BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam pengembangannya mencakup tiga komponen utama : pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge),
keterampilan
kewarganegaraan
(civic
skills)
dan
watak
kewarganegaraan (civic dispositions) yang multidimensional. Namun sampai saat ini proses pendidikan kewarganegaraan baru dapat mengembangkan komponen pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) saja. Pembelajaran merupakan bagian atau elemen yang memiliki peran yang sangat dominan
untuk
mewujudkan kualitas baik proses maupun lulusan (output) pendidikan, menurut Sagala (2009:61) bahwa pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh pesera didik atau murid. Dan hal ini pun sangat tergantung pada guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dikelas. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Muchith dibawah ini : Artinya pembelajaran sangat tergantung dari kemampuan guru dalam mengemas proses pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan secara baik tepat akan memberikan kontribusi sangat dominan bagi siswa, sebaliknya pembelajaran yang dilaksanakan cara yang tidak baik akan menyebabkan potensi siswa sulit dikembangkan atau diberdayakan (Muchith, 2008 : 1) Berdasarkan pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa, posisi guru memegang peranan penting untuk mengolah isi materi yang akan disampaikan
Joeniarko, 2011
1
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
kepada siswa dikelas. Semakin berkualitas baik itu dari segi isi materi dan strategi yang digunakan oleh guru, maka akan semakin baik hasilnya bagi siswa. Pendidikan sebagai salah satu langkah mencerdaskan kehidupan bangsa dan menimbulkan potensi anak didik sesuai dangan apa yang terdapat dalam UU RI NO. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 1 dan 2 yakni : Pasal 1 : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan ahlak, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pasal 2 : Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Berdasarkan undang-undang diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang diselenggarakan tidak lain adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik kita sesuai dengan minat dan bakatnya. Kemudian menjadi peserta didik lebih terampil dan kepribadian serta memiliki spiritual yang baik kepada sang penciptaNya. Pendidikan juga berlaku bagi seluruh warga tanpa terkecuali. Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan oleh Crowly (1991:169) bahwa “…all who possess the status are equal respect to the right and duties with which the status is endowed”. Dengan demikian bahwa warganegara mempunyai hak dan kewajiban
3
yang sama keberadaan dalam Negara. Siapapun berhak untuk mendapatkan pendidikan di Negara Indonesia ini. Dan juga “citizenship concern the rights and duties of a member of a country”, yakni sebagai warganegara tidak lupa untuk memperhatikan hak dan kewajibannya. Menurut pandangan Srijanti et al. (2008:76) bahwa : “Hak warganegara Indonesia terhadap Negara telah diatur dalam UUD 1945 dan aturan hukum lainnya yang merupakan turunan dari hak-hak umum yang digariskan dalam UUD 1945. Hak warganegara ini adalah sesuatu yang dimiliki oleh warganegara dari negaranya. Hak-hak warganegara yang diperoleh dari Negara seperti hak untuk hidup secara layak, dan aman, pelayanan, dan hal lain yang diatur dalam undangundang”. Kemerdekaan mengemukakan pendapat juga merupakan salah satu hak yang dimiliki oleh warga Negara. Dan tentunya sebagai warganegara yang baik, harus mampu mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab. Dimana kemerdekaan untuk mengemukakan pandapat tersbut telah diatur dalam pasal 20, 28 Undang-Undang 1945, dan Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Pada dasarnya kemerdekaan itu mengandung makna kebebasan, yaitu bebas melakukan apa saja namun tidak seenaknya. Kebebasan tersebut dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Begitu pula dalam hal mengemukakan pendapat. Setiap orang bebas berpendapat tentang apa saja, tetapi kemerdekaan mengemukakan pendapat
4
adalah hak yang dimiliki oleh setiap warganegara untuk menyampaikan pikiran secara lisan, tulisan, dan sebagainya dengan penuh tanggung jawab sesuai peraturan-perundang-undangan yang berlaku. Kebebasan yang dilakukan tanpa batas dan tanpa aturan akan mengakibatkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain. Misalnya, seseorang yang mengemukakan pendapat di muka umum dengan cara menjelek-jelekan kepribadian orang lain, menggunakan kata-kata yang tidak senonoh tentu akan menyakiti hati orang lain. Apalagi kalau kebebasan mengeluarkan pendapat dilakukan dengan tindakan anarki, seperti perusakan dan tindakan yang bisa menimbulkan kemarahan orang lain. Warganegara juga mempunyai kewajiban terhadap Negara selain kewajiban terhadap masyarakat yang ditetapkan dengan undang-undang seperti kewajiban untuk membela Negara, menaati undang-undang, dan sebagainya. Keterampilan kewarganegaraan (civic skills) merupakan keterampilan yang dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan, agar pengetahuan yang diperoleh menjadi sesuatu yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan berbangsa dan bernegara. Civic skills mencakup intellectual skills (keterampilan intektual) dan participation skills (keterampilan partisipasi). Keterampilan intelektual yang terpenting bagi terbentuknya warganegara yang berwawasan luas, efektif, dan bertanggung jawab antara lain adalah keterampilan berpikir kritis. The National Standard for Civic and Government dan The Civics Framework for 1988 National Assessment of
5
Educational Progress (NAEP) menegaskan bahwa keterampilan berpikir kritis meliputi
keterampilan
mengidentifikasi,
menggambarkan/mendeskripsikan,
menjelaskan, menganalisis, mengevaluasi, menentukan dan mempertahankan pendapat
yang
berkenan
dengan
masalah-masalah
publik.
Sedangkan
keterampilan partisipasi meliputi keterampilan beriteraksi, memantau, dan mempengaruhi. Komalasari & Budimansyah (2008:84-85) Dimensi keterampilan kewarganegaraan (Civic Skills) ini dikembangkan dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berperan serta secara efektif dalam masyarakat, pengalaman berperan serta yang dirancang untuk memperkuat kesadaran berkemampuan dan berprestasi unggul dari siswa, dan mengembangkan pengertian tentang pentingnya peran serta aktif warganegara. Untuk dapat berperan secara aktif tersebut diperlukan pengetahuan tentang konsep fundamental, sejarah, isu dan peristiwa aktual, dan fakta yang berkaitan dengan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan itu secara kontektual, dan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan watak dari warganegara (Quigley, dkk, 1991:39). Selanjutnya center for civic education, dalam Setiawan (2009:135-136) menjelaskan bahwa pengembangan keterampilan kewarganegaraan dalam praktek pembelajaran kewarganegaraan dijabarkan sebagai berikut: Keterampilan intelektual meliputi, mengidentifikasi, menggambarkan, menjelaskan, menganalisis, mengevaluasi, mengambil pendapat atau posisi dan mempertahankan pendapat atau posisi. Sedangkan keterampilan partisipasi
6
meliputi, berintaraksi terhadap objek yang berkaitan dengan masalah-masalah publik, memantau atau memonitor masalah politik dan pemerintahan terutama dalam penanganan persoalan-persoalan publik, mempengaruhi proses politik, pemerintah baik secara formal maupun informal Menurut pandang Bently dalam Mujahidin, 2009:7, untuk mewujudkan pendidikan yang baik, perlu diterapkan prinsip pendidikan barbasis luas yang tidak hanya berorientasi pada bidang akademik atau vokasional semata, tetapi juga memberikan bekal learning how to learn sekaligus learning how to unlearn, tidak hanya belajar teori, tetapi juga mempraktekkannya untuk memecahkan problema kehidupan sehari-hari, pendidikan yang mengintregasikan empat pilar pendidikan yang diajukan oleh UNESCO, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together. Pengajaran dan pendidikan adalah dua hal yang berbeda. Sementara kita lebih menitik beratkan pengajaran sehingga menyampingkan pendidikan. Proses pengajaran yang menitik beratkan pada aspek kognitif dan kemampuan teknis semata justru akan melahirkan manusia tukang atau bukan seorang pemimpin yang kaya dengan inovasi serta memiliki komitmen sosial yang kuat, pembelajaran yang bersifat demoktratis, harus memiliki tujuan menghasilkan lulusan yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan mampu mempengaruhi pengambilan keputusan kebijakan publik. Dengan kata lain, pembelajaran harus mampu menanamkan kesadaran dan membekali berperan sebagai warga dalam masyarakat yang demokratis.
7
Kenyataan yang ditemui sehari-hari dikelas ialah bahwa sering kali guru melaksanakan pembelajaran secara tidak efektif. Guru menyajikan pembelajaran yang bertopang pada konsep yang abstrak yang sulit diterima secara utuh dan mendalam. Pemahaman siswa hanya terbatas pada konsep yang abstrak dan sulit diterima siswa secara utuh dan mendalam. Pemahaman siswa hanya terbatas pada konsep yang diajarkan dan lebih banyak sebagai sesuatu yang diingat dan tidak terapresiasi secara mendalam, serta kurang mampu mengkomunikasikannya. Agar siswa bisa belajar lebih aktif, guru harus memunculkan strategi yang tepat dalam memotivasi siswa. Guru harus memfasilitasi siswa agar siswa mendapat informasi yang bermakna, supaya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri. Menurut Budimansyah (2009 : 23), bahwa fokus perhatian dari project citizen ini adalah mengembangkan
civic
knowledge
(pengetahuan
kewarganegaraan),
civic
competence (kompetensi kewarganegaraan) civic confidence (kepercayaan diri kewarganegaraan), civic commitment (komitmen kewarganegaraan), civic kompetense (kompetensi kewarganegaraan) yang bermuara pada berkembangnya “well-informed, reasoned, and responsible decision making (kemampuan mengambil keputusan berwawasan, bernalar, dan bertanggung jawab). Dengan demikian dalam menggunakan project citizen, dapat lebih memotivasi belajar siswa. Lebih
lanjut
Budimansyah
(2008:
184),
selain
pengetahuan
kewarganegaraan, project citizen bertujuan untuk membantu perkembangan berbagai keterampilankewarganegaraan yang penting bagi kewarganegaraan
8
demokrasi. Berbagai aspek dari program tersebut dan interaksi siswa dengan teman sekelas mereka, perwakilan pemerintah, dan organisasi non pemerintah pada
waktu
penelitian
yang
intensif
mengenai
masalah
masyarakat
memungkinkan para siswa memiliki banyak kesempatan untuk menerapkan keterampilan intelektual dan keterampilan partisipasi. Kemudian, melalui keikutsertaan mereka dalam project citizen, para siswa memiliki satu kesempatan untuk mengembangkan berbagai watak kewarganegaraan dari masyarakat yang demokratis seperti arti nilai politik, kepentingan politik, komitmen terhadap pelaksanaan hak kewarganegaraan yang demokratis, komitmen terhadap tanggung jawab
kewarganegaraan,
komitmen
terhadap
konstitusionalisme,
dan
kecenderungan untuk berpartisipasi. Ciri-ciri pembawaan ini, yang dapat dikembangkan melalui project citizen, mendorong partisipasi yang bertanggung jawab dan efektif oleh warganegara dalam demokrasi yang mereka jalankan. Guna membangun masyarakat yang demokratis diperlukan pendidikan agar warganya dapat berpikir kritis dan memahami permasalahan yang ada. Dengan demikian civic education akan menghasilkan suatu pendidikan yang demokratis dengan melahirkan generasi masa depan yang cerdas, terbuka, mandiri dan demokratis. Dalam civic education juga didalamnya mengembangkan tiga komponen utama:
pengetahuan
kewarganegaraan
(civic
knowledge),
keterampilankewarganegaraan (civic skills), dan watak-watak kewarganegaraan (civic dispositions). Civic education memberdayakan warganegara untuk dapat membuat pilihan yang bijak dan penuh kesadaran dari berbagai alternatif yang
9
ditawarkan, memberikan pengalaman-pengalaman dan pemahaman yang dapat memupuk berkembangnya komitmen yang benar terhadap nilai-nilai dan prinsip yang memberdayakan sebuah masyarakat bebas untuk tetap bertahan. Civic education bukan hanya meningkatkan partisipasi warganegara, tetapi juga menanamkan partisipasi yang berkompeten dan bertanggung jawab dan kompeten harus didasarkan pada perenungan (refleksi), pengetahuan dan tanggung jawab moral. Civic education lebih dipentingkan karena menekankan pada : pertama, civic education tidak hanya sekedar melayani kebutuhan-kebutuhan warga dalam memahami masalah-masalah sosial politik yang terjadi, tetapi lebih dari itu. Ia pun memberikan informasi dan wawasan tentang berbagai hal menyangkut cara-cara penyelesaian masalah dalam konteks ini, civic education juga menjanjikan civic knowledge yang tidak saja menawarkan solusi alternatif, tetapi juga sangat terbuka dengan kritik (konstruktif). Kedua, civic education dirasakan sebagai sebuah kebutuhan mendesak
karena merupakan sebuah proses yang mempersiapkan
partisipasi rakyat untuk terlibat secara aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara demokratis. B. Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang masalah diatas, rumusan masalah penelitian yaitu : Apakah terdapat perbedaan signifikan keterampilan kewarganegaraan siswa kelas yang menggunakan project citizen dengan kelas konvensional .
10
Berdasarkan masalah penelitian di atas, dirumuskan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan keterampilan kewarganegaraan siswa yang menggunakan project citizen dengan yang tidak menggunakan project citizen? 2. Apakah terdapat perbedaan keterampilan intelaktual siswa yang menggunakan project citizen dengan yang tidak menggunakan project citizen? 3. Apakah
terdapat
perbedaan
keterampilan
partisipatoris
siswa
yang
menggunakan project citizen dengan yang tidak menggunakan project citizen?
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan umum Tujuan penelitian berisi uraian tentang rumusan hasil yang akan dicapai oleh peneliti, yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan “mengapa penelitian dilakukan”. Secara umum, penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran
dan
perbedaan keterampilan kewarganegaraan siswa
yang
menggunakan project citizen dengan yang tidak menggunakan project citizen dalam materi kemerdekaan mengemukakan pendapat. 2. Tujuan Khusus Secara khusus tujuan penelitian ini adalah bertujuan untuk menggali, mengkaji
dan mengorganisasikan informasi-argumentatif dan
hipotesis serta mengungkap :
menguji
11
1. Ada tidaknya perbedaan keterampilan kewarganegaraan siswa yang menggunakan project citizen dengan yang tidak menggunakan project citizen? 2. Ada tidaknya perbedaan keterampilan intelaktual siswa yang menggunakan project citizen dengan yang tidak menggunakan project citizen? 3. Ada
tidaknya
perbedaan
keterampilan
partisipatoris
siswa
yang
menggunakan project citizen dengan yang tidak menggunakan project citizen?
D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara keilmuan (teoritik) maupun secara empirik (praktik). Secara teoritik, penelitian ini akan menggali, mengkaji dan mengorganisasikan perbedaan kelas yang menggunakan project citizen dengan kelas konvensional terhadap keterampilan kewarganegaraan siswa dalam materi kemerdekaan mengemukakan pendapat. Dari temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi beberapa pihak sebagaimana diuraikan berikut ini : 1. Bagi guru, diharapkan dijadikan salah satu rujukan dalam menerapkan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dengan project citizen yang dapat meningkatkan keterampilan kewarganegaraan siswa. 2. Bagi siswa, diharapkan dapat memberikan masukan dan motivasi mengenai pembelajaran
project
citizen
kewarganegaraan (civic skills).
dalam
meningkatkan
keterampilan
12
3. Bagi penulis, dapat menambah wawasan penelitian dalam memahami pembelajaran project citizen serta masukan dalam kegiatan peran mengajar.
E. Definisi Operasional Dalam judul penelitian ini, terdapat dua konsep utama, yaitu project citizen dan keterampilan kewarganegaraan. 1.
Project Citizen Project Citizen adalah salah satu cara yang bertujuan untuk membantu
perkembangan berbagai keterampilan kewarganegaraaan yang penting bagi kewarganegaraan demokrasi. Berbagai aspek dari program tersebut dan interaksi siswa dengan teman sekelas mereka, perwakilan pemerintah, dan organisasi non pemerintah pada waktu penelitian yang intensif mengenai masalah masyarakat memungkinkan para siswa memiliki banyak kesempatan untuk menerapkan keterampilan intelektual dan keterampilan partisipasi (Budimansyah, 2009: 21) Sedangkan
dimensi-dimensi
yang
terdapat
pada
kemerdekaan
mengemukakan pendapat melalui Project Citizen meliputi: 1.
Identifikasi masalah-masalah dalam kemerdekaan mengemukakan pendapat (X1), dengan indikator : Berbagai informasi tentang masalah pada konsep demokrasi dalam masyarakat.
2.
Pemilihan suatu masalah pada kemerdekaan mengemukakan pendapat sebagai bahan kajian kelas (X2), dengan indikator: 1) Langkah- langkah diskusi kelas. 2) Panduan pemilihan masalah.
13
3.
Mengumpulkan informasi kemerdekaan mengemukakan pendapat (X3), dengan indikator: 1) Aktivitas kelas mengidentifikasi sumber-sumber informasi
kemerdekaan mengemukakan pendapat. 2) Panduan untuk
memperoleh
dan
mendokumentasikan
informasi
kemerdekaan
mengemukakan pendapat. 3) Pekerjaan rumah meneliti masalah yang muncul dalam masyarakat. 4.
Penerapan portofolio kelas (X4), dengan indicator : 1) Bagian tayangan, 2) Bagian dokumentasi, 3) Kriteria penilaian portofolio, 4) Beberapa petunjuk kelompok portofolio.
5.
Menyajikan portofolio (X5), dengan indikator : 1) Presenrtasi awal, 2) forum Tanya jawab.
6.
Merefleksikan pengalaman belajar (X6), dengan indikator: para siswa harus terus melanjutkan mengembangkan keteramapilan kewarganegaraan dalam membuat kebijakan publik.
2. Keterampilan Kewarganegaraan Menurut Setiawan (2009 : 134), Keterampilan kewarganegaraan (Civic Skills),
merupakan
keterampilan
yang
dikembangkan
dari
pengetahuan
kewarganegaraan, agar pengetahuan yang diperoleh menjadi suatu yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi msalah-masalah kehidupan berbangsa dan bernegara. Keterampilan kewarganegaraan (Civic Skills) mencakup Intelectual Skills (Keterampilan Intelektual) dan participation skills (keterampilan partisipasi) terpenting bagi terbentuknya warganegara yang berwawasan luas, efektif dan tanggung jawab antara lain adalah keterampilan
14
berpikir
kritis.
Keterampilan
berpikir
kritis
meliputi
mengidentifikasi,
menggambarkan atau mendeskripsikan, menjelaskan, menganalisis, mengevaluasi, menentukan dan mempertahankan pendapat yang berkenaan dengan masalahmasalah publik. Keterampilan partisipasi dalam demokrasi telah digambarkan oleh Aristoletes dalam bukunya Politics Bronson (1994: 4) yang menyatakan: “jika kebebasan dan kesamaan sebagaimana menurut sebagian pandapat orang dapat diperoleh terutama dalam demokrasi, maka kebebasan dan kesamaan itu akan dapat dicapai apabila semua orang tanpa kecuali ikut ambil bagian sepenuhnya dalam pemerintahan”. Dengan kata lain cita-cita demokrasi dapat diwujudkan dengan sesunguhnya bila setiap warganegara dapat berpartisipasi dalam pemerintahannya. Dimensi-dimensi yang terdapat dalam keterampilan kewarganegaraan adalah: 1.
Keterampilan Intelektual dengan indicator meliputi : 1) mengidentifikasi, 2) menggambarkan, 3) menjelaskan, 2) menganalisa, 5) mengevaluasi pendapat,
6)
mengambil
pendapat/posisi,
7)
mempertahankan
pendapat/Posisi. 2.
Keterampilan Parrtisipasi, dengan indikator meliputi : 1) berinteraksi, 2) memantau/memonitor, 3) mempengaruhi.
15
F.
Asumsi Penelitian Berdasarkan kerangka konseptual di atas dirumuskan asumsi dasar
penelitian sebagai berikut: 1.
Project
Citizen
diharapkan
dapat
meningkatkan
keterampilan
kewarganegaraaan khususnya pada keterampilan intelektual dan keterampilan partisipasi. Kemudian akan dihasilkan sumber daya manusia (human resources) yang trampil dalam mengambil keputusan saat mengemukakan pendapat berlangsung. 2.
Berkaitan dengan hal tersebut diharapkan setiap warganegara perlu memiliki pemahaman mengenai kemerdekakan mengemukakan pendapat untuk mendukung terciptanya warganegara yang berkualitas trampil dalam mengambil keputusan, supaya masyarakat memiliki kompetensi yang bersaing sangatlah dibutuhkan saat ini. Salah satu strategi penting adalah dengan menggunakan project citizen di sekolah, dimana project citizen akan lebih mengenal siswa mengenai realitas kehidupan yang sesungguhnya.
3.
PKn kaya akan nilai jika para siswa ikut ambil bagian secara aktif dalam kehidupan politik dan bernegara (Branson dalam Budimansyah 2007:182)
4.
Agar pembelajaran PKn bermakna mesti ditunjang oleh berbagai strategi belajar yang berorientasi pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah sosial yang bertujuan memfasilitasi siswa untuk menjadi warganegara yang dewasa (Djunaedi, 2007:91)
5.
Para siswa yang dilibatkan dalam pembelajaran secara langsung akan lebih antusias dan bersemangat (Rusyan, 2002:127)
16
G. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah “terdapat perbedaan signifikan keterampilan kewarganegaraan siswa kelas yang menggunakan project citizen dengan yang tidak menggunakan project citizen. Untuk lebih spesifik dan jelasnya, hipotesis tersebut dapat dikembangkan menjadi beberapa hipotesis sebagai berikut : 1.
Terdapat perbedaan signifikan antara keterampilan kewarganegaraan siswa yang menggunakan project citizen dengan yang tidak menggunakan project citizen.
2.
Terdapat perbedaan signifikan antara keterampilan intelektual siswa yang menggunakan project citizen dengan yang tidak menggunakan project citizen.
3.
Terdapat perbedaan signifikan antara keterampilan partisipatoris siswa yang menggunakan project citizen dengan yang tidak menggunakan project citizen.
H. Metodologi Penelitian 1.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
metode quasi experiment. Menurut Creswell (2010:238) menjelaskan bahwa dalam quasi experiment, peneliti menggunakan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, namun tidak secara acak memasukkan (non random assignment) para partisipan kedalam dua kelompok tersebut. Selanjutnya Creswell (2010:242) dalam kuasi eksperimen menggunakan pre-test dan post-test.
17
2.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data utama menggunakan teknik kuesioner dengan
instrument tes, rating scale, dan skala sikap. Teknik pengumpulan data pendukung digunakan observasi lapangan, dan studi dokumentasi sesuai kebutuhan.
3.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Analisis
data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
statistic deskriptif dan statistic inferensial. Statistic deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian dalam bentuk visualisasi berupa bagan atau tabel prosentase dari jawaban responden terhadap indikator permasalahan. Sedangkan statistic inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik analisis korelasi dan regresi. Untuk menguji hipotesa menggunakan uji normalitas data dan uji hipotesa penelitian meliputi korelasi pearson product moment. I. Lokasi dan Subjek Penelitian
Adapun yang dijadikan lokasi dalam penelitian ini adalah SMP Kahuripan Jl. Kolonel Masturi no 55 Lembang, Bandung Barat 40391. Subjek penelitian yang peneliti jadikan sumber data meliputi: Guru dan siswa kelas VII A SMP Kahuripan Lembang Bandung dikarenakan guru mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan Kahuripan Lembang Bandung pernah mengikuti kegiatan project citizen yang dilaksanakan oleh SMPN 1 Lembang Bandung.