BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi dituntut adanya perubahan berbagai aspek, termasuk perubahan dalam dunia kesehatan. Adanya ketimpangan kualitas di negara maju dan negara berkembang memicu evaluasi kualitas pelayanan kesehatan di negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dituntut harus siap dengan perubahan-perubahan menuju perbaikan kualitas kesehatan (Sudarmono, dkk., 2011). Salah satu unsur dari pelayanan kesehatan adalah pemberian obat sebagai konsekuensi terutama dalam proses penyembuhan penyakit atau kuratif (Isnaini, 2007). Obat adalah bahan atau paduan bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologis atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi termasuk produk biologi (Isnaini, 2007). Penggunaan obat berpengaruh terhadap kualitas pengobatan, pelayanan kesehatan, dan biaya pengobatan. Evaluasi penggunaan obat sangat penting, dan evaluasi kriteria penggunaan obat menjelaskan tentang penggunaan obat dengan benar dengan mengamati berbagai macam komponen (Menkes RI., 2005). Penggunaan obat secara rasional merupakan kunci dalam pembangunan pelayanan kesehatan. Pelaksanaan pengobatan yang belum rasional selama ini telah memberikan dampak negatif berupa pemborosan dana masyarakat, efek
1
samping yang berupa resistensi, interaksi obat yang berbahaya yang dapat menurunkan mutu pengobatan dan mutu pelayanan kesehatan (Yuliastuti, 2013). Ketidak-rasionalan penggunaan obat yang sering terjadi antara lain polifarmasi, penggunaan antimikroba yang tidak tepat (misalnya dalam dosis yang tidak rasional atau untuk penyakit yang tidak memerlukan antimikroba), penggunaan injeksi secara berlebihan, penulisan resep yang tidak sesuai dengan pedoman klinis, dan pengobatan sendiri secara tidak tepat (Depkes RI., 2005). Sejak tahun 1985 melalui konferensi yang diadakan di Nairobi, WHO telah berupaya meningkatkan praktek penggunaan obat rasional. Berdasarkan komitmen itu WHO melalui International Network For The Rational Use of Drugs (INRUD) telah mengembangkan indikator tambahan yang kemudian pada tahun 1993, ditetapkan sebagai metode dasar untuk penggunaan obat pada unit rawat jalan di fasilitas kesehatan karena berkaitan dengan rasionalitas penggunaan obat di fasilitas kesehatan tersebut (Sudarmono, dkk., 2011). Indikator utama penggunaan obat WHO 1993 digunakan untuk mengukur tiga area umum yang berkaitan erat dengan tingkat rasionalitas penggunaan obat di suatu fasilitas kesehatan, yaitu praktek peresepan oleh pemberi pelayanan (providers) atau secara khusus dokter (prescribers), pelayanan pasien yang baik konsultasi klinis maupun dispensing kefarmasian, ketersediaan fasilitas kesehatan yang mendukung penggunaan obat secara rasional, sehingga dapat dikatakan indikator utama penggunaan obat WHO 1993 terdiri dari indikator peresepan, indikator pelayanan pasien dan indikator fasilitas kesehatan (Sudarmono, dkk., 2011).
2
Jenis penyakit juga akan mempengaruhi peresepan yang rasional. Menurut Timmerman (2009) penulisan resep yang rasional, salah satunya adalah tidak memberikan obat dengan cara “shotgun prescription” yaitu memberikan banyak jenis obat (6-10 jenis) dalam satu resep berdasarkan keluhan-keluhan dari pasien, karena dapat meningkatkan interaksi obat. Hal ini disebabkan jumlah item obat berhubungan langsung dengan interaksi obat. Bila obat yang diberikan banyak, maka kemungkinan untuk terjadinya interaksi obat juga meningkat (Rahmi,dkk., 2010). Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai profil pengunaan obat pada pasien rawat jalan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) RSUP H. Adam Malik periode OktoberDesember 2014 untuk mengetahui gambaran penggunaan obat pada pasien rawat jalan di RSUP H. Adam Malik.
1.2 Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang profil penggunaan obat pada pasien rawat jalan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di RSUP H. Adam Malik, meliputi periode, jenis kelamin, usia, diagnosa, rerata jumlah item obat, terapi antibiotika, jenis obat, bentuk sediaan, formularium, golongan obat dan interaksi obat sebagai parameter dengan profil penggunaan obat ada pasien rawat jalan JKN sebagai variabel pengamatan. Adapun gambaran tentang kerangka penelitian selengkapnya ditunjukan pada Gambar 1.1.
3
Parameter
Variabel pengamatan
Periode
Profil penggunaan obat pada pasien rawat jalan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Jeniskelamin Usia Diagnosa Rerata jumlah item obat Terapi antibiotika Jenis obat Bentuk sediaan Formularium Golongan obat Interaksi obat Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian.
1.3 Rumusan Masalah Sesuai dengan pemasalahan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana profil penggunaan obat pada pasien rawat jalan di RSUP H. Adam Malik berdasarkan periode, jenis kelamin, usia, rerata jumlah item obat, terapi antibiotika, jenis obat, bentuk sediaan, formularium, golongan obat dan interaksi obat? 1.4 Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah: profil penggunaan obat pasien rawat jalan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di RSUP H. Adam Malik berdasarkan periode, jenis kelamin, usia, rerata jumlah item obat, terapi antibiotika, jenis obat, dan bentuk sediaan, formularium, golongan obat dan interaksi obat adalah tidak sama.
4
1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan hipotesis penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penggunaan obat pada pasien rawat jalan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di RSUP H. Adam Malik berdasarkan periode, jenis kelamin, usia, diagnosa penyakit, rerata jumlah item obat, terapi antibiotika, jenis obat, bentuk sediaan, formularium, golongan obat dan interaksi obat.
1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan guna memberikan manfaat sebagai berikut: a. Sebagai gambaran mengenai penggunaan obat pada pasien rawat jalan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di RSUP H. Adam Malik. b. Untuk menambah pengetahuan bagi peneliti tentang penggunaan obat pada pasien rawat jalanJaminan Kesehatan Nasional (JKN). c. Sebagai masukan dan evaluasi bagi RSUP H. Adam Malik pada peresepan selanjutnya guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada pasien. d. Sebagai bahan kajian bagi pemberi jasa kesehatan terutama dokter agar memberikan obat yang tepat dan rasional sehingga dapat mendukung keberhasilan pengobatan pada pasien. e. Sebagai informasi kepada pihak terkait agar penggunaan obat yang dapat menyebabkan interaksi obat yang merugikan secara berlebihan pada pasien rawat jalan dapat dicegah.
5