BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor industri merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Berbagai macam industri mengalami perkembangan yang cukup pesat. Salah satu bidang industri yang berkembang adalah industri konstruksi khususnya pembangunan infrastruktur dan properti yang membutuhkan material salah satunya adalah paving block. Paving block sebagai pengganti aspal sudah di kenal luas oleh masyarakat untuk membangun sarana prasarana pribadi maupun umum. Hal ini karena pemakaian paving block memberikan peresapan air tanah lebih baik dari pada aspal maupun lantai beton. Oleh karena itu paving block menjadi material bangunan yang penting dalam pembangunan fasilitas umum. Masalah yang dihadapi adalah dalam cacat produk yang tidak sesuai dengan kualitas yang di harapkan, tidak dapat dipungkiri bahwa kualitas merupakan faktor utama yang menjadi dasar pemilihan sebuah produk kualitas menjadi hal yang sangat vital dalam suatu produksi. Oleh karena itu untuk dapat menghasilkan suatu produk yang memiliki kualitas baik dan mencegah terjadinya ketidak sesuaian dalam proses produksi, maka diperlukan pengendalian kualitas. Dalam kesempatan kali ini untuk menentukan kualitas batako saya akan mencoba melakukan penelitian tentang batako.
1
B. Statistika Statistika diperlukan sebagai salah satu alat untuk mengontrol kualitas produk sehingga kualitas produk yang dihasilkan dapat memenuhi keinginan konsumen dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Sistem pengendalian kualitas perlu dilakukan secara tepat dan efektif karena kualitas bagi produk adalah faktor kunci peningkatan kuantitas barang. Oleh karena itu Tugas Akhir ini disusun berkaitan dengan sistem pengendalian kualitas proses dan penelitian pendahuluan yang berkaitan dengan pengendalian kualitas paving block, antara lain adalah Tugas Akhir yang berjudul Analisis Statistika pada Proses Produksi Paving Cetak rumahan bapak joko di daerah Dusun Sanen RT07/RW13 Wodortani Kec. Menplak Kab. Sleman DIY. Pada penelitian ini menggunakan mesin press cetak dengan mix desing 1PC:3PS, 1PC:4PS, 1PC:5PS, 1PC:6PS, dan Faktor Air Semen (FAS) 0,40. 0,45. 0,50. 0,55. Dan 0,60 masing-masing 3 buah benda uji. Untuk pemeriksaan uji tekan kita lakukan di labotarium bahan bangunan Program Diploma teknik sipil SV UGM. Dari hasil análisis diketahui bahwa proses pencampuran bahan baku dan proses pencetakan terkendali secara statistik menunjukkan proses terkendali. C. Perumusan Masalah Selama ini pengendalian kualitas yang dilakukan sesuai dengan SNI dan rumusan data yang telah di tetapkan, maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Perencanaan dan pembuatan bata beton (paving block). 2. Penyelidikan kekuatan bata beton (paving block) yang digunakan di lapangan sesuai dengan spesifikasi standar bata beton (paving block).
2
3. Pengmatan bahan material yang digunakan dalam proses pembuatan bata beton (paving block). 4. Pengawasan proses pembuatan bata beton (paving block) dengan metode mesin press. D. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah : 1. Penelitian agregat halus yang digunakan untuk pembuatan benda uji. 2. Pengujian yang di lakukan meliputi pengujian kuat tekan, penujian daya serap air, pengujian ukuran bata beton, pengujian sifat tampak. 3. Pegujian lebih terpioritaskan pada pengujian kuat tekan, sesuai dengan petunjuk denga dosen pembimbing. E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah : 1. Mengetahui kualitas produk bata beton (Paving Block) di pasaran memenuhisyarat dan ketentuan sesuai dengan SNI 03-0691-1996. 2. Mengetahui kuat tekan dan daya serap air bata beton (paving Block) dengan Mix Design dan Faktor Air Semen (FAS) yang telah direncanakan memenuhi syarat dan ketentuan sesuai dengan SNI 03-0691-1996. 3. Mengetahui kelas mutu bata beton (Paving Block) sesuai dengan kebutuhan dan kegunaan dalam penerapan di lapangan atau pekerjaan.
3
F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan tentang penerapan ilmu statistika dalam pengendalian kualitas dan memberikan informasi dalam rangka pelaksanaan program peningkatan kualitas produksi paving block. Paving Block, bahan bangunan ini tidak asing dan hampir semua orang mengetahui apa itu paving block. Bahan bangunan yang satu ini sering dijumpai sebagai perkerasan jalan, pelataran parkir atau pelataran halaman untuk rumah pribadi maupun gedung pemerintahan. Namun, belum banyak orang mengetahui bahwa paving block memiliki karakteristik, ukuran dan mutu beton beragam.
Gambar 1.1 contoh paving block yang terpasang di jalan
Menurut SNI 03 0691 1996, Bata Beton (Paving Block) adalah suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu bata beton itu.
4
Mengamati dari kata “bata beton” maka unsur menyusun beton adalah air, semen dan agregat (agregat halus umumnya berupa pasir dan agregat kasar umumnya dari kericak). Maka saya agak heran jika mendapati produk paving block lebih menyerupai mortar. Sedangkan bahan penyusun mortar adalah air, semen dan agregat halus (pasir). Kuat tekan mortar dan beton berbeda, maka tidak heran jika mutu bata beton (paving block) bervariasi sesuai dengan bahan menyusunnya.
Belum banyak yang tahu kalau paving block memiliki klasifikasi mutu, perlu diketahui, dalam SNI 03 0691 1996 dicantumkan: bata beton (paving block) mutu A digunakan untuk jalan, mutu B digunakan untuk pelataran parkir, mutu C digunakanuntuk pejalan kaki, sedangkan untuk mutu D digunakan untuk taman dan penggunaan lain. Dengan karakteristik sebagai berikut :
Sumber : SNI 03-0691-1996
Tabel 1.1 klasifikasi mutu pada bata beton (Paving Block)
Bata Beton mutu A di atas disyaratkan kuat tekan minimal 35 MPa dan rerata 40 MPa hal ini setara dengan K430 hingga K490.
Bata Beton mutu B diatas disyaratkan kuat tekan minimal 20 MPa da rerata 20 MPa hal ini setara dengan K208 hingga K245.
5
Bata Beton mutu C diatas disyaratkan kuat tekan minimal 12,5 MPa dan rerata 15 MPa hal ini setara dengan K153 hingga K184.
Bata Beton mutu D diatas disyaratkan kuat tekan minimal 8,5 MPa dan rerata 10 MPa hal ini setara dengan K104 hingga K122.
Gambar 1.2 contoh benda uji
Dari sisi ketebalan, paving mempunyai 3 macam ketebalan, yaitu 6 cm, 8 cm dan 10 cm. Kuat tekan bata beton (paving block) tidak ditentukan dari ketebalan, tetapi dari komposisi bahan/material penyusunnya.
Gambar 1.3 perbedaan paving block benda uji ( kanan ) dengan paving block pabrik ( kiri )
Dalam penelitian Harun Malissa tentang pengaruh batu pecah terhadap kuat tekan paving block, menyatakan Penambahan batu pecah akan berpengaruh terhadap kuat tekan paving block. Hal ini jika ditinjau dari perbandingan yang sama antara semen dengan pasir yaitu 1 pc : 8 pasir tanpa tambahan batu pecah (seperti paving
6
block yang ada di pasaran) didapatkan kuat tekan maksimum sebesar 5,25 Mpa, sedangkan yang ditambah batu pecah didapatkan kuat tekan maksimum sebesar 9,70 Mpa pada komposisi campuran 1 pc : 8 pasir : 4 batu pecah dengan menggunakan batu pecah lolos ¾” tertahan ½” dan minimum 4,91 Mpa pada komposisi campuran 1pc : 8 pasir : 8 batu pecah dengan menggunakan batu pecah lolos saringan No. 3/8” tertahan saringan. No. 4.
G. Proses Pembuatan Paving Block
Pembuatan dengan cara manual
Pembuatan paving block dimulai dengan mencampur semen, air, pasir, penambahan batu pecah (kericak) dan penambahan abu batu (sebagai filler) dengan komposisi tertentu. Setelah adukan homogen, kemudian dimasukkan ke dalam cetakan dan dipress dengan kekuatan tekan tenaga manusia. Pembuatan cara manual ini umumnya menghasilkan mutu paving block yang
rendah karena tekanan yang diberikan pada saat mengempa tidak
maksimal.
Pembuatan dengan menggunakan mesin Mencampurkan bahan material penyusun ke dalam mesin molen, kemudian di masukkan ke dalam mesin press paving block. Pada mesin ini dapat disetting tekanan yang akan diterima untuk menghasilkan paving dengan mutu tertentu. Umumnya pembuatan paving block dengan menggunakan mesin akan menghasilkan mutu beton yang tinggi, keseragaman dan kestabilan tekanan pada saat pengempaan memberikan kontribusi peningkatan mutu paving block,
7
Meskipun demikian, komposisi material penyusun bata beton (paving block) sangat menentukan mutu produk tersebut.
Gambar 2.1 kandungan lumpur terlalu banyak pada material
Paving dengan mutu baik tidak akan ditumbuhi lumut, jika paving block ditumbuhi lumut menandakan penyerapan air yang tinggi sehingga kondisi paving lembab. Hal ini juga menandakan bahwa material pasir yang digunakan jelek, kandungan lumpur terlalu banyak sehingga menyebabkan bata beton (paving block) bermutu jelek.
H. Berbagai Metode Pengujian
Metode struktur, yaitu dengan cara paving dipotong berbentuk kubus dengan ukuran yang disesuaikan dengan benda uji, kemudian ditekan dengan tekanan, durasi waktu dan kecepatan tertentu hingga hancur. Nilai kuat tekan diperoleh dari Beban tekan dibagi dengan luas bidang tekan.
Metode Ukuran, diukur dengan kaliper ukuran ketebalan minumum 6 cm dengan toleransi +8%
8
Metode Visual, permukaan paving block harus rata,
tidak terdapat cacat,
bagian sudut dan tepi tidak mudah hancur, jika paving satu dengan yang lainnya dibenturkan tidak mudah hancur.
Pengujian jatuh, jika paving dijatuhkan bebas dengan ketinggian 1 meter maka paving block yang bagus tidak akan mudah patah.
Pengujian serapan air, paving block direndam ke dalam air selama 24 jam, kemudian dikeringkan dengan suhu 105 derajat celcius dan ditimbang 2 kali hingga selisih hasil penimbangan tidak lebih dari 0,2%, kemudian nilai penyerapan dihitung dari berat paving block basah dikurangi berat paving block kering, dibagi dengan berat paving block kering, kemudian dikalikan 100%.
Gambar 3.1 retak pada sisi samping (cacat fisik)
Metode interlock, pada bentuk bata beton (paving block) yang mempunyai sisi tidak rata (mulus) tetapi mempunyai sisi yang sengaja dibuat dengan tonjolan untuk membuat ikatan antar bata beton (paving block) akan membuat struktur pasangan paving block semakin kuat. Pada pemasangan paving block jenis interlok ini juga mempunyai keunggulan, yaitu jarak antar paving (nat) berbentuk rapi dan seragam.
9
Sisi panjang dan lebar paving block terdapat tonjolan yang akan membentuk ruang kecil untuk isian pasir di sela-sela pasangan paving tersebut.
Gambar 3.2 ukuran umum paving block
I. Keuntungan dari Paving Block dan Kelemahan Paving Block : Keuntungan Paving Block : A. Pelaksanaannya mudah dan tidak memerlukan alat berat serta dapat diproduksi secara masal. B. Pemeliharaannya mudah, ekonomis, ramah lingkungan dan dapat dipasang kembali setelah dibongkar. C. Tahan terhadap beban statis, dinamik dan kejut. D. Tahan terhadap tumpahan bahan pelumas dan pemanasan oleh mesin kendaraan. Kelemahan Paving Block : A. Mudah bergelombang bila pondasinya tidak kuat dan kurang nyaman untuk kendaraan dengan kecepatan tinggi.
10
B. Perkerasan paving block sangat cocok untuk mengendalikan kecepatan kendaraan di lingkungan permukiman dan perkotaan yang padat.
11