BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman, berkembang pula gaya hidup konsumen
saat ini yang semakin dinamis, pemenuhan akan kebutuhan masyarakat pun semakin berkembang ke arah yang lebih praktis. Dapat kita lihat contohnya di kota-kota besar di Indonesia, lonjakan tren hunian apartemen dan hunian eksklusif minimalis dalam beberapa tahun terakhir meningkat tajam. Dan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga para penghuni, tak terkecuali tabung gas untuk memasak, yang praktis namun banyak keunggulannya itu yang sangat diperlukan masyarakat. (www.pertamina.com : 2016) Konversi energi dari minyak tanah ke gas adalah program nasional yang dicanangkan pemerintah Indonesia pada tahun 2007. Program ini dicanangkan dalam rangka untuk menghemat anggaran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) pemerintah kepada masyarakat akibat dari kenaikan harga minyak dunia. Begitu banyak manfaat baik yang bisa didapatkan jika program konversi ini berhasil. Pertama, pemerintah akan menghemat subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang kabarnya sampai Rp. 22 triliun pertahun, kedua, terjadinya penghematan dalam konsumsi energi, serta Elpiji tidak menimbulkan jelaga seperti minyak tanah, dan ketiga, dampak terhadap lingkungan akibat pemakaian minyak tanah bisa dikurangi (e-journal.uajy.ac.id, 2010).
1
Gas alam atau biasa disebut sebagai gas bumi atau gas rawa merupakan bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana (CH4), yang merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam dapat mudah terbakar dan menimbulkan ledakan karena memiliki kandungan metana yang bersifat ringan dan mudah terlepas ke atmosfer. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan gas bumi. Sampai dengan pertengahan tahun 1970-an, gas tidak dianggap sebagai komoditi yang menguntungkan, sehingga hanya digunakan pada kebutuhan yang terbatas. Infrastruktur transmisi dan distribusi gas pada periode tersebut juga terbatas (prokum.esdm.go.id, 2013). “Sekarang sudah waktunya kita mengandalkan gas dari pada minyak mentah yang sudah hampir habis dan masih impor," ucap Dahlan Iskan mantan Menteri BUMN Republik Indonesia. Menurut Dahlan bahwa selama ini pemanfaatan gas alam untuk sumber energi masih kurang. Padahal gas ini adalah kekayaan sumber daya alam yang sudah seharusnya bermanfaat untuk masyarakat Indonesia. Dengan pemanfaatan gas, negara dapat mengalami penghematan serta mengurangi impor (atjehpost.co, 2014). Saat ini konsumsi gas bumi domestik terus meningkat setiap tahunnya, terutama di sektor industri dalam rangka menekan biaya produksi dan meningkatkan efisiensi mesin sehingga dapat bersaing dengan produk negara-negara lain. Alasan lain adanya ngalihan bahan bakar ke gas yaitu, harga sangat kompetitif dan relatif stabil serta lebih ramah lingkungan. Dalam 5 tahun terakhir, total konsumsi gas terus meningkat. Pada tahun 2005, konsumsi gas mencapai 3.541 MMSCFD, setahun kemudian meningkat menjadi 3.716,1 MMSCFD dan 2009 tercatat
2
4.233,7 MMSCFD. Peningkatan konsumsi gas, terutama terjadi pada sektor pupuk, listrik dan industri lain (esdm.go.id, 2010). Dengan meningkatnya penggunaan gas di dalam negeri semakin menambah peminat penggunaan gas sekarang hal ini pun tidak terlepas dari peran perusahaan energi dalam mensupplai kebutuhan akan gas ke konsumen. Gas untuk memasak yang biasa digunakan setiap harinya untuk memasak sudah menjadi kebutuhan yang mau tidak mau tidak dapat terpisahkan lagi. Dari sekala kecil yaitu rumah tangga hingga restoran maupun hotel yang penggunaannya skala besar pun menggunakannya. Salah satu pemanfaatan gas alam yang dilatsir dalam kajian subtitusi gas dengan energi lain pada sektor industri yaitu sebagai bahan bakar yang antara lain digunakan untuk bahan bakar PLT Gas atau Uap, bahan bakar industri, bahan bakar kendaraan bermotor hingga gas kota untuk kebutuhan rumah tangga, hotel, restoran dan lain sebagainya (prokum.esdm.go.id, 2013). Di Indonesia beberapa perusahan migas di Indonesia pun tak luput untuk terus berupaya dalam memasarkan dan meningkatkan penjualannya seperti halnya PT Pertamina (Persero). Pertamina merupakan perusahaan yang bergerak dibidang energi seperti minyak, gas serta energi terbarukan. Selama UndangUndang (UU) Nomor 8 Tahun 1971 berlaku hanya Pertamina satu-satunya perusahaan utama migas negara yang diberikan
wewenang langsung oleh
pemerintah, namun setelah berlakunya UU Nomor 22 Tahun 2001 status itu tidak lagi dimiliki oleh Pertamina. Oleh karenanya tak hanya Pertamina saja yang berperan sebagai perusahaan utama dalam negeri yang menjalankan bisnis dalam bidang ini maka penetapan strategi pemasaran yang tepat akan menjadi bagian 3
penting dalam menjalankan eksistensinya sebagai perusahaan yang bergerak diindustri minyak dan gas. Pertamina kini menjalankan bisnis dari sektor hulu hingga hilir dari bagian eksploitasi, pengolahan, pengangkutan, penyaluran hingga diterima oleh konsumen akhir. Semakin berkembang dan bertambahnya perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang minyak dan gas membuat perusahaan yang kini telah menjadi PT Pertamina (Persero) tak hanya tinggal diam saja. Sudah lebih dari 56 tahun PT Pertamina (Persero)
turut ambil andil dalam memajukan perekonomian di
Indonesia. Selama itu pula PT Pertamina (Persero) selalu hadir dengan perbaikan dan inovasi dengan komitmen untuk terus meningkatkan pelayanan yang disesuaikan dengan tantangan global saat ini agar terus berkiprah meningkatkan eksistensi dalam perekonomian nasional. Dengan tagline “Semangat Terbarukan”, PT Pertamina (Persero) membuktikan bahwa Pertamina berkomitmen dalam menjalankan perusahaan energi yang terus berupaya menciptakan alternatif baru sebagai penyedia sumber energi yang efesien dan berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. Dalam menjalankan peran strategis PT Pertamina (Persero) hadir dengan terobosan produk yang inovatif guna memberikan pilihan dengan kondisi konsumen Indonesia yang heterogen. Salah satu produk inovatif yang baru dikeluarkan PT Pertamina (Persero) di bidang Domestic Gas yaitu Bright Gas 5,5 kg. Bright Gas 5,5 kg merupakan produk inovasi LPG non-subsidi yang telah dikeluarkan PT Pertamina (Persero). Semenjak tanggal 13 Maret yang lalu Bright Gas 5,5 kg telah resmi hadir di Yogyakarta. Bright Gas merupakan salah satu produk dari LPG (Liquefied Petroleum Gas), gas hidrokarbon produksi dari kilang 4
minyak dan kilang gas dengan komposisi utama gas propane (C3H8) dan butane (C4H10). Bright Gas merupakan jenis produk serupa dengan LPG non-PSO lainnya seperti Elpiji yang sering kita jumpai. Namun yang membedakan Bright Gas dengan Elpiji hanyalah pada warna dan ukuran tabung serta kualitas pelayanan yang diberikan (finance.detik.com, 2014). Sebelumnya mengeluarkan Bright Gas 5,5 kg PT Pertamina (Persero) telah lebih dahulu mengeluarkan Bright Gas dengan ukuran 12 kg. “Dengan berat kosong tabung hanya 7,1 kg dan total berat termasuk isi hanya sekitar 12,6 kg, Bright Gas 5,5 kg lebih ringan dari segalon air mineral dan mudah diangkat.” (cnnindonesia.com, 2015). Dengan peluncuran produk baru Bright Gas 5,5 kg, PT Pertamina (Persero) sendiri ingin mengambil target konsumen yang membutuhkan gas dalam kemasan ringan, praktis, dengan harga terjangkau. “Wanita karier, ibu rumah tangga yang dinamis atau keluarga kecil maupun penghuni apartemen yang memiliki kebiasaan memasak dengan frekuensi yang lebih sedikit merupakan target konsumen Bright Gas 5,5 kg” ujar Ahmad Bambang selaku Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero) dalam website cnnindonesia.com (2015).
Dengan menghadirkan produk baru Bright Gas 5,5 kg PT Pertamina (Persero) ingin membuktikan bahwa Pertamina dapat menjawab kebutuhan dan keinginan akan pasar sasarannya saat ini. Produk baru tekadang merupakan hasil pengembangan produk yang telah dihasilkan sebelumnya. Oleh karena itu perlu strategi-strategi yang mumpuni agar produk mampu diterima konsumen. Strategistrategi yang dilakukan merupakan wujud tindakan akan produk baru untuk dapat
5
dikenal dan diterima khususnya masyarakat secara lebih luas. Strategi utama yang dilakukan adalah menentukan tindakan pemasaran yang spesifik dan tepat agar perusahaan dapat menjalankan roda bisnisnya dengan pasar sasaran yang ingin dibidik serta memperhatikan variabel pemasaran lainnya sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan yang maksimal. Pemasaran merupakan proses perusahaaan untuk menciptakan nilai dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan mendapatkan nilai dari konsumen sebagai timbal balik (Kotler & Armstrong : 2008). Strategi pemasaran bukan hanya sekedar kegiatan menjual produk saja namun lebih dari itu agar perusahaan dapat memberikan kepuasan ke pelanggan sehingga menciptakan hubungan jangka panjang. Oleh karenanya penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut terkait strategi pemasaran yang digunakan PT Pertamina (Persero) dalam memasarkan produk baru Bright Gas 5,5 kg sehingga penulis mengambil penelitian dengan judul “Analisis Strategi Pemasaran Produk Baru Bright Gas 5,5 kg untuk PT Pertamina (Persero) Marketing Branch DIY”.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan strategi pemasaran pada produk baru Bright Gas 5,5 kg di PT Pertamina (Persero)Marketing Branch DIY? 1.3
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui penerapan strategi pemasaran pada produk baru Bright Gas 5,5 kg di PT Pertamina (Persero) Marketing Branch DIY.
6
1.4
Batasan Penelitian
Batasan masalah dalam penulisan tugas akhir ini hanya untuk mengkaji terkait strategi pemasaran yang meliputi penetapan STP (Segmenting, Targeting dan Positioning) dan Bauran Pemasaran (4P). 1.5 1)
Manfaat Penulisan Bagi penulis : Penulis dapat mengetahui penerapan strategi pemasaran yang telah digunakan oleh PT Pertamina (Persero) dalam memasarkan Produk baru Bright Gas 5,5 kg serta memberikan analisis STP (Segmenting, Targeting dan Positioning) dan Bauran Pemasaran (4P) atau marketing mix yang dapat digunakan oleh perusahaan.
2)
Bagi Pihak PT Pertamina (Persero) Marketing Branch DIY: PT Pertamina (Persero) Marketing Branch DIY dapat mengetahui lebih dalam mengenai penerapan strategi pemasaran khususnya pada produk baru Bright Gas 5,5 kg yang dapat digunakan sebagi bahan evaluasi dengan perusahaan dalam mengambil kebijakan untuk meningkatkan aktivitas kinerja dan perkembangan perusahaan.
3)
Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan atau pengembangan ide-ide baru untuk penelitian selanjutnya dan sebagai bahan pertimbangan perusahaan atau instansi lain yang menghadapi permasalahan yang sama.
7
1.6
Metodelogi Penelitian
1.6.1
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian hanya mengembangkan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis. Dan penelitian ini dilakukan secara langsung kepada responden sebagai data utama. Oleh sebab itu penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu keadaan atau peristiwa objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. 1.6.2
Lokasi Penelitian
Sebagai bahan memperoleh data dalam penelitian tugas akhir ini sekaligus untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan, penelitian ini dilakukan di kantor PT Pertamina (Persero) Marketing Branch DIY berlokasi di Jalan Mangkubumi No. 20 Yogyakarta. 1.6.3
Teknik Pengumpulan data
Dalam melakukan pengumpulan data, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut : a)
Wawancara : digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila penelitian
ingin
melakukan
studi
pendahuluan
untuk
menentukan
permasalahan yang harus diteliti juga apabila peneliti ingin mengetahui halhal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit. Teknik pengumpulan data dengan wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak tersetruktur yang dapat dilakukan melalui tatap muka maupun dengan media komunikasi lainnya.
8
Pada penelitian ini wawancara dilakukan kepada Jr. Sales Executive LPG VI dan Jr. Sales Executive LPG VIII yang bertanggung jawab terhadap pemasaran produk Domestic Gas PT Pertamina (Persero) Marketing Branch DIY. b) Studi Literatur : Mengambil informasi dari data-data sekunder yang berasal dari buku, jurnal, laporan, dan penelitian lain. 1.6.4
Sumber Data
Sumber Data yang diambil dari data primer digunakan sebagai data utama dan data sekunder yang digunakan sebagai data pendukung. 1) Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden tentang obyek yang diteliti sebagai data utamanya. Data ini diperoleh dari hasil wawancara yang telah dilakukan. 2) Data Sekunder adalah data-data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan atau kajian pustaka yang merupakan hasil penelitian dan pengolahan terdahulu, yang sudah tersedia dalam bentuk buku, jurnal, annual report dan berita-berita terkait pemasaran produk Bright Gas 5,5 kg yang dijalankan Marketing Branch DIY. 1.6.5
Metode Analisis Data
Data yang dianalisis menggunakan metode pendekatan kualitatif, yaitu analisis data berdasarkan pada apa yang dinyatakan responden secara lisan, kemudian dijabarkan dan digambarkan dalam bentuk kalimat. Selanjutnya data tersebut akan diolah dan ditarik kesimpulannya dengan menggunakan metode berpikir induktif, yang berdasarkan pada hal-hal yang bersifat umum ditarik pada hal-hal yang bersifat khusus.
9