BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Pentingnya Ruang Terbuka Publik Fenomena pemanasan bumi, penurunan kualitas lingkungan, dan bencana
alam
menyadarkan
pentingnya
keberlanjutan
kota
demi
kelangsungan kehidupan umat manusia. Saat ini, kota-kota di Indonesia mengalami penurunan ekologi perkotaan yang diwarnai dengan terjadinya masalah, antara lain: banjir, krisis air bersih, kemacetan, dan pencemaran udara. Masalah yang terjadi di lingkungan perkotaan tersebut menjadi pertimbangan bahwa sebuah kota harus diperbaiki; mulai dari hunian hijau, lingkungan hijau, dan kota hijau. RTH (Ruang Terbuka Hijau) merupakan salah satu ruang kota sebagai penyeimbang ekosistem kota–sistem hidrologi, klimatologi, dan sistem ekologi–untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan estetika kota, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat kehidupan yang berkualitas1. Menurut penelitian organisasi semi otonom di bawah MPM KM IPB, 2011, sebuah kota yang ideal memiliki luasan ruang terbuka hijau sebesar 30%. Perhitungan ini didasarkan dari variabel luasan wilayah, kepadatan penduduk, dan besarnya polutan dari sebuah kota yang dapat diserap oleh vegetasi. Pembangunan wilayah kota saat ini bersifat betonisasi, seperti pembangunan lahan vegetasi menjadi gedung pusat perbelanjaan, industri, dan bisnis properti.
Kebijakan ini diambil karena bersifat
menguntungkan secara ekonomi dalam kurun waktu yang cepat, namun apabila dipertimbangkan dalam jangka panjang akan merugikan bagi kelangsungan ekologi di sekitarnya. Ruang terbuka hijau berperan penting pada aspek sosial masyarakat perkotaan sehingga juga dapat disebut ruang terbuka publik. Ruang terbuka publik merupakan tempat untuk melakukan aktivitas yang 1
Sumber : Siahaan, James. 2010.Buletin Tata Ruang. Ruang Publik: Antara Harapan dan Kenyataan. Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional
1
mempertemukan sekelompok masyarakat dalam keramaian. Oleh karena itu, ruang terbuka publik ini merupakan bagian penting dari kehidupan sosial di lingkungan perkotaan. Menurut Haryadi Setiawan, 2010:20, selain untuk aktivitas publik, ruang terbuka juga bermanfaat untuk memberikan keindahan dan udara segar. I.1.2 Livabilitas Ruang Terbuka Publik dalam konteks Taman Langsat Taman kota merupakan salah satu ruang terbuka publik yang saat ini sudah mulai dikembangkan pada pembangunan kawasan perkotaan di kota-kota besar, antara lain: Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Menurut Putu Rumawan Salain, 2003, taman kota merupakan suatu kawasan ruang terbuka hijau di perkotaan, lengkap dengan segala fasilitasnya untuk kebutuhan masyarakat kota sebagai tempat rekreasi aktif maupun pasif. Selain berfungsi sebagai tempat rekreasi warga dan sebagai paru-paru kota, taman kota juga berfungsi sebagai pengendali iklim mikro, konservasi air-tanah, serta sebagai habitat flora dan fauna terutama burung. Oleh karena fungsi yang beragam pada taman kota, maka taman kota yang ideal menjadi salah satu tujuan masyarakat kota untuk beraktivitas. Salah satu kota besar yang saat ini sedang mulai dikembangkan pembangunan ruang terbuka publik berupa taman kota adalah kota Jakarta. Kota Jakarta memiliki kota taman pertama di Indonesia yang merupakan hasil rancangan arsitek Moh. Soesilo, yaitu kawasan Kebayoran Baru yang terletak di Jakarta Selatan. Kebayoran Baru merupakan adaptasi kota taman bergaya Eropa dalam iklim tropis sehingga sering disebut sebagai kota taman tropis yang banyak dikembangkan oleh Thomas Karsten di beberapa kota di Jawa (Bogor, Bandung, Malang) dan luar Jawa. Kebayoran Baru memiliki konsistensi hierarki jalan dan peruntukan lahan yang jelas mulai dari Blok A hingga Blok S2. Sebagai kota taman, Kebayoran Baru didominasi rancangan ruang terbuka hijau lebih dari 30% dari total luas kota Kebayoran Baru 720 hektar. Ada beberapa taman di Kebayoran Baru yang menjadi menjadikan ruang 2
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/ Kebayoran_Baru,_Jakarta_Selatan, diakses 19 Juli 2012, pukul 15.45 WIB
2
terbuka pada kawasan ini berkembang, antara lain: Taman Leuser, Taman Ayodya, Taman Langsat, serta beberapa taman kecil yang menjadi ruang hijau pada area permukiman di Kebayoran Baru. Taman Leuser adalah sebuah Taman di Kebayoran Baru yang terletak di tengah-tengah permukiman. Taman Leuser lebih berfungsi sebagai ruang hijau. Taman ini tidak difungsikan untuk aktivitas publik. Ada pula Taman Ayodya, merupakan sebuah taman yang ramai oleh aktivitas publik. Taman ini terletak di sekitar area komersial, tepatnya di sebelah tenggara Taman Langsat. Lokasi Taman Ayodya merupakan bekas pasar ikan yang saat ini sudah diubah menjadi ruang hijau yang menampung kegiatan publik. Taman Ayodya saat ini menjadi ikon di Jakarta Selatan. Taman Langsat menjadi fokus yang menarik karena Taman ini terletak di antara area komersial yang ramai, namun Taman ini terlihat sepi. Taman Langsat memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai taman yang mewadahi aktivitas publik karena terdapat sarana yang sebenarnya menarik dijadikan tempat untuk beraktivitas. Selain potensi fasilitas yang disediakan, taman ini juga memiliki view yang bagus dari beberapa sudut pandang. Taman Langsat merupakan ruang terbuka publik yang menjadi fokus dalam penelitian. Taman Langsat merupakan taman dengan luas 3,5 hektare yang dibatasi oleh 4 jalan arteri di Jakarta Selatan, yaitu Jalan Barito, Jalan Kyai Maja, Jalan Melawai, dan Jalan K.H. Dahlan. Lokasi Taman Langsat terletak pada area strategis dan mudah diakses dari terminal Blok M maupun Pasar Mayestik. Menurut informasi dari Dinas Pertamanan Jakarta, Ibu Rheina, 2012, selaku kepala bagian Pertamanan, pada awalnya Taman Langsat merupakan tempat penampungan bibit tanaman, namun pada saat ini telah ditingkatkan fungsinya untuk kepentingan publik dengan fasilitas yang disediakan antara lain: tempat kursus, lapangan futsal, lapangan tenis, area koleksi tanaman, dan tempat pameran. Taman Langsat memiliki beberapa potensi yang berkaitan dengan manfaat ekologi, antara lain :
3
1. Pola pengamanaan air dan banjir, berhuubungan denngan proses hidrologis, antarra lain: alirann permukaann, daerah ressapan air dann daerah tanngkapan air hujann. 2. Pola pengamanaan udara, berrhubungan dengan d upayya peningkattan kualitas udaraa agar tetap segar, tidak tercemar, daan sehat. 3. Pola
nan pengaman
keaneekaragaman
hayati,
bberhubungann
dengan
konservasi berbaagai spesies dan d habitat di d mana merreka bisa hiddup. hubungan deengan konseervasi situs 4. Pola pengamanaan warisan bbudaya, berh budaaya, seperti bangunan b caagar budayaa, kawasan llansekap caggar budaya agar tidak habiss akibat pem mbangunan fisik yang akan meru ubah wajah lanseekap. 5. Pola pengamanaan rekreasi,, berhubunggan dengann tempat-tem mpat yang mpunyai funggsi sosial dann nilai rekreaasi bagi wargga kota mem Petaa Jakarta
Petaa Kebayoran Baru
Gaambar 1.1 Lokkasi kawasan Kebayoran K Baruu Sumber : RTRW Jakartta, 2012
Livabilitaas adalah kriteria yanng tidak teerukur dalaam sebuah perancaangan. Livab bilitas adalahh kenyamannan untuk tinggal di daalamnya, di
4
mana dalam perancangan kawasan memerlukan kriteria kenyamanan agar aktivitas terjadi dalam jangka waktu yang menerus (Kevin Lynch, 1974: 16). Fungsi taman kota di Kebayoran Baru yaitu sebagai fungsi ekologi dan ruang aktivitas bagi publik. Namun, tidak semua taman di kawasan Kebayoran Baru hidup oleh aktivitas publik karena kurangnya faktor aksesibilitas, kondisi pencahayaan dan penataan sekitar kawasan.
Gambar 1.2 Aktivitas yang terus berlangsung di Taman Ayodya menunjukkan livabilitas pada ruang terbuka publik
Taman kota di Kebayoran Baru yang sepi oleh aktivitas publik salah satunya adalah Taman Langsat. Taman Langsat terletak di kawasan strategis yang berdekatan dengan area komersial dan permukiman. Di sepanjang jalan, banyak rumah tinggal yang berubah menjadi kantor, toko, kafe, galeri, dan beberapa tempat usaha. Setiap hari, baik hari biasa maupun akhir pekan, taman tersebut minim pengunjung. Intensitas pengunjung yang beraktivitas pada taman masih kurang apabila dibandingkan dengan aktivitas di Taman Ayodya yang terletak di sisi tenggara Taman Langsat. Keberadaan ruang terbuka publik ini sangat diperlukan oleh masyarakat kota, sehingga perlu dikaji faktor yang mempengaruhi kenyamanan masyarakat dalam beraktivitas di ruang terbuka publik. Ruang terbuka publik saat ini sangat diperlukan karena porsinya yang semakin berkurang
pada
lingkungan
perkotaan,
khususnya
Jakarta.
Dalam
perkembangannya, Taman Langsat yang saat ini minim pengunjung menarik untuk dikaji karena Taman Langsat layak untuk dipertahankan dan dihidupkan kembali untuk mewadahi aktivitas publik.
5
I.1.3 Seting Fisik Ruang Terbuka Publik dalam konteks Taman Langsat Fenomena yang terjadi saat ini, kondisi Taman Langsat lebih berfungsi sebagai ruang terbuka hijau di tengah kota. Meskipun terdapat ruang untuk beraktivitas publik di dalamnya namun kurang adanya respon dari masyarakat untuk beraktivitas pada area tersebut. Hal ini perlu mendapat perhatian bagaimana seting fisik Taman Langsat yang dapat berfungsi sebagai ruang terbuka hijau dan tempat untuk beraktivitas masyarakat. Fenomena ini menarik untuk dikaji faktor seting fisik apa yang mempengaruhi kenyamanan masyarakat untuk beraktivitas agar pemanfaatannya dapat optimal. Untuk membentuk aktivitas di Taman Langsat ada 2 faktor dari seting fisik kawasan yang saling mendukung terhadap adanya pola aktivitas masyarakat dalam pemanfaatan taman kota, yaitu : 1. Faktor eksternal yang merupakan seting fisik pelingkup kawasan dari Taman Langsat dengan berbagai sektor kegiatan mulai dari perkantoran, rumah makan, sekolah, dan perdagangan yang menghidupkan kawasan. Kawasan sekitar merupakan faktor yang secara tidak langsung membentuk aktivitas di Taman Langsat. 2. Faktor internal yang merupakan seting fisik di pusat kawasan yaitu Taman Langsat, diharapkan dapat menjadi ruang terbuka publik sekaligus sebagai ruang terbuka hijau. Akan tetapi kurang optimalnya seting fisik di Taman Langsat mengakibatkan taman kurang nyaman untuk beraktivitas. Menurut Carr, 1992:2-3, ruang publik merupakan wadah interaksi sosial masyarakat, sebagai ruang tempat semua lapisan masyarakat bertemu dan berinteraksi. Dalam perancangan ruang publik, interaksi dan kondisi dapat dicapai dengan penataan elemen fisik. Ruang publik yang berhasil harus memenuhi kualitas responsif, demokratis, dan bermakna. I.1.4 Space syntax dan Seting Ruang Taman Langsat Space syntax adalah seperangkat alat lunak untuk menganalisa pola ruang, khususnya pola ruang yang merupakan aspek penting pada hubungan sosial manusia baik di dalam bangunan dan kota. Ruang merupakan aspek kunci dimana kehidupan sosial dan budaya berlangsung. Menurut Hillier,
6
1996:40, perilaku manusia tidak sekedar terjadi pada sebuah ruang, tetapi kegiatan tersebut membentuk ruang tersendiri apakah ruang tersebut digunakan untuk berkumpul, berinteraksi, pendidikan, makan atau sebagai tempat hunian. Pengaturan ruang selalu memunculkan suatu bentuk pola ruang yang oleh Hillier disebut sebagai konfigurasi ruang. Konfigurasi berhubungan dengan ruang-ruang yang saling berkaitan satu sama lainnya, tidak hanya berdiri sendiri tetapi juga dengan memperhatikan pola keseluruhan yang terbentuk. Mengangkat permasalahan ruang yang terdapat di Taman Langsat saat ini, topik yang diangkat dalam penelitian adalah mengenai hubungan antara livabilitas dengan seting fisik di Taman Langsat. Objek yang menjadi penelitian adalah intensitas aktivitas dan seting fisik Taman Langsat. Kedua objek penelitian ini dihubungkan untuk melihat bagaimana hubungan ruang Taman Langsat mempengaruhi aktivitas di dalamnya. Fokus penelitian adalah pada intensitas aktivitas pengunjung serta aktivitas lain di sekitar Taman Langsat. Tujuan penggunaan perangkat lunak depthmap (space syntax) dalam penelitian adalah untuk mengetahui hubungan livabilitas dari kegiatan di Taman Langsat dengan seting ruang yang terbentuk dari kondisi saat ini. I.2 FOKUS DAN LOKUS PENELITIAN Keberadaan taman kota sangat diperlukan oleh masyarakat kota, sehingga perlu dikaji faktor yang mempengaruhi livabilitas dalam memanfaatkan ruang terbuka publik. Taman kota ini diperlukan karena semakin sedikit ruang terbuka. Sehingga dalam perkembangannya, Taman Langsat di Kebayoran Baru yang saat ini sepi menarik untuk dikaji karena Taman Langsat layak untuk dipertahankan dan dihidupkan kembali untuk mewadahi aktivitas publik.
7
I.3 RUMUSAN PERMASALAHAN Dari latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang terjadi pada kawasan, antara lain: 1. Kondisi persebaran aktivitas di Taman Langsat tidak merata karena seting fisik Taman Langsat yang kurang menunjang untuk mengakomodasi aktivitas pengguna. 2. Kondisi seting fisik di Taman Langsat dilihat dari segi penataan keruangan mengakibatkan aktivitas pengunjung cenderung mengelompok pada sisi tertentu saja. Sehingga, area yang ramai menjadi semakin ramai dan area yang sepi menjadi semakin sepi dan tidak ada pemanfaatan pada area yang sepi. Hal ini berkaitan dengan kenyamanan ruang aktivitas publik. 3. Kondisi livabilitas di Taman Langsat menurun karena seting fisik yang belum tertata. Misalnya, kondisi Taman Langsat dilihat dari posisi keberadaan Taman Langsat dalam kawasan secara mikro, berhubungan dengan penataan akses dan penataan fasilitas ruang publik.
I.4 PERTANYAAN PENELITIAN Dari rumusan permasalahan tersebut di atas, maka muncul pertanyaan penelitian yang perlu dijawab dalam penelitian, yaitu : a. Bagaimanakah
livabilitas di Taman Langsat sebagai ruang terbuka
publik? b. Bagaimanakah pengaruh seting fisik terhadap livabilitas Taman Langsat? c. Bagaimanakah arahan seting fisik ruang terbuka publik di Taman Langsat yang mampu memberikan kenyamanan bagi pelaku aktivitas? I.5 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan dalam penelitian, antara lain : a. Untuk mengetahui bagaimana livabilitas di Taman Langsat sebagai ruang terbuka publik b. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh seting fisik terhadap livabilitas Taman Langsat
8
c. Untuk memberikan arahan seting fisik ruang terbuka publik di Taman Langsat yang mampu memberikan kenyamanan bagi pelaku aktivitas Manfaat dalam penelitian, antara lain : a. Bagi Pemerintah Daerah Meningkatkan fungsi ruang terbuka publik sebagai ruang sosial yang penting bagi kepentingan publik dan sebagai penghijauan dalam kota. b. Bagi Masyarakat Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya ruang terbuka publik dan pemeliharaan untuk kepentingan bersama c. Bagi Peneliti Untuk mengetahui hubungan seting fisik dengan livabilitas ruang terbuka publik I.6 SASARAN PENELITIAN Sasaran dalam penelitian, antara lain : 1. Mengetahui fenomena livabilitas yang terjadi di Taman Langsat dalam kaitannya dengan intensitas aktivitas yang terjadi di Taman Langsat. 2. Mengobservasi seting fisik ruang terbuka publik dan livabilitas (terkait dengan jumlah pelaku aktivitas, waktu penggunaan ruang, serta kondisi kegiatan aktif-pasif pada ruang terbuka publik). 3. Mengukur dan menganalisis tingkat kepuasan dan kenyamanan (dalam kaitannya dengan seting perilaku) di Taman Langsat 4. Menganalisis dan membahas hubungan antara kondisi seting fisik ruang terbuka publik dengan livabilitas menggunakan perangkat lunak depthmap. 5. Menganalisis dan membahas hubungan tingkat kepuasan dan kenyamanan dengan livabilitas (berhubungan dengan intensitas aktivitas) dengan melihat hasil simulasi depthmap diperkuat dengan hasil penemuan lapangan dari sisi perilaku pengguna sebagai variabel kontrol. 6. Memperoleh temuan yang akan dijadikan dasar arahan perancangan. 7. Merumuskan arahan perancangan seting fisik ruang terbuka publik Taman Langsat yang memberikan kenyamanan bagi pelaku aktivitas
9
I.7 KEASLIAN PENELITIAN Berdasarkan fokus dan lokus penelitian ini, peneliti akan meneliti mengenai Hubungan Antara Livabilitas Dengan Seting Fisik Ruang Terbuka Publik (Studi Kasus : Taman Langsat, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan). Berikut penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang terkait dengan ruang terbuka publik. Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No
Nama/Tahun
1.
Dewina Putri Sugianto IPB, 2010
2.
Joni Setiawan UGM, 2011
3.
Penny Papargylopoulou UCL (University Coulege London), 2006
4.
Renaldi Abdul Halid UGM, 2011
5.
Maria Raras Windiyasti UGM, 2013
Judul Identifikasi Lanskap Kota Taman Kebayoran Baru Sebagai Identitas Kotamadya Jakarta Selatan Pemanfaatan taman kota sebagai Ruang Publik di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat Park interpretation An exploration of the spatial properties and urban performance of Regent’s Park, London and Pedion Areos park Athens Hubungan Pola Guna Ruang Dengan Konfigurasi Ruang Di Alun-alun Utara Yogyakarta
Hubungan Livabilitas dengan Seting Fisik Ruang Terbuka Publik
Lokus Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Metoda Penelitian Rasionalistik Kualitatif
Taman Menteng Jakarta Pusat
Rasionalistik Kualitatif
Regent park, English Pedion Areos park Athens, Yunani
Metode eksperimen simulatif dengan perangkat lunak space syntax garis aksial visibility graph analysis
Alun-alun Utara Yogyakarta
Metode eksperimen simulatif dengan perangkat lunak depthmap dan hasilnya dianalisis secara kuantitatif Metode Taman eksperimen Langsat, simulatif dengan Kebayoran Baru, Jakarta perangkat lunak Depthmap dan Selatan hasilnya akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif
10
I.8 KERANGKA ALUR PIKIR PENELITIAN
Gambar 1.3 Kerangka Alur Pikir Penelitian
11