1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no
Tatakai) pada tahun 1600, menjadikan Tokugawa Ieyasu sebagai shogun 1 dan tanda dimulainya Tokugawa Bakufu 2 di Jepang. Shogun memerintah Jepang dari Edo (sekarang Tokyo) dan Kaisar tetap terisolasi di istananya di Kyoto. Meskipun Tokugawa Ieyasu masih melakukan perdagangan luar negeri, namun penerusnya yang takut terhadap pengaruh asing membuat larangan keras dalam melakukan kontak dengan bangsa luar sehingga menempatkan Jepang dalam politik isolasi (sakoku). Berlakunya politik tersebut menciptakan keadaan yang stabil bagi bangsa Jepang, namun juga mengakibatkan sistem ekonomi Jepang tidak berkembang.
3
Meskipun begitu, masa ini menjadi masa perdamaian
terpanjang dalam sejarah Jepang. Namun kondisi teratur yang diciptakan Tokugawa berakhir setelah 200 tahun ketika Komodor Matthew Perry dari Angkatan Laut Amerika Serikat tiba di Jepang. Kedatangan Bangsa Amerika dengan persenjataannya yang lebih modern memberi tekanan pada pemerintahan Tokugawa untuk mengakhiri kebijakan
1
Gelar untuk pemimpin militer Jepang yang saat itu memegang kekuasaan atas pemerintahan Jepang. 2 Sebutan untuk badan pemerintahan di bawah kekuasaan shogun. 3 Carl C. Hodge, Encyclopedia of the Age of Imperialism, 1800-1914 (Westport: Greenwood Press, 2008), hlm. 700.
2
sakoku. Hal ini ditandai dengan disetujuinya Perjanjian Kanagawa 4 pada tanggal 31 Maret 1854. Sejak kedatangan pertama Perry, beberapa daimyou 5 menolak kedatangan bangsa asing. Daimyou dari Satsuma lebih memilih untuk meningkatkan pertahanan di pesisir, daimyou dari Tosa mengharapkan bangsa asing tetap di luar selagi mempelajari ilmu militer, dan daimyou dari Mito memilih bersiap untuk perang daripada menunjukkan kelemahan di hadapan ancaman bangsa asing. Sedangkan fudai daimyou 6 seperti Hotta Masayoshi, Ii Naosuke, dan Abe Masahiro yang bertanggung jawab terhadap penetapan kebijakan, mendukung negosiasi dengan Perry. Namun, disetujuinya perjanjian Kanagawa yang banyak ditentang oleh para daimyou ini mengakibatkan bangkitnya sentimen nasionalis di seluruh Jepang. 7 Di tengah krisis luar negeri dan merenggangnya hubungan shogun dengan kaisar, muncul sebuah pemikiran di dalam masyarakat Jepang, yaitu ajakan untuk mengembalikan kekuasaan kaisar dan mengusir bangsa Barat dalam bentuk slogan Son’nou Joui 8. Setelah sekian lama tidak aktif, kekaisaran mulai ikut andil dalam urusan pemerintahan. Para patriot menantikan kaisar sebagai pemimpin baru yang fokus dalam menyatukan seluruh negeri untuk menghadapi serangan bangsa
4
Perjanjian persahabatan dan perdagangan antara Jepang dan Amerika. Petinggi militer yang memegang suatu wilayah di Jepang pada masa itu dan memerintah di bawah shogun. 6 Daimyou yang sebelum perang Sekigahara telah menjadi pengikut Klan Tokugawa. 7 Louis G. Perez, Japan at War: An Encyclopedia (California: ABC-CLIO, LLC, 2013), hlm. 236. 8 Secara harfiah, Son’nou berarti meninggikan atau memuja kaisar dan Joui berarti mengusir bangsa “barbar”. Merupakan filosofi politik Jepang dan pergerakan sosial yang bermula dari ajaran neo-konfusianisme. Filosofi ini menjadi slogan politik untuk menggulingkan pemerintahan Tokugawa pada tahun 1850-1860an. 5
3
Barat. 9 Slogan ini pun menjadi seruan perang fraksi-fraksi yang memberontak melawan pemerintahan Tokugawa. Beberapa tahun kemudian, dalam usaha mengakhiri kekuasaan shogun, Jepang mengalami sebuah peristiwa yang disebut dengan Restorasi Meiji 10 . Restorasi ini menjadi salah satu peristiwa terbesar dalam sejarah Jepang dan membawa Jepang ke dalam era yang baru. Di balik peristiwa besar ini, pasti terdapat tokoh-tokoh yang berperan dalam mewujudkan hal tersebut. Namun, untuk benar-benar memahami tindakan mereka, perlu diketahui latar belakang yang memotivasi para tokoh dalam restorasi ini. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai Tokugawa Nariaki dan ideologi Son’nou Jouinya sebagai salah satu pemikiran yang mendasari tindakan para tokoh dalam peristiwa Restorasi Meiji, peristiwa yang mengakhiri pemerintahan Tokugawa.
1.2.
Rumusan Masalah Keputusan yang diambil oleh bakufu untuk menerima permintaan bangsa
asing dalam pembukaan negara dan mengakhiri politik isolasi menimbulkan banyak tentangan dari berbagai pihak. Di tengah krisis ini, Tokugawa Nariaki muncul sebagai oposisi yang menentang kebijakan tersebut dengan ideologi Son’nou Joui. Tidak lama setelah itu, terjadi Restorasi Meiji dan pemerintahan Tokugawa pun berakhir. Hal ini menimbulkan pertanyaan, yaitu bagaimana
9
Matthew V. Lamberti, “Tokugawa Nariaki and The Japanese Imperial Institution: 18531858”, Harvard Journal of Asiatic Studies Vol. 32 (1972), 97. 10 Juga dikenal sebagai Meiji Isshin, merupakan rangkaian kejadian yang mengembalikan kekuasaan kaisar atas Jepang pada tahun 1868.
4
pemikiran Son’nou Joui yang dipromosikan oleh Tokugawa Nariaki dapat mempengaruhi pemerintahan Tokugawa?
1.3.
Tujuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pemikiran Son’nou Joui oleh Tokugawa Nariaki dan pengaruhnya terhadap pemerintahan Tokugawa.
1.4.
Ruang Lingkup Penelitian Agar skripsi ini tidak meluas dari bahasan utama, penulis membatasi ruang
lingkup penelitian dari awal kedatangan Perry di Jepang pada tahun 1853 hingga kematian Tokugawa Nariaki pada tahun 1860. Di samping itu, penulis juga akan membahas tentang kehidupan Nariaki dan efek dari ideologi Son’nou Joui bahkan setelah kematiannya melalui peristiwa-peristiwa penting yang terjadi beberapa tahun berikutnya. Fokus penelitian ini berada di wilayah Edo dan Mito. Hal ini dikarenakan Edo merupakan pusat pemerintahan Jepang pada masa itu, sedangkan Mito adalah wilayah kekuasaan Nariaki sekaligus tempat berkembangnya ideologi Son’nou Joui. Selain itu, di dalam penulisan ini juga akan dijabarkan mengenai sejarah pribadi Nariaki dan hubungannya dengan kekaisaran Jepang yang merupakan objek penting dalam ideologinya.
5
1.5.
Tinjauan Pustaka Sejauh pengamatan penulis, sudah ada beberapa buku yang membahas
tentang akhir Era Tokugawa, salah satunya adalah buku yang berjudul “Toward Restoration: The Growth of Political Consciousness in Tokugawa Japan” karya Harry D. Harootunian (Berkeley : University of California Press, 1970). Di dalam buku tersebut disebutkan mengenai peranan Sekolah Mito atau Mitogaku sebagai awal munculnya gagasan untuk menggulingkan bakufu. Selain itu, di dalam buku tersebut juga dijabarkan mengenai tokoh-tokoh yang terlibat dan ideologi mereka secara mendetail sesuai dengan urutan peristiwanya. Namun yang dibahas dalam buku tersebut adalah gambaran mengenai pandangan politik masyarakat Jepang secara umum selama Era Tokugawa, dan tidak terfokus pada sebuah permasalahan saja. Selain buku tersebut, terdapat tulisan lain yang membahas gerakan Joui dan kejatuhan bakufu, yaitu skripsi oleh Arum Vitasari yang berjudul “Peranan Chooshuu Han dalam Restorasi Meeji” (2009). Namun, hal yang diteliti oleh penulis dalam skripsi ini berpusat pada pergerakan di wilayah Choshuu han saja. Oleh karena itu, meskipun kedua penelitian ini sama-sama menjelaskan mengenai kejatuhan Bakufu, sudut pandang yang diambil dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Di dalam penelitian ini penulis menggunakan tokoh Tokugawa Nariaki dan slogan Son’nou Joui sebagai fokus penelitian.
6
1.6. Landasan Teori Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan Teori Propaganda Politik (The Theory of Political Propaganda) yang dipaparkan oleh Harold D. Lasswell sebagai landasan teori. Di dalam jurnalnya, “The American Political Science Review,” Lasswell menuliskan bahwa propaganda merupakan manajemen atas pola pikir kolektif dengan memanipulasi simbol-simbol penting tertentu. 11 Selain itu, Lasswell juga menjabarkan faktor-faktor yang menentukan keberhasilan sebuah propaganda dalam bukunya yang berjudul “Politics: Who Gets What, When.” Penulis kemudian menjadikan konsep tersebut sebagai rujukan dan argumen dalam analisis pada bab-bab pembahasan.
1.7.
Metode Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengumpulkan data melalui buku-
buku yang didapat dari Perpustakaan UGM dan melalui media buku elektronik atau e-book yang diunduh secara online mengenai akhir pemerintahan bakufu. Pengumpulan sumber-sumber sejarah yang berkaitan dengan Tokugawa Nariaki, dan hubungannya dengan kekaisaran diperoleh melalui jurnal-jurnal perpustakaan digital, Journal Store (JSTOR). Untuk bisa mendapatkan pemahaman mengenai pemikiran Tokugawa Nariaki, penulis mempelajari terlebih dahulu jurnal-jurnal penelitian mengenai politik di Jepang pada masa bakumatsu. 12
11
Harold D. Lasswell, The American Political Science Review, Vol. 21, No. 3. (Agustus, 1927), hlm. 627. 12 Bakumatsu (幕末) merupakan sebutan untuk masa-masa akhir pemerintahan bakufu (1850-1868).
7
Data yang akan dianalisis dalam penulisan skripsi ini berupa sumbersumber tertulis seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Sumber-sumber tertulis ini dibagi menjadi sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah data-data atau keterangan yang diperoleh dari penelitian atau pelaku sejarah yang secara langsung melakukan pengamatan atau menyaksikan kejadian-kejadian sejarah. Sedangkan sumber sekunder adalah data-data atau keterangan yang diberikan peneliti atau penulis yang menuliskan pengalaman atau hasil pengamatan orang lain yang sudah lepas (dekat atau jauh) dari kejadian aslinya. 13 Namun, dikarenakan peristiwa dalam penelitian ini telah berlangsung lebih dari 150 tahun yang lalu, peneliti tidak menggunakan sumber data primer. Peneliti meggunakan data digital dari surat-surat dan jurnal-jurnal yang disediakan oleh situs resmi pemerintah Jepang serta situs berbasis pendidikan sebagai sumber data sekunder. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis. Metode penelitian ini ditujukan untuk mempelajari permasalahan yang timbul dalam masyarakat dalam situasi tertentu, termasuk di dalamnya hubungan masyarakat, kegiatan, sikap, opini, serta proses yang tengah berlangsung dan pengaruhnya terhadap fenomena tertentu dalam masyarakat (Whitney, 1960).
13
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta, 1999), hlm. 37.
8
1.8.
Sistematika Penulisan Skripsi yang berjudul Pemikiran Son’nou Joui oleh Tokugawa Nariaki dan
Pengaruhnya terhadap Pemerintahan Tokugawa (1853-1860) terdiri atas empat bab yaitu: Bab I, pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. Bab II, menguraikan tentang dibukanya negara Jepang, termasuk di dalamnya mengenai politik isolasi yang berlaku saat pemerintahan Tokugawa dan kedatangan Perry di Jepang. Bab III, berisi tentang sejarah pribadi Tokugawa Nariaki, ideologinya, dan hubungannya dengan kekaisaran di Jepang pada saat itu. Bab IV, berisi analisis pemikiran Son’nou Joui Tokugawa Nariaki dan pengaruhnya terhadap pemerintahan Tokugawa berdasarkan teori yang digunakan. Bab V, mencakup kesimpulan mengenai topik yang dibahas.
