BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Profesionalitas seorang akuntan publik ditandai dengan keahlian mereka yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan, komitmen untuk belajar seumur hidup, pelayanan kepada masyarakat, kode etik, kesepakatan untuk mematuhi kode etik profesi mereka, dan partisipasi dalam pemerintahan sendiri dan pemantauan profesi. Masyarakat memberikan otonomi profesi dengan kondisi bahwa keahlian tersebut akan digunakan untuk kepentingan umum dan bahwa anggotanya akan mematuhi kode etik profesi. Snoeyenbos et al. (1983) telah menggambarkan ini sebagai “kontrak sosial”, di mana seorang profesional berkewajiban pada operasi dengan standar keahlian dan integritas yang tinggi. Ketika profesi tersebut tidak mempertahankan standar-standar ini, kontrak sosial menjadi rusak, dan masyarakat dapat memutuskan untuk membatasi peran atau otonomi profesi tersebut. Profesi akuntan publik memiliki peran yang sangat penting bagi masyarakat dalam melakukan audit laporan keuangan pada suatu organisasi dan harus memikili kompetensi dalam tugas-tugas mereka. Dalam melaksanakan tugas auditnya, auditor harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Standar audit merupakan pedoman umum untuk membantu auditor memenuhi tanggung jawab
1
2
profesionalnya dalam audit atas laporan keuangan historis. Standar ini mencakup pertimbangan mengenai kualitas professional seperti kompetensi, independensi, persyaratan pelaporan, dan bukti. Standar audit tersebut terbagi dalam tiga kategori, yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. Dimana standar umum menekankan pada pentingnya kualitas pribadi yang harus dimiliki auditor yang mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang memadai dalam melaksanakan prosedur audit, memiliki sikap mental yang independen, serta memiliki kemahiran profesional. Sedangkan standar pekerjaan lapangan menyangkut pada pengumpulan bukti dan aktivitas lain selama pelaksanaan audit yang sebenarnya. Dan pada standar pelaporan mengharuskan auditor menyiapkan laporan mengenai laporan keuangan secara keseluruhan, termasuk pengungkapan informatif. Selain standar audit, akuntan publik juga harus mematuhi kode etik profesi. Kode etik IAPI memberikan standar umum atas perilaku yang ideal dan ketetapan peraturan yang spesifik yang mengatur perilaku. Saat ini IAPI sedang mengadopsi Kode Etik bagi Para Akuntan Profesional dari IFAC (IFAC Code of Ethics for Professional Accountants). Kode etik tersebut akan segera diterapkan pada seluruh anggota IAPI. Kode etik mengatur perilaku akuntan publik dalam menjalankan praktik profesinya baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakat umum. Akuntan publik atau auditor independen dalam tugasnya mengaudit perusahaan klien harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan
3
dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti tersebut. Akuntan publik sebagai pihak ketiga dalam lingkungan perusahaan klien memiliki tugas dan tanggung jawab dari manajemen untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan yang dikelolanya. Manajemen ingin agar kinerjanya terlihat baik dimata pihak eksternal terutama pada pihak pemilik perusahaan. Tetapi disisi lain, pemilik perusahaan menginginkan agar auditor melaporkan hasil kerjanya secara jujur sesuai dengan keadaan yang ada pada perusahaan. Disini jelas terlihat adanya perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemakai laporan keuangan (pemilik perusahaan). Oleh karena itu, auditor juga harus memiliki sikap mental yang independen. Kompetensi orang-orang yang melaksanakan audit tidak akan ada nilainya jika mereka tidak independen dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti. Independensi auditor adalah jantung dari integritas proses audit. Ketika auditor dan klien menegosiasikan isu-isu tentang pelaporan keuangan, menjaga integritas fungsi audit independen adalah wajib bagi auditor dan dibutuhkan oleh standar profesi akuntansi. Para auditor berusaha keras mempertahankan tingkat independensi yang tinggi untuk menjaga kepercayaan para pemakai yang mengandalkan laporan mereka. Walaupun auditor ini menerima fee dari perusahaan, mereka biasanya cukup independen dalam melakukan audit yang dapat diandalkan oleh para pemakai. Tingkat kepercayaan yang tinggi dari para pemakai jasa audit laporan keuangan yang diberikan oleh akuntan publik inilah yang mengharuskan akuntan pubik memperhatikan kualitas hasil audit yang mereka lakukan. Adapun banyak
4
bermunculan pertanyaan dari masyarakat mengenai kualitas hasil audit para akuntan public setelah terjadi banyak skandal yang melibatkan akuntan publik. Baru-baru ini, skandal keuangan di perusahaan seperti Enron telah mengikis kepercayaan masyarakat terhadap independensi profesi akuntan publik dan kualitas jasa audit yang dihasilkan. Atau seperti kasus yang menimpa akuntan publik Justinus Aditya Sidharta yang diindikasi melakukan kesalahan dalam mengaudit laporan keuangan PT Great River Internasional, Tbk. Kasus tersebut muncul setelah adanya temuan
auditor
investigasi
dari
Bapepam
yang
menemukan
indikasi
penggelembungan account penjualan, piutang dan asset hingga ratusan milyar rupiah pada laporan keuangan Great River yang mengakibatkan perusahaan tersebut akhirnya kesulitan arus kas dan gagal dalam membayar utang. Sehingga berdasarkan investigasi tersebut BAPEPAM menyatakan bahwa akuntan publik yang memeriksa laporan keuangan Great River ikut menjadi tersangka. Oleh karenanya Menteri Keuangan RI terhitung sejak tanggal 28 November 2006 telah membekukan izin akuntan publik Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun karena terbukti melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT Great River tahun 2003 (Elfarini, 2007). Kasus-kasus tersebut bisa saja terkait dengan kompetensi dan independensi yang merupakan dua karakteristik sekaligus yang harus dimiliki auditor. Kualitas audit merupakan faktor utama dalam praktek audit. Singkatnya, tanpa kualitas audit, praktek audit akan rusak. Dalam pengertian umum, kualitas audit berkorelasi positif dengan independensi audit, yang tanpa independensi audit laporan
5
keuangan yang telah diaudit tersebut tidak berkualitas. Ini telah lama dikenal dalam pemikiran audit perusahaan bahwa keberhasilan audit sebagian besar tergantung pada independensi auditor. Jika kondisi ini tidak ada, sejauh mana opini audit dapat dipercaya sebagai pernyataan tujuan yang terbatas. Selain itu, Lee dan Stone (1995) berpendapat bahwa jika auditor tidak kompeten, maka independensi bukan merupakan karakteristik audit yang harus diantisipasi. Kurangnya kompetensi, karena kurangnya keahlian dan pengalaman, memaksa auditor untuk bergantung pada manajemen klien dalam hal mengajukan pertanyaan dan menilai respon. Sudah sejak lama dunia mengakui bahwa “kualitas” sebagai senjata untuk melawan perang persaingan global (Dunk, 2002). Hal ini berlaku untuk setiap aspek, terutama untuk audit dan akuntansi. Kesimpulannya, ternyata kita tahu lebih banyak tentang kualitas audit daripada sebelumnya, antara lain : a. Pemeriksaan atau auditing relatif murah, kurang dari 1/10 dari satu persen dari seluruh agregat penjualan klien; b. Kegagalan audit langsung dengan konsekuensi ekonomi material sangat jarang terjadi; c. Laporan Audit berisi data yang informatif, meskipun akan terdapat kekeliruan positif dan negatif; d. Kualitas audit berhubungan positif dengan kualitas laba;
6
e. Kualitas Audit dipengaruhi oleh rezim hokum dan insentif yang mereka buat; f. Ada bukti dari perbedaan kualitas audit oleh 4 perusahaan audit terbesar dan pakar industri, pada kualitas audit di kantor masingmasing dari 4 perusahaan audit terbesar dan juga pada seluruh rezim hukum yang berbeda; g. Penelitian akademis memiliki dampak kecil terhadap peraturan dan pembuatan kebijakan di AS, meskipun itu mungkin memiliki pengaruh yang lebih di negara-negara lain seperti Inggris (Francis, 2004), dan h. Kualitas audit banyak terkait dengan komite audit.
Auditor eksternal memiliki kode etik yang dijadikan pedoman dalam menjaga sikap profesional dan mutu yang tinggi. Di Amerika Serikat, kode etik diserukan kepada auditor independen dari manajemen klien (American Institute Akuntan Publik, 1983). Pendapat profesional seorang auditor eksternal akan menjadi nilai yang kecil bagi pengguna laporan jika mereka percaya bahwa auditor tidak sepenuhnya independen dari manajemen. Pengguna hanya dapat memiliki kepercayaan dalam representasi auditor ketika mereka yakin bahwa auditor telah bertindak sebagai hakim yang tidak memihak, mendasarkan kesimpulan pada bukti obyektif. Perry (1984), menyatakan bahwa lima alasan paling umum dalam kegagalan pemeriksaan adalah sebagai berikut: pembatasan ruang lingkup, ketidakcakapan, pemeriksaan berdasarkan percakapan, mengevaluasi transaksi yang tidak kritis, dan
7
kurangnya objektivitas dan skeptisisme. Pendapat Perry dapat langsung dihubungkan dengan konsep independensi auditor. Yang merupakan salah satu unsur sistem pengendalian kualitas perusahaan audit, didefinisikan oleh akuntansi/audit profesi di Amerika Serikat sebagai “kemampuan untuk bertindak dengan integritas dan objektivitas” (AICPA, 1985). Independensi, selanjutnya adalah apabila seorang auditor bertindak independen maka mereka dapat melakukan pekerjaan terbaik dalam karir mereka. Kualitas audit telah didefinisikan dalam berbagai cara. Literatur praktisi sering mendefinisikan kualitas audit relatif terhadap sejauh mana audit sesuai dengan standar audit yang berlaku (Krishnan dan Schauer, 2001; Tie, 1999; McConnell dan Banks, 1998; Aldhizer et al, 1995; Cook, 1987). Sebaliknya, para peneliti akuntansi mengidentifikasi berbagai dimensi kualitas audit, dan dimensi ini sering menyebabkan definisi yang tampaknya berbeda. Beberapa definisi yang lebih umum dari kualitas audit meliputi (1) menilai pasar probabilitas bahwa laporan keuangan mengandung kesalahan material dan bahwa auditor akan menemukan dan melaporkannya (DeAngelo, 198Ib), (2) probabilitas bahwa auditor tidak akan mengeluarkan laporan wajar tanpa pengecualian untuk laporan yang mengandung kesalahan material (Lee et al, 1999), (3) keakuratan informasi yang dilaporkan oleh auditor (Titman dan Trueman, 1986; Beatty, 1989; Krinsky dan Rotenberg, 1989; Davidson dan Neu, 1993), dan (4) ukuran kemampuan audit untuk mengurangi kebisingan dan bias dan meningkatkan ketajaman dalam data akuntansi (Wallace, 1980).
8
Audit atas semua laporan keuangan yang bertujuan umum di Indonesia dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) kecuali atas organisasi pemerintah tertentu. Hak legal untuk melakukan audit diberikan kepada kantor akuntan publik oleh Menteri Keuangan. Kantor akuntan publik juga memberikan banyak jasa lain klien, seperti jasa pajak dan konsultasi. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merencanakan mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”. Penelitian ini menggunakan subjek yaitu Kantor Akuntan Publik di Jakarta. Penelitian ini menjadi penting karena kualitas audit saat ini menjadi sesuatu yang sangat penting karena hasil audit digunakan oleh banyak pihak dan digunakan untuk mengambil keputusan.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit? 2. Apakah interaksi kompetensi dan etika auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit? 3. Apakah independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit?
9
4. Apakah interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Pada bagian ini akan dijelaskan secara umum mengenai tujuan dan manfaat penelitian. Pada tujuan penelitian menunjukkan hasil yang diharapkan dalam penelitian ini. Sedangkan dalam manfaat penelitian menunjukkan kegunaan yang dihasilkan dalam penelitian ini.
1.
Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan diatas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk: 1. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit. 2. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh interaksi kompetensi dan etika auditor terhadap kualitas audit. 3. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh independensi terhadap kualitas audit. 4. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh interaksi independensi dan etika auditor terhadap kualitas audit.
10
2.
Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan ada manfaat yang dapat diambil bagi
semua pihak yang berkepentingan. Hasil analisis yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Kantor Akuntan Publik khususnya bagi para auditor untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit sehingga kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor semakin meningkat. 2. Penelitian mengenai kualitas audit penting agar dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit dan selanjutnya meningkatkannya. Dapat membawa organisasi kearah yang lebih baik. 3. Penelitian ini diharapkan dapat membuka cakrawala akademisi sehingga mempersiapkan mahasiswa untuk dapat bekerja di Kantor Akuntan Publik yang memiliki kompetensi dan indepensi sebagai seorang auditor.