BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kesehatan ibu pada saat hamil dan kesehatan anak yang telah dilahirkan dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak secara umum. Kesehatan ibu hamil dan balita sangatlah penting, sehingga Notoatmodjo (2003) mengelompokkan ibu hamil dan balita pada kelompok rawan gizi. Hal tersebut dikarenakan ibu hamil dan balita berada pada siklus pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan zat gizi atau nutrisi lebih banyak daripada kelompok lain, sehingga kekurangan zat gizi atau nutrisi pada kelompok ini akan dapat mengakibatkan gangguan gizi. Adanya gangguan gizi akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak secara umum, salah satunya adalah pertumbuhan dan perkembangan gigi yang ditandai dengan adanya proses erupsi gigi. Erupsi gigi merupakan salah satu indikator pertumbuhan dan perkembangan gigi menuju kelengkapan geligi. Keterlambatan erupsi gigi dapat berpengaruh pada terganggunya proses penyerapan zat gizi sehingga dapat mempengaruhi status gizi di kemudian hari dan dapat menimbulkan masalah kekurangan gizi. Hal tersebut dikarenakan kelengkapan gigi geligi yang merupakan salah satu organ pendukung dalam sistem pencernaan berpengaruh pada proses pengunyahan yaitu proses menghaluskan makanan dalam mulut yang dilakukan gigi geligi sehingga bercampur dengan saliva dan memudahkan proses penyerapan zat gizi pada proses pencernaan
1
2
berikutnya (Itjingningsih, 2013). Hal ini sangat penting karena gangguan gizi terkadang berkaitan dengan sistem pencernaan (Achmadi, 2013). Erupsi gigi sulung pada balita terjadi pada usia 6 bulan dan lengkap pada usia 24 bulan (Itjingningsih, 2013). Erupsi gigi sulung yang normal pada balita sangatlah penting untuk membantu proses pengunyahan dan memudahkan penyerapan zat gizi dari makanan karena balita pada usia 6 bulan memasuki masa penyapihan dan masa pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI). Disamping itu usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini balita memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila balita pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang balita, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya (More, 2013). Erupsi gigi sulung adalah salah satu proses tumbuh kembang balita yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan terdiri dari lingkungan prenatal dan lingkungan pascanatal. Faktor lingkungan prenatal berhubungan erat dengan kesehatan ibu saat hamil dan lingkungan pascanatal berhubungan erat dengan riwayat kelahiran seperti berat badan bayi saat dilahirkan. Faktor lingkungan prenatal dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin, salah satunya adalah pembentukan gigi sulung yang dimulai pada usia 4 bulan dalam kandungan dan berkembang pada usia 6 bulan dalam kandungan (Scheid & Weiss, 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Willyanti dan Sjarif (2005) di RSUP dr. Hasan Sadikin, didapatkan bahwa kesehatan keseluruhan dari ibu hamil secara
3
signifikan menentukan tingkat keparahan defek email gigi sulung pada anak yang lahir dengan berat badan lahir rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Willyanti pada bulan Januari sampai Juni 2009 di Rumah Sakit Gigi Mulut Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran/RSGM FKG Unpad menghasilkan adanya hubungan antara riwayat kelahiran dan usia erupsi gigi sulung dimana waktu erupsi gigi sulung anak lahir prematur BBLR lebih lambat daripada anak lahir normal. Berdasarkan penelitian dari Almonaitiene R, et al. (2008), didapatkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari gigi permanen pada anak, yaitu faktor genetik, jenis kelamin, nutrisi, status gizi, sosial-ekonomi dan hormonal. Pada anak-anak dengan status gizi yang baik, pertumbuhan dan perkembangan gigi permanennya berjalan dengan normal, sedangkan pada anak-anak yang mengalami obesitas pertumbuhan dan perkembangan gigi permanennya cenderung lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak yang status gizinya normal atau baik. Erupsi gigi permanen pada anak-anak obesitas rata-rata lebih cepat 1,2 – 1,5 tahun sebelumnya dari erupsi gigi permanen yang normal. Berbagai penelitian diatas menunjukkan bahwa status kesehatan ibu saat hamil dan status kesehatan balita dapat berpengaruh pada usia erupsi gigi. Adanya masalah gizi dapat dilihat pada laporan pencapaian tujuan milenium di Indonesia tahun 2011, didapatkan prevalensi balita gizi kurang sebesar 13%. Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, ada peningkatan jumlah balita gizi kurang dari 17,9% pada tahun 2010 menjadi 19,6% pada 2013. Masalah gangguan tumbuh kembang dapat dilihat dari adanya peningkatan prevalensi stunting dari 35,6% pada tahun 2007 menjadi 37,2% pada tahun 2013 (Kemenkes, 2014).
4
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, Provinsi Bali mempunyai data ibu hamil resiko KEK sebesar 10,1%, balita gizi kurang dibawah 15%, data balita stunting dibawah 30% dan data balita kurus dibawah 10%, semuanya masih dibawah persentase nasional (Kemenkes, 2014). Namun hal tersebut masih menunjukan adanya masalah gizi yang dapat mengganggu tumbuh kembang balita di kemudian hari dan hal tersebut tidak boleh diabaikan. Berdasarkan Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Badung Tahun 2013, terdapat balita gizi kurang sebesar 3,85% dan gizi buruk sebesar 0,42 %. Berdasarkan data di UPT. Puskesmas Petang II tahun 2013, didapatkan data ibu hamil dengan resiko KEK sebesar 3,6 % dan 5 % pada tahun 2014. Peningkatan jumlah balita dengan status gizi kurang sebesar 6,9% di tahun 2013 menjadi 7,6 % di tahun 2014. Data juga menunjukan adanya kelahiran bayi dengan berat lahir rendah sebesar 3,1% di tahun 2013 dan 2,9% di tahun 2014. Data tersebut menunjukkan bahwa di wilayah kerja UPT. Puskesmas Petang II masih terdapat masalah gizi pada ibu hamil dan balita yang harus diperhatikan.
1.2 Rumusan Masalah Kesehatan ibu saat hamil dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang dari janin yang dikandungnya dan juga kesehatan bayi ketika dilahirkan. Proses pertumbuhan dan perkembangan gigi dimulai sejak dalam kandungan. Pertumbuhan dan perkembangan gigi yang baik ditandai dengan adanya erupsi gigi sulung. Adanya masalah gizi pada ibu hamil dan juga balita dapat mempengaruhi usia erupsi gigi yaitu erupsi dini dan erupsi terlambat. Status kesehatan ibu hamil salah satunya dapat diukur dengan ukuran lingkar lengan atas (LILA). Status kesehatan bayi baru lahir bisa diukur dengan berat badan lahir. Status kesehatan balita bisa dilihat dari
5
status gizi berdasarkan hasil pengukuran berat badan menurut umur (BB/U). Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian adalah bagaimanakah hubungan status gizi ibu saat hamil, berat badan lahir dan status gizi balita dengan erupsi gigi sulung pada balita usia 624 bulan di wilayah kerja UPT. Puskesmas Petang II.
1.3 Pertanyaan Penelitian 1.3.1
Bagaimanakah gambaran erupsi gigi sulung dari balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja UPT. Puskesmas Petang II ?
1.3.2
Bagaimanakah gambaran status gizi (LILA) ibu saat hamil di wilayah kerja UPT. Puskesmas Petang II ?
1.3.3
Bagaimanakah gambaran berat badan lahir dari balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja UPT. Puskesmas Petang II ?
1.3.4
Bagaimanakah gambaran status gizi pada balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja UPT. Puskesmas Petang II ?
1.3.5
Apakah terdapat hubungan antara status gizi (LILA) ibu saat hamil dengan erupsi gigi sulung pada balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja UPT. Puskesmas Petang II ?
1.3.6
Apakah terdapat hubungan antara berat badan lahir dengan erupsi gigi sulung pada balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja UPT. Puskesmas Petang II ?
1.3.7
Apakah terdapat hubungan antara status gizi balita dengan erupsi gigi sulung pada balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja UPT. Puskesmas Petang II ?
6
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum Untuk menganalisis hubungan status gizi ibu saat hamil, berat badan lahir dan status gizi balita dengan erupsi gigi sulung pada balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja UPT. Puskesmas Petang II. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran erupsi gigi sulung pada balita usia 6-24 bulan. 2. Mengetahui gambaran status gizi (LILA) ibu saat hamil. 3. Mengetahui gambaran berat badan lahir dari balita usia 6-24 bulan. 4. Mengetahui gambaran status gizi dari balita usia 6-24 bulan. 5. Menganalisis hubungan status gizi (LILA) ibu saat hamil dengan erupsi gigi sulung. 6. Menganalisis hubungan berat badan lahir dengan erupsi gigi sulung. 7. Menganalisis hubungan status gizi balita dengan erupsi gigi sulung.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baik bagi peneliti dan masyarakat tentang hubungan status gizi ibu saat hamil, berat badan lahir dan status gizi dengan erupsi gigi sulung pada balita, dan bisa digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.
7
1.5.2 Manfaat Praktis Dapat digunakan sebagai data dasar dan bahan masukan untuk memonitor status gizi balita dan status kesehatan gigi dan mulut dalam rangka upaya perbaikan kesehatan gigi dan mulut oleh pihak terkait melalui program Integrasi Balai Pengobatan Gigi, program Kesehatan Ibu Anak, dan juga kegiatan posyandu.
1.6 Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup dari penelitian ini adalah Gizi Masyarakat Integrasi dengan Kesehatan Gigi dan Mulut untuk dapat mengetahui Hubungan status gizi ibu saat hamil, berat badan lahir dan status gizi balita dengan erupsi gigi balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja UPT. Puskesmas Petang II.