1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perkembangan remaja memang suatu fenomena yang penting untuk kita bahas, berikut beberapa klasifikasi perkembangan remaja, Perkembangan Fisik terjadi Perubahan dramatis dalam bentuk dan ciri-ciri fisik berhubungan erat dengan mulainya pubertas. Aktivitas kelenjar pituitary pada saat ini berakibat dalam sekresi hormon yang meningkat, dengan efek fisiologis yang tersebar luas. Hormon pertumbuhan memproduksi dorongan pertumbuhan yang cepat, yang membawa tubuh mendekati tinggi dan berat dewasanya dalam sekitar dua tahun (Kespro, 2007). Dorongan pertumbuhan terjadi lebih awal pada pria dari pada wanita, juga menandakan bahwa wanita lebih dahulu matang secara seksual daripada pria. Pencapaian kematangan seksual pada gadis remaja ditandai oleh kehadiran menstruasi dan pada pria ditandai oleh produksi sperma. Di samping itu ciri-ciri seksual sekunder: rambut wajah, tubuh, dan kelamin dan suara yang mendalam pada pria, pembesaran payudara, dan pinggul lebih lebar pada wanita. Perubahan fisik dapat berhubungan dengan penyesuaian psikologis remaja. Beberapa studi menganjurkan bahwa individu yang menjadi dewasa di usia dini lebih baik dalam menyesuaikan diri daripada rekan-rekan mereka yang menjadi dewasa lebih lambat (Kespro, 2007).
1
Pubertas pada siswi atau remaja putri umumnya terjadi pada usia 9-16 tahun. Tampaknya usia pubertas dipengaruhi oleh faktor kesehatan dan gizi, juga faktor sosial-ekonomi dan keturunan. Siswi yang gemuk cenderung mengalami siklus menstruasi pertama lebih awal. Sedangkan siswi yang kurus dan kekurangan gizi cenderung mengalami siklus menstruasi pertama lebih lambat (Widya 2010). Perubahan fisik pubertas dimulai sekitar usia 10 atau 11 tahun pada remaja putri, kira-kira 2 tahun sebelum perubahan pubertas pada remaja lakilaki. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja, sementara itu perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya sehingga mereka sering merisaukan bentuk tubuhnya yang kurang proporsional tersebut. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapatkan informasi tentang perubahan tersebut maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya, tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi, maka akan merasakan pengalaman yang negatif (Soetjiningsih, 2004). Menurut WHO (2010) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang. Data demografi di Amerika Serikat (2010) menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun. Sekitar 15 % populasi. Di Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan 60 % dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur 10 - 19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (2004)
kelompok umur 10 - 19 tahun adalah sekitar 22 % yang terdiri dari 50,9 % remaja laki-laki dan 49,1 % remaja perempuan (Nancy P, 2009). Sedangkan jumlah penduduk di propinsi Aceh tahun 2013 adalah 4.477.083 jiwa dan jumlah remaja usia 10-14 tahun adalah 714.615 jiwa sedangkan yang berusia 15-19 tahun adalah 761.516 jiwa (Profil Kesehatan Provinsi Aceh, 2013). Sementara itu Jumlah penduduk di Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya tahun 2013 jumlah remaja adalah 2.948 orang dari 18.711 jiwa (15,7%). Menurut data yang di peroleh dari SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya, dengan jumlah seluruh siswa 240 orang. Dari hasil wawancara terhadap 9 siswa di SMP Negeri 1 Padang Panyang, ada diantaranya tidak mengetahui tentang pubertas, mereka mengatakan pubertas itu merupakan masa menuju dewasa, dimana remaja menganggap bahwa pada masa ini remaja sudah boleh melakukan hal-hal yang dilakukan oleh orang dewasa pada umumnya. Didukung pula adanya fakta bahwa ada dua orang tua yang meminta pemeriksaan terhadap anaknya
dengan korban pelecehan seksual yang
dilakukan oleh siswa SMP. Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja putri dalam menghadapi pubertas di SMP Negeri 1 Padang panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi remaja putri dalam menghadapi pubertas di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja putri dalam menghadapi pubertas di SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupten Nagan Raya.
2.
Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan remaja putri tentang pubertas di SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya b. Untuk mengetahui pengaruh perubahan fisik remaja putri pada saat pubertas di SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya c. Untuk mengetahui pengaruh informasi remaja putri tentang pubertas di SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya
d. Untuk mengetahui pengaruh tingkah laku remaja putri pada saat pubertas di SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1.
Bagi Tempat Penelitian Sebagai masukan informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan remaja tentang pubertas.
2.
Bagi Instansi Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa jurusan kebidanan.
3.
Bagi penelitian Dapat memberikan masukan hal - hal apa saja yang telah diteliti sehingga digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
4.
Bagi Responden Sebagai bahan informasi dan dapat menambah pengetahuan remaja putri di SMP Negeri 1 Kuala Pesisir tentang pubertas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pubertas 1. Pengertian Pubertas Pubertas adalah suatu tahap dalam kehidupan remaja yang lebih dilandasi oleh perubahan fisik yang kemudian dikaitkan dengan perkembangan kebutuhan psikologisnya. Ia terletak diantara tahap-tahap perkembangan psikologis di atas tetapi rentang umur biologisnya lebih jelas (Soetjiningsih, 2004). Istilah pubertas berasal dari kata pubes yaitu bagian dari tubuh yang menutupi bagian depan tulang pinggul dan di dalam area itu terdapat alat kelamin. Pubertas dapat diartikan sebagai tahap ketika seorang remaja memasuki kematangan seksual dan mulai berfungsinya organ-organ reproduksi (Soetjiningsih, 2004). Awal pubertas terjadi pada umur antara 9 - 13 tahun, pada beberapa anak pubertas terjadi di atas umur tersebut. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa munculnya masa pubertas dipengaruhi oleh status gizi dan kegiatan fisik. Gadis-gadis yang kurang gizi, yang melakukan diet dan berusaha menurunkan berat badannya dengan berbagai cara, mengalami keterlambatan dalam saat menarche. (Widya,2005). Pubertas dibagi menjadi 2, yaitu : Pubertas prekok dan pubertas terlambat.
a. Pubertas prekok Bila tanda-tanda pubertas ditemukan sebelum umur 8 tahun pada perempuan dan sebelum umur 9 tahun pada laki-laki. Pubertas prekok dapat
diklasifikasikan
berdasarkan
aktivitas
dari
aksis
neuroendokringonud. Pada anak perempuan tanda fisik yang khas adalah adanya telarche atau pembesaran payudara dan adanya pubarche atau pertumbuhan rambut pubis serta terjadinya menstruasi. Pada anak laki-laki pubertas ditandai dengan membesarnya volume testis, diikuti dengan pertumbuhan rambut pubis dan bertambah panjangnya ukuran penis. Pada anak-anak dengan pubertas prekok kadar hormon FSH dan LH meningkat sesuai masa pubertas. Untuk mengetahui lokasi kerusakan Hipotalamus atau di Hipofise dengan tes stimulasi dari GnRH. Berdasarkan penyebabnya pubertas prekok dibagi menjadi : 1) Pubertas prekok tergantung gonadotropin (GDPP) Disebabkan karena terangsangnya secara lebih awal aksis Hipotalamus - Hipofise yang normal, selain itu penyebab GDPP bisa berupa trauma kepala, tumor otak, hidrosepalus. 2) Pubertas
prekok
tidak
tergantung
gonadotropin
(GIPP)
GIPP sering disebut juga pubertas perifer, dimana GIPP ini disebabkan oleh tidak normalnya produksi hormon seks steroid dan tidak ada aktifasi dari aksis Hipotalamus - hipofise. Penanganan pubertas prekok : tipe GDPP adalah GnRH agonis akan menyebabkan menurunnya kadar FSH dan LH serta rendahnya kadar
seks
steroid.
Sedangkan
medroxiprogesteron menstruasinya
dan
asetat
pada (Depo
gangguan
GIPP
dapat
diberikan
provera),
dapat
mencegah
psikologisnya.
Dosis
yang
direkomendasikan 54 mg/bulan, intramuscular (Widyastuti, 2009). b. Pubertas terlambat Pada perempuan didefinisikan tidak membesarnya payudara sampai umur 13 tahun atau tidak adanya menstruasi sampai umur 15 tahun. Pada laki-laki didefinisikan bila panjang testis tidak mencapai 2,5 cm atau volume testis tidak mencapai 4 ml sampai umur 14 tahun. Etiologi a. Hipergonadotropic hipogonadism Kadar gonadotropic (FSH dan LH) meningkat namun kadar hormon sel steroid seperti testosteron dan estrogen tetap rendah, hal ini menandakan kerusakan tidak pada aksis Hipotalamus Hipofise. b. Hipogonadotropic Hipogonadism. Pertumbuhan normal selama fase anak tetapi sedikit terjadi peningkatan pertumbuhan selama pubertas. Pengobatan yang digunakan tergantung penyebabnya dan yang sering digunakan adalah seks steroid dosis rendah ditingkatkan secara bertahap dimana pada laki-laki digunakan testosteron enante intramuskular dan pada perempuan digunakan estrogen dan medrokiprogesteron.
Dengan menggunakan seks steroid dosis rendah yang ditingkatkan secara bertahap akan terangsang secara alamiah dengan efek samping yang minimal pada pertumbuhan (Soetjiningsih, 2004).
2. Kesiapan Remaja dalam Menghadapi Pubertas Tingkat kerawanan masa remaja memang sudah sedemikian mengkhawatirkan. Apabila gejala seperti ini tidak mendapat penanganan yang serius, maka hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kualitas generasi kita di tahun-tahun mendatang. Sejak berabad-abad silam Islam telah memberikan paket solusi yang tepat, namun sayangnya hal ini banyak dilupakan orang, termasuk oleh kaum muslim itu sendiri (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja adalah masa transisi yang penuh gejolak. Pada masa ini mulai terjadi perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik, organ-organ tubuh tertentu, seperti organ reproduksi atau organ seksual dan jaringan syaraf mulai berfungsi. Sedangkan secara psikis, mulai mengalami
perkembangan
emosional
dengan
ditandai
adanya
kecenderungan terhadap lawan jenis, adanya keinginan untuk memiliki teman khusus yang disukai, dan mulai melepaskan diri dari kendali orang tua, dan lain-lain (Soetjiningsih, 2004). Oleh karena itu, masa ini merupakan fase terpenting dalam kehidupan manumur. Dorongan-dorongan seksual mulai muncul. Apabila tidak diarahkan secara tepat, maka dorongan-dorongan itu akan dapat
menjerumuskan para remaja. Apalagi sekarang faktor lingkungan sangat merangsang munculnya penyimpangan seksual (zina). Acara-acara di televisi, tabloid, majalah, internet dan media-media lainnya dapat merangsang untuk mencoba dan menyalurkannya pada hal-hal yang haram Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa ini , disertai dengan gejala-gejala khusus dalam tingkah laku yang menuntut perhatian dan pengawasan.
Pada
saat
ini,
mulai
muncul
misteri-misteri
yang
mengundang kebingungan dan kegelisahan (Arya, 2004).
3. Pemahaman Remaja tentang Pubertas Sering
remaja
malah
terjebak
dengan
mitos-mitos
seputar
permasalahan seks. Pesatnya perkembangan informasi saat ini dan ditambah keingin tahuan remaja tentang masalah seks yang begitu besar sering mengakibatkan remajamengalami perubahan pola fikir. Perubahan itu mempengaruhi cara pandang remaja terhadap seksualitas dan bentuk prilaku seksual tersendiri (Rahmawati, 2008). Remaja pada umumnya kurang mengenali organ tubuhnya. Tidak sedikit diantara mereka yang bertanya pada teman sebaya tentang perubahan fisik yang dialami. Dan tidak sedikit pula diantaranya yang terjebakinformasi salah, sehingga perilaku menyimpang dari remaja sering kita temukan. Banyak remaja yang tidak mengerti mengapa terjadi perubahan ragawi pada merka. Remaja putri mulai mengalami masa menstruasi, tumbuhnya payudara, tumbunya rambut dibagian- bagian tertentu, sampai kemunculan
jerawat yang menimbulkan rasa rendah diri. Sedangkan remaja pria mulai merasakan tumbuhnya jakun yang berakibat pada perubahan suara yang cenderung berat dan besar. Ereksi yang biasanya hanya dirasakan setiap pagi mulai dirasakan pada saat tertentu. Semua ini kerap melahirkan belasan pertanyaan di benak mereka. Namun repotnya, mereka malu bertanya pada sumber yang tepat (Rahmawati,2008). Sementara itu, Orang tua berharap pubertas atau proses pematangan organ reproduksi dengan sendirinya akan membentuk pemahaman remaja bahwa sistem reproduksi sudah terjadi. Namun, karena anggapan bahwa pendidikan seks masih tabu mengakibatkan remaja tersebut malu untuk bertanya pada orang tuanya dan orang tua pun menganggap tidak perlu diberikan penjelasan hal tersebut kepada anaknya karena mereka berfikir, anak tersebut akan mengerti dengan sendirinya berjalan menuju kedewasaannya. Selain itu, rendahnya pengetahuan remaja tentang pengetahuan kesehatan reproduksi,
menyebabkan mereka lebih
mempercayai sumber-sumber
informasi yang tidak sepatutnya untuk di jadikan bahan rujukan. Diantaranya VCD porno, internet, dan media massa (baik dalam bentuk koran maupun tabloid). Sekolah yang seharusnya bisa dijadikan tempat untuk memberikan informasi kepada siswanya, dengan alasan-alasan tertentu justru menjadi sebaliknya. Akhirnya remaja lebih akrab untuk mengakses berbagai informasi yang tidak sebenarnya. Kenyataan yang menyedihkan sekali ketika banyak remaja justru tidak mengetahui apa dan bagaimana cara mereka mendapatkan pelajaran dan pengetahuan tentang masalah seks. Banyak remaja yang
melakukan hubungan seksualsebelum menikah ternyata banyak yang tidak disadari oleh pengetahuan yang cukup berkaitan dengan prilakunya (Rahmawati, 2008) Langkah awal yang harus dipahami oleh remaja adalah mengenali proses pematangan organ reproduksi mereka. Oleh karena itu, peningkatan kesadaran terhadap tubuh sendiri dan pemahaman bahwa tubuhnya adalah miliknya dan tanggung jawabnya, sangat diperlukan khususnya bagi remaja perempuan. Misalnya ketika bersama kekasihnya, kemampuan berkata “tidak” yang sering kali berhubungan erat dengan rasa percaya diri, harus selalu dilatihkan. Remaja laki-laki juga harus sering diajak mengembangkan kemampuan mengelola dorongan seksualnya dan menghormati
perempuan.
(Laurike, 2004).
B. Defenisi Remaja Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif. Remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara umur 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun yaitu menjelang masa dewasa muda. Remaja tidak mempunyai tempat yang jelas, yaitu bahwa mereka tidak termasuk golongan anak-anak tetapi tidak juga termasuk golongan orang dewasa.
Batasan remaja menurut WHO: remaja adalah suatu masa dimana: a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh dengan keadaan yang relatif lebih mandiri. Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati sebagai berikut: a. Masa remaja awal /dini (Early adolescence) umur 11 - 13 tahun. b. Masa remaja pertengahan (Middle adolescence) umur 14 -16 tahun. c. Masa remaja lanjut (Late adolescence) umur 17 - 20 tahun. (Soetjiningsih, 2004).
1. Masa Pra Remaja Masa pra remaja adalah suatu tahap untuk memasuki tahap remaja yang sesungguhnya. Pada masa ini ada beberapa indikator yang telah dapat ditentukan untuk menentukan indentitas gender laki-laki atau perempuan. Ciri-ciri perkembangan seksual pada masa ini antara lain ialah : perkembangan fisik yang masih tidak banyak berbeda dengan sebelumnya. Pada masa ini juga mereka sudah mulai senang mencari tahu informasi tentang seks dan mitos seks baik dari teman sekolah, keluarga atau dari sumber lainnya.
2. Masa Remaja Awal Merupakan tahap awal remaja sudah mulai tampak ada perubahan fisik yaitu: fisik sudah mulai matang dan berkembang, remaja sudah mulai mencoba melakukan onani karena telah sering kali terangsang secara seksual akibat pematangan yang dialami. Rangsangan ini diakibatkan oleh faktor internal yaitu meningkatnya kadar testosterone pada laki-laki dan estrogen pada perempuan. Hampir sebagian besar dari laki-laki pada periode ini tidak bisa menahan untuk tidak melakukan onani, sebab pada masa ini mereka sering kali mengalami fantasi. Selain itu tidak jarang dari mereka yang memilih untuk melakukan aktivitas non fisik untuk melakukan fantasi atau menyalurkan perasaan cinta dengan teman lawan jenisnya yaitu dengan bentuk hubungan telephone, surat menyurat atau menggunakan sarana computer (Adriaansz, 2008) 3. Masa Remaja Menengah Pada masa ini para remaja sudah mengalami pematangan fisik secara penuh yaitu anak laki-laki sudah mengalami mimpi basah sedangkan anak perempuan sudah mengalami haid (Soetjiningsih, 2004). 4. Remaja Akhir Pada masa ini remaja sudah mengalami perkembangan fisik secara penuh, sudah seperti orang dewasa, mereka telah mempunyai perilaku seksual yang sudah jelas dan mereka sudah mulai mengembangkannya dalam bentuk pacaran. Pada tahap ini juga remaja telah mencapai
kemampuan
untuk
mengembangkan
cita-citanya
sesuai
dengan
pengalaman dan pendidikannya (Soetjiningsih, 2004).
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Putri Tentang Pubertas Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi remaja putri tentang pubertas adalah sebagai berikut: 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan. Pengetahuan adalah hasil tahu yang berasal dari proses penginderaan manusia terhadap obyek tertentu. Proses penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu melalui indera pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan dasar yang paling penting dalam membentuk tindakan seseorang (Fitriani, 2011). Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui mengenai hal atau sesuatu,
pengetahuan
dapat
mengetahui
perilaku
seseorang.
Pengetahuan ibu-ibu tentang kesehatan anak merupakan salah satu faktor yang mendukung ibu-ibu yang mempunyai balita dalam pemberian vitamin A. Semakin tinggi ilmu pengetahuan, maka wawasan yang didapatkan akan semakin luas (Agustyani, 2012).
b. Tingkat Pengetahuan Menurut Fitriani (2012) Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yakni : 1) Tahu ( Know ) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah diperoleh sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari
antara
lain
menyebutkan,
menguraikan,
mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya. 2) Memahami ( Comprehension ) Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat mejelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebaginya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi ( Application ) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis ( Analysis ) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis ( Synthesis ) Sintesis
menunjuk
kepada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. 6)
Evaluasi ( Evaluation ) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah ada (Fitriani, 2011).
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ada banyak faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain: 1) Umur 2) Informasi 3) Sikap 4) Sosial budaya 5) Lingkungan 6) Peranan orang tua 7) Peranan tenaga kesehatan
2. Perubahan Fisik a. Pengertian Perubahan fisik adalah terjadinya perubahan secara biologis yang ditandai dengan kematangan organ seks primer maupun organ seks sekunder yang dipengaruhi oleh kematangan hormon seksual (Dariyo, 2004 ). b. Perubahan Fisik yang Terjadi Pada Remaja Menurut Indisari ( 2004 ) perubahan fisik yang terjadi pada remaja yaitu : 1) Pinggul melebar / membesar Pinggul terdiri dari dua bagian, bagian keras yang dibentuk tulang dan bagian lunak yang dibentuk oleh otot-otot dan ligamen. Pinggul yang melebar atau
membesar tidak mempunyai arti penting dalam ilmu kebidanan. Lebarnya pinggul dapat menambah keindahan dan kecantikan. 2) Payudara mulai membesar Pertumbuhan buah dada juga bertahap. Mula-mula pucuk buah dadalah yang berkembang, kemudian diikuti dengan penggelapan warna sekitar puting susu, dan pada tahap terakhir jaringan buah dada sendirilah yang
semakin
berkembang
terus.
Selama
tahap-tahap
pertumbuhan ini buah dada kadang terasa lunak dan sakit. 3) Timbulnya
rambut
di
daerah
kemaluan
dan
ketiak
Fungsi rambut disekitar alat kelamin adalah untuk menjaga kelembapan disekitar vagina agar suhunya relatif stabil. 4) Bibir dari alat kelamin luar semakin berkembang Bibir kelamin luar atau labia berada di bagian luar vagina. Ada yang disebut bibir besar ( labia mayora ) dan ada yang disebut bibir kecil ( labia minora ). Bibir besar adalah bagian yang paling luar yang biasanya tumbuhi bulu, bibir kecil terletak dibelakang bibir besar dan banyak mengandung syaraf pembuluh darah. 5) Rahim semakin membesar Rahim atau uterus yaitu tempat calon bayi dibesarkan. Setiap bulan rahim melapisi dinding rahim dengan lapisan khusus untuk menerima ovum yang telah dibuahi oleh sperma. Bila
terjadi kehamilan maka lapisan tersebut akan runtuh dalam bentuk darah haid. 6) Perubahan dalam tinggi dan berat badan Tinggi rata-rata anak perempuan pada usia 12 Tahun adalah sekitar 59 atau 60 inci. Tetapi, pada usia 18 tahun tinggi ratarata remaja perempuan hanya 64 inci. tinggi anak laki-laki dan anak perempuan selama masa remaja sekitar 9 atau 10 inci dan setelah itu pertumbuhan relatif lebih sedikit, maka perempuan pada akhirnya lebih pendek di banding rata-rata pria. Percepatan pertumbuhan badan juga terjadi dalam penambahan berat badan, yakni sekitar 10 kg bagi anak-anak perempuan meskipun berat badan juga mengalami peningkatan selama masa remaja namun ia lebih mudah dipengaruhi, seperti melalui diet, latihan, dan gaya hidup umumnya. Oleh karena itu, perubahan berat lebih sedikit dapat diramalkan dibanding dengan tinggi. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Fisik Pada Remaja 1) Gen Perubahan seseorang ditentukan oleh faktor keturunan. Secara mudah dikatakan bahwa seorang anak akan besar dan tinggi bila ayah dan ibunya berpostur tubuh besar dan tinggi.
2) Hormonal Perkembangan hormon mempengaruhi pada pertumbuhan fisik seperti peristiwa matangnya alat reproduksi yang diatur oleh hormon estrogen untuk anak perempuan serta hormon progesteron untuk anak laki-laki. 3. Informasi Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Notoatmodjo, 2007).
4. Sikap a. Konsep Dasar Sikap 1) Pengertian Sikap merupakan relasi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang
terhadap
suatu
stimulus
atau
objek
(Notoatmodjo, 2007). Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya Sikap adalah kesiapan merespons yang sifatnya positif atau negatif terhadap suatu objek atau situasi secara konsiten b. Struktur Sikap Menurut Azwar Saifuddin ( 1995 ) yang dikutip oleh Sunaryo (2004) bahwa sikap memiliki tiga komponen yang membentuk stuktur sikap, yang ketiganya saling menunjang, yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif. 1) Komponen kognitif ( cognitive ) Dapat disebut juga komponen perseptual, yang berisi kepercayaan individu. Kepercayaan tersebut berhubungan dengan hal-hal bagaimana individu mempersepsi terhadap objek sikap, dengan apa yang dilihat dan diketahui (pengetahuan), pandangan, keyakinan, pikiran,
pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari orang lain. 2) Komponen Afektif ( komponen emosional ) Komponen ini menunjuk pada dimensi emosional subjektif individu, terhadap objek sikap, baik yang positif ( rasa senang ) maupun negatif ( rasa tidak senang ). Reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh apa yang kita percayai sebagai sesuatu yang benar terhadap objek sikap tersebut. 3) Komponen Konatif Disebut juga komponen perilaku, yaitu komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi atau kecenderungan
bertindak
terhadap
objek
sikap
yang
dihadapinya. ( Sunaryo, 2004 ) c. Tingkatan Sikap Sikap memiliki 4 tingkat, dari yang terendah hingga yang tertinggi, yaitu : 1) Menerima ( receiving ) Pada tingkat ini individu ingin dan memperhatikan rangsangan (stimulus) yang diberikan. 2) Merespons ( responding ) Pada tingkat ini, sikap individu dapat memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
3) Menghargai ( valuing ) Pada tingkat ini, sikap individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. 4) Bertanggung jawab ( reponsible ) Pada tingkat ini, sikap individu akan bertanggung jawab dan siap menanggung segala risiko atas segala sesuatu yang telah dipilihnya. d. Ciri-ciri Sikap 1) Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari ( learnability ) dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu dalam hubungan dengan objek. 2) Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu sehingga dapat dipelajari. 3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap. 4) Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada sekumpulan / banyak objek. 5) Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar. 6) Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga membedakan dengan pengetahuan. ( Sunaryo, 2004 ) e. Pembentukan dan Pengubahan Sikap Faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengubahan sikap
1) Faktor Internal Faktor internal berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini individu menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu yang datang dari luar, serta menentukan mana yang akan diterima dan mana yang tidak. Hal-hal yang diterima atau tidak berkaitan erat dengan apa yang ada dalam diri individu. Oleh karena itu,
faktor individu merupakan faktor penentu
pembentukan sikap. Faktor intern ini menyangkut motif dan sikap yang bekerja dalam diri individu pada saat itu, serta yang mengarahkan minat dan perhatian ( faktor psikologis ), juga perasaan sakit, lapar, dan haus ( faktor fisiologis ). 2) Faktor Eksternal Faktor ini berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk membentuk dan mengubah sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat langsung, misalnya individu dengan kelompok. Dapat juga bersifat tidak langsung, yaitu melalui perantara, seperti : alat komunikasi dan media masa baik elektronik maupun non elektronik. ( Sunaryo, 2004 ) Menurut Sarlito Wirawan Sarwono ( 2007 ), ada beberapa cara untuk membentuk atau mengubah sikap individu, yaitu :
a) Adopsi Adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui kejadian yang terjadi berulang dan terus-menerus sehingga lama kelamaan secara bertahap hal tersebut akan diserap
oleh
individu,
dan
akan
mempengaruhi
pembentukan serta perubahan terhadap sikap individu. b) Diferensiasi Deferensiasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap karena sudah dimilikinya pengetahuan, pengalaman, intelegensi, dan bertambahnya umur. Oleh karena itu, halhal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri dan lepas dari jenisnya sehingga membentuk sikap tersendiri. c) Integrasi Integrasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap yang terjadi secara tahap demi tahap, diawali dari macam-macam
pengetahuan
dan
pengalaman
yang
berhubungan dengan objek sikap tertentu sehingga pada akhirnya akan terbentuk sikap terhadap objek tersebut.
d) Trauma Trauma adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap
melalui
suatu
kejadian
secara
tiba-tiba
dan
mengejutkan sehingga meninggalkan kesan mendalam dalam diri individu tersebut. Kejadian tersebut akan membentuk atau mengubah sikap individu terhadap kejadian sejenis. e) Generalisasi Generalisasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap karena pengalaman traumatik pada diri individu terhadap hal tertentu, dapat menimbulkan sikap negatif terhadap semua hal yang sejenis atau sebaliknya. Sikap yang ditunjukkan pada saat masa pubertas adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang lebih tepat, terhadap hal tertentu baik secara positif maupun negatif. Sikap remaja yang positif artinya dapat menerima proses masa pubertas sebagai suatu hal yang fisiologis dan normal sifatnya merupakan pertanda yang baik terhadap kesehatan reproduksinya. Sebaliknya sikap negatif terhadap masa pubertas dimana remaja berusaha menolak proses fisiologis tersebut maka akan berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mentalnya karena hal ini dianggap sebagai suatu penyakit atau beban baru baginya (Syah M, 2012).
5.
Kerangaka teori Penelitian Menurut Sunaryo (2004) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Remaja Putri tentang Pubertas adalah sebagai berikut: Pengetahuan Informasi Sikap Sosial Budaya
Pubertas
lingkungan Peran orang tua Peran Petugas Kesehatan Perubahan fisik Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
6.
Kerangka konsep Penelitian Menurut Notoatmodjo (2005) yang dimaksud dengan kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian- penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan pengertian diatas maka dibuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Independen
Dependen
pengetahuan Perubahan fisik pubertas Sumber informasi Sikap
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
7.
Hipotesis Penelitian 1) Ha : Ada pengaruh antara pengetahuan Remaja Putri dengan pubertas di SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupten Nagan Raya 2) Ha : Ada pengaruh antara perubahan fisik Remaja Putri dengan pubertas di SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupten Nagan Raya
3) Ha : Ada pengaruh antara informasi Remaja Putri dengan pubertas di SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupten Nagan Raya 4) Ha : Ada pengaruh antara sikap Remaja Putri dengan pubertas di SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupten Nagan Raya
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif Analitik dengan desain cross sectional study yaitu bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi remaja putri dalam menghadapi Pubertas di SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir kabupten Nagan Raya.
B. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir kabupten Nagan Raya tahun 2014 yang terdiri dari 2 kelas dengan jumlah seluruh remaja putri 32 orang. 2. Sampel Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu seluruh siswi kelas 1 SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir kabupten Nagan Raya dengan jumlah 32 orang
C. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17-18 Februari 2014.
D.
Pengumpulan Data 1. Tehnik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data dilakukan proses sesuai dengan prosedur yang berlaku yaitu: a.
Persiapan pengumpulan data dilakukan sesuai dengan prosedur administrasi yang berlaku yaitu mendapat izin dari Prodi Akademi Kebidanan U’Budiyah Banda Aceh dan SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir kabupten Nagan Raya
b.
setelah memperoleh izin dari SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir kabupten Nagan Raya, kemudian peneliti meminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan cara menanda tangani lembar persetujuan responden yang telah disediakan.
c.
Kemudian
membagikan
kuesioner
kepada
responden
menjelaskan cara pengisian untuk masing-masing pertanyaan.
dan
d.
Memperoleh surat keterangan telah selesai melakukan penelitian dari kepala sekolah SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir kabupten Nagan Raya
2. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner berjumlah 20 pertanyaan yang di sebarkan kepada responden siswi SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya dengan pembagian soal sebagai berikut: a.
Untuk variabel pengetahuan dan perubahan fisik pada remaja putri dalam menghadapi Pubertas
terdiri dari 15 pertanyaan yang
berbentuk mutiple choice, untuk jawaban “benar” diberikan nilai 1 dan “salah” diberi nilai 0 b.
Untuk variabel informasi terdiri dari 8 pertanyaan yang berisikan pertanyaan positif untuk jawaban “ya” diberi nilai 1 dan “tidak” diberi nilai 0
c.
Untuk variabel peranan sikap terdiri dari 5 pertanyaan yang berisikan pertanyaan positif, untuk jawaban “Ya” diberi nilai 1 dan “Tidak” diberi nilai 0
E. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Menurut Arikunto (2006) setelah dilakukan pengumpulan data, maka selanjutnya data tersebut diolah dengan cara : a.
Editing Yaitu mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam pengisian atau pengambilan data. Pada tahap ini dikumpulkan untuk dilakukan pengecekan nama dan identitas responden, mengecek kelengkapan data dengan istrumen pengumpulan data. Setelah diperiksa ternyata responden telah mengisi dengan benar dan semua item pertanyaan sudah dijawab dengan benar.
b.
Coding Yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya dengan memberikan kode tertentu. Pada tahap ini data yang diperoleh diberikan angka-angka untuk memudahkan pengenalan data.
c.
Transfering Yaitu data yang telah diberikan kode di susun secara berurutan dari responden pertama sampai dengan responden terakhir, kemudian dimasukkan kedalam tabel. Apabila ada kode responden yang tertinggal dan belum di transfer ke tabel penulisan mengulangnya kembli sampai semua data masuk ke dalam tabel dan benar.
d.
Tabulating Yaitu penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai dengan penjelasan secara narasi. Data-data yang telah di sajikan dalam bentuk tabel, maka penulis menjelaskannya lagi dalam bentuk narasi yaitu isi atau penjelasan dari tabel yang telah terisi dari hasil dan data-data responden.
2. Defenisi Operasional
N o
Variabel
Defenisi Opersional
Tabel 3.1 Defenisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur
Dependen Pubertas pada Suatu tahap dalam remaja putri kehidupan remaja putri yang lebih dilandasi pada perubahan fisik. Independen 1 Pengetahuan Segala sesuatu remaja putri yang diketahui oleh tentang remaja putri pubertas tentang masa pubertas meliputi pengertian, kesiapan, ciri-ciri seks sekunder, pemahaman remaja tentang pubertas. 2 Perubahan Perubahan pada fisik organ tubuh yang terjadi pada remaja putri saat pubertas 3 Informasi Informasi yang didapatkan remaja putri tentang masa pubertas.
Skala Ukur
Hasil Ukur
Wawancara
Kuesioner
Ordinal - Pubertas - Tidak pubertas
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
≥76% Tinggi < 75% rendah
Wawancara
Kuesioner
ordinal
- berubah - tidak berubah
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
≥76% pernah < 75% tidak pernah
3
Sikap
Pandangan atau respon anak remaja tentang masa pubertas
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
≥76% baik < 75% Kurang
3. Analisa Data 1.
Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan terhadap setiap variabel yang diteliti. Selanjutnya data yang telah diolah dari kuesioner dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi, kemudian di persentase ke tiap-tiap kategori dengan menggunakan rumus sudijono (2005) sebagai berikut: P=
f x100% N
Keterangan : P = persentase F = Frekuwensi n = jumlah sampel
2.
Analisa Bivariat Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan hubungan antar variabel independen dan dependen melalui uji Chi-Squaer Tes (
), untuk melihat hasil kemaknaan
perhitungan statistik antara 2 variabel digunakan batas kemaknaan 0,05% (95%) (p < 0,05), karena pada umumnya penelitian-penelitian dibidang pendidikan menggunakan taraf signifikan 0,05 (Arikunto, 2006).
Rumus : x2 Keterangan : x2 = Chi-Square test O = Frekuensi observasi E = Frekuensi harapan
Adapun ketentuan yang dipakai pada uji statistik ini adalah : a. Ho diterima, jika x2 hitung < x2 (jika P value > 0,05) tabel artinya tidak ada hubungan antara variabel yang diteliti dengan pubertas bagi remaja putri b. Ho ditolak, jika x2 hitung ≥ x2 tabel (jika P value < 0,05) artinya ada hubungan antara variabel yang diteliti dengan pubertas bagi remaja putri. Adapun yang berlaku untuk uji Khi Kuadrat (Chi-Square), untuk program komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut: 1. Bila pada tabel contingency 2x2 di jumpai niali e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test. 2. Bila pada tabel Contingency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity Correction. 3. Bila tabel Contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan lain-lain, maka hasil yang digunakan adalah Pearson Chi-Square.
4. Bila pada tabel Contyngency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan meger sehingga memjadi tabel Contingency 2x2
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Secara Demografi SMP Negeri I Padang Panyang Terletak di Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. Dengan luas bangunan 19.564m2 adapun batasan SMP Negeri I Padang Panyang adalah sebagai berikut: 2. Bagian Utara berbatasan dengan desa Arongan 3. Bagian Selatan berbatasan dengan Perkebunan warga 4. Bagian Timur berbatasan dengan Perkebunan Sovindo 5. Bagian Barat berbatasan dengan Kuala Trang B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 17-18 Februari 2014. Dari data yang dikumpulkan terdapat 32 responden yang dijadikan sampel yaitu seluruh remaja putri kelas I di SMP Negeri I Padang Panyang. Data yang dikumpulkan melalui kuesioner, data dari hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
1. Analisa univariat a. Pubertas Pada Remaja Putri Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pubertas Pada Remaja Putri di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya No Pubertas Pda Remaja Putri Frekuensi 1 Pubertas 22 2 Tidak Pubertas 10 Jumlah 32 Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014
(%) 68,8 31,3 100,0
Berdasarkan tabel 4.1 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 32 responden yang diteliti ditemukan sebagian besar remaja putri telah mengalami pubertas yaitu sebanyak 22 responden (68,8%) b. Pengetahuan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Pubertas di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya No Pengetahuan Frekuensi 1 Tinggi 18 2 Rendah 14 Jumlah 32 Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014
(%) 56,3 43,8 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 32 responden yang diteliti ditemukan sebagian besar remaja putri memiliki pengetahuan yang tinggi yaitu sebanyak 18 responden (56,3%)
c. Perubahan Fisik Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perubahan Fisik Remaja Putri di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya No Perubahan Fisik Frekuensi 1 Berubah 22 2 Tidak berubah 10 Jumlah 32 Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014
(%) 68,8 31,3 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 32 responden yang diteliti ditemukan sebagian besar remaja putri telah mengalami perubahan fisik yaitu sebanyak 22 responden (68,8%) d. Informasi Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Informasi Tentang Pubertas di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya No Informasi Frekuensi 1 Pernah 24 2 Tidak Pernah 8 Jumlah 32 Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014
(%) 75,0 25,0 100,0
Berdasarkan tabel 4.4 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 32 responden yang diteliti ditemukan sebagian besar remaja putri pernah mendapatkan informasi yaitu sebanyak 24 responden (75,0%)
e. Sikap Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Putri di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya No Pengetahuan Frekuensi 1 Baik 17 2 Kurang 15 Jumlah 32 Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014
(%) 53,1 46,9 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 32 responden yang diteliti ditemukan sebagian besar remaja putri memiliki sikap yang baik yaitu sebanyak 17 responden (53,1%)
2. Analisa Bivariat a. Pengaruh Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Pubertas Tabel 4.6 Pengaruh Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Pubertas Di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya Pubertas Tidak No Pengetahuan Pubertas Pubertas f % f % 1 Tinggi 16 88,9 2 11,1 2 Rendah 6 42,9 8 57,1 Jumlah 22 68,8 10 31,1 Signifikasi: ρ-value < 0,05
Jumlah f 18 14 32
% 100 100 100
Uji Statisti ρ-value 0,008
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dari 18 responden yang mendapat Pengetahuan Yang tinggi terdapat 16 responden (88,9%) yang sudah mengalami pubertas. Dari 14 Responden yang memiliki pengetahuan rendah terdapat 8 responden (57,1%) yang belum mengalami Pubertas.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Uji ChiSquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai ρ-value 0,008 berarti lebih kecil dari nilai α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh antara penegtahuan dengan pubertas pada remaja putri di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
b. Pengaruh Perubahan Fisik Remaja Putri Terhadap Pubertas Tabel 4.7 Pengaruh Perubahan Fisik Remaja Putri Terhadap Pubertas Di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya Pubertas Tidak No Pubertas Pubertas f % f % 1 Berubah 20 90,9 2 9,1 2 Tidak Berubah 2 20,0 8 80,0 Jumlah 22 68,8 10 31,1 Signifikasi: ρ-value < 0,05 Perubahan Fisik
Jumlah f 22 10 32
% 100 100 100
Uji Statisti ρ-value 0,000
Berdasarkan tabel 4.7 diatas, dari 22 responden yang mengalami Perubahan fisik terdapat 20 responden (90,9%) yang sudah mengalami pubertas. Dari 10 Responden yang tidak mengalami perubahan fisik terdapat 8 responden (80,0%) yang tidak mengalami Pubertas. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Uji ChiSquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai ρ-value 0,000 berarti lebih kecil dari nilai α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh antara perubahan fisik dengan pubertas
pada remaja putri di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. c. Pengaruh Informasi Remaja Putri Terhadap Pubertas Tabel 4.8 Pengaruh Informasi Remaja Putri Terhadap Pubertas Di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya Pubertas Tidak No Informasi Pubertas Pubertas f % f % 1 Pernah 20 83,3 4 16,7 2 Tidak pernah 2 25,0 6 75,0 Jumlah 22 68,8 10 31,1 Signifikasi: ρ-value < 0,05
Jumlah f 24 8 32
% 100 100 100
Uji Statisti ρ-value 0,005
Berdasarkan tabel 4.8 diatas, dari 24 responden yang pernah mendapat informasi terdapat 20 responden (83,3%) yang mengalami pubertas. Dari 8 Responden yang tidak pernah mendapat informasi terdapat 6 responden (75,0%) yang tidak mengalami Pubertas. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Uji ChiSquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai ρ-value 0,005 berarti kecil dari nilai α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh antara Informasi dengan pubertas pada remaja putri di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
d. Pengaruh Sikap Remaja Putri Terhadap Pubertas Tabel 4.9 Pengaruh Sikap Remaja Putri Terhadap Pubertas Di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya
Pubertas Tidak No Sikap Pubertas Pubertas f % f % 1 Baik 16 94,1 1 5,9 2 Kurang 6 40,0 9 60,0 Jumlah 22 68,8 10 31,1 Signifikasi: ρ-value < 0,05
Jumlah f 17 15 32
% 100 100 100
Uji Statisti ρ-value 0,001
Berdasarkan tabel 4.9 diatas, dari 17 responden yang mendapat sikap Yang baik terdapat 16 responden (94,1%) yang mengalami pubertas. Dari 15 Responden yang memiliki sikap yang kurang terdapat 9 responden (60,0%) yang belum mengalami Pubertas. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Uji ChiSquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai ρ-value 0,001 berarti lebih kecil dari nilai α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh antara sikap dengan pubertas pada remaja putri di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
C. Pembahasan 1. Pengaruh Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Pubertas Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi remaja putri tentang pubertas. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.6 diatas, dari 18 responden yang mendapat Pengetahuan yang tinggi terdapat 16 responden (88,9%) yang sudah mengalami pubertas, 2 responden (11,1%) belum mengalami pubertas. Dari 14 Responden yang memiliki pengetahuan rendah terdapat 6 responden (42,9%) yang sudah mengalami pubertas, dan 8 responden (57,1%) yang belum mengalami Pubertas. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Uji ChiSquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai ρ-value 0,008 berarti lebih kecil dari nilai α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh antara penegtahuan dengan pubertas pada remaja putri di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai dan stress (Storm and Stress) karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan baik maka ia akan menjadi seseorang individu yang memiliki rasa tanggung jawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik.
Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera
manusia
yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. (Notoatmodjo,2007). Penelitian yang dilakukan oleh Asmianifa (2010) tentang pengaruh pengetahuan pada remaja tentang pubertas di SMP Negeri 2 Semarang. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan mempengaruhi remaja saat pubertas. Dari hasil penelitian yang didapatkan peneliti berasumsi bahwa tingginya pengetahuan siswi tentang pubertas dipengaruhi oleh informasi. Hal ini sejalan dengan teori dari Notoatmodjo (2007) yang menyebutkan bahwa Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesanpesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa ada pengaruh antara pengetahuan remaja putri terhadap pubertas.
2. Pengaruh Perubahan Fisik Remaja Putri Terhadap Pubertas Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa perubahan fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi remaja putri tentang pubertas. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.7 diatas, , dari 22 responden yang mengalami Perubahan fisik terdapat 20 responden (90,9%) yang sudah mengalami pubertas, dan 2 responden (9,1) yang belum mengalami pubertas. Dari 10 Responden yang tidak mengalami perubahan fisik terdapat 2 responden (20,0%) yang sudah mengalami pubertas, dan 8 responden (80,0%) yang tidak mengalami Pubertas. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Uji ChiSquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai ρ-value 0,000 berarti lebih kecil dari nilai α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh antara perubahan fisik dengan pubertas pada remaja putri di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering disebut masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Pada tahap ini remaja akan mengalami suatu perubahan fisik, emosional dan sosial.
Perkembangan fisik remaja yang begitu menonjol dan tidak sama pada setiap orang menyebabkan rasa cemas akan perkembangan fisiknya, sehingga akan berpengaruh juga pada konsep dirinya. Manusia pada dasarnya selalu ingin tahu yang benar. Manusia sejak zaman dahulu telah berusaha mengumpulkan pengetahuan. Pengetahuan pada dasarnya dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman secara langsung maupun melalui pengetahuan orang lain. Demikian juga yang terjadi pada remaja sehubungan dengan perubahan – perubahan yang mereka alami pada tubuhnya memicu mereka untuk mendapatkan pengetahuan maupun penjelasan dari berbagai pihak. Perubahan – perubahan fisik pada mereka menimbulkan peningkatan minat pada tubuh dalam beberapa bentuk, misalnya sangat perhatian terhadap penampilan fisiknya maupun perhatian pada lawan jenis
kelamin
yang
berbeda
dalam
kekuatan,
ketahanan
tubuh
(Hurlock,2004). Akibat dari perubahan fisik yang cepat ini akan mengakibatkan perubahan dari citra tubuh remaja yang cepat juga. Sarwono (2007) menyatakan bahwa perubahan fisik mempengaruhi perkembangan jiwa remaja, karena sering kali akibat perubahan – perubahan fisik menimbulkan rasa tidak puas pada diri remaja terhadap penampilan fisik. Ketidakpuasan terhadap tubuh menunjukkan citra tubuh
yang rendah, yang menjadi salah satu penyebab timbulnya konsep diri yang kurang baik dan berkurangnya harga diri selama masa remaja (Hurlock, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh putriani (2010) tentang faktorfaktor yang mempengaruhi citra tubuh pada masa pubertas. Penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan fisik merupakan salah satu faktor pada remaja putri terhadap pubertas. Dari pembahasan diatas maka peneliti berasumsi bahwa perubahan fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi remaja putri terhadap pubertas. karena pada saat pubertas remaja cenderung lebih memperhatikan perubahan bentuk tubuh, seperti terjadinya kegemukan atau timbulnya jerawat itu semua bisa merusak penampilan bagi seorang remaja, berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa ada pengaruh antara perubahan fisik pada remaja putri terhadap pubertas.
3. Pengaruh Informasi Remaja Putri Terhadap Pubertas Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa informasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi remaja putri tentang pubertas. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.8 diatas, dari 24 responden yang pernah mendapat informasi terdapat 20 responden (83,3%) yang mengalami pubertas, dan 4 (16,7%) yang belum mengalami pubertas. Dari 8 Responden yang tidak pernah mendapat informasi terdapat 2
responden (25,0%) yang sudah mengalami pubertas, dan 6 responden (75,0%) yang tidak mengalami Pubertas. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Uji ChiSquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai ρ-value 0,005 berarti kecil dari nilai α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh antara Informasi dengan pubertas pada remaja putri di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. Menurut Davenport (2007) pengetahuan merupakan perpaduan yang cair dari pengalaman, nilai, informasi kontekstual, dan kepakaran yang memberikan kerangka berfikir untuk menilai dan memadukan pengalaman dan informasi baru. Ini bearti bahwa pengetahuan berbeda dengan informasi, informasi jadi pengetahuan bila terjadi proses seperti pembandingan, konsekwensi, penghubungan, dan perbincangan. Kemajuan teknologi sangat memudahkan semua orang termasuk remaja mendapatkan informasi. Saat ini informasi tersaji dalam bentuk yang lebih beraneka ragam dan mudah diakses, salah satunya adalah internet. Bentuk informasi yang lain bisa dari media cetak, media elektronik, juga bisa di dapatkan dari sekolah misalanya dalam pelajaran biologi, agama maupun bimbingan dan konseling. Menurut Notoatmodjo (2007), informasi merupakan wawasan pengetahuan seseorang, melalui media massa, media elektronik, teman sebaya, orang tua dan sebagainya.
Terdapat banyak alasan mengapa remaja putri sering tidak dipersiapkan untuk menghadapi masa pubertas. misalnya orang tua yang kuarang memiliki pengetahuan atau terhambat oleh rasa malu terhadap anak dan sopan santun. Sebagai orang tua seharusnya memberitahu tentang masalah-masalah yang terjadi pada masa pubertas misalnya tumbuhnya payudara, adanya menstruasi dan sebagainya dan itu merupakan proses normal yang dialami oleh semua anak perempuan dan membantu anaknya agar tidak terlalu cemas dalam mengahadapi permasalahan tersebut. Apabila remaja putri dipersiapkan sebelum datangnya permasalahan tersebut, mereka akan mengembangkan tingkah laku yang positif untuk menghadapi perubahan fisik dan psikologis pada masa pubertas. Penelitian yang dilakukan oleh Yudhi (2009) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja putri pada masa pubertas. penelitian ini menunjukkan bahwa informasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi remaja putri pada masa pubertas. Menurut asumsi peneliti informasi yang diperolehnya baik melalui media massa, guru, bahkan dari teman sebayanya. dari hasil penelitian didapatkan bahwa informasi tentang pubertas mempengaruhi remaja putri.
4. Pengaruh Sikap Remaja Putri Terhadap Pubertas Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi remaja putri tentang pubertas. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.9 diatas, dari 17 responden yang mendapat sikap yang baik terdapat 16 responden (94,1%) yang mengalami pubertas, 1 responden (5,9%) yang belum mengalami pubertas. Dari 15 responden yang memiliki sikap yang kurang terdapat 6 responden (40,0%) yang sudah mengalami pubertas, dan 9 responden (60,0%) yang belum mengalami Pubertas. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Uji ChiSquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai ρ-value 0,001 berarti lebih kecil dari nilai α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada hubungan pengaruh antara sikap dengan pubertas pada remaja putri di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak dan tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua.
Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut . Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007). Dari leteratur dan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi remaja putri terhadap pubertas. hal ini disebabkan sebagian besar remaja putri memiliki pengetahuan yang baik tentang pubertas.
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian penelitian yang ada pada BAB sebelumnya, peneliti dapat menyimpulkan bahwa: 1. Ada pengaruh antara pengetahuan remaja putri terhadap pubertas di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya , Ditandai dengan nilai ρ-value (0,008) < α-value (0,05) 2. Ada pengaruh antara perubahan fisik pada remaja putri terhadap pubertas di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya , Ditandai dengan nilai ρ-value (0,000) < α-value (0,05) 3. Ada pengaruh antara informasi remaja putri terhadap pubertas di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya , Ditandai dengan nilai ρ-value (0,005) < α-value (0,05) 4. Ada pengaruh antara Sikap remaja putri terhadap pubertas di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya , Ditandai dengan nilai ρ-value (0,001) < α-value (0,05)
B. Saran 1. Diharapkan bagi tempat penelitian agar dapat meningkatkan literatur tentang masalah pubertas pada remaja. 2. Diharapkan kepada pihak institusi agar lebih banyak lagi mengumpulkan referensi tentang masalah pubertas. 3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti tentang pengetahuan remaja tentang masa pubertas ditinjau dari variabel lain seperti sosial ekonomi orang tua, sarana dan prasarana dan seks education dan apabila melakukan penelitian dengan variabel yang sama sebaiknya dilakukan pada responden yang berumur 9 tahun kebawah. 4. Bagi responden diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang pubertas demi perkembangan yang normal.
DAFTAR PUSTAKA
Adriaansz. 2008. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: JNPK-KR/POGI. Arya, 2006. Tingkat Kerawanan Masa Remaja, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Cristian, 2004, Problematika Remaja (Terjemahan), Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Hurlock, 2005, Child of Urban and Problems, Wells, Publ. Oxfor Kesrespro. 2007. Permasalahan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja, Depkes RI, Jakarta Kartono, 2004, Psikologi Remaja Perkotaan, Aneka Ilmu, Semarang Nancy, 2005, Kendala Mengatasi Menstruasi Pada Remaja, Tarsito, Bandung Notoatmodjo, S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta. _________,. 2007. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta, Rineka Cipta, Potter & Perry, 2005, Child problems in Metropolis, Thomas Publ, New York Rahmawati,2004, pemahaman remaja tentang pubertas, http//kbi.gemari.or.id/beritadetail. Diakses tanggal 15 desember 2014. Rosenberg dalam Demo & Seven-Williams, 2004, Child Psikologi, Jelss, Publ, New York Sarlito Wirawan Sarwono, 2004, Permasalahan Reproduksi pada Remaja, Penerbit Andi, Jakarta Sarwono, 2008, Psikologi Pendidikan Remaja, Rhineka Cipta, Jakarta Soetjiningsih, 2005, Remaja dan Orangtua, Tarsito, Bandung Sudjono, Statistik dalam Penelitian, Tarsito, Bandung, 2004 Syah M, 2012, Psikologi Belajar, Jakarta: Penerbit Grafindo Persada Widyastusti, Yani, dkk, 2008, Kesehatan Reproduksi, Yogyakarta: FitraMaya
Lampiran 1 LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
:
Alamat
: Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bersedia menjadi responden dan sampel dalam penelitian ini dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja putri tentang
pubertas di SMP Negeri 1
Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupten Nagan Raya. Demikian pernyataan persetujuan menjadi responden dari saya semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Padang Panyang,
Februari 2014
(…………………………)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REMAJA PUTRI TENTANG PUBERTAS DI SMP NEGERI 1 PADANG PANYANGKECAMATAN KUALA PESISIR KABUPTEN NAGAN RAYA
Hari/tanggal No Responden Umur Kelas
: : : :
Petunjuk pengisian kuesioner Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan (√) pada jawaban yang dianggap benar. I. Pubertas 1. Apakah anda sudah mengalami menstrusi? Sudah
Belum
2. Jika sudah pada umur berapa anda mendapat menstruasi? 9-12 tahun
13-15 tahun
II. Pengetahuan 1. Yang di maksud dengan pubertas adalah? a. Suatu tahap dalam kehidupan remaja yang lebih dilandasi oleh perubahan fisik b. Masa memasuki usia dewasa c. Masa memasuki usia remaja 2. Remaja putri cenderung mengalami haid pertama pada usia? a. 15 tahun b. 12 tahun c. 16 tahun 3. Munculnya masa pubertas dipengaruhi oleh? a. Penyakit yang pernah diderita b. Status gizi dan kegiatan fisik c. Berat badan
4. Awal pubertas terjadi pada usia? a. > 15 tahun b. 10 tahun c. 9-13 tahun 5. Pada masa pubertas remaja harus mempersiapkan mental menghadapi? a. Permasalahan diri b. Masalah teman bermain c. Masalah keluarga 6. Pubertas terlambat pada remaja putri dalah? a. Ditandai dengan pertambahan berat badan b. Di tandai dengan penyakit yang menyertai c. Tidak membesarnya payudara sampai umur 13 tahun atau tidak adanya menstruasi sampai umur 15 tahun 7. Pada remaja putri pubertas diawali dengan a. mimpi basah b. Menstruasi c. Bertambah berat badan 8. Ketika memasuki masa pubertas setiap anak sudah mempunyai sistem a. Kepribadian b. Perkembangan c. pertumbuhan 9. perubahan yang terjadi selama pubertas di pengaruhi oleh faktor? a. Kepribadian b. Fisik c. hormon 10. pada remaja putri yang belum mendapat menstruasi maka perkembangan pertumbuhannya? a. Terlalu cepat b. Normal c. Terlambat
III. Perubahan Fisik 1. Apakah pada umur anda saat ini terjadi perubahan bentuk tubuh pada? No 1 2 3 4
Bagian Tubuh Payudara membesar Pinggul melebar Tumbuh bulu halus di ketiak Tumbuh bulu di alat kelamin
ya
tidak
IV. Informasi
No Pertanyaan 1 Adik mendapat kan informasi tentag pubertas dari petugas kesehatan 2 Adik mendapat informasi tentang perubahan yang terjadi pada masa pubertas dari orang tua 3 Adik mendapatkan informasi tentang perawatan pada masa pubertas dari kawan 4 Adik mendapat kan informasi tentang pubertas dari internet 5 Adik mendapat kan informasi tentang perubahan bentuk tubuh pada masa pubertas dari buku 6 Adik mendapat informasi tentang pubertas dari televisi 7 Adik mendapat informasi tentang pubertas dari majalah 8 Adik mendapat informasi tentang pubertas dari alat komunikasi
Ya
Tidak
V. sikap Keterangan : S : Setuju RR : Ragu-Ragu TS : Tidak Setuju
No Pertanyaan 1 Perubahan yang terjadi pada masa pubertas tidak perlu diketahui jika belum tiba saatnya 2 Peristiwa menstruasi merupakan kodrat sebagai perempuan 3 Menstruasi pertama adalah hal yang perlu dipikirkan karena akan berubah menkjadi dewasa 4 Menghadapi masa pubertas pada remaja putri diawali dengan menstruasi jadi sebagai remaja kita harus mempersiapkan diri dengan baik 5 Pada saat menstruasi pertama tidak perlu menceritakan kepada orang lain
S
RR TS