BAB I PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG Komjen Pol Drs. Susno Duadji, S.H, M.Sc. (lahir di Pagar Alam, Sumatera Selatan, 1 Juli 1954; umur 55 tahun) adalah mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (Kabareskrim Polri) yang menjabat sejak 24 Oktober 2008 hingga 24 November 2009. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Wakil Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Kapolda Jawa Barat. Nama Susno Duadji saat ini kembali menjadi buah bibir di kalangan media dan masyarakat luas. Semua berawal dengan kehadirannya untuk meringankan hukuman yang dijatuhkan kepada Mantan Ketua KPK Antasari Azhar tanpa meminta izin resmi pada atasannya mantan kabareskrim yang disinyalir ikut merekayasa kasus Bibit dan Candra ini diganjar sanksi. Setelah itu kasus selanjutnya yang melibatkan antara anggota KPK dan anggota POLRI saat Susno menjabat sebagai Kabareskrim.
Ketika Susno di
wawancarai di media menyebut istilah Cicak Vs Buaya untuk menggambarkan antara kepolisian dan KPK terkait kasus Anggoro-Anggodo dan kasus Bank Century yang berbuntut pada penahanan dua pimpinan KPK, ketika itu Susno Duadji disinyalir pernah menemui Anggoro di Singapura dan KPK menyatakan akan berniat mengkaji ulang atas dugaan keterlibatan Susno Duadji dalam kaitannya dengan kasus Bank Century yang dilatar belakangi oleh sikap Susno Duadji yang telah memberikan rekaman kasus korupsi Anggodo kepada KPK yang diperdengarkan di Mahkamah Konstitusi.
Saat terbentuk Tim 8 yang dipimpin oleh Adnan Buyung Nasution meminta supaya Kapolri menonaktifkan Susno Duadji. Ternyata tanpa diduga-duga dengan sendirinya, Susno Duadji menyatakan mengundurkan diri dari jabatan sebagai Kabareskrim Mabes Polri. Setelah mengundurkan diri tersebut, ternyata oleh Polri, Susno dicabut dari Jabatannya sebagai Kabareskrim. Jabatan Kabareskrim yang sebelumnya dipegang oleh Susno Duadji diserahkan kepada Irjen Ito Sumardi. Cerita bergulir sampai pada kasus Antasari Azhar sang Ketua KPK yang “terjerat” kasus kriminal. Dalam rangkaian persidangan kasus Antasari, Susno mengambil inisiatif sendiri dengan tanpa ijin Kapolri bersaksi yang dalam kesaksiannya tersebut mengatakan bahwa kasus Antasari merupakan “rekayasa” bahkan yang lebih parah lagi bahwa sebagai Kabareskrim (pada waktu penyidikan Antasari) Susno mengaku tidak dilibatkan. Sang Jenderal (bintang tiga) tersebut seolah “selebriti” yang sedang naik daun, simpati dan dukungan mengalir dari berbagai kalangan. Hampir di setiap media, Susno gencar menyuarakan “kebusukan” penanganan kasus Antasari dan tanggapan muncul beragam. Begitulah, akhirnya kasus Antasari terkubur oleh waktu. Ketika keadaan sudah agak tenang, semua terperangah ketika Susno mengeluarkan pernyataan bahwa terdapat rekayasa penaganan kasus Gayus Tambunan yang melibatkan petinggi di Mabes Polri. Setelah ramai diperdebatkan, akhirnya Polri membentuk Tim Khusus untuk menangani masalah tersebut. Susno gencar “membongkar” kasus tersebut bahkan sampai ke Satgas Pemberantasan
Mafia Hukum dan Komisi III DPR. Satu persatu persoalan akhirnya terkuak, GT, SJ, Pengacara H, Kompol A, Bapak “Jaksa”, Bapak “Hakim” dan sederet nama lainnya. Dari rangkaian penyidikan yang dilakukan Polri terhadap sekian tersangka dan penyidikan pembanding dari pelapor, akhirnya sampai pada kenyataan bahwa Sang Jenderal harus diperiksa secara khusus oleh penyidik, setelah diwarnai ketidakhadiran pada panggilan pertama, Sang Jenderal akhirnya memenuhi panggilan Penyidik Independen Mabes Polri. Setelah melalui penyidikan yang melelahkan, Susno “disangka” menerima gratifikasi sebesar Rp. 500.000.000,dari pengelola SAL berdasarkan keterangan Syahril Johan dan Pengacara Haposan. Susno menolak menandatangani Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dan menolak menandatangani Surat “Penangkapan”, Karena itu menurut Kadivhumas Mabes Polri, maka terhadap Komjen Susno Duaji “terpaksa” harus dilakukan penahanan. “Itu adalah prosedur tetap di Polri dan penahanan terhadap Komjen Susno Duaji murni demi penegakan hukum”. Sungguh mengenaskan. Sebagai orang awam, masyarakat banyak yang bingung dengan persoalan ini. Namun sejak ditahan enam bulan lalu di Rumah Tahanan Mako Brimob Kelapa Dua Depok, terdakwa kasus suap dan korupsi, Komisaris Jenderal Polisi Susno Duadji, akhirnya bisa menghirup udara bebas. Ia dilepas karena masa penahanannya sebagai terdakwa berakhir meski persidangan kasus suap dan korupsi yang menimpanya belum selesai. Hal lain yang membuat Susno dibebaskan karena lamanya persidangan Susno dengan banyaknya saksi yang dimintai keterangan. Banyaknya saksi dalam pemeriksaan ini karena Susno terkait dua kasus. PT SAL ada 60 saksi dan kasus Pilkada Jabar ada 90 saksi. Saksi untuk
Pilkada sendiri, sebagian besar anggota kepolisian yang sudah dimutasi. Sehingga untuk dihadirkan di persidangan, membutuhkan waktu dan harus memanggil berkali-kali. Susno keluar dari rumah tahanan di Kompleks Komando Brigade Mobil Kepala Dua, Depok, Jawa Barat, didampingi para kuasa hukumnya. Ia langsung memberikan penjelasan seputar pembebasan dirinya. Meski bisa pulang, Susno tetap mendapat perlindungan dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Terkait bebasnya Susno, Jaksa Penuntut Umum juga khawatir Susno melarikan diri ke luar negeri. Untuk itu Kejaksaan mengajukan permohonan status cekal (cegah tangkal) bagi terdakwa kasus dugaan korupsi Pilkada Gubernur Jabar dan mafia kasus PT SAL itu. Pengenaan status cegah diperlukan sebab sidang pengadilan atas dua kasus yang didakwakan kepada Susno masih berlangsung. Maka wajib bagi Susno untuk selalu hadir mengikuti tahapan persidangan hingga vonis bersalah dan hukuman dijatuhkan. Dan pemberitaan ini kembali menjadi sorotan media dan masyarakat luas. Dalam kehidupan masyarakat modern, komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang memegang peranan penting terutama proses penyampaian informasi dari satu pihak kepada pihak lain. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memudahkan masyarakat dalam menerima informasi-informasi tentang peristiwa-peristiwa, pesan, pendapat, berita ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Untuk menyebarkan informasi-informasi kepada khalayak yang bersifat massal diperlukan sebuah media. Media yang dapat mengakomodir semua ini adalah media massa.
Berbicara mengenai media massa, ada media cetak yaitu surat kabar, majalah, selebaran, brosur, selain itu kita juga mengenal media elektronik auditif seperti radio, dan yang terakhir media elektronik audiovisual yaitu televisi dan internet. Akan tetapi dari banyaknya jenis media tadi, media massa yang paling diminati oleh semua kalangan adalah televisi, karena merupakan gabungan dari segi verbal, visual, teknologikal dan dimensi dramatikal (Sumadiria, 2005 : 4-5). Televisi yang merupakan bagian dari pers luas memiliki beberapa fungsi, yaitu informasi, edukasi, koreksi, rekreasi dan mediasi. Fungsi Informasi maksudnya adalah menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada masyarakat seluas-luasnya, sedangkan fungsi edukasi sebenarnya bila dilihat dari asal katanya sudah jelas apa maksudnya yaitu apapun informasi yang disampaikan hendaknyalah dalam kerangka mendidik. Dikatakan memiliki fungsi koreksi artinya adalah pers merupakan pilar demokrasi keempat setelah legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Dikatakan seperti ini adalah karena ditujukan untuk mengawasi dan mengontrol kekuatan ketiganya agar kekuatan mereka tidak menjadi korup dan absolut. Fungsi rekreasi maksudnya yang mampu membuat para penikmatnya dapat lepas dari masalah dan kepenatan sehari-hari dengan menyaksikan tayangan, dan yang terakhir adalah fungsi mediasi berarti sebagai penghubung yang dapat menghubungkan makhluk yang ada di dunia ini antara negara yang satu dengan lainnya dalam lembar-lembar yang sistematis. (Sumadiria 2005 : 32-34) Salah satu keuntungan dari televisi yaitu kecepatan dalam memberikan informasi terbaru ( update ). Stasiun TV di Indonesia yang menyajikan berita tercepat dan terbaru adalah Metro TV. Selama bulan Februari pemberitaan bebasnya Susno Duadji sangat gencar diberitakan oleh Metro TV. PT Media Televisi Indonesia merupakan anak perusahaan dari Media Group, suatu
kelompok usaha media yang dipimpin oleh Surya Paloh, yang juga merupakan pemilik surat kabar Media Indonesia. PT Media Televisi Indonesia memperoleh izin penyiaran atas nama "MetroTV" pada tanggal 25 Oktober 1999. Pada tanggal 25 November 2000, MetroTV mengudara untuk pertama kalinya dalam bentuk siaran uji coba di 7 kota. Pada awalnya hanya bersiaran 12 jam sehari, sejak tanggal 1 April 2001, MetroTV mulai bersiaran selama 24 jam. Dari awalnya memulai operasi dengan 280 orang karyawan, saat ini MetroTV mempekerjakan lebih dari 1200 orang, sebagian besar di ruang berita dan daerah produksi. Stasiun TV ini hanya memusatkan acaranya pada siaran warta berita saja. Tetapi dalam perkembangannya, stasiun ini kemudian juga memasukkan unsur hiburan dalam program-programnya. Metro TV adalah stasiun pertama di Indonesia yang menyiarkan berita dalam bahasa Mandarin: Metro Xin Wen, dan juga satu-satunya stasiun TV di Indonesia yang tidak menayangkan program sinetron. Metro TV juga menayangkan siaran internasional berbahasa Inggris pertama di Indonesia Indonesia Now yang dapat disaksikan dari seluruh dunia. Stasiun ini dikenal memiliki presenter berita terbanyak di Indonesia. Bukan hanya dikalangan media massa, kalangan masyarakat luas juga tertarik dengan pemberitaan Susno Duadji, selain itu kalangan mahasiswa juga memiliki perhatian khusus terhadap pemberitaan Susno Duadji. Hal ini disebabkan mahasiswa dituntut untuk peka terhadap informasi-informasi terbaru. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU) merupakan fakultas yang erat hubungannya dengan kondisi politik, sosial dan keamanan yang terjadi. Informasi merupakan hal yang penting yang dapat mendukung setiap mahasiswa dalam dunia pendidikan yang sedang dijalaninya
termasuk acara berita yang setiap waktu selalu berkembang. Liputan berita tentu saja bisa menambah pengetahuan mahasiswa FISIP USU tentang situasi dan kondisi yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia maupun dari mancanegara. Intensitas liputan berita tentang bebasnya Susno Duadji bisa saja membentuk pandangan yang berbeda-beda di kalangan mahasiswa. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan antara pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV dan sikap mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU.
I. 2. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut : ” Bagaimanakah hubungan pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV dan sikap mahasiswa FISIP USU ”.
I. 3. PEMBATASAN MASALAH Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembahasan masalah yang akan diteliti adalah : 1.
Penelitian ini difokuskan kepada pemberitaan mengenai bebasnya Susno Duadji yang ditayangkan di Metro TV
2.
Penelitian ini difokuskan kepada pengaruh pemberitaan bebasnya Susno Duadji terhadap sikap mahasiswa yang kognitif dan afektif.
3.
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP USU yang dibatasi pada Departemen Ilmu Komunikasi dan Departemen Ilmu Politik angkatan 2008 dan 2009.
4.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2011 sampai dengan selesai.
I. 4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensitas menonton mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik terhadap pemberitaan bebasnya Susno Duadji. b.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap mahasiswa terhadap pemberitaan bebasnya Susno Duadji.
c.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan pemberitaan bebasnya Susno Duadji dan sikap mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU.
2. Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah : 1.
Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU, khususnya di Departemen Ilmu Komunikasi.
2.
Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi masukan kepada pihakpihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian itu.
3.
Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperluas pengetahuan peneliti serta mahasiswa FISIP USU mengenai pengaruh media.
I.5. KERANGKA TEORI Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana akan disoroti (Nanawi, 1995: 39-40). Teori merupakan himpunan konstruk (konsep), definisi dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2006: 43). Teori berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan memberikan pandangan terhadap sebuah permasalahan. Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan antara lain : I.5.1. Teori S-O-R Dalam penelitian ini, model komunikasi yang digunakan adalah teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response). Teori ini mengemukakan bahwa tingkah laku sosial dapat dimengerti melalui suatu analisis dari stimulus yang diberikan dan dapat mempengaruhi reaksi yang spesifik dan didukung oleh hukuman maupun penghargaan sesuai dengan reaksi yang terjadi. Dengan kata lain, menurut Effendy (2003:254), efek yang ditimbulkan sesuai dengan teori S-O-R
yang merupakan reaksi yang bersifat khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Prinsip teori ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian, seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan yang erat antara pesan-pesan media dan reaksi audiens. Dalam proses perubahan sikap, maka sikap komunikan hanya dapat berubah apabila stimulus yang menerpanya melebihi apa yang pernah dialaminya. Prof. Dr. Mar’ at (Effendy, 2003:255) dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan Serta Pengukurannya” mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelly yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap baru, ada tiga variabel penting yaitu : a. Perhatian, b. Pengertian, c. Penerimaan Gambar 1 Teori S-O-R
Organism Stimulus
• Perhatian • Pengertian • Penerimaan
Respon Sumber : Effendy, 2003:255
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organism. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat. Pendekatan teori S-O-R lebih mengutamakan cara-cara pemberian imbalan yang efektif agar komponen konasi dapat diarahkan pada sasaran yang dikehendaki. Sedangkan pemberian informasi penting untuk dapat berubahnya komponen kognisi. Komponen kognisi itu merupakan dasar untuk memahami dan mengambil keputusan agar dalam keputusan itu terjadi keseimbangan. Keseimbangan inilah yang merupakan sistem dalam menentukan arah dan tingkah laku seseorang. Dalam penentuan arah itu terbentuk pula motif yang mendorong terjadinya tingkah laku tersebut. Dinamika tingkah laku disebabkan pengaruh internal dan eksternal. Dalam teori S-O-R, pengaruh eksternal ini yang dapat menjadi stimulus dan memberikan rangsangan sehingga berubahnya sikap dan tingkah laku seseorang. Untuk keberhasilan dalam mengubah sikap maka komunikator perlu memberikan tambahan stimulus (penguatan) agar penerima berita mau mengubah sikap. Hal ini dapat dilakukan dalam berbagai cara seperti dengan pemberian imbalan atau hukuman. Dengan cara demikian ini penerima informasi akan mempersepsikannya sebagai suatu arti yang bermanfaat bagi dirinya dan adanya sanksi jika hak ini dilakukan atau tidak. Dengan sendirinya penguatan ini harus dapat dimengerti, dan diterima sebagai hal yang mempunyai efek langsung
terhadap sikap. Untuk tercapainya ini perlu cara penyampaian yang efektif dan efisien. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Bila dikaitkan dengan penelitian ini, bagaimana pengaruh pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV terhadap sikap mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU. Ada tiga variabel penting dalam menelaah sikap yang dirumuskan dalam teori S-O-R yakni : • Pesan (Stimulus)
: Pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV.
• Komunikan (Organism)
: Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU.
• Efek (Response)
: Sikap yang timbul melalui pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU.
I.5.2. Teori Peluru (Bullet Theory) Teori Peluru (Bullet Theory) yang berarti teori komunikasi yang menempatkan pesan, komunikator, dan media massa yang determinan (powerful). Teori Bullet menggunakan lima komponen, yaitu who, says what, in which channel, to whom dan with what effect. Komunikan dalam Teori Bullet bersifat pasif, terpecah-pecah (atomistis) dan seragam (homogen). Bersikap pasif karena komunikator dapat menyampaikan pesan kepada komunikan dengan baik dan komunikan dapat menjadi seperti yang diinginkan oleh komunikator. Media massa memiliki kemampuan yang kuat untuk mempengaruhi
dan
membentuk
audiens
sebagaimana
yang
diinginkan
komunikator. Kelemahan teori ini yaitu : a. Terlalu fokus pada perlakuan media terhadap audiens dan efek media massa. b. Mengabaikan
adanya
kemungkinan
bahwa
audiens
juga memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi media massa. c. ‘Bias’ karena terlalu menyederhanakan peristiwa-peristiwa komunikasi.
I.5.3. Televisi sebagai Media Komunikasi Massa Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia. Dalam melaksanakan fungsinya, televisi juga melaksanakan fungsi seperti media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni memberikan informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi. Pada umumnya
tujuan khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi. Ditinjau dari stimulus alat indera, dalam radio siaran, surat kabar dan majalah hanya satu alat indera yang mendapat stimulus. Radio siaran dengan indera pendengaran, surat kabar dengan indera penglihatan. Tetapi televisi memiliki kelebihan, yaitu : 1.
Audiovisual Televisi memiliki kelebihan yaitu dapat didengar dan dilihat (audiovisual).
Karena sifatnya yang audiovisual itu pula, maka acara siaran harus dilengkapi dengan gambar, baik gambar diam seperti foto, gambar peta, ataupun rekaman peristiwa. 2.
Berpikir dalam gambar Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah
pengarah acara. Bila ia membuat naskah acara atau membaca naskah acara, ia harus berpikir dalam gambar (think in picture). Begitu pula dengan seorang komunikator yang akan menyampaikan informasi, pendidikan, atau persuasi, sebaiknya ia dapat melakukan berpikir dalam gambar. 3.
Pengoperasian lebih kompleks Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih
kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakan pun lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih sulit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih. Pesan yang akan disampaikan melalui media televisi memerlukan pertimbangan-pertimbangan lain agar pesan tersebut
dapat diterima oleh khalayak sasaran. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah pemirsa, waktu, durasi, dan metode penyajian. Menurut Prof. Dr. R Mar’at acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, persepsi, perilaku, pandangan dan perasaan para penonton, dan ini sebagai hal yang wajar. Jadi jika ada hal-hal yang menyebabkan penonton terharu, terpesona, atau latah bukanlah sesuatu yang istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologi dalam televisi adalah seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga penonton tersebut dihanyutkan dalam suasana pertunjukan televisi (Effendy, 2003: 122).
I.5.4. Berita Menurut Assegraf, 1983 dalam Mondry (2008:132) menjelaskan beberapa definisi berita yang dikutip dari beberapa tokoh, antara lain sebagai berikut. a.
M. Lyle Spencer, dalam buku News Writing menyebutkan, berita merupakan kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian sebagian besar pembaca.
b.
Wiliard
C. Bleyer,
dalam
buku
Newspaper
Writing
and
Editing
mengemukakan, berita adalah sesuatu yang termasa dipilih wartawan untuk dimuat disurat kabar karena ia dapat menarik atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar atau karena ia dapat menarik pembaca-pembaca media cetak tersebut. c.
Wiliam S. Maulsby, dalam buku Getting in News menulis, berita dapat didefinisikan sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari
fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang menarik perhatian para pembaca surat kabar tang memuat berita tersebut. d.
Eric C. Hepwood menulis, berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting dan dapat menarik perhatian umum.
Menurut Askurifai Baksin (2006:63-68), terdapat unsur-unsur dominan yang menjadi ciri khas berita, yaitu : a. Penampilan Penyaji berita Penyaji atau yang lebih dikenal dengan sebutan presenter atau pemandu acara adalah istilah Inggris untuk orang yang membawakan acara atau program televisi. Seorang presenter televisi biasanya juga seorang aktor, penyanyi, dan lainnya, tapi umumnya terkenal karena presenter program tertentu. Kecuali presenter untuk program politik atau iptek yang merupakan profesional dibidangnya, atau selebriti yang berhasil di satu bidang tertentu lainnya. (http:/id?wikipedia.Org/wiki/Presenter_televisi). RM Hartoko dalam Baksin (2006:157) menyebutkan beberapa prasyarat untuk menjadi presenter televisi yang baik, yaitu: 1) Penampilan yang baik dan perlu didukung oleh watak dan pengalaman. 2) Kecerdasan pikiran yang meliputi pengetahuan umum, penguasaan bahasa, daya penyesuaian dan daya ingatan yang kuat. 3) Keramahan yang tidak berlebihan sampai over friendly yang dapat menjengkelkan dan menjadi tidak wajar. 4) Jenis suara yang tepat dengan warna suara yang enak untuk didengar dan memiliki wibawa yang cukup mantap. b. Bahasa Bahasa merupakan sistem ungkapan melalui suara yang dihasilkan oleh pita suara manusia yang bermakna, dengan satuan-satuan utamanya berupa kata-kata dan kalimat, yang masing-masing memiliki kaidah-kaidah pembentuknya (Baksin, 2006:67). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa adalah sistem lambang bunyi arbiter, yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerja sama berinteraksi, dan menhidentifikasi diri. (Baksin 2006:67).
I.5.5. Efek Komunikasi Massa Setiap aktifitas komunikasi akan menimbulkan pengaruh atau efek baik terhadap individu maupun masyarakat, dan berhubungan dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku. Kajian tentang efek atau pengaruh komunikasi massa sudah muncul sejak masa Perang Dunia II ketika menyoroti berbagai ketakutan akibat
propaganda yang dilakukan untuk mempengaruhi individu maupun massa melalui media pada masa itu. Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu, efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Efek dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori (Effendy, 1993:318) yaitu: a. Efek kognitif, yaitu berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. b. Efek afektif, yaitu berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau film bioskop dapat menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak. c. Efek konatif, yaitu bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu tindakan atau kegiatan. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan afektif. Dengan kata lain timbulnya efek konatif setelah muncul efek kognitif dan afektif.
I.5.6. Sikap Menurut Jalaluddin Rakhmat (2007:39) mengemukakan lima pengertian sikap, yaitu: 1. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok. 2. Sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan; mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari. 3. Sikap lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan. 4. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. 5. Sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah.
I.6. KERANGKA KONSEP Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Dengan kerangka konsep, akan menuntun penelitian dalam merumuskan hipotesis (Nawawi, 1995:40). Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang akan diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dipersoalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.
Variabel Bebas Variabel bebas (independent variabel) adalah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lain (Nawawi, 1995:56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV.
2.
Variabel Terikat Variabel terikat (dependent variabel) adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ditentukan atau dipengaruhi ada atau ditentukan adanya variabel bebas bukan karena adanya variabel lain (Nawawi, 1995:37). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU.
3.
Karakteristik Responden Karakteristik responden perlu disajikan untuk mengetahui latar belakang responden.
I.7. MODEL TEORITIS Model
teoritis
merupakan
paradigma
yang
mentransformasikan
permasalahan-permasalahan terkait antara satu dengan yang lainnya. Variabelvariabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, dibentuk menjadi model teoritis berikut : GAMBAR 2 Model Teoritis Penelitian
Variabel Bebas ( X )
Variabel Terikat ( Y )
Pemberitaan bebasnya
Sikap Mahasiswa Ilmu
Susno Duadji di Metro TV
Politik dan Ilmu Komunikasi FISIP USU
Variabel Antara Karakteristik Responden
I.8. OPERASIONAL VARIABEL Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka untuk lebih memudahkan penelitian, perlu dibuat operasional variable-variabel terkait sebagai berikut :
Tabel 1 Operasional Variabel Konsep Operasional
Indikator
Metro TV
a. b. c. d. e. f. g.
Variabel Terikat ( Y )
1. Kognitif
Variabel Bebas ( X ) Pemberitaan Bebasnya Susno Duadji di
Credibility Context Content Clarity Continuity Consistency Capability
Sikap Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan
a. Kedalaman Pemberitaan
Ilmu Politik FISIP USU
b. Mengikuti Pemberitaan
2. Afektif a. Menyukai Pemberitaan b. Mengerti pemberitaan c. Perubahan Sikap d. Setuju Pemberitaan
Karakteristik Responden
a. Angkatan b. Jenis Kelamin c. Jurusan
I.9. DEFENISI OPERASIONAL Defenisi operasional variabel merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi operasional variabel adalah suatu petunjuk pelaksana mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Definisi operasional juga merupakan suatu informasi alamiah
yang amat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46). Definisi variabel-variabel dalam penelitian ini adalah : 1.
Variabel Bebas ( Pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV) a.
Credibility adalah nilai kepercayaan mahasiswa terhadap pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV.
b.
Context adalah pemberitaan yang disajikan berisi konteks-konteks yang menggambarkan kehidupan nyata.
c.
Content adalah kejelasan makna dari pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV.
d.
Clarity adalah kejelasan bahasa pada pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV.
e.
Continuity adalah adanya kesinambungan mengenai pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV.
f.
Consistency adalah ketetapan terhadap makna pesan dalam pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV.
g.
Capability adalah kemampuan mahasiswa menerima pesan yang disampaikan dalam pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV.
2.
Variabel
Terikat ( Sikap Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik
FISIP USU ) 1. Efek kognitif, yaitu berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti yang tadinya bingung menjadi merasa jelas.
a.
Kedalaman Pemberitaan adalah kemampuan mahasiswa dalam melihat kedalaman berita bebasnya Susno Duadji.
b. Mengikuti Pemberitaan adalah sejauh mana mahasiswa mengikuti pemberitaan bebasnya Susno Duadji.
2. Efek afektif, yaitu berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau film bioskop dapat menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak. c. Menyukai Pemberitaan adalah sejauh mana mahasiswa menyukai pemberitaan bebasnya Susno Duadji. d.
Mengerti pemberitaan adalah kemampuan mahasiswa untuk mengerti pemberitaan bebasnya Susno Duadji.
e.
Perubahan Sikap adalah bagaimana sikap mahasiswa dalam menilai pemberitaan bebasnya Susno Duadji.
f.
Setuju Pemberitaan adalah sejauh mana mahasiswa menyetujui pemberitaan bebasnya Susno Duadji.
3. Karakteristik Responden a.
Angkatan
: Stambuk / Angkatan responden
b.
Jenis Kelamin : Jenis
kelamin
dari
responden
laki-laki
atau
perempuan c.
Jurusan
: Nama Jurusan Responden menempuh pendidikan S1
I.10. HIPOTESIS Hipotesis merupakan suatu proposisi atau pernyataan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam suatu penelitian, hipotesis berfungsi sebagai jawaban sementara (tentative answer) bagi masalah atau pertanyaan penelitian, yang oleh karenanya perlu diuji melalui prosedur pengujian hipotesis. Suatu hipotesis bisa dirumuskan melalui berbagai sumber, bergantung dari titik tolak kerangka pemikiran yang dipergunakan seorang peneliti. Jelas, dalam suatu penelitian hipotesis yang dikemukakan tidak muncul begitu saja, melainkan bertitik tolak dari kerangka pemikiran atau kerangka teoritis yang dipergunakan si peneliti dalam usahanya memberi jawaban sementara terhadap masalah atau pertanyaan penelitian (Lubis, 1998:13). Goode dan Hatt menjelaskan ciri-ciri hipotesis yang baik adalah hipotesis harus jelas secara konseptual, harus mempunyai rujukan empiris, harus bersifat spesifik, harus dihubungkan dengan teknik penelitian yang ada, dan harus berkaitan dengan suatu teori (Rakhmat, 2006:14-15). Hipotesis adalah sarana penelitian yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena merupakan instrumen kerja dari teori (Singarimbun, 1995:43). Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang tengah diteliti (Suyanto dan Sutinah, 2005:43). Ho :
Tidak terdapat hubungan antara pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV terhadap sikap mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU.
Ha :
Terdapat hubungan antara pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV terhadap sikap mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU.