BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare merupakan suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering yaitu lebih dari tiga kali dalam satu hari (WHO, 2013). Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit diare disebabkan oleh kuman melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan kontak langsung dengan penderita, sedangkan faktor-faktor lainnya meliputi faktor perilaku dan lingkungan (Direktorat Jendral PPM dan PL, 2009).
Menurut badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2013, kasus diare terjadi 1,7 miliar setiap tahun di dunia serta diperkirakan 99.000.000 kasus diare terjadi pada orang dewasa (Simadibrata & Daldiyono, 2009). Diare dilaporkan telah membunuh 4 juta anak setiap tahun di negara-negara berkembang (Depkes RI, 2010). Di Indonesia sampai saat ini diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit diare masih sering menimbulkan kejadian luar biasa dengan jumlah penderita yang banyak dalam kurung waktu yang singkat (Zein, 2004)
Setiap tahunnya 100 juta orang dari Negara industri berwisata ke negara berkembang dengan iklim tropis dan subtropis (NCBI, 2011). Bali sebagai salah tujuan wisata dari manca negara dengan insiden diare 2,9%,memiliki faktor risiko tinggi berkembangnya Traveller’s Diarrhea(TD) (Riskesdas 2013).
1
2
Menurut New England Journal of Medicine tahun 2004, Traveller’s Diarrhea (TD) adalah diare yang terjadi pada seseorang dari Negara industri berwisata kenegara berkembang atau bagian semitropis (Latin Amerika, Afrika, dan Asia). Para pelancong mengalami tingkat diare yang tinggi yang disebabkan berbagai patogen enterik yang menginvasi makanan dan minuman. Lebih dari 60 % kasus TD disebabkan berbagai bakteri enteropatogen. Enterotoxigenic Escherichia coli secara umum merupakan patogen yang paling sering teridentifikasi pada Traveller’s Diarrhea (TD) (Diemert, 2006).
Gejala yang ditimbulkan oleh diare adalah buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari, dengan gejala gastrointestinal yaitu rata-rata 80% mengeluh nyeri abdomen, 10% hingga 25 % panas, 20 % mual dan muntah dan antara 5% dan 10 % melaporkan terdapat darah dan lendir pada feses (Diemert, 2006).Gejala yang ditimbulkan dari diare bisa memburuk merusak rencana perjalanan wisata dan dapat menjadi penyebab kematian.
Gejala umum yang sering dijumpai pada pasien diare yaitu adanya nyeri abdomen dengan intensitas nyeri yang berbeda-beda setiap pasien yang dipengaruhi oleh multifaktor. Rasa nyeri akan menginduksi respon stres dan bila tidak ditangani, respon stres yang berkepanjangan akan meningkatkan kerusakan jaringantubuh, menggangu fungsi imun, meningkatkan laju metabolisme, dan retensi air yang akan menghambat proses penyembuhan.Jika kondisi tersebut berlangsung cukup lama, tanpa adanya intrvensi akan mengakibatkan terjadinya siklus nyeri dan stres yang akan semakinsulit diatasi (Guyton,2007).
3
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Khusus (RS) BIMC Kuta pada bulan Juli hingga Agustus tahun 2014 dari 28 pasien rawat inap dengan diare, didapatkan data 20 pasien dengan diare mengalami ketidaknyamanan abdomen, kram dan nyeri abdomen dengan skala nyeri 4-5 dari skala 10.
Upaya yang dilakukan untuk menangani masalah yang ditimbulkan oleh diare yaitu melaluiterapi farmakologi dan non farmakologi. Salah satu terapi nonfarmakologis yang telah digunakanuntuk menangani nyeri abdomen adalah kompres hangat. Pengukuran tingkat keefektifan penggunaan kompres hangat terhadap respon nyeri akibat diare dapat dilihat secara objektifmaupun subjektif menggunakanVisual Analog Scale (VAS) dapat mengidentifikasi tingkat keparahan nyeri mulai nyeri ringan, sedang, berat secara verbal yang diungkapkan oleh pasien (Potter, 2005).
Dalam praktiknya di RSBIMC Kuta menggunakan kompres hangat konvensional dengan gel dalam bentuk hot pack dan kompres hangat elektrik sebagai terapi non farmakologik dalam mengurangi nyeri abdomen yang ditimbulkan akibat diare. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih(2013) pada wanita disminore yang menggunakan kompres hangat dengan buli-buli diketahui bahwa pemberian kompres hangat relatif amannamun kita harussering mengganti air panas, karena suhu air semakin lama semakin menurun(tidak konstan). Efek kompres hangat memiliki keuntungan dalam mengurangi tingkat nyeri dengan meningkatkan vasodilatasi dalam meningkatkan aliran darah ke bagian
4
tubuh yang mengalami cedera, meningkatkan pengiriman nutrisi dan pembuangan zat sisa hasil metabolisme, meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat spasme dan kekakuan (Potter & Perry, 2005).Efek positif dari pemberian kompres hangat elektrik adalah dapat memberikan suhu yang konstan dan dapat mengatur suhu yangdigunakan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian kompres hangat dengan suhu konstan menggunakan kompres hangat elektrik terhadap tingkat nyeri abdomen pada pasien diare di RS BIMC Kuta.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut : “ Apakah ada pengaruh kompres hangat elektrik terhadap tingkat nyeri abdomen pada pasien diare di Ruang Rawat Inap RS BIMC Kuta.
5
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dibagi menjadi 2 yakni : 1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh kompres hangat elektrik terhadap nyeri abdomen pada pasien diare di Ruang rawat Inap RS BIMC Kuta. 1.3.2 a.
Tujuan Khusus
Diketahui karakteristik responden dengan diare di Ruang rawat Inap RS BIMC Kuta
b.
Diketahuinyeri abdomen pasien diare sebelum dilakukan intervensipada masing-masing kelompok di Ruang Rawat Inap RS BIMC Kuta.
c.
Diketahui nyeri abdomen pasien diare sesudah dilakukan intervensi pada masing-masing kelompokdi Ruang Rawat InapRS BIMC Kuta.
d.
Menganalisisperbedaan nyeri abdomen pada masing-masing kelompok sebelum dan sesudah diberikan intervensi di Ruang Rawat InapRS BIMC Kuta.
e.
Menganalisis perbedaan nyeri abdomen pada pasien diare setelah dilakukan intervensi antar kelompok di Ruang Rawat Inap RS BIMC Kuta.
1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis Bagi dunia keperawatan, agar dapat mengembangkan ilmu pengetahuan tentang metode pembelajaran asuhan keperawatan medikal bedah, tentang salah satu
6
terapi nonfarmakologis yang dapat diberikan untuk mengatasi keluhan nyeri abdomen pada pasien diare.
1.4.2
Praktis
Sebagai salah satu rekomendasi bahan masukan dan informasi dalam meningkatkan mutu pelayanan sebagai implementasi mandiri perawat dan refrensi bagi rumahsakit lain dalam peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit lain.