1
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kita adalah sebagai manusia yang merupakan salah satu mahluk ciptaan Allah SWT, dimana Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepadanya, didalam Al-Qur’an telah dijelaskan dalam surat Az-Zariyat ayat 56 yang berbunyi :
”Aku menciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepadaku”.1
Dalam garis besar ibadah itu terletak pada rukun islam yang lima yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat, haji bagi yang mampu. Adapun ibadah nomor dua yang diwajibkan kepada kita adalah shalat, Sedangkan shalat menurut arti bahasa adalah do’a, Adapun Shalat menurut terminologi adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu. Imam Taqiyuddin Abi Bakar Bin Muhammad Al-Husaini dalam kitabnya kifayah Al-Akhyar menjelasakan :
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya For Woman, ( Jakarta: PT Sygma Arkandeleema, 2009 ) hlm 523 1
1
2
َّ َوفي ال شرع عبارةعن اقوال وافعال مفتتحة با لَتّكبير مختتمة با لتّسليم بشروط ” Shalat menurut syara’ adalah ungkapan tentang beberapa perkataan dan perbuatan tertentu yang di mulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan beberapa syara’”.2
Shalat merupakan salah satu sarana ibadah yang di butuhkan oleh hamba Allah SWT untuk mendekatakan diri (Taqarrub) kepadanya, rasa dekat seorang hamba Allah SWT sebagai pencipta Alam semesta akan memberikan rasa tenang dan damai di dalam dirinya karena dia merasa yakin bahwa Allah SWT adalah tempat segala mahluk bergantung / berharap.3 Para ulama’ telah sepakat Bahwa shalat itu kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap orang muslim yang telah baligh, Hukumnya adalah fardhu ‘ain. Selama ia masih bisa menghirup udara, selama itu pula kewajiban shalat masih melekat pada dirinya , karena Allah SWT sudah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Hajj ayat 77 yang berbunyi:
2
Imam Taqiyuddin Abi Bakar Muhammad Al-Husaini, Kifayah Al-Akhyar, Juz 1(Surabaya: Darul Ilmu) hlm 82. 3
. Abdul Kadir Nuhuyan et.al, Pedoman dan tuntutan shalat lengkap , ( jakarta : Gema Insani Press, 2002 ) hlm 1.
3
”Wahai orang-orang yang beriman, Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah tuhanmu dan berbuat baiklah agar kamu beruntung”.4
Shalat merupakan ibadah yang istimewa dan mempunyai kedudukan yang amat tinggi dalam syari’at islam , shalat juga merupakan wujud iman dan takwa seseorang kepada Allah SWT, dan shalat merupakan sebuah sarana yang di jadikan hamba Allah untuk mendekatkan dirinya kepada Allah SWT sebagai dzat yang suci, tentunya seorang hamba harus menempuh jalan dan tata cara yang telah ditentukan olehnya, yaitu dengan beribadah kepadanya, yang paling utama adalah melalui shalat.5
Shalat itu dibagi menjadi dua yaitu Shalat fardhu dan shalat sunnah, adapun shalat sunnah itu tidak wajib dikerjakan karena yang dinamakan shalat sunnah adalah shalat tambahan selain shalat lima waktu, kata shalat sunnah merupakan bahasa populer dari shalat tathowwu’, artinya shalat tathowwu’ adalah
4
5
. Departermen Agama RI.Op.Cit, hlm 341 . M.Khalilur rohman.Buku Pintar shalat,( Jakarta: Wahyu Media, tt) hlm 55
4
melakukan sesuatu dengan kerelaan hati, yakni melakukan sesuatu kebaikan yang bukan merupakan kewajiban.6
Di dalam satu tahun kita menemui bulan yang penuh berkah ,bulan yang terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu bulan ramadhan, bulan ramadhan adalah karunia terbesar yang diberikan Allah kepada umat islam, bulan ramadhan bukan saja mulia, karena Allah SWT mewajibkan puasa kepada umatnya dan mensunnahkan qiyamul al-lail, di dalam bulan ramadhan qiyamul lail biasanya disebut dengan shalat tarawih .7
Bulan ramadhan adalah merupakan bulan suci, bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT , bulan penuh Maghfiroh (ampunan) berkahnya, bulan di mana pintu-pintu surga dibuka lebar-lebar dan pintu neraka ditutup rapat, syaitonsyaiton di belenggu, bulan dimana jiwa menjadi tenang dan hati menjadi tentram, sebab itu rasullulloh mengajak umatnya agar meningkatkan ibadah, termasuk didalamnya beliau menggalakkan tuntunannya dalam melaksanakan shalat di malam bulan ramadhan yang dinamakan dengan shalat tarawih.8
Landasan sunnahnya menjalankan shalat qiyamul-lail pada bulan ramadhan atau disebut shalat tarawih adalah sebagai berikut:
6
7
8
. Abdul kadir nuhuyan, et al .Op.Cit. Hlm 68 Azhari Akmal Tarigan,40 pesan Ramadhan, ( Jakarta : Siraja ,2008 ), hlm 3 Ibid,hlm 5
5
ْ َل َم َّ َلَل للاُ َعلَ ْي ِق َو ُ ي للاُ َع ُْقُ قَا َلَ َنارَ َر ِ َع ْن ا َ ِب ْي ُه َري َْرة َ َر َ ِْ ْو ُل للا َ ض فَيَقُ ْولَُ َم ْن قا َ َم,ضارَ ِم ْن َغي ِْر ا َ ْر يَآ ْ ُم َر ُه ْم فِ ْي ِق بِعَ ِز ْي َمة ُ يَ ْرغ َ َب فِ ْي قِيَ ِام َر َم ُ ً سابا غ ِف َر لَقُ َماتَقَد ََّم ِم ْن ذَ ْن ِب ِق ْ ضارَ ِإ ْي َمانًا َو َ َر َم َ ِاحت “ Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., ia berkata Rasullulloh Saw menganjurkan untuk shalat sunnah di malam ramadhan tanpa memerintahkannya secara tegas, beliau bersabada “ Barang siapa bangun untuk shalat di malam ramadhan karena iman dan mencari ridha Allah maka di ampuni dosannya yang telah berlalu”.(HR. Muslim).9 Shalat sunnah qiyamu ramadhan hukumnya adalah sunnah mu’akadah, Sunnah yang lebih utama dikerjakan dengan berjama’ah seperti halnya hadis di bawah ini :
َصلَّل َ َلّل للاِ َعلَ ْي ِق َو َ َ ف, َلَّل فِل ْال َم ْس ِج ِد َ ْلَّ ِم َ ي َ َِو َع ْن َعائِشةَ اَرَ الَُّب ث ُ َّم ا ِْجت َ َمعُ ْوا ِمنَ الّلَ ْيلَ ِة الثَّا, اس ٌ َ َص ََلتِ ِق نا ُ َُّ فَ َكث ُ َر ال, ََلَّل الَثَّا نِيَة َ ث ُ َّم,س َ ِب فَلَ َّما,ْلَّ ِم ُ َر ِ َلّل ِ ْ ْو ُل َ اِلل َعلَ ْي ِق َو َ اِلل فَلَ ْم يَ ْمَُ ْعُِ ْي ِمنَ ْال ُخ ُر ْوجِ اِلَ ْي ُك ْم اِّاّاِ ِنّ ْي,
فَلَ ْم يَ ْخ ُرجْ اِلَ ْي ِه ْم,الرا ِب َع ِة ّ ا َ ِو, ِلث َ ِة ََُ ْعت ُ ْم ْ َا َ ََبَ َح قَا َل َ َرا َ ْيتُ الّ ِذيْن
ضانز َ َوذَا ِل َك فِ ْي َر َم,ض َعلَ ْي ُك ْم َ َخ ِش ْيتُ ا َ ْر ت ُ ْفت َ َر “Dan dari ‘Aisyah, sesungguhnya Nabi SAW, Shalat di masjid. Lalu orang-orang pada shalat seperti Shalat Nabi itu, kemudian ia shalat pada malam keduanya maka orang-orang bertambah banyak kemudian mereka pada berkumpul pada malam ketiganya atau keempatnya, tetapi Rasullulloh SAW tidak keluar ke hadapan mereka, Kemudian tatkala
9
229
.Al-Mundziri, Ringkasan Hadits Shahih Muslim (Jakarta : Pustaka Amani,1994) hlm
6
pagi-pagi ia bersabda : “ Aku tahu apa yang kamu kerjakan, namun tidak (satu pun hal) yang menghalangi aku keluar pada kepada kamu, melainkan karena aku khawatir bahwa (shalat ini) akan diwajibkan atas kamu” peristiwa ini terjadi pada bulan ramadhan”.10 Di dalam shalat tarawih, Rasullulloh SAW hanya memberikan contoh dan tuntunan dan tidak memberikan batasan dalam jumlah raka’atnya hal tersebut dan tentunya memberikan kebebasan, kelonggaran kepada umatnya untuk menentukan sendiri pilihannya dengan melihat kondisi dan kemampuan, dengan demikian ini adalah merupakan rahmat baginya Allah telah berfirman dalam AlQur’an surat Albaqoroh ayat 289:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya
10
Ibid,hlm 228
7
Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir.".11 Ada beberapa pendapat tentang Raka’at shalat tarawih ada pendapat yang mengatakan bahwa shalat tarawih ini tidak ada batasnya bilangannnya yaitu boleh dikerjakan dengan 20 raka’at, 8 raka’at, 36 raka’at, ada pula yang mengatakan 8 raka’at, 20 raka’at adapula yang mengatakan 36 raka’at, sedangkan Shalat tarawih pada masa Nabi dan Abu Bakar ada dua macam yaitu 8 raka’at tarawih dan 3 witir atau 10 tarawih dan dengan 1 witir,sedangkan pada masa Umar, Usman dan Ali dilaksanakan 20 rakaat shalat tarawih, dengan 1 witir.12
Kalau kita amati atau fahami di tengah-tengah masyarakat mulai sejak zaman rasullulloh hingga sekarang ini masih banyak perbedaan tentang berapa banyak raka’at shalat tarawih itu, pada hal nabi juga tidak pernah memberi petunjuk tentang berapa jumlah rakaat shalat tarawih, akan tetapi kalau kita memperhatikan hadits dibawah ini :
ف َّ ع ْبد ِ سة ََر َ ْ َل َمة َ ْب ُِ ْل َ ْا َ َل َعا ِئ َ ُِالر ْح َم ِن اَنَّق َ َع ْن ا َ ِب ْي َ ي للاُ َع ُْها َ َن ْي َ ض ْ َضارَ فَقَال ْ َنان َت َ َما َناَر ُ ََلَة َُر َ ْلَّ َم فِ ْي َر َم َ َلَّل للاُ َعلَ ْي ِق َو َ ُْ ْو َل للا َ َت ََص ِلل ا َ ْربَ ًع َفَل َ يَ ِز ْيد ُ فِ ْي َر َم َ ُضارَ َوّاَ فِل َغي ِْر ِه َعلَل ا ِْحدى َع ْش َرة َ َر َن َعة ي
11
12
Departemen RI, Op Cit, hlm 49
Muhammad Sholikin,Mukjizat dan Misteri Lima Rukun Islam,( Yogyakarta : Mutiara media,2008), hlm 136
8
ُ ع ْن ُح ْس ُِ ِه َّن َو َص ِلل ا َ ْر َبعًا فَ ََل ت َ ْسئ َ ْل َع ْن ُح ْس ُِ ِه َّن َ ت َ ْسئ َ ْل َ ُ ث ُ َّم ي,ط ْو ِل ِه َّن ُ َو ْ َ قاَل,ًَص ِلّل ثَلَثا اِلل اَتََُا ُم قَبْل ار ُ قُ ْلتُ يَا َر, َت َعائشة ِ ْ ْو ُل َ ًث ً َّم ي, ط ْو ِل ِه َّن )ي تََُا َمانِي َو َّا يََُا ُم قَ ْل ِب ْي(رواه البخاري َ ِتوتر قَا َلَ يَا َعا ئ َّ َُسة َا َِّر َع ْي “ Diriwayatkan dari Abi Saalamah Ibn “Abd al-Rahman, ia bertanya kepada ‘ Aisyah radhiyallahu ‘Anhu:” Bagaimana Rasullulloh SAW shalat pada bulan ramadhan?” lalu aisyah menceritakan bahwa rasullulloh SAW tidak pernah menambah shalatnya baik dalam bulan ramadhan maupun di luarnya dari sebelas raka’at, beliau tidak shalat empat raka’at. Janganlah anda tanyakan bagaimana baik dan lamanya ,kemudian beliau shalat empat raka’at lagi, janganlah engkau tanyakan bagaimana baik dan lamanya, setelah itu beliau shalat tiga raka’at . Lalu Aisyah bertanya : Wahai Rasullulloh apakah anda tidur lebih dahulu sebelum shalat witir?” Jawab beliau, “ Wahai Aisyah! Sesungguhnya kedua belah mataku tidur, tetapi hatiku tidak tidur”.( HR. Bukhari )13 Dalam hadits yang lain yang menyatakan bahwa shalat tarawih juga boleh di kerjakan dengan 20 rakaat, hadits tersebut adalah sebagai berikut :
ع َم َرابْن ُ ار ّ َع ْن َي ِز ْي ِدب ِْن ُ َُّار اَنَّقُ قا َ َل ناَرَ ال ِ اس َيقُ ْو ُم ْورَ ِفي زَ َم ِ الر ْو َم َ ْال َخ )ث َو ِع ْش ِريْنَ َر َن َعة (رواه مالك فل المطاء ِ َضارَ ِبثََل ِ طا َ ب فِي َر َم “ Diriwayatkan dari zaid bin ibn Ruman bahwasanya ia berkata:” orangorang itu melakukan ibadah malam bulan ramadhan di masa umar bin khattab RA dengan dua puluh rakaat.14 Dari hadits diatas bisa disimpulkan bahwa Rasullulloh SAW dalam menjalankan shalat di bulan ramadhan maupun tidak ramadhan adalah tiga belas
13
Az-Zabidi , Shahih Al-Bukhari, ( Jakarta : Pustaka Amani, 1996) hlm 281
14
.Suyadi, Shalat Tarawih, ( Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2009 ), hlm 40
9
raka’at dan bisa pula sebelas rakaat, Jadi tidak mutlak sebelas rakat dan tiga belas rakat. Imam Ibnu Rusd al-Maliki berkata, “Mereka berselisih pendapat dalam masalah bilangan rakaat shalat Tarawih pada bulan Ramadhan. Malik memilih dalam salah satu pendapatnya, Abu Hanifah, Syafi’i, Ahmad, dan Dawud (Azh Zhahiri), bahwa bilangannya adalah 20 rakaat di luar witir. Adapun Ibnu Qasim mengatakan bahwa Imam Malik berpendapat raakaat tarawih adalah 36, dan witirnya 3 rakaat.15 Mengenai jumlah Raka’at Shalat tarawih, para ulama’ berbeda pendapat ada yang mengatakan 8 rakaat di tambah 3 rakaat shalat witir, 20 rakaat di tambah 3 rakaat shalat witir dan ada pula yang mengatakan 36 rakaat. Imam Hanafi mengatakan 20 rakaat, Sedangkan dari Imam malik mengatakan 36 Rakaat, Imam Syafii 20 rakaat dan imam hambali juga mengatakan 20 rakaat.16 Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk membahas lebih jauh dan mengkaji secara ilmiah tentang Studi Komparatif Tentang Raka’at Shalat Tarawih Menurut Imam Madzhab .
B. PENEGASAN JUDUL
15
16
hlm 288
Ibnu Rusy, Bidayatul Mujtahid,Juz 1 ( Kairo: Dar al salam, 1995 ) hlm 473 Abdur Rahman Al- Jaziri , Kitab Shalat Empat Madzhab , ( Jakarta : Hikmah, 2010 ),
10
1.
Studi : mempunyai arti kajian, telaah , penelitian ilmiyah.17
2.
Komparatif : Perbandingan.18
3.
Tentang Rakaat : Suatu bagian dari shalat ( dari ‘itidal hingga duduk atta-hiyad.19
4.
Shalat Tarawih : adalah Shalat malam atau qiyamul lail yang dilaksanakan pada malam bulan ramadhan.
5.
Menurut Imam Madzhab : Imam Madzhab adalah Imam empat yang madzhabnya di kenal di masyarakat kita, yaitu :
a.
Imam Abu Hanifah : Ulama’ yang berasal dari kuffah , lahir pada masa pemerintah Al-Qolid bin Malik, yang mempunyai nama Abu Hanifah An-Nukman bin Stabit bin zufi Al-tamimi.
b.
Imam Malik : Imam yang lahir di Madinah pada tahun 93 H dan berasal dari kabilah yamniah, yang memiliki nama asal Abu Abdullah Malik Annas Al-Ashbbahi.
17 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka,1993) hlm 860 18
19
Tim Prima Press, Kamus Ilmiah Populer , ( :Gita Media ,2006) hlm 256
Tim Pustaka Agung Harapan, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : Pustaka Agung Harapan ) hlm 572
11
c.
Imam Syafi’i : Imam yang Lahir di Gazza Palestina pada tahun 150 H, yang memiliki nama asal Muhammad bin Idris Asy-Syafii AlQuraisyi.
d.
Imam Ahmad Bin Hambal : Imam yang lahir di baghdad pada tahun 164 H, yang memiliki nama asal Ahmad bin Hambal Hilalus Syibani.20
C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar balakang di atas, yang menjadi pokok permasalahan dalam skripsi adalah : 1. Bagaimana pendapat imam madzhab terhadap jumlah raka’at shalat tarawih ? 2. Bagaimana Analisis Komparatif imam madzhab terhadap jumlah raka’at shalat tarawih?
D. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam pembahasan skripsi ini adalah sebagai barikut :
1. Tujuan Formal
20
xxv-xxx1
Muhammad Jawad Al- Mughniyah, fiqh lima madzhab , ( jakarta: lentera,1996) hlm
12
Untuk memenuhi dan melengkapi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi program strata satu (S-1) dalam syari’ah dan ilmu hukum pada fakultas syari’ah Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ (UNISNU) Jepara.
2. Tujuan Fungsional
a.
Untuk mengetahui Bagaimana pendapat Imam madzhab tentang jumlah rakaat shalat Tarawih.
b.
Untuk mengetahui bagaimana metode istinbath hukum imam madzhab dalam perbedaan rakaat shalat tarawih.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat teoritis Memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan khususnya ilmu tentang shalat yang merupakan rukun islam yang kedua, yang sangat penting terhadap ibadah dan kehidupan. 2. Manfaat praktis a.
Guna mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir yang dinamis
serta
untuk
mengetahui
kemampuan
menerapkan ilmu yang di peroleh. b.
memberi jawaban atas pertanyaan yang diteliti.
penulis
dalam
13
F. TELAAH PUSTAKA
Setelah melakukan kajian pustaka penulis tidak menemukan literatur yang secara khusus membahas tentang raka’at shalat tarawih menurut imam madzhab , pembahasan tentang rakaat shalat tarawih masih bersifat umum dalam sub-sub bab, sehingga penulis berharap penelitian ini menjadi kajian lebih spesifik. Syeikh Abdurrahman Al-jaziri yang diterjemahkan oleh Syarif Hadermansyah dan luqman junaidi dalam kitab fiqh empat madzhab, menerangkan bahwa rakaat shalat tarawih tidak terbatas delapan saja, sebagai bukti para sahabat meneruskan shalat tarawih mereka dirumah masing-masing ketika menjadi khalifah umar berijtihad dengan mendirikan shalat tarawih 20 rakaat, akan tetapi pada masa khalifah umar bin abdul aziz menjadi bertambah menjadi 36 rakaat. K.H.Muhammad Sholikin dalam bukunya yang berjudul mukjizat dan misteri lima rukun islam menerangkan adapun jumlah rakaat shalat tarawih sangat bervariasi, pada masa Nabi dan Abu Bakar ada dua macam 8 rakaat shalat tarawih dan 3 witir atau 10 tarawih dengan 1 witir,Masa umar, Usman, Ali dilaksanakan 20 tarawih dengan 3 witir,menurut imam madzhab kalau imam syafii, hanafi dan hambali menetapkan 20 rakaat, sedangkan imam malik 36 rakaat. Azhari Akmal Tarigan dalam bukunya yang berjudul 40 pesan puasa Ramadhan menerangkan jumlah rakaat shalat tarawih yang dilakukan umat islam indonsesia baik yang 8 rakaat ataupun yang 20 rakaat bahkan lebih dari,sama-sama benar jika dalil yang dipakai adalah hadis
14
sahih yang diriwayatkan oleh imam bukhari yang artinya siapa yang melaksanakan qiyam ramadhan dengan iman dan ihtisab, akan di ampuni dosanya yang telah lalu.
G. METODE PENELITIAN
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan berbagai metode tertentu, agar penulisan ini memenuhi syarat sebagai karya tulis ilmiyah, metode ini antara lain : 1.
Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library research), dimana data-data yang dipakai adalah data kepustakaan, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, karena itu data yang disajikan berbentuk kata-kata dan angka.21
2.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperolah data yang diperlukan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan pengumpulan data lewat studi dan penelitian kepustakaan terhadap buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang penulis kaji, termasuk di dalamnya adalah referensi kitab-
21
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm 3.
15
kitab klasik, di ambil dari( kitab Bidayatul mujtahid, kitab fiqh empat madzhab,buku tentang shalat tarawih,bukuPuasa).22 3.
Analisis Data Dalam menganalisis penelitian ini , penulis menggunakan tiga cara pendekatan ilmiyah, yaitu : a. Metode Deduktif Yaitu pendekatan yang berangkat dari kebenaran umum mengenai suatu teori, dengan kata lain, metode deduktif adalah metode yang berfikir dengan mengambil apa saja yang di pandang benar pada suatu peristiwa dalam suatu jenis.23 b. Metode Induktif Yaitu proses logika yang berangkat dari data empirik lewat observasi menuju kepada teori, atau dari pengetahuan yang bersifat khusus untuk di tarik ke sifat umum.24 c. Metode Deskritif Metode yang berusaha menggambarkan, menganalisa dan menilai data yang terkait dengan masalah diatas metode ini digunakan untuk memahami pendapat dan dasar hukum yang dipakai oleh imam madzhab tentang perbedaan rakaat shalat tarawih, sedangkan langkah-
22
.Moh Nazir , Metode Penelitian,( Jakarta: Ghalia Indonesia,1998) hlm 211
23
Syaifuddin Anwar, Metode Penelitian, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm 40
24
Ibid, hlm 40
16
langkah yang digunakan oleh penulis adalah dengan mendeskripsikan baik yang berkaitan dengan pendapat maupun dasar hukum yang dipakai.25
H. SISTEMATIKA PENULISAN
Sebagai upaya untuk mempermudah dalam menyusun dan memahami penelitian secara sistematis, maka kerangka penulisan disusun sebagai berikut :
a. Bab Pertama : adalah pendahuluan yang terdiri dari enam sub pembahasan. Pertama Latar belakang masalah yang memuat alasan-alasan pemunculan masalah yang diteliti. Kedua penegasan judul, yang di sini di tulis kejelasan kata kunci yang sangat erat kaitannya dengan penelitian ini. Ketiga Rumusan masalah, yang merupakan penegasan terhadap apa yang terkandung dalam latar belakang masalah. Keempat Tujuan dan kegunaan yang akan dicapai dalam penelitian ini. Kelima tinjauan pustaka, Keenam Metode penelitian , Metode penelitian meliputi : Jenis penelitian, Metode pengumpulan data, Analisis data. Ketujuh Sistematika penulisan, Sistematika penulisan merupakan akhir dari bab ini yang bertujuan mensistematisir penyusunan penelitian. b. Bab kedua berisi tentang landasan teori konsep Shalat Tarawih yang terdiri dari :
25
Ibid, hlm 7
17
Pertama pengertian Shalat tarawih,kedua waktu menjalankan shalat tarawih, ketiga hukum shalat tarawih , keempat Tata cara shalat tarawih, kelima Fadhilah shalat tarawih. c. Bab ketiga Objek kajian memuat tentang biografi Imam madzhab,Istinbat hukum Imam Madzhab, Pendapat Imam madzhab dan Dasar hukum imam madzhab tentang raka’at shalat tarawih. d. Bab keempat Hasil penelitian tentang analisis pendapat imam madzhab tentang rakaat shalat tarawih, dan Analisis Komparatif tentang perbedaan raka’at shalat tarawih. e. Selanjutnya Bab kelima adalah penutup yang berisi kesimpulan, saran dan penutup.