BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Tujuan dari pembangunan nasional adalah mewujudkan kemakmuran,
meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan menurunkan tingkat kemiskinan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan, BPS (2007). Kemiskinan dipengaruhi oleh berbagai fakor antara lain, tingkat pertumbuhan ekonomi, pengangguran, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, dan gender. Menurut Todaro (2000), pembangunan ekonomi bukan tidak hanya bertumpu pada pertumbuhan PDB saja, tetapi pengurangan kemiskinan, pengurangan ketimpangan pendapatan dan penyediaan lapangan kerja. Berikut ini merupakan diagram Rasio penduduk miskin dengan penghasilan $2 per hari negara-negara di Asia Diagram 1.1 Rasio penduduk miskin dengan penghasilan $2 per hari (PPP) (% penduduk) Tahun 2012
Sumber :Survei Ekonomi OECD Indonesia, 2015
1
Rasio peduduk miskin di Indonesia bersama India, Vietnam, Tiongkok memiliki rasio yang cukup tinggi dibandingkan negara – negara lain di Asia. Houghton dan Khandker (2012), menemukan bahwa penyebab kemiskinan berdasarkan karakteristik wilayah, karakteristik masyarakat, karakteristik rumah tangga maupun karakteristik individu. Berikut ini merupakan diagram Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin yang ada di Indonesia Tahun 2004-2013. Diagram 1.2 Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin di Indonesia tahun 2004-2013
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (diolah), 2014
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014), jumlah penduduk miskin di Indoensia pada tahun 2004 - 2013 masih relatif tinggi. Tahun 2004 2006 penduduk miskin dalam perkembanganya mengalami fluktuatif. Jumlah penduduk miskin tahun 2004 adalah 36,15 juta jiwa. Pada tahun 2005 sempat menunjukkan penurunan, namun pada tahun 2006 terjadi lonjakan jumlah penduduk miskin hingga mencapai 39,30 juta jiwa. Pada tahun 2007-2013 jumlah penduduk miskin di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Tahun 2
2013 pendududk miskin di Inodnesia turun hingga angka 28,55 juta jiwa. Berikut presentase penduduk miskin di Indonesia Tahun 2013. Diagram 1.3 Presentase Penduduk Miskin di Indonesia tahun 2013
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (diolah), 2014
Diagram diatas menunjukkan pada Tahun 2013 presentase penduduk miskin terbesar berada di Provinsi Papua yaitu sebesar 31,53% . Lalu, disusul oleh 5 Provinsi lainya yaitu Papua Barat, Nusa Tenggara, Maluku, dan Gorontalo. Untuk presentase penduduk miskin terkecil berada pada angka 3,72% berada di provinsi DKI Jakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk dalam sepuluh besar presentase yang menempati peduduk miskin terbesar di Indonesia. Berikut Grafik Perbandingan Presentase Penduduk Miskin di Pulau Jawa Tahun 2013.
3
Grafik 1.1 Perbandingan Presentase Penduduk Miskin di Pulau Jawa Tahun 2013 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00
Presentase Penduduk Miskin
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (diolah), 2014
Grafik diatas menunjukkan bahwa presentase penduduk miskin di DIY lebih besar dibandingkan dengan provinsi lain yang ada di Pulau Jawa. Padahal, Yogyakarta merupakan kota pelajar dan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Berikut Grafik Presentase pendduk miskin di DIY. Diagram 1.4 Perbandingan Presentase Penduduk Miskin di Kabupaten/Kota di Provinsi DIY Tahun 2013 (dalam persen)
Sumber : Badan Pusat Statistik DIY (diolah), 2014
Terlihat pada grafik bahwa kemiskinan didominasi oleh kabupaten Gunung Kidul dan Kulon Progo. Pada kenyataanya presentase penduduk miskin di DIY masih tinggi. Padahal garis kemiskinan DIY selama beberapa tahun
4
tepatnya sejak tahun 2008-2013 selalu lebih tinggi dibandingkan garis kemiskinan nasional. Berikut merupakan tabel garis kemiskinan DIY dan Garis kemiskinan Nasional. Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan DIY Tahun 2008-2013 Tahun Garis Kemiskinan Garis Kemiskinan DIY Nasional (rp/kapita/bulan) 2008
182.636
202,362
2009
200.262
220,830
2010
211.726
234,282
2011
243,729
257.909
2012
259,520
270.110
2013
271.626
283.454
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (diolah), 2014
Menurut Kuncoro (2013:195-199), batas garis kemiskinan yang digunakan oleh setiap daerah berbeda–beda, berdasarkan lokasi dan standar kebutuhan hidup masing-masing daerah. Penelitian ini dilakukan karena DIY memiliki tingkat garis kemiskinan yang tinggi akan tetapi memiliki presentase penduduk miskin tertinggi pula di pulau Jawa. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemiskinan adalah Pertumbuhan Ekonomi. Mills dan Pernia (1993), dengan metode analisis lintas Negara menunjukan bahwa kemiskinan di suatu Negara akan semakin rendah jika pertumbuhan ekonominya pada tahun-tahun sebelumnya tinggi, dan semakin tinggi laju pertumbuhan PDB semakin cepat turunnya tingkat kemiskinan. Berikut ini grafik yang menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2008-2013.
5
Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi menurut Indonesia dan Provinsi DIY tahun 2008-20013 (dalam persen)
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (diolah), 2014
Berdasarkan grafik diatas Provinsi DIY memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dibandingkan nasional. Pertumbuhan ekonomi di Provinsi DIY selalu meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut belum cukup untuk megurangi penduduk miskin yang ada di Provinsi DIY. Pertumbuhan ekonomi akan mencapai hasil yang optimal jika, disertai dengan pemerataan bagi seluruh kelompok masyarakat. Indikator lain yang mempengaruhi kemiskinan adalah pendidikan. Menurut Simmons (dikutip dari Todaro dan Smith, 2006), pendidikan merupakan cara untuk menyelamatkan diri dari kemiskinan. Indikator pendidikan dapat dilihat dari angka melek huruf. Menurut Yanuwidiasta (2015), tingkat melek huruf (AMH) di sebuah wilayah/negara ternyata menjadi perhatian para pengambil keputusan untuk menginvestasikan dananya. Semakin baik tingkat melek huruf suatu wilayah semakin baik lingkungan investasi, sehingga semakin berkembang pula perekonomian sebuah wilayah/negara. Berikut diagram AMH provinsi DIY dan nasional tahun 2008-2013.
6
Grafik 1.3 Angka Melek Huruf (AMH) menurut Indonesia dan Provinsi DIY tahun 2008-20013 (dalam persen)
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (diolah), 2014
Berdasarkan grafik di atas menunjukkan AMH yang ada di Provinsi DIY selalu dibawah rata-rata nasional. Menurut Disdikpora DIY (2015), Saat ini jumlah TK mencapai 2.253 buah, SD/MI mencapai 2.004 buah, kemudian SMP sederajat 532 buah, disusul dengan SMA/SMK sederajat 404 buah, kemudian perguruan tinggi mencapai 127 buah. 1.2 Rumusan Masalah Provinsi DIY menempati presentase terbesar penduduk miskin di Pulau Jawa. Padahal pertumbuhan ekonomi di Provinsi DIY relatif meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah fasilitas pendidikan relatif banyak ditunjukkan dengan DIY mendapatkan julukan kota pelajar namun, pendidikan (AMH) provinsi DIY selalu di bawah rata-rata nasional. Begitupun dengan garis kemiskinan Provinsi DIY yang selalu lebih tinggi daripada nasional. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti seberapa besar pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pendidikan terhadap kemiskinan di Provinsi DIY pada tahun 2008 – 2013.
7
1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan ini adalah mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pendidikan terhadap kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2008-2013. 1.4 Manfaat Penulis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya atupun pihak lain berkaitan secara langsung dengan penelitian ini, 1. Bagi Pembaca, memberikan informasi tambahan mengenai seberapa besar Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Dan Pendidikan Terhadap Kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2008-2013 2. Bagi Instansi, memberikan gambaran mengenai pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Dan Pendidikan Terhadap Kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2008-2013. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan digunakan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan. Sistematika penulisan berisi informasi mengenai materi dan hal yang dibahas dalam tiap-tiap bab. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bab pertama dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Pada bab kedua dijelaskan mengenai landasan teori yang digunakan sebagai dasar dari analisi penelitian, penelitian terdahulu, dan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ketiga dijelaskan mengenai objek dan subjek penelitian, sampel, teknik pengambilan sampel, jenis dan sumber data, serta metode analisis yang dipakai dlam penelitian. BAB IV HASIL DAN ANALISIS Pada bab keempat diuraikan tentang deskripsi objek penelitian, analisis data, dan pembahasan atas hasil pengolahan data. BAB V KESIMPULAN Pada bab terakhir merupakan kesimpulan dari seluruh penelitian dan juga saran yang direkomendasikan oleh peneliti kepada masyarakat.
9