BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kosmetik
memiliki
sejarah
panjang
dalam
kehidupan
manusia.
Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah digunakan oleh manusia yang hidup pada zaman dahulu. Saat ini, kosmetik menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, jumlah kosmetik yang digunakan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk setiap tahun (Mitsui, 1997) Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.4.1745 tentang Kosmetik, dinyatakan bahwa definisi kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2003). Rambut adalah sesuatu yang ke luar dari dalam kulit, tumbuh sebagai batang-batang tanduk, dan tersebar hampir di seluruh kulit tubuh, wajah, dan kepala, kecuali pada bibir, telapak tangan dan telapak kaki. Batang-batang rambut merupakan penempatan sel-sel tanduk yang berada di atas permukaan kulit dan terdapat di masing-masing bagian tubuh yang berbeda dalam panjang, tebal, dan warnanya. Batang rambut ini tidak mempunyai saraf perasa sehingga tidak terasa sakit bila dipangkas. Saraf perasa hanya ada pada daerah folikel rambut yang
Universitas Sumatera Utara
merupakan tempat tumbuhnya rambut. Wujud rambut di berbagai tempat berbeda, namun mempunyai kesamaan dalam hal susunannya. Perbedaan-perbedaan itu hanya terletak pada cara tumbuh, tebal, dan kedalaman akar rambut (Bariqina dan Ideawati, 2001). Selain berfungsi sebagai mahkota (perhiasan), rambut juga berfungsi sebagai pelindung terhadap bermacam-macam rangsangan fisik, seperti panas, dingin, kelembaban, sinar, dan lain-lain. Pelindung terhadap rangsangan kimia seperti berbagai zat kimia dan keringat (Bariqina dan Ideawati, 2001). Warna rambut ditentukan oleh pigmen melanin yang ada pada korteks rambut, baik jumlah maupun besarnya melanosit. Pigmen yang mempengaruhi warna rambut adalah eumelanin yang menyebabkan warna hitam atau coklat dan phaeomelanin yang menyebabkan warna merah atau pirang. Di samping itu, jumlah dan ukuran granula pigmen dan ada-tidaknya gelembung udara dalam korteks juga menentukan warna rambut seseorang (Putro, 1998). Urutan pigmen yang menentukan warna rambut dari yang paling terang sampai yang paling gelap adalah pirang, merah, coklat muda, coklat tua dan hitam. Rambut pirang mengandung campuran pigmen warna merah dan warna kuning. Rambut merah mengandung campuran pigmen warna merah dan pigmen warna hitam. Rambut coklat muda mengandung pigmen-pigmen warna merah, coklat dan hitam. Rambut coklat tua mengandung lebih banyak pigmen warna hitam daripada rambut coklat muda. Rambut hitam hanya mengandung pigmen warna hitam (Tranggono dan Latifah, 2007). Bila sudah mencapai usia lanjut, warna rambut berubah menjadi putih yang sering kurang disukai keberadaannya (Wasitaatmadja, 1997). Warna rambut
Universitas Sumatera Utara
dapat diubah-ubah secara buatan dengan menggunakan cat rambut, di Indonesia disebut juga dengan semir rambut (Tranggono dan Latifah, 2007). Sediaan pewarna rambut adalah kosmetika yang digunakan dalam tata rias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan warna rambut asli atau mengubah warna rambut asli menjadi warna baru. Keinginan untuk mewarnai rambut memang sudah berkembang sejak dahulu. Bahkan ramuan yang dijadikan zat warna pada waktu itu diperoleh dari sumber alam, pada umumnya berasal dari tumbuhan dengan tujuan untuk memperbaiki penampilan (Ditjen POM, 1985). Indonesia kaya akan berbagai flora yang dapat dijadikan sumber pewarna alami. Salah satunya adalah flora yang sering tumbuh di lingkungan sekitar kita, yaitu jati (Tectona grandi L.f.). Pucuk daun jati mengandung komposisi pigmen β-karoten, pheophitin, pelargonidin-glukosida, pelargonidin-diglukosida, klorofil, dan dua pigmen lain yang belum diidentifikasi (Ati, dkk., 2006). Berdasarkan
uraian
di
atas,
maka
penulis
berkeinginan
untuk
memanfaatkan pewarna alami yang berasal dari pucuk daun jati untuk digunakan sebagai pewarna pada sediaan rambut. Dilakukan ekstraksi zat warna pucuk daun jati yang kemudian dilanjutkan pada formulasi sediaan pewarna rambut menggunakan zat warna alami dari ekstrak pucuk daun jati.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas perumusan masalahnya adalah: a. Apakah ekstrak pucuk daun jati (Tectona grandis L.f..) dapat digunakan dalam sediaan pewarna rambut. b. Berapakah konsentrasi ekstrak pucuk daun jati (Tectona grandis L.f.) yang menghasilkan warna terbaik. 1.3 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah: a. Ekstrak pucuk daun jati (Tectona grandis L.f.) diduga dapat digunakan dalam sediaan pewarna rambut. b. Ekstrak pucuk daun jati (Tectona grandis L.f.) dapat memberikan warna terbaik pada konsentrasi tertentu. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: a.
Untuk mengetahui bahwa ekstrak pucuk daun jati (Tectona grandis L.f.) dapat digunakan dan telah diuji sebagai sediaan pewarna rambut dengan penambahan bahan pembangkit warna pirogalol dan tembaga (II) sulfat.
b.
Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak pucuk daun jati (Tectona grandis L.f.) yang menghasilkan warna terbaik.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil guna dari pucuk daun jati. Selain itu juga dapat memberikan informasi bahwa zat warna pucuk daun jati (Tectona grandis L.f.) dapat digunakan sebagai pewarna rambut alami yang relatif aman dengan penambahan zat pembangkit warna.
Universitas Sumatera Utara