BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kesehatan atau kondisi keuangan bank dan non keuangan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) bank, masyarakat pengguna jasa bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank, dan pihak lainnya. Kondisi keuangan bank bank tersebut dapat digunakan oleh pihakpihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehatihatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko. Tingkat kesehatan keuangan bank bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui Penilaian Kuantitatif dan atau Penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor Capital,
Asset Quality,
Management,
Earning,
dan Liquidity yang disingkat
CAMEL. Perkembangan industri perbankan, terutama produk dan jasa yang semakin kompleks dan beragam akan meningkatkan eksposur risiko yang dihadapi Perubahan
eksposur
risiko
bank
dan
penerapan
bank.
manajemen risiko akan
mempengaruhi profil risiko bank yang selanjutnya berakibat pada kondisi bank secara keseluruhan.Perkembangan metodologi penilaian kondisi keuangan bank bank senantiasa
bersifat
dinamis
sehingga
sistem
penilaian
tingkat
kesehatan
keuangan bank Bank harus diatur kembali agar lebih mencerminkan kondisi bank saat ini dan di waktu yang akan datang.
Pada umunya bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima Simpanan, Giro, Tabungan dan Deposito. Bank dikenal juga tempat
untuk
meminjam
uang
(kredit)
bagi
pihak
sebagai
yang kekurangan dana
(defisit unit). Di samping itu bank juga dikenal sebagai tempat penyimpanan uang bagi pihak yang kelebihan dana (surplus unit), tetapi tidak hanya itu saja bank juga memiliki fungsi-fungsi lain yang hari ke hari semakin meluas. Terlebih lagi dikarenakan oleh kemajuan perekonomian dan semakin tingginya tingkat kegiatan ekonomi, telah mendorong bank untuk menciptakan produk dan layanan yang sifatnya memberikan kepuasan dean kemudahan-kemudahan untuk para nasabahnya, misalnya menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi, serta memberikan pelayanan penyimpanan untuk barang-barang berharga dan penawaran jasa-jasa keuangan lainnya. Tentu saja keberadaannya sangat mempermudah dan memperlancar seluruh aktivitas ekonomi masyarakat dan menempatkan bank menjadi sebuah lembaga keuangan yang sangat strategis. Subjek penelitian yang akan dilakukan hanya pada Bank Perkreditan Rakyat. Ditengah-tengah
persaingan
bank
dalam
mempertahankan
eksistensi dan
kepercayaan dari masyarakat yang menjadi konsumennya dan sebagai ujung tombak perbankan di pedesaan, kinerja Bank Perkreditan Rakyat mampu terus bertahan dan menjadi pilihan masyarakat. Bank Perkreditan Rakyat sebagai salah satu bentuk lembaga/ perbankan di Indonesia yang tidak luput dari maslahmasalah
yang ditimbulkan dari adanya kirisis ekonomi. BPR dituntut untuk tetap
bertahan hidup dan berkembang di dalam mencapai tujuannya. Untuk mencapai hasil operasionalnya yang memuaskan, salah satu cara untuk mengukur apakah dalam
pengelolaan usaha BPR telah melakukan sesuai dengan asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, dapat dilihat dari tingkat kesehatan keuangan bank BPR yang bersangkutan. Tingkat kesehatan keuangan bank bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melaksanakan kegiatan operasional perbankan secara normal dan
mampu
memenuhi
suatu
kewajiban
dengan cara-cara yang sesuai peraturan perbankan yang berlaku. Analisis CAMEL dikuantifikasikan sebagai aspek penilaian yang merupakan perhitungan rasio keuangan. Oleh karena itu rasio keuangan bermanfaat
dalam
menilai tingkat kesehatan keuangan bank bank. Semakin besar skala operasi bank yang diukur dengan total asset dan semakin tinggi jumlah modal dari bank tersebut diharapkan kinerja operasinya semakin baik. Keberhasilan suatu usaha Bank Perkreditan Rakyat dapat dicerminkan dari peranannya terhadap kebijakan ekonomi rakyat. Untuk mengetahui keberhasilan Bank Perkreditan Rakyat perlu diadakannya penilaian terhadap tingkat kesehatan keuangan bank Bank Perkreditan Rakyat secara menyeluruh. Hasil digunakan
untuk
menilai
tingkat
dari
rasio
keuangan
kesehatan keuangan bank bank dalam suatu
periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Dari penilaian tingkat kesehatan keuangan bank bank yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai evaluasi halhal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau dipertahankan sesuai target perbankan. Tidak hanya itu, di dalam pengelolaan perbankan dibutuhkan tenaga-tenaga terdidik, terampil dan cakap, sehingga BPR akan mampu menjadi pelaku ekonomi yang kuat dan akan mampu memberikan pelayanan kepada para nasabahnya. Untuk mengetahui kondisi keuangan bank di BPR Bank
Klaten dipergunakan suatu analisis laporan keuangan yang dimaksut
untuk
menyajikan indikator-indikator yang penting dari keadaan yang ada sebagai alat untuk pengambilan keputusan manajemen agar tercapai tujuan yang diharapkan. Dari latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk memilih dan menulis mengenai tingkat kesehatan keuangan bank Bank Perkreditan Rakyat. Untuk penulis
mengambil
itu,
judul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode
CAMEL (Studi Kasus PD Bank BPR Klaten) ”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukankan di atas , maka penulis merumuskan permsalahan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana
tingkat
kesehatan
keuangan
bank
ditinjau
dari
analisis
CAMEL pada PD BPR Bank Klaten tahun 2009- 2011? 2. Bagaimana perkembangan tingkat kesehatan keuangan bank pada PD BPR Bank Klaten tahun 2009-2011 secara keseluruhan ditinjau dari hasil analisis CAMEL? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui tingkat kesehatan keuangan bank diukur dengan analisis CAMEL pada PD BPR Bank Klaten tahun 2009 - 2011. 2. Untuk mengetahui perkembangan tingkat kesehatan keuangan bank pada PD BPR Bank Klaten tahun 2009 - 2011.
1.4 Metodologi Penulisan 1.4.1 Kerangka Pemikiran Untuk memberikan arah dalam penelitian ini yang akan berguna didalam penganalisaan masalah yang dihadapi, terlebih dahulu penulis mengemukakan gambaran yang berupa kerangka pemikiran yang akan menjelaskan alur penullisan dengan gambar di halaman selanjutnya. Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Kegiatan Operasional
Laporan Keuangan
Penilaian CAMEL: Capital (Permodalan) Assets (Kualitas Asset) Management (Manajemen) Earning (Rentabilitas) Kriteria Penilaian Liquidity (Likuiditas)
Sehat
Cukup Sehat
Kurang Sehat
Tidak Sehat
Penjelasan dalam kerangka teoritik diatas adalah : Kegiatan Operasional bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit. Hasil dari kegiatan usaha bank tersebut kemudian dilaporkan dalam brntuk laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan rugi laba. Selanjutnya informasi yang berupa laporan keuangan ini kemudian dianalisis dengan faktor CAMEL yang terdiri atas permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. Hasil analisis tersebut kemudian digolongkan dalam empat kategori penilaian yaitu sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. 1.4.2 Data dan Sumber Data Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak tertentu denagn cara pencatatan atau dokumentasi. Data meliputi Laporan Keuangan Tahun 2009-2011. 1.4.3 Teknik Analisis Data Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode CAMEL , adapun tolak ukur untuk menentukan tingkat kesehatan suatu bank setelah dilakukan penilaian terhadap masing-masing variabel, yaitu dengan menetukan hasil penelitian yang digolongkan menjadi peringkat kesehatan bank. Hasil akhir penilaian tingkat kesehatan bank terhadap masing-masing faktor atau komponen dalam CAMEL dapat digolongkan sebagai berikut : 1.
Capital (permodalan)
Rasio yang digunakan dalam perhitungan ini adalah Capital Adequeency Ratio (CAR), yaitu perbandingan jumlah modal dengan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Ratio (ATMR).(Taswan : 2006)
Dengan ketentuan penilaian : a.
Rasio 8% mendapat nilai kredit 81 dan untuk setiap kenaikan 0,1% dimulai dari 8% nilai kredit ditambah 1 hingga maksimum 100.
b.
Rasio kurang dari 8%
mendapat nilai kredit 65 dan untuk setiap
penurunan 0,1% dimulai dari 7,9% nilai kredit dikurangi 1 hingga maksimum 0. c.
Bobot faktor penilaian = 30%
d.
Nilai kredit Rasio Sumber : Taswan(2006) Table 1.1 Rekapitulasi Hasil Penelitian capital Adequacy ratio (CAR) No Kriteria Penilaian 1 ≥ 8% Sehat 2 6,5% s/d 8% Cukup Sehat 3 5,00% s/d 6,49% Kurang Sehat 4 ≤ 4,99% Tidak Sehat Sumber : SK Direksi BI No.30/11/KEP/DIR tahun 1997
2.Asset (Kualitas Aktiva Produktif) Perhitungan kualitas aktiva produktif (KAP) menggunakan 2 rasio, yaitu rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap jumlah aktiva produktif dan rasio penyisihan aktiva produktif yang dibentuk oleh bank (PPAP)
terhadap cadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk oleh bank (PPAWPWB) atau rasip PPAP. a.
Rasio aktiva yang diklasifikasikan terhadap total aktiva produktif.
Sumber : Taswan (2006) Dengan ketentuan penilaian : 1)
Rasio 22,5% atau lebih dinilai lebih kredit 0
2)
Untuk setiap penurunan 0,15% dimulai dari 22,5% nilai kredit ditambah 1 hingga maksimum 100
3)
Bobot faktor 25%
4)
Nilai kredit Sumber :Taswan (2006)
5)
Nilai kredit
Nilai kredit rasio × bobot fakor
Table 1.2 Rekapitulasi Hasil Penilaian kualitas Aktiva Produktif (KAP) No Kriteria Penilaian 1 0% s/d 10,35% Sehat 2 10,35% s/d 12,60% Cukup Sehat 3 12,60% s/d 14,85% Kurang Sehat 4 ≤ 14,85% Tidak Sehat Sumber : SK Direksi BI No.30/11/KEP/DIR tahun 1997 b.
Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAPWD), yaitu :
yang Wajib dibentuk
Sumber : Taswan (2006) Dengan ketentuan penilaian : 1)
Bobot faktor penilaian 5%
2)
Rasio 0% atau lebih diberi nilai kredit 0
3)
Untuk setiap kenaikan 1% dimulai dari 0% nilai kredit ditambah 1 hingga maksimal 100
4)
Nilai kredit rasio = Sumber : Taswan (2006)
5)
Nilai kredit
= nilai kredit rasio × bobot fakto Table 1.3 Rekapitulasi Hasil Penilaian PPAP
2.
No
Kriteria
Penilaian
1
≥ 81%
Sehat
2
66% s/d 81%
Cukup Sehat
3
51% s/d 66%
Kurang Sehat
4
≤ 51%
Tidak Sehat
Sumber : SK Direksi BI No.30/11/KEP/DIR tahun 1997 Management (Manajemen) Penilaian terhadap faktor manajemen didasarkan pada 25 pertanyaan yang menjadi 10 pertanyaan dari manajemen umum dan 15 pertanyaan dari manajemen risiko. Penilaian dari manajemen umum dan
manajemen risiko dilakukan dengan mengajukan pertanyaan, dengan penilaian anata 0 sampai 4 dengan kriteria sebagai berikut: a. Nilai 0 mencerminkan kondisi lemah b. Nilai 1,2 mencerminkan kondisi antara c. Nilai 3 mencerminkan kodisi agak baik d. Nilai 4 mencerminkan kondisi baik Penggolongan hasil penilaian aspek manajemen : Bobot faktor adalah 20% Nilai kredit = hasil penilaian x Bobot faktor Dengan ketentuan penilaian : a.
Setiap jawaban diberi nilai 0,1,2,3,4 dengan kualifikasi Nilai 0 berarti lemah Nilai 1,2 berarti antara Nilai 3 berarti agak baik Nilai 4 berarti baik
b.
Bobot faktor 20% Namun demikian, oleh karena dalam penelitian ini tidak menggunakan
lembar
kuesioner,
maka
beberapa
penelitian
terdahulu, faktor manajemen dapat menggunakan rasio NPM (Net Profit Margin), denagn bobot 15%. Untuk menilai kesehatan bank dalam aspek manajemen, biasanya dilakukan melalui kuesioner yang ditujukan bagi pihak manajemen bank, akan tetapi pengisisan tersebut sulit dilakukan karena akan terkait dengan unsur
kerahasiaan bank. Oleh sebab itu dalam penilaian ini aspek manajemen diproyeksikan dengan rasio net profit margin (Rhomy, 2011).
Secara sistematis rasio NPM (Net Profit Margin) dapat
dirumuskan sebagai berikut : N
Table 1.4 Rekapitulasi Hasil Penilaian Manajemen No Kriteria Penilaian 1 ≥ 81 % Sehat 2 66 % s/d 81 % Cukup Sehat 3 51 % s/d 66 % Kurang Sehat 4 ≤ 51 % Tidak Sehat Sumber: SK Direksi BI No. 30/11/KEP/DIR tahun 1997 3.
Earning (Rentabilitas) Penilaian terhadap faktor rentabilitas ini dilakukan dengan 2 rasio, yaitu: a.
Rasio laba kotor terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama (Return on Asset Ratio/ROA)
Dengan ketentuan penilaian : 1) Rasio 0% atau negatif diberi nilai kredit 0 2) Setiap kenaikan 0,015% dimulai dari 0% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimah 100
3) Bobot faktor 5% 4) Nilai kredit = 5) Nilai kredit faktor = Nilai kredit × bobot faktor Table 1.5 Rekapitulasi Hasil Penilaian ROA No Kriteria Penilaian 1 ≥ 1,25% Sehat 2 0,999% s/d 1,215% Cukup Sehat 3 0,765% s/d 0,999% Kurang Sehat 4 ≤ 0,765% Tidak Sehat Sumber : SK Direksi BI N0.30/11/KEP/DIR tahun 1997
b.
Rasio antara biaya operasional terhadap Pendapatan Operasional atau Rasio Efisiensi (BOPO)
Dengan ketentuan penilaian : 1) Rasio 100% atau lebih diberi nilai kredit 0 2) Untuk setiap penurunan 0,08% dimulai dari 100% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimal 100 3) Bobot faktor 5% 4) Nilai kredit = 5) Nilai kredit faktor = nilai kredit × bobot faktor
Table 1. 6 Rekapitulasi Hasil Penilaian BOPO No Kriteria Penilaian 1 ≤ 93,52% Sehat 2 93,5% s/d 94,72% Cukup Sehat 3 94,72% s.d 95,92% Kurang Sehat 4 ≥ 95,92% Tidak Sehat Sumber : SK Direksi BI No.30/11/KEP/DIR tahun 1997 . Liquidity (Likuiditas) Penilaian terhadap Likuiditas didasarkan pada 2 rasio : c.
Rasio alat likuid terhadap hutang lancar (Cash Ratio)
Dengan ketentuan penilaian : 1) Rasio 0% diberi nilai 0 2) Setiap kenaikan 0,05% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimal 100 3) Bobot faktor 5% 4) Nilai kredit = 5) Nilai kredit faktor = nilai kredit × bobot faktor Table 1.7 Rekapitulasi Hasil Penilaian Cash Ratio (CR) No 1 2 3 4
Kriteria ≥ 4,05% 3.305% s/d 4,05% 2,55% s/d 3,30% ≤ 2,55%
Penilaian Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat
Sumber : SK Direksi BI No.30/11/KEP/DIR tahun 1997 d.
Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank (Loan Deposit Ratio/LDR)
Dengan ketentuan nilai : 1) Rasio 115% atau lebih diberi nilai kredit 0 2) Setiap kenaikan 1% mulai dari rasio 115% kredit ditambah 4 dengan maksimal 100 3) Bobot faktor 5% 4) Nilai kredit = 5) Nilai kredit faktor = nilai kredit × bobot faktor Table 1.8 Rekapitulasi Hasil Penilaian LDR No Kriteria Penilaian 1 ≤ 94,75% Sehat 2 94,75% s/d 98,5% Cukup Sehat 3 98.5% s/d 102,25% Kurang Sehat 4 ≥ 102,25% Tidak Sehat Sumber : SK DireksiBI No.30/11/KE/DIR tahun 1997