BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika alam sangat memberikan dampak bagi kehidupan manusia, baik bersifat menguntungkan maupun merugikan. Sifat merugikan inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan bencana. Upaya meminimalisasi resiko atau
kerugian
bagi
manusia
diperlukan
pengetahuan,
pemahaman,
keterampilan kesiapsiagaan untuk mencegah, mendeteksi dan mengantisipasi secara lebih dini tentang berbagai macam bencana atau lebih dikenal dengan istilah mitigasi bencana. Kelurahan Sewu berada di wilayah Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Luas wilayah Kelurahan Sewu adalah 48,5 Ha dan terbagi menjadi 9 Dukuh, 9 RW dan 35 RT dengan jumlah penduduk 8.389 jiwa. Kelurahan Sewu merupakan dataran rendah yang memiliki ketinggian tempat 70-90 M diatas permukaan laut, dan memiliki kemiringan tanah antara 0-10% sehingga dapat digolongkan sebagai daerah yang memiliki topografi landai. Keadaan sosial ekonomi masyarakat Kelurahan Sewu merupakan kelurahan termiskin di Kecamatan Jebres, yaitu dengan angka kemiskinan 21% dari total penduduk dan sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai buruh yang mencapai 70%. Kemiskinan di Kelurahan Sewu terpusat di daerah sekitar bantaran Sungai Bengawan Solo yang setiap tahun terkena banjir (sumber: Kecamatan Jebres Dalam Angka, 2010. BPS).
1
Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Jebres
2
3
Terjadinya hujan dengan intensitas tinggi di Sub DAS Bengawan Solo Hulu dan Kali Madiun Pada tanggal 25 Desember 2007 berdampak pada terjadinya banjir besar di seluruh DAS Bengawan Solo. Hal ini menimbulkan dampak seperti tergenangnya perumahan, fasilitas umum, kantor, tempat ibadah,
sawah/tegalan,
dan
jalan.
Banjir
besar
tersebut
melanda
kabupaten/kota di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo. Banjir Bengawan Solo menyebabkan terendamnya sejumlah sekolah yang terdapat di Kota Solo. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora)
Kota
Solo,
Jumat
28
Desember
2007
(dalam
http://solopeduli.blogspot.com/2007/12/jumlah-sekolah-yang-terendambertambah.html), menyebutkan jumlah sekolah terendam bertambah dari 20 menjadi 33 sekolah. Dari ke-33 sekolah tersebut yaitu: SMP MIS Surakarta, SD N Kampung Sewu 25, dan SD N Karengan 124 yang menjadi lokasi penelitian turut terendam banjir sehingga aktifitas belajar mengajar di sekolah dihentikan untuk sementara waktu sampai banjir surut dan hal ini sangat merugikan sekolah terutama berkaitan dengan proses belajar mengajar. Pendidikan formal yang secara operasional dinyatakan dalam bentuk pembelajaran di sekolah, maka penyikapan terhadap bencana tersebut sudah semestinya direspon oleh guru. Guru memiliki peran yang sangat penting dan krusial dalam membekali siswa dengan pengetahuan tentang kebencanaan melalui pembelajaran di sekolah, terlebih sekolah terletak pada zona yang cukup rawan terhadap ancaman bahaya bencana yang diakibatkan oleh Sungai Bengawan Solo.
Gambar 2. Peta Rawan Banjir Kota Surakarta Th 2007
4
5
Ancaman utama yang diakibatkan oleh Sungai Bengawan Solo yang memberi dampak cukup serius pada sekolah adalah banjir. Banjir hampir setiap tahun menjadi ancaman bencana yang harus dihadapi, maka dalam pembelajaran di kelas guru harus mampu
membekali siswa dengan
pengetahuan secara teoritis dan pengetahuan praktis untuk menggunakan gejala geosfer sebagai sistem peringatan dini (early warning system) mengenai tentang
kebencanaan banjir sehingga, pengetahuan dan ketrampilan pendidikan
mitigasi
bencana
penting
dikuasai
oleh
guru.
Permasalahannya apakah pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh guru dalam menghadapi bencana sudah cukup, sehingga dapat menanamkan budaya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana kepada siswa melalui pembelajaran di kelas. Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis melakukan penelitian terhadap masalah tersebut dengan mengambil judul “PERAN GURU
TERHADAP
MENGHADAPI
KESIAPSIAGAAN
BENCANA
BANJIR
DI
SEKOLAH KELURAHAN
DALAM SEWU
KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat diidentifikasi berbagai masalah yang dihadapi guru : 1. Masih lemahnya peran guru dalam pendidikan mitigasi bencana disebabkan karena kurangnya pemahaman dan ketrampilan yang dimiliki guru tentang kebencanaan.
6
2. Sulit ditanamkannya budaya kesiapsiagaan bencana di sekolah karena belum tersusunya kebijakan yang berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah dapat diungkap, bahwa kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi bencana sangat ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan ketrampilan guru dalam menyikapi setiap resiko bencana yang didukung kebijakan kebencanaan sekolah. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana kemampuan guru dalam menghadapi bencana yang terjadi pada lingkungan sekolah?. 2. Bagaimana kesiapsiagaan sekolah, di kompleks sekolah Kelurahan Sewu dalam menghadapi bencana?. E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui kemampuan guru dalam menghadapi bencana yang terdapat pada lingkungan sekolah. 2. Mengetahui kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi bencana.
7
F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah 1. Manfaat Teoritis a. Bertambahnya kazanah ilmu pengetahuan pendidikan mitigasi bencana pada sekolah tempat dilaksanakannya penelitian dan di lingkungan Universitas Muhammadiyah Surakarta. b. Masukan kepada sekolah yang digunakan sebagai lokasi penelitian, agar meningkatkan kesiapsiagaan dari ancaman bencana yang terdapat pada lingkungan sekolah. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru Meningkatkan kesadaran, kepedulian, kemampuan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi resiko bencana dengan tujuan untuk mengurangi dampak bencana. b. Bagi peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pendidikan mitigasi yang sesuai untuk diterapkan di sekolah.