapal baru tersebut berasal dari tiga sumber, tergantung dari kesepakatan bersama yaitu perusahaan mendesain kapal serta menyediakan sendiri bahan dan alat-alat yang diperlukan dalam pembuatan kapal baru, perusahaan mendesain kapal tersebut, bahan disediakan oleh pemilik atau pemesan kapal, perusahaan mendesain dan membuat kapal baru, membeli bahan baku tetapi pemilik kapal yang menentukan bahan yang akan digunakan untuk membuat kapal. Pembuatan Peralatan Lepas Pantai yaitu membuat alat yang digunakan oleh perusahaan minyak lepas pantai seperti pipa dan bor. Pabrikasi Struktur Baja yaitu membuat peralatan yang akan digunakan untuk tulang beton atau bangunan. 2. Perbaikan atau Reparasi Adapun perbaikan/reparasi yang dilakukan adalah sebagai berikut : Running Repair, yaitu memperbaiki kapal yang mengalami kerusakan tetapi kapal tersebut masih bisa beroperasi pada saat perbaikan, kapal yang rusak tidak perlu dibawa ke galangan kapal tetapi cukup diperbaiki ditempat dimana kapal itu rusak. Floating Repair, yaitu memperbaiki kapal yang rusak,kapal yang rusak tadi dibawa ke galangan kapal untuk diperbaiki, tetapi kapal tersebut tidak sempat dinaikkan ke darat (Docking), kapal cukup diperbaiki di galangan saja. Docking Repair, yaitu memperbaiki kapal yang rusak, atau kapal yang telah tiba saatnya untuk mengalami decking (setiap satu tahun sekali) agar tetap berjalan sebagaimana mestinya, cara kerjanya ialah kapal yang rusak dibawa ke galanga kapal, lalu kapal tersebut dinaikkan ke darat, kemudian diperbaiki. 3. Modifikasi Kapal
54
Modifikasi kapal yaitu kapal yang akan dimodifikasikan dibuat bentuk dan fungsinya kemudian kapal dinaikkan ke darat. Adapun modifikasi yang dilakukan PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) adalah sebagai berikut : Mengubah Kapal Barang menjadi Kapal Penumpang atau sebaliknya. Mengubah Kapal Tongkong menjadi Kapal Ikan atau sebaliknya. Mengubah Kapal Barang menjadi Kapal Tongkong atau sebaliknya. Mengubah Kapal Barang menjadi Kapal Ikan atau sebaliknya. Adapun proses produksi PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) adalah sebagai berikut : 1. Kantor Pusat menerima order dari pihak eksternal (pemesan). 2. Order ini kemudian ditindaklanjuti melalui negosiasi antara pihak manajemen PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) dengan pihak eksternal (pemesan) tersebut agar tercapai suatu kesepakatan. 3. Setelah kesepakatan tercapai maka langkah selanjutnya adalah membuat kontrak kerja di atas materai. 4. Atas dasar kontrak kerja ini, kantor pusat memerintahkan unit usaha untk melaksanakan pekerjaan. 5. Unit usaha menyusun rencana konstruksi dan rencana produksi. 6. Berdasarkan rencana konstruksi dan rencana produksi ini, disusun time schedule. 7. Pelaksanaan produksi segera dilakukan dengan berpedoman pada time schedule. 8. Output yang telah dihasilkan kemudian diteliti ulang(Quality Control) sebelum diserahkan kepada pemesan. 9. Diadakan serah terima antara unit usaha Dok dan Galangan dengan pihak pemesan dan berita acaranya diserahkan di kantor pusat. Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai proses produksi, berikut adalah skema aliran proses produksi yang ditunjukkan dalam skema
55
Skema 2 Proses Produksi PT. Industri Kapal Indonesia (Persero)
KANTOR PUSAT
KANTOR KERJA
DOK DAN GALANGAN
PERNCANAAN PRODUKSI
PERENCANAAN KONSTRUKSI
DIPERIKSA DISETUJUI TIME SCHEDULE
YA TIDAK
PELAKSANAAN PRODUKSI
QUALITY CONTROL
OUT PUT
Sumber : PT. Indusrti Kapal Indonesia (persero)
56
BAB V ANALISIS LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT. INDUSTRI KAPAL INDONESIA (Persero) MAKASSAR 5.1 Perhitungan Tingkat Likuiditas Pada dasarnya tujuan utama mengelola suatu perusahaan adalah mengoptimalkan profit serta menjaga kontinuitas perusahaan. Untuk mencapai hal tersebut maka perusahaan harus dikelola secara secara efektif dan efisien. Tingkat likuiditas merupakan suatu indikator untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas suatu perusahaan. Sebab perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang baik apabila perusahaan tersebut memiliki kemampuan yang cukup untuk melunasi kewajiban finansialnya yang jatuh tempo. Untuk mencapai tingkat likuiditas tersebut, tergantung bagaimana suatu perusahaan mengelola aktivanya. Aktiva yang terallu banyak digunakan untuk kegiatan investasi jangka panjang akan membawa pengaruh terhadap tingkat likuiditas. Kegiatan yang demikian ini dapat diperkirakan akan menyebabkan tingkat likuiditas yang dimiliki perusahaan akan rendah. Demikian pula sebaliknya jika aktiva hanya di prioritaskan untuk investasi yang bersifat jangka pendek, maka dapat menyebabkan perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang tinggi dikarenakan banyak dana yang menganggur, yang memberikan dampak merugikan perusahaan.Jadi tinggi rendahnya tingkat
57
likuiditas perusahaan tergantung bagaimana perusahaan tersebut mengelola aktiva-aktivanya. Untuk menganalisa tingkat likuiditas PT Industri Kapal Indonesia, penulis menggunakan laporan keuangan yaitu neraca dalam lima periode yaitu tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, sebagai sumber data. Dimana laporan keuangan yang bersumber dari PT. IKI Makassar terlampir. Berdasarkan data-data tersebut, penulis menggunakan metode analisis time series, dan alat analisis yang digunakan adalah current ratio dan quick ratio. Rumus current ratio dan quick ratio sebagai berikut
Current Ratio =
Quickk Ratio =
x 100%
x 100%
Current ratio merupakan ratio yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam melunasi kewajiban finansialnya yang jatuh tempo, dengan cara membandingkan aktiva lancar (current assets) dengan hutang lancar (current liability). Perhitungan tingkat likuiditas PT. Industri Kapal Indonesia Makassar selama 5(lima) periode (2006-2010) adalah sebagai berikut:
Tahun 2006 Current ratio
=
, ,
x 100 %
58
= 160,22 %
Tahun 2007
Current ratio
=
, ,
x 100 %
= 144,22% %
Tahun 2008
Current ratio
=
, ,
x 100 %
= 118,26 %
Tahun 2009
Current ratio
=
, ,
x 100 %
= 63,69 %
Tahun 2010
Current ratio
=
, ,
x 100 %
= 108,84 %
Adapun perhitungan Quick Ratio
59
Tahun 2006
Quick ratio
=
=
,
,
x 100 %
, ,
x 100 %
,
= 118,57 %
Tahun 2007
Quick ratio
=
=
,
,
x 100 %
, ,
x 100 %
,
= 52,60 %
Tahun 2008
Quick ratio
=
=
,
, ,
,
x 100 %
x 100 %
,
= 109,47 %
Tahun 2009
Quick ratio
=
,
, ,
x 100 %
60
,
=
x 100 %
,
= 57,93 %
Tahun 2010
Quick ratio
,
=
=
, ,
, ,
x 100 %
x 100 %
= 102,51 % Untuk lebih memudahkan dalam menganalisa tingkat likuiditas PT. Industri Kapal Indonesia, berikut ini penulis menyajikan (Current Ratio dan Quick Ratio) dalam bentuk table beserta tingkat perubahannya. Tabel II
Thn 2006
Perhitungan Rasio Likuiditas PT. INDUSTRI KAPAL INDONESIA MAKASSAR Tahun 2006-2010 Current Assets (CA) Current Liabilities (CL) Inventory CA (Rp) CL (Rp) Inventory (Rp) ∆ ∆ 50.632 31.602 13.163
∆ -
2007
67.565
16.933
59.152
27.550
36.451
23.288
2008
69.010
1.445
58.385
(767)
5.124
(31.327)
2009
41.793
(27.217)
65.623
7.238
3.775
(1.349)
2010
46.880
5.087
44.072
(21.551)
2.725
(1.050)
61
Thn 2006
CURRENT RATIO (CR) CR (%) ∆ (%) 160,22 -
QUICK RATIO (QR) QR (%) ∆ (%) 118,57 -
2007
114,22
(46,00)
52,60
(65,97)
2008
118,26
4,04
109,47
56,87
2009
63,69
(54,57)
57,93
(51,54)
2010
108,84
45,15
102.51
44,58
Keterangan : ∆ = perubahan nilai ( ) = menurun Sumber : PT. IKI Makassar, data diolah Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa tingkat likuiditas PT. IKI 5 (lima) tahu terakhir cenderung membaik, hal ini ditandai dengan terus meningkatnya current ratio dan quick ratio perusahaan dari tahun 2006 sampai tahun 2010. Walaupun current ratio untuk 2009 dan quick ratio untuk tahun 2007 dan 2009 berada dibawah ukuran normal, namun pada tahun berikutnya perusahaan sudah mampu menaikkan current dan quick
rationya, ini mengindikasikan upaya pihak manajemen untuk menjaga tingkat likuiditasnya. Jadi jika dirata-ratakan dapat dikatakan bahwa tingkat likuiditas PT. IKI lima tahun terakhir masih berada dibawah ukuran normal 200% yang dijadikan pedoman sebagai prinsip hati-hati (rules of thumb), namun demikian rasio likuiditas yang dimiliki PT. IKI meningkat setiap tahun mengindikasikan upaya perusahaan untuk menjaga likuiditasnya agar tetap mampu untuk menutupi hutang-hutangnya yang segera jatuh tempo.
62
CURRENT RATIO Pada tahun 2006, current ratio yang dimiliki PT. IKI sebesar 160,22 %
atinya setiap Rp.1,00 hutang lancar PT. IKI dijamin oleh harta lancar yang dimiliki preusahaan sebesar Rp. 1,60 Pada tahun 2007, current ratio PT. IKI mengalami penurunan sebesar 46,00% yaitu dari 160,22% tahun 2006 menjadi 114,22% atau 1,14 pada taun 2007, artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar PT . IKI dijamin oleh harta lancar yang dimiliki perusahaan sebesar Rp 1,14. Penurunan current ratio yang kecil ini disebabkan oleh meningkatnya aktiva lancar perusahaan sebesar 16,933% yaitu dari Rp. 50.632 tahun 2006 menjadi Rp. 67.565 pada tahun 2007. Kenaikan aktiva lancar perusahaan pada tahun ini disebabkan oleh peningkatan persediaan dalam proses (Mina Jaya) yang dimana pada tahun 2006 berupa piutang dalam proses (Mina Jaya) sebesar Rp. 7.500 dan pada tahun 2007 menjadi persediaan dalam proses (Mina Jaya) sebesar Rp. 31.173. Peningkatan hutang lancar perusahaan pada tahun ini juga disebabkan oleh kenaikan hutang usaha, pinjaman bank jangka pendek yang sangat besar , hutang pajak, hutang RDI dan hutang lain-lain. Pada tahun 2008, current ratio PT. IKI mengalami peningkatan sebesar 4,04% yaitu dari 114,22% pada tahun 2007 menjadi 114,26% atau 1,14 pada tahun 2008, artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar PT. IKI dijamin oleh harta yang dimiliki perusahaan sebesar Rp. 1,14. Kenaikan current ratio yang masih kecil ini disebabkan oleh kenaikan aktiva lancar sebesar 1,445% yaitu dari Rp. 67.565 pada tahun 2007 menjadi Rp. 69.010 pada tahun 2008,
63
sedangkan hutang lancar mengalami penurunan sebesar Rp. 767 dimana pada tahun 2007 sebesar Rp. 59.152 menjadi Rp. 58.385 pada tahun 2008. Kenaikan aktiva lancar pada tahun ini disebabkan oleh
piutang usaha
dimana pada tahun 2007 sebesar Rp. 23.181 menjadi Rp. 24.735 pada tahun 2008 dan aktiva lancar lainnya yang dimana pada tahun 2007 sebesar Rp. 6.577 menjadi Rp. 37.858 sedangkan hutang lancar mengalami penurunan disebabkan oleh hutang usaha yang dimana pada tahun 2007 sebesar Rp. 6.720 menjadi Rp. 5.433 pada tahun 2008 dan hutang sub konduktor dimana pada tahun 2007 sebesar Rp. 1.200 menjadi Rp. 1.691 pada tahun 2008. Pada tahun 2009, current ratio mengalami penurunan yang sangat yang cukup besar dari sebanyak 54,57% yaitu dari 118,26% pada tahun 2008 menjadi 63,69% atau 6,36 pada tahun 2009, artinya tiap Rp. 1,00 hutang lancar PT. IKI dijamin oleh harta lancar yang dimiliki perusahaan sebesar Rp. 6,36. Penurunan current ratio ini disebabkan oleh menurunnya aktiva lancar sebesar Rp. 27.217 yaitu dari Rp. 69.010 pada tahun 2008 menjadi Rp. 41.793 pada tahun 2009. Penurunan aktiva lancar pada tahun ini disebabkan oleh persediaan bahan baku / pembantu dari Rp. 5.125 pada tahun 2008 menjadi Rp. 3.755 dan aktiva lancar lainnya dari Rp. 37.858 menjadi Rp. 9.225. Dan peningkatan hutang lancar sebesar Rp. 7.238 dimana pada tahun 2008 sebesar Rp. 58.385 menjadi Rp. 65.623 pada tahun 2009. Peningkatan hutang lancar ini disebabkan oleh hutang lain-lain dimana pada tahun 2008 sebesar Rp. 13.704 menjadi Rp. 16.455, hutang sub kontraktor dimana pada tahun 2008 sebesar Rp. 1.691 menjadi Rp. 1.760 dan terdapat
64
pos baru yang dimana pada tahun 2008 terdapat pinjaman jangka pendek sebesar Rp. 30.181 dan pada tahun 2009 berubah menjadi kredit bank jangka pendek sebesar Rp. 33.655, serta hutang usaha dimana pada tahun 2008 sebesar Rp. 5.433 menjadi Rp. 6.457. Kemudian pada tahun 2010, current ratio PT. IKImengalami peningkatan yang cukup besar sebanyak 45,15% yaitu dari 63,69% pada tahun 2009 menjadi 108,84% atau 1,08 tahun 2010, artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar PT. IKI dijamin oleh harta lancar sebesar Rp. 1,08. Kenaikan
current ratio ini disebabkan oleh kenaikan aktiva lancar sebesar Rp. 5.087 yaitu dari Rp. 41.793 pada tahun 2009 menjadi Rp. 46.880 pada tahun 2010 dan penurunan hutang lancar sebesar Rp. 21.551 yaitu dari Rp. 65.623 pada tahun 2009 menjadi Rp. 44.072 pada tahun 2010. Kenaikan aktiva lancar pada tahun ini disebabkan oleh piutang usahadimana pada tahun 2009 sebesar Rp. 27.427 menjadi Rp. 29.816 dan aktiva lancar lainnya dimana pada taun 2009 sebesar Rp. 9.225 menjadi Rp. 11.610, sedangkan penurunan hutang lancar disebabkan oleh hutang usaha dimana pada tahu 2009 sebesar Rp. 6.457 menjadi Rp. 12.882 dan pada tahun ini sudah tidak dilakukan pinjaman jangka pendek maupun kredit bank jangka pendek.
QUICK RATIO Quick ratio merupakan ratio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menjamin hutang-hutang jangka pendeknya tanpa memasukkan persediaan sebagai aktiva likuid perusahaan. persediaan merupakan unsure aktiva lancar yang paling tidak likuid dan unsure aktiva
65
tersebut seringkali merupakan kerugian jika terjadi likuidasi, oleh karena itu rasio cepat merupakan salah satu ukuran untuk mengetahui kemampuan perusahaan
memenuhi
kewajiban
jangka
pendeknya
tanpa
memperhitungkan penjualan persediaan. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada tahun 2006 perusahaan memiliki quick ratio sebesar 118,56% atau 1,18, artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar perusahaan hanya dapat dijamin oleh aktiva lancar sebesar 1,18. Nilai ini menunjukkan bahwa perusahaan sudah mampu menjamin hutang-hutang jangka pendek yang dimiliki dengan jaminan aktiva lancar tanpa campur tangan elemen persediaan. Pada tahun 2007, quick ratio PT. IKI mengalami penurunan sebesar 65,97% dimana pada tahun 2006 sebesar 118,56% menjadi 52,60% atau 0,52 pada tahun 2007. Artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar PT. IKI hanya dapat dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp. 0,52. Nilai ini menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu menjamin hutang jangka pendek atau hutang jatuh temponya, jika persediaan /inventory yang dimiliki perusahaan tidak ikut menjamin hutang jangka pendeknya. Pada tahun 2008, quick ratio PT. IKI naik sebesar 56,87% dimana pada tahun 2007 sebesar 52,60% menjadi 109,47% atau 1,09. Artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar PT. IKI dijamin oleh harta lancar yang dimiliki perusahaan sebesar Rp. 1,09. Pada tahun 2009, quick ratio mengalami penurunan sebesar 51,54% dimana pada tahun 2008 sebesar 109,47% menjadi 57,93% atau 0,57,
66
artinya pada tahun ini perusahaan belum mampu hutang jangka pendek yang jatuh tempo karena berada di bawah 100%. Pada tahun 2010, quick ratio PT.IKI mengalami peningkatan sebesar 44,58%dimana pada tahun 2009 sebesar 57,93% menjadi 102,51%, artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar PT. IKI dijamin oleh haarta lancar yang dimiliki perusahaan sebesar Rp. 1,02. Adapun yang mempengaruhi naik turunnya
quick ratio dipengaruhi oleh naik turunnya aktiva lancar serta hutang lancar. Untuk mengetahui pergerakan tingkat likuiditas PT. IKI selama 5 (lima) tahun terakhir, berikut ini grafik likuiditas PT. IKI Makassar:
67
GRAFIK I PEKEMBANGAN TINGKAT LIKUIDITAS PT. IKI MAKASSAR TAHUN 2006-2010 Tingkat likuiditas (%) 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 2006
2007
2008
Keterangan: = Current Ratio = Quick Ratio
2009
2010 tahun
68
5.2 Perhitungan Tingkat Profitabilitas Tingkat profitabilitas (rentabilitas) suatu prusahaan menunjukkan berapa besar kemampuan perusahaan menggunakan modalnya untuk mengelolah perusahaan guna menghasilkan keuntungan selama periode tertentu. Dalam menghitung tingkat Profitabilitas PT. IKI Makassar, seperti analisis likuiditas diatas, penulis menggunakan laporan keuangan yaitu neraca dan laporan laba rugi 5(lima) tahun terakhir, yaitu dari tahun 2006 sampai tahun 2010, sebagai sumber data. Dimana laporan yang bersumber dari PT. IKI Makassar terlampir. Berdasarkan data-data tersebut penulis menggunakan metode analisis time series, dan alat analisa yang digunakan adalah ratio profitabilitas, yaitu Rate Of Return On Investment (ROI). Rate Of Return On Investment (ROI) merupakan peralatan ratio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan modalnya untuk memperoleh keuntungan bersih. Adapun formulasi dari Rate Of Return On Investment (ROI) adalah: Rate Of Return On Investment (ROI) = Profit Margin x Total assets turnover Dimana : Profit Margin
=
Total Assets Turnover =
x 100 %
x 100 %
Profit margin adalah ratio untuk mengukur laba bersih sebelum pajak dibandingkan dengan volume penjualan. Dan total assets turnover adalah ratio untuk mengukur berapa kali total aktiva perusahaan menghasilkan volume
69
penjualan. Jika kedua ratio ini diperkalikan, maka akan menghasilkan rate of return on investment atau ratio profitabilitas. Perhitungan tingkat profitabilitas perusahaan PT. IKI Makassar sebagai berikut:
Tahun 2006 .
x 100 % = -3,86 %
Profit Margin
=
Total Assets Turnover
=
ROI
= -3,86 % X 0,07 kali = - 0,27 %
. .
x 1 kali = 0,07 kali
.
Tahun 2007
x 100 % = -0,95 %
Profit Margin
=
Total Assets Turnover
=
ROI
= -0,95 % X 0,14 kali = -0,13 %
. . .
x 1 kali = 0,14 kali
Tahun 2008
x 100 % = 0,81 %
Profit Margin
=
Total Assets Turnover
=
ROI
= 0,81 % X 0,17 kali = 0,14 %
. . .
x 1 kali = 0,17 kali
Tahun 2009 Profit Margin
=
. .
x 100 % = -2,77 %
70
.
x 1 kali = 0,14 kali
Total Assets Turnover
=
ROI
= -2,77 % X 0,14 kali = - 0,39 %
.
Tahun 2010
x 100 % = 0,59 %
Profit Margin
=
Total Assets Turnover
=
ROI
= 0,59 % X 0,27 kali = 0.16 %
. . .
x 1 kali = 0,27 kali
Untuk lebih memudahkan penulis dalam menganalisis tingkat profitabilitas PT. IKI Makassar, berikut ini perhitungan ratio profitabilitas dalam bentuk tabel. Tabel III Perhitungsn Ratio Profitabilitas PT. INDUSTRI KAPAL INDONESIA MAKASAR Tahun 2006 - 2010 Tahun
Net Operating Income (NOI) NOI (Rp) ∆
Net Sales Net Sales (Rp)
∆
Total Assets Total Assets (Rp)
∆
2006
-1.646
-
42.696
-
550.694
-
2007
-347
1,299
36.502
(6.194)
245.756
(304.938)
2008
346
693
42.675
6.173
244.536
(1.220)
2009
-1.123
(1.469)
40.580
(2.095)
285.976
41.440
2010
470
1593
78.774
38.194
287.444
1.468
71
Thn
Profit Margin (%) ∆ (%)
Total Asset Turnover Kali ∆ (kali)
2006
-3,86
-
0,07
2007
-0,95
2,91
2008
0,81
2009 2010
Roi (%)
∆ (%)
-
-0,27
-
0,14
0,07
-0,13
0,14
1,76
0,17
0,03
0,14
0,27
-2,77
(3,58)
0,14
(0,03)
-0,39
(0,53)
0,59
3,36
0,27
0,13
0,16
0,55
Keterangan : ∆ = perubahan nilai () = menurun Sumber : PT. IKI Makassar, data diolah Berdasarkan analisis Rate Of Return On Investment (ROI) diatas maka dapat diperoleh suatu gambaran tentang seberapa jauh prestasi yang telah dicapai oleh manajer dalam mengelola perusahaan dalam mencapai tingkat keuntungan. Rate of return on investment (ROI) atau tingkat ROI PT. IKI untuk 5(lima) tahun terakhir berfluktuasi. Dimana tingkat ROI pada tahun 2007 mengalami peningkatan dari tingkat ROI pada tahun 2006. Pada tahun 2008 tingkat ROI kembali mengalami peningkatan dan lebih baik dari dua periode yang lalu yaitu tahun 2006 dan 2007. Namun pada tahun 2009 tingkat ROI yang dicapai PT. IKI kembali mengalami penurunan yang cukup besar. Dan pada tahun 2010 tingkat ROI kembali mengalami peningkatan. Pada tahun 2006, perusahaan memiliki ROI sebesar -0,27% ini berarti bahwa setiap Rp. 1.000 yang diinvestasikan PT. IKI menghasilkan kerugian Rp.
72
2,70. Nilai ROI ini diperoleh karena adanya pengaruh dari profit margin sebesar 3,86% dan operating assets turnover /perputaran total aktiva sebanyak 0,07 kali. Pada tahun 2007 PT. IKI peningkatan tingkat ROI sebesar 0,14% yaitu dari -0,27% pada tahun 2006 menjadi -0,13 pada tahun 2007. Tingkat ROI sebesar -0.13% memberikan arti bahwa dari kerugian
sebesar
0,13%.peningkatan
keseluruhan aktiva PT. IKI mengalami tingkat
ROI
ini
disebabkan
oleh
meningkatnya profit margin sebesar 2,91% yaitu pada tahun 2006 sebesar -3,86% menjadi -0,95% pada tahun 2007 dan peningkatan perputaran total aktiva sebesar 0,07 kali. Pada tahun 2008 tingkat ROI yang dicapai PT. IKI mengalami pengingkatan sebesar 0,27% yaitu dari -0,13% pada tahun 2007 menjadi 0,14%. ROI sebesar 0,14% menmpunyai arti bahwa penghasilan yang diperoleh pihak perusahaan dari total aktiva yang digunakan adalah sebesar 0,14% atau dengan kata lain setiap Rp. 1.000 yang dinvestasikan PT. IKI menghasilkan keuntungan Rp. 1,40. Kenaikan ROI pada tahun ini disebabkan oleh meningkatnya profit margin sebesar 1,76% yaitu -0,95% pada tahun 2007 menjadi 0,81% pada tahun 2008 dan diikuti dengan peningkatan perputaran total aktiva sebesar 0,03 kali. Pada tahun 2009 ROI yang dicapai PT. IKI menurun sangat besar sebesar 0,53% yaitu dari 0,14% pada tahun 2008 menjadi -0,39%. Tingkat ROI sebesar 0,39% mengindikasikan bahwa setiap penggunaan aktiva Rp. 1.000 akan mengakibatkan kerugian sebesar Rp. 3,90. Penurunan tingkat ROI ini disebabkan oleh menurunnya profit margin perusahaan sebesar 3,58% yaitu pada tahun 2008
73
sebesar 0,81% menjadi -2,77% dan penurunan perputaran total aktiva sebesar 0,03 kali. Penurunan profit margin disebabkan oleh menurunnya tingkat pendapatan perusahaan sebesar Rp. 1.469 yaitu Rp. 346 pada tahun 2008 menjadi – Rp. 1.123 tahun 2009 dan penurunan penjualan sebesar Rp. 2.095 dimana pada tahun 2008 sebesar Rp. 42.675 pada tahun 2008 menjadi Rp.40.580 pada tahun 2009. Penurunan tingkat perputaran total aktiva tidak diikuti dengan penurunan total aktiva perusahaan dimana total aktiva perusahaan pada tahun 2008 sebesar Rp. 244.536 menjadi Rp. 285.976 pada tahun 2009. Pada tahun 2010 PT. IKI mengalami peningkatan ROI sebesar 0,55% dimana pada tahun 2009 sebesar -0,39% menjadi 0,16%. Tinrkat ROI sebesar 0,16% menunjukkan kemampuan menghasilkan laba sebesar Rp. 1,60 dari setiap penggunaan aktiva sebesar Rp. 1.000. peningkatan ROI ini disebabkan oleh meningkatnya profit margin sebesar 3,36% dimana pada tahun 2009 sebesar 2,77% menjadi 0,59%. Dan peningkatan perputaran total aktiva sebanyak 0,13 kali dimana pada tahun 2009 sebanyak 0,14 kali menjadi 0,27 kali. Peningkatan profit margin dipengaruhi oleh meningkatnya pendapatan perusahaan sebesar Rp. 1.593 yaitu pada tahun 2009 sebesar –Rp 1.123 menjadi Rp. 470, dan penjualan perusahaan sebesar Rp. 38.194 dimana pada tahun 2009 sebesar Rp. 40.580 menjadi Rp. 78.774. Peningkatan perputaran total aktiva dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah total aktiva perusahaan. Jadi selama 5 (lima) periode yaitu tahun 2006 -2010 tingkat profitabilitas perusahaan PT. IKI berkisar -0,39% sampai 0,16%.tingkat profitabilitas tertinggi
74
pada tahun 2010 yaitu sebesar 0,16% dan yang paling rendah pada tahun 2009 yaitu sebesar -0,39%. Rendahnya tingkat ROI yagn dicapai perusahaan disebabkan oleh tingginya biaya operasi yang berpengaruh terhadap tingkat laba yagn diperoleh perusahaan, hal tersebut terlihat pada profit margin yang diperoleh perusahaan masih kecil. Rendahnya tingkat profit margin yang diperoleh perusahaan menunjukkan rendahnya tingkat keuntungan yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan. Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya ROI yang dicapai perusahaan adalah sangat rendahnya total assets turnover perusahaan yang hanya berkisar antara 0,07 kali sampai 0,27 kali, sebagai akibat dari meningkatnya jumlah aktivayang digunakan dalam beroperasi setiap tahun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rendahnya tingkat ROI yang dicapi perusahaan disebabkan oleh rendahnya profit margin dan total assets turnover yang dihasilkan, ini terjadi karena disatu sisi tingginya biaya operasi perusahaan sementara disatu sisi lain terjadi penambahan asset yang menyebabkan terjadinya perimbangan antara laba yang dihasilkan dengan besarnya asset yang digunakan menghsilkan ratio yang kecil. Untuk melihat gambaran yang lebih jelas mengenai kenaikan dan penurunan tingkat profitabilitas PT. IKI, berikut ini dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
75
GRAFIK II PERKEMBANGAN TINGKAT PROFITABILITAS PT. IKI MAKASSAR TAHUN 2006 - 2010 Tingkat Profitabilitas (%)
0,20
0,15
0,10
0,05
0 2006 -0,05
-0,10
-0,15
-0,20
-0,25
-0,30
2007
2008
2009
2010
tahum
76
Adapun perbandingan antara ratio likuiditas dan ratio profitabilitas dengan menggunakan current ratio dan Quick ratio serta rate of return on investmentdapat dilihat dalam bentuk grafik dibawah ini: GRAFIK III PERBANDINGAN TINGKAT LIKUIDITAS DENGAN TINGKAT PROFITABILITAS PT. IKI MAKASSAR TAHUN 2006 -2010 Tingkat likuiditas dan Tingkat profitabilitas 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 -20 2006
2007
Keterangan : = current ratio = quick ratio = ROI
2008
2009
2010
tahun
77
5.3 Hubungan Antara Tingkat LIkuiditas Dengan Tingkat Profitabilitas Untuk mengetahui seberapa jauh hubungan antara ringkat likuiditas dengan tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan dalam hal ini PT. IKI, maka penulis mengalisis dengan menggunakan formullasi koefisien korelasi. Adapun formulasi koefisien korelasi adalh sebagai berikut:
=
∑ .∑
(∑ )
∑ .∑ .∑
(∑ )
Dimana: =Koefisien Korelasi n = Jumlah periode x =Tingkat Likuiditas yang digunakan dalam prorentase y = Tingkat Profitabilitas yang digunakan dalam prosentase perhitungan antara tingkat likuiditas dengan tingakat profitabilitas yang penulis analisis dengan menggunakan current ratio sebagai tingkat likuiditas dan rate of return on investment (ROI) sebagai tinggkat profitabilitas. Besarnya hubungan antara variable X (tingkat likuiditas) dan variable Y (tingkat profitabilitas ) diukur dengan koefisien korelasi yang diwakili dengan symbol
. Nilai dari koefisien korelasi antara -1 dan 1, aartinya yang paling
kecil adalah -1 dan yang paling besar adalah +1. Koefisien korelasi mempunyai tiga kemungkinan yaitu:
78
1.
= +1, maka hubungan anatara variabel X dan variable Y adalah kuat dan positif, artinya jika variable yang satu (X) meningkat , maka varibel yang lain (Y) juga ikut meningkat.
2.
= 0,
maka hubungan antara variable X dan variable Y tersebut sangat kecil atau tidak ada hubungan sama sekali.
3.
= - 1, maka hubungan variable X dan variable Y mempunyai hubungan kuat namum berlawanan arah. Artinya kenaikan variable yang satu (X) akan menyebabkan menurunn variable yang lain (Y) dan drmikian pula sebaliknya. Adapun analisis
koefisien untuk mencari besarrnya hubungan antara
tingkat likuiditas dengan tingkat profitabilitas pada PT. IKI Makassar adalah sebagai berikut: Tabel V Perhitungan Koefisien Korelasi PT. IKI Makassar Tahun 2006 – 2010 Tahun
X
Y
XY
X2
Y2
2006
160,22
-0,29
-46,46
25670,49
0,084
2007
114,22
-0,14
-15,99
13046,21
0,019
2008
118,26
0,14
16,56
13985,43
0.019
2009
63,69
-0,39
-24,84
4056,42
0,152
2010
108,84
0,16
17,41
11846,15
0,026
Jumlah
565,23
-0,52
53.32
68604,68
0,3
Sumber : PT.IKI Makassar, data telah diolah
79
Kemudian diperhitungkan koefisien korelasi adalah sebagai berikut: ∑
=
= =
(∑ )
.∑ (
=
(
,
, ,
)( )
,
)
( , ) (
,
)
, ,
√
) (
(∑ )
.∑
) (
,
,
, √
∑ .∑
,
√ ,
=
, ,
= 0,67 Dari hasil perhitungan diatas diperoleh besarnya koefisien korelasi antara tingkat likuiditas dengan profitabilitas sebesar 0,67, artinya mendekati 1 yang menunjukkan bahwa hubungan tingkat likuiditas dan tingkat profitabilitas yang dimiliki PT.IKI Makassar adalah kuat bersifat positif. Dengan kata lain jika tingkat likuiditas naik maka tingkat profitabilitas akan meningkat, demikian pula sebaliknya jika tingkat likuiditas menurun, maka tingkat profitabilitas akan menurun. Hal ini disebabkan oleh tingkat likuiditas dan tingkat profitabilitas yang berfluktuasi dimana pada tahun 2007 tingkat likuiditas mengalami penurunan sebesar 46% dan tingkat profitabilitas meningkat sebesar 0,15%, kemudian pada tahun 2008 tingkat likuiditas dan profitabilitas mengalami peningkatan sebesar 4,04% dan 0,28%, pada tahun 2009 mengalami penurunan tingkat likuiditas dan tingkat profitabilitas sebesar 54,57% dan 0,53%, dan pada tahun 2010 tingakt likuiditas dan profitabilitas mengalami peningkatan sebesar 45,15% dan 0,23%.
80
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Dari hasil analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa hasil perhitungan koefisen korelasi antara tingkat likuiditas dengan tingkat profitabilitas yang dicapai PT. IKI pada tahun 2006 sampai tahun 2010, menghasilkan koefisien korelasi atau
sebesar
0,67. Hal ini membuktikan bahwa tingkat likuiditas dan profitabilitas memiliki hubungan yang positif yang dicapai PT. IKI. Artinya jika tingkat likuiditas mengalami peningkatan maka tingkat profitabilitas juga akan mengalami peningkatan, sehingga hipotesa yang penulis ajukan pada bab terdahulu dapat diterima. 6.2 Saran Sebagai alternatif pemecahan masalah yang dihadapi perusahaan maka beberapa saran penulis adalah: 1. Pihak manajemen PT. IKI Makassar harus senantiasa berhati-hati dalam mengelola dan mendistribusikan aktiva lancarperusahaan agar tingkat likuiditas perusahaan tetap berada diatas batas normal tingkat likuiditas yaitu 200%. Atau sebaliknya PT. IKI Makassar menetapkan tingkat likuiditas minimum yang digunakan sebagai acuan dalam mengelola aktiva
81
lancar perusahaan, sehingga tingkat likuiditas perusahaan selamanya sehat dan kepercayaan pihak kreditur dapat tercipta dan dapat dipertahankan. 2. Pihak manajemen PT. IKI Makassaar diasarankan menetapkan tingkat minimum persediaan agar tidak terjadi investasi yang berlebihan pada pos persediaan. Hal ini berdasarkan pertimbangangan lamanya waktu yang dibutuhkan persediaan jika dikonversikan dalam uang tunai, sehingga dapat berdampak pada tingkat likuiditas perusahaan. 3. Untuk memperkecil aktiva lancar yang tertanam dalam piutang, disarankan pihak manajemen PT. IKI Makassar untuk lebih mengaktifkan bagian piutang agar lebih aktif melakukan penagihan. Dan lebih baik lagi jika manajemen PT. IKI Makassar meninjau kembali kebijaksanaan kredit, syarat-syarat kredit dan kebijakan pengumpul piutang. 4. Meningkatkan profitabilitas perusahaan dengan cara meningkatkan profit margin melalui:
Menekan peningkatan biaya operasi jika terjadi peningkatan penjualan, diupayakan penambahan biaya operasi lebih kecil dibandingkan peningkatan penjualan.
Menurunkan biaya operasi penjualan relatif lebih besart daripada penurunan penjualan.
Selain meningkatkan profit margin dapat pula dengan cara meningkatkan operating assets turnover melalui:
Penambahan aktiva yang dioperasikan diupayakan lebih kecil dibandingkan penambahan penjualan yang terjadi.
82
Penurunan penjualan yang terjadi diupayakan lebih kecil dibandingkan penurunan operating assets.
Dan cara lain untuk meningkatkan rate of return on investment maka sebaiknya melibatkan semua bagian yang terdapat dalam perusahaan baik dalam program pengawasan biaya serta peningkatan kualitas kerja secara menyeluruh dalam perusahaan. dianjurkan untuk lebih selektif dalam menggunakan biaya-biaya sehingga perusahaan dapt menekan biaya opersaional dan menekan pinjaman agar tercipta stuktur kekayaan dan struktur finansialnatau modal yang baik. 5. Untuk meningkatkan penjualan, disarankan agar pihak manajemen PT. IKI Makassar memiliki jaringan kerja yang kuat dengan pihak luar khususnya para pengusaha kapal. 6. Sebagai perusahaan industry sangat penting melakukan efisiensai dengan prinsip mendapatkan hasil tertentu dengan pengorbanan biaya yang serendah mengkin.
83
DAFTAR PUSTAKA Atmajaya, Lukas Setia. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Aquarista, koko pradwi. 2007. Analisis Hubungan Tingkat Likuiditas Dengan Tingkat Profitabilitas (Studi Empiris Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di BEJ). Jakarta Awat, Napa J. 1999. Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. Dajan, Anto. 1986. Pengantar Metode Statistik. Edisi Kedua. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Harapa, Sofyan Syafri. 1998. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Horne, James C.Van. 1986. Dasar –Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Lima. Jakarta: Erlangga. Ahli Bahasa: Junius Tirok. Jakfar, dan kasmir. 2009. Study Kelayakan Bisnis. Edisi 2. Cetakan Keenam. Jakarta: Kencana. Munawir, S.. 1993. Analisis Laporan Keuangan edisi ke Empat. Yogyakarta: Liberty. Mursalim. 2001. Analisis Hubungan Tingkat Likuiditas dan Tingkat Profitabilitas Sebagai Salah Satu Alat Untuk Mengukur Efisiensi Pada PT IKI Makassar. Makassar. Nitisemito, Alex S.. 1983. Pembelanjaan Perusahaan. Edisi keempat Jakarta: Balai Aksara Saadya. Pangaribuan, Efendi J. 2007. Analisis Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas pada PT. (persero) Pelabuhan Indonesia. Medan Riyanto, Bambang. 1998. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Cetakan Kelima. Yogyakarta: BPFE. Sartono, R. Agus. 1996. Manajemen Keuangan. Yogyakarta:BPFE.
84
Syamsuddin, Lukman. 2000. Manajemen Keuangan Perusahaan (Konsep Aplikasi dalam : Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan). Edisi Baru. Cetakan Keempat. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Weston, Fred, J. dan Copeland. 1997. Manajemen Keuangan. Jilid 2. Edisi Kesembilan. Jakarta: Binarupa Aksara. Ahli Bahasa: Joko Wasana.