BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah suatu ikatan laki–laki dengan perempuan berdasarkan hukum dan undang–undang perkawinan yang sah. Dalam keluarga inilah akan terjadi interaksi pendidikan pertama dan utama bagi anak yang akan menjadi pondasi dalam pendidikan selanjutnya. Dengan demikian berarti, dalam masalah pendidikan yang pertama dan utama, keluargalah memegang peranan utama dan memegang tanggung jawab terhadap anak–anaknya. 1 Dalam pandangan Islam anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah SWT kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus manjaga dan memelihara amanah. Manusia adalah milik Allah SWT yang harus mengantarkan anaknya untuk mengenal dan menghadapkan diri kepada Allah SWT. Barangkali sulit untuk mengabaikan peran keluarga dalam pendidikan. Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.
1 Mansur pelajar, 2005), 318.
M.A. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. (Yogyakarta : Pustaka
Pendidikan keluarga yang baik adalah yang mau memberikan dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan agama. Kunci pendidikan dalam keluarga sebenarnya terletak pada pendidikan agamanya, karena pendidikan agamalah yang berperan besar dalam membentuk pandangan hidup seseorang. Dimana lingkungan keluarga memberikan dorongan atau memberikan motivasi dan rangsangan kepada anak untuk menerima, memahami, meyakini serta mengamalkan ajaran Islam. Pendidikan agama dalam kelurga itu harus mampu menghasilkan
anak
yang
menghormati
guru
dan
menghargai
pengetahuan. Pendidikan keluarga yang berasaskan keagamaan tersebut akan mempunyai esensi kemajuan dan tidak akan ketinggalan zaman. Diantara pendidikan yang diberikan kepada anak, pendidikan yang paling mulia yang dapat diberikan orang tua adalah pendidikan alQur’an, karena al-Qur’an merupakan lambang agama Islam yang paling asasi dan hakiki. Dengan memberikan pendidikan al-Qur’an pada anak, orang tua akan mendapatkan keberkahan dari kemuliaan kitab suci itu. Memberikan pendidikan al-Qur’an pada anak termasuk bagian dari menjunjung tinggi supremasi nilai-nilai spiritualisme Islam. 2 Pada proses pengajaran al-Qur’an ini pula sang anak akan merasakan pengaruh besar. Dimana proses penanaman ruh al-Qur’an berlangsung di dalam jiwanya. Secara tidak disadari, pola berpikir anak dan indra lainnya terarahkan pada pola yang terdapat dalam al-Qur’an 2 Ahmad Syarifuddin. Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai al-Qur’an. (Jakarta : Gema Insani, 2004), 67.
secara perlahan–lahan pula anak akan mulai terikat dengan segala apa yang tersirat dalam al-Qur’an itu. 3 Pendidikan dan pengajaran al-Qur’an serta pokok-pokok ajaran Islam yang lain telah disebutkan dalam Hadits:
(ْرِيSَTُUْHُ اVَ@? >َ=ُ )رَوَاAَْانَ وFُGْHَ اI ?@َJَK ْLَM ْIُُآFْOَ; Artinya: “sebaik-baik di antara kalian adalah yang mau belajar al-Qur’an dan mengamalakannya”. 4 Mendidik al-Qur’an merupakan hak dan kewajiban utama anak yang harus ditunaikan sesegera mungkin oleh orang tuanya. Artinya, selama orang tua belum menunaikannya pada anak. sedangkan anak telah cukup umur dan orang tua sendiri mampu, maka orang tua berdosa karena belum memenuhi hak kewajibannya. Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi peneliti, pada kenyataannya
kemampuan
membaca
al-Qur’an
siswa
kurang
memuaskan atau bisa dikatakan siswa kurang menerapkan pengetahuan tentang kaidah serta cara-cara membaca al-Qur’an dengan sebaikbaiknya (Tajwid). Hal ini terbukti ketika guru meminta siswa untuk membaca beberapa ayat-ayat al-Qur’an pada saat proses pembelajaran. 5 Dalam
hal
ini
terdapat
permasalahan
mendasar
yang
menyebabkan fenomena di atas terjadi, yang salah satu diantaranya adalah kurangnya motivasi siswa dalam belajar membaca al-Qur’an.
3 Muhammad Nur abdul Hafidz. Mendidik Anak Bersama Rasulullah SAW. Terjemahan Kuswandani dkk (Bandung: Al–Bayan, 1997), 138. 4 Imam Abdullah bin Ismail al-Bukhori. Shohih Bukhori Juz VI (Beirut: Darul Fikri, 1981), 345. 5 Hasil Wawancara dengan Guru Bidang Studi Qur’an Hadits, Ibu Yuli Laili R. Tanggal 09 Februari 2008 jam 09.15 WIB.
Dan ini terjadi ketika pihak keluarga (Orang Tua) telah disibukkan oleh pekerjaan, sehingga perhatian untuk memberikan motivasi terhadap anak berkurang atau bahkan hilang. Untuk mengantisipasi hal tersebut di atas dan juga untuk membantu meringankan tugas guru, perlu adanya kesadaran dari pihak keluarga (Orang Tua) dalam meningkatkan kemampuan belajar membaca al-Qur’an siswa (anak). Berdasarkan realitas di lapangan, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul “PERAN KELUARGA DALAM MENINGKATKAN SISWA
DI
KEMAMPUAN
MADRASAH
MEMBACA
IBTIDAIYAH
NEGERI
AL-QUR’AN LENGKONG
SUKOREJO PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2007-2008 “. B. Fokus Penelitian Sesuai
dengan
judul
penelitian
di
atas
maka
peneliti
memfokuskan penelitiannya pada peran keluarga dalam meningkatkan kemampuan belajar membaca al-Qur’an siswa kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kemampuan membaca al-Qur’an siswa kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo ?
2. Apa upaya yang dilakukan oleh keluarga dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an siswa kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo? 3. Bagaimana
peran
keluarga
dalam
meningkatkan
kemampuan
membaca al-Qur’an siswa kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo ? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah : 1. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan kemampuan membaca alQur’an siswa kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo. 2. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan upaya keluarga dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an siswa kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo. 3. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan peran keluarga dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an siswa kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo. E. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Dari penelitian ini diharapkan akan ditemukan peran keluarga dalam meningkatkan kemampuan belajar membaca al-Qur’an siswa
kelas IV dan V Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo. 2. Praktis a. Bagi guru, akan dapat membantu mengatasi permasalahan pengajaran yang mereka hadapi. b. Bagi
Madrasah,
akan
dapat
digunakan
untuk
mempertimbangkan keberadaan madrasah yang saat ini dinilai belum memenuhi harapan masyarakat secara luas dan mencetak out put yang berintelektual tinggi dan berakhlakul karimah. c. Bagi orang tua, sebagai bahan penyadaran akan tanggung jawab pendidikan anak. F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam
penelitian
ini,
digunakan
metodologi
dengan
pendekatan kualitatif. Lingkungan alamiah (natural setting) sebagai sumber data langsung, tekanan penelitian berada pada proses, bersifat deskriptif analitik, analisis data dilakukan secara induktif, dan makna merupakan hal yang esensial. 6 Dalam hal ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu suatu deskriptif intensif dan analisis fenomena tertentu atau satuan sosial seperti individu, kelompok, institusi, atau
6 Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif atau lisan dari orang – orang & perilaku yang dapat diamati. Lihat S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003), 36.
masyarakat. 7 Studi kasus dapat digunakan secara tepat dalam berbagai bidang. Di samping itu merupakan penyelidikan secara rinci satu setting, satu subyek tunggal, satu kumpulan dokumen atau satu kejadian tertentu. 2. Kehadiran Peneliti Pada
penelitian
kualitatif,
kehadiran
peneliti
sangat
dibutuhkan dan bertindak sebagai instrumen kunci pengumpul data. Sedangkan instrumen selain manusia juga dapat digunakan, tetapi terbatas sebagai pendukung. Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan
berperan
serta,
namun
peranan
penelitilah
yang
menentukan keseluruhan skenarionya. 8 Penelitian ini berlangsung sekitar bulan pebruari sampai bulan agustus. Dengan kehadiran di lapangan, pertama menemui Kepala Sekolah, kemudian dilanjutkan untuk melakukan pengumpulan data. 3. Lokasi Lokasi Penelitian 3. Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi penelitian di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo, yang merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bernaung di bawah
7 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2000), 11. 8 Pengamatan berperan serta adalah sjebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek dalam lingkungan subyek. Dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan catatan tersebut berlaku tanpa gangguan. Lihat ibid, 117.
Departemen Agama, yang berlokasi di jalan Imam Muhyi No. 120 Desa Lengkong Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo. 4. Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata–kata dan tindakan orang–orang yang diamati atau diwawancarai. Sedangkan sumber data tertulis merupakan pelengkapan dari penggunaan metode observasi dan wawancara. 9 Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah : a. Manusia, yang meliputi guru madrasah, guru al-Qur’an Hadits, komite madrasah, orang tua atau keluarga, dan siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo. b. Non Manusia, yang meliputi dokumen dan buku–buku yang relevan dengan penelitian ini. 5. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa metode yang dianggap relevan dengan penelitian ini, diantaranya adalah: a. Wawancara Wawancara
atau
interview
merupakan
metode
pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung di
9 Pedoman Penulisan Skripsi, (STAIN Ponorogo, 2008), 51.
antara
penyelidik
dengan
subyek
atau
informan. 10
Dalam
penelitian ini wawancara dilakukan kepada : 1. Orang tua, yaitu untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan belajar membaca al-Qur’an siswa kelas IV dan V di MIN Lengkong, upaya keluarga dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an siswa kelas IV dan V di MIN Lengkong,
serta
peran
keluarga
dalam
meningkatkan
kemampuan membaca al-Qur’an siswa kelas IV dan V di MIN Lengkong. 2. Guru al-Qur’an Hadits yaitu untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan belajar mambaca al-Qur’an siswa kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong. 3. Guru Madrasah, yaitu untuk memperoleh informasi tentang sebagian data umum yang meliputi sejarah berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo. b. Angket Angket adalah alat pengumpulan informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket terbuka atau angket tak terbatas, adalah angket yang menghendaki
10 S. Margono, Metodologi ......, 158.
jawaban bebas atau jawaban dengan kalimat responden sendiri. 11 Dan angket tertutup, adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang (√) pada kolom atau tempat yang sesuai. 12 c. Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. 13 Dalam penelitian ini, observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran di kelas, di rumah dan di musholla/masjid serta lembaga pendidikan lain yang terkait dengan proses pembelajaran al-Qur’an (TPQ/Madrasah Diniyah). d. Dokumentasi Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber in terdiri dari dokumen dan rekaman. 14 Teknik dokumentasi sengaja digunakan dalam penelitian ini mengingat : 1. Sumber ini selalu tersedia dan mudah terutama ditinjau dari konsumen waktu.
11 Sanapiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), 179 12 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 137 13 Yatim Rianto, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya : PT. SIC, 1996), 67. 14 Sutrisno hadi. Metodologi Research Jilid II. (Yogayakarta: Fakultas Psikologi, 1991), 226.
2. Sumber ini merupakan pernyataan legal yang dapat memenuhi akuntabilitas.
Hasil
pengumpulan
data
melalui
cara
dokumentasi ini, dicatat dalam format transkip dokumentasi. Pada penelitian ini, penulis menggunakan data dokumentasi berupa dokumen pendataan profil Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong, yang menyebutkan tentang visi, misi, dan tujuan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong, struktur organisasi, serta data dokumentasi berupa foto dari kegiatan-kegiatan belajar siswa. 6. Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif yang mengikuti konsep Miles dan Huberman. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data meliputi reduction, data display, dan conclusion. Langkah–langkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut: Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Kesimpulan
a) Reduksi data (Reduction) adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, membuat kategori.
Dengan
demikian
data
yang
telah
direduksikan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah penelitian untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. b) Setelah
data
direduksi,
maka
langkah
selanjutnya
adalah
mendisplaykan data atau menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat. c) Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Di sini semua data yang telah terkumpul diproses menurut satuan terlebih dahulu setelah itu dikategorikan menurut kelompok masing–masing, lalu dilakukan data dan penarikan kesimpulan.
7. Pengecekan Keabsahan Temuan Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reabilitas).15 Derajat kepercayaan keabsahan data (kredebilitas data) dapat diadakan pengecekan dengan teknik pengamatan yang tekun, dan triangulasi.
Ketekunan
pengamatan
yang
dimaksud
adalah
menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isi yang sedang dicari. Teknik 15 Lexy Moleong. Metodolog........., 17
Triangulasi
adalah
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu. 16 8. Tahapan-tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah (1) Tahap Pra Lapangan, yang meliputi menyusun rancangan penelitian,
memilih
lapangan
penelitian,
mengurus
perizinan,
menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian; (2) Tahap Pekerjaan Lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data; (3) Tahap Analisis
Data,
yang
meliputi
analisis
selama
dan
setelah
pengumpulan data; (4) Tahap Penulisan hasil Laporan Penelitian. 17 G. Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan penyusunan skripsi, maka pembahasan dalam laporan penelitian ini dikelompokkan menjadi lima bab, yang masing–masing bab terdiri dari sub–sub yang berkaitan erat yang merupakan kesatuan yang utuh, yaitu :
16 Ibid, 85. 17 Ibid, 85.
Bab I Pendahuluan. Pada bab ini dikemukakan latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab II Landasan teori. Bab ini berfungsi untuk mengetengahkan kerangka
acuan
teori
yang
digunakan
sebagai
landasan
melakukan penelitian yang berisi tentang peran keluarga dalam pendidikan Islam. Bab III Berisi penyajian data tentang kemampuan membaca al-Qur’an siswa kelas IV dan V Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo
Ponorogo,
upaya
keluarga
dalam
meningkatkan
kemampuan membaca al-Qur’an Siswa kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo, dan peran keluarga dalam meningkatkan kemampuan membaca alQur’an siswa kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo. Bab IV. Berisi analisa data tentang peran keluarga dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an siswa di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo. Pada bab ini akan membahas tentang analisa kemampuan membaca al-Qur’an siswa kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo, analisa tentang upaya keluarga dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an siswa kelas IV
dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo
dan
analisa
tentang
peran
keluarga
dalam
meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an siswa kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo. Bab V. Penutup, yang meliputi kesimpulan dan saran berkaitan dengan judul di atas.
BAB II PERAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A. Peran Keluarga 1. Pengertian Keluarga Keluarga berasal dari kata “kula” dan “warga”. Kula artinya abdi atau hamba, sedangkan warga artinya orang yang berhak berbicara atau bertindak.18 Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu kesatuan yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan lainnya. Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya, walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan darah.19 Keluarga dalam perspektif sosiologi merupakan unit terkecil dalam kehidupan masyarakat, yang terdiri atas seorang Kepala Keluarga (Ayah) dan Anggota Keluarga (Anak) dengan kerjasama ekonomi, pendidikan, perawatan, dan perlindungan. Keluarga dalam perspektif psikologi adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal sama dan masing-masing
18
Muhammad Azmi. Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah (Yogyakarta: Belukar, 2006), 71-72. 19 Syaiful Bahri Djamarah. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 16
anggota merasakan pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Keluarga dalam perspektif paedagogi adalah satu persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri. Dalam usaha saling melengkapi dan saling menyempurnakan diri itu terkandung perealisasian peran dan fungsi sebagai orang tua.20 Pembentukan keluarga dalam Islam bermula dengan terciptanya hubungan suci yang terjalin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan melalui perkawinan yang halal, memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat yang sah. Oleh sebab itu, kedua suami istri merupakan dua unsur utama dalam keluarga. Keluarga dalam Islam adalah perkumpulan yang halal antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bersifat terusmenerus dan merasa tentram dengan yang lainnya sesuai dengan yang ditentukan oleh agama.21 Dalam berbagai dimensi dan pengertian keluarga tersebut, Esensi Keluarga (Ayah dan Ibu) adalah kesatuarahan dan kesatutujuan atau keutuhan
dalam
mengupayakan
anak
untuk
memiliki
dan
mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. Keutuhan orang tua dalam sebuah keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar 20 21
Muhammad Azmi. Pembinaan ....., 72 Ibid.....75
disiplin diri. Keluarga yang utuh memberikan peluang besar bagi anak untuk membangun kepercayaan kepada orang tuanya. Keluarga dikatakan utuh apabila di samping lengkap anggotanya, juga dirasakan lengkap oleh anggotanya terutama anak-anaknya. Jika dalam keluarga terjadi kesenjangan hubungan perlu diimbangi dengan kualitas dan intensitas hubungan sehingga ketidakadaan ayah atau ibu di rumah tetap dirasakan kehadirannya dan dihayati secara psikologis. Anak yang merasakan adanya keutuhan di dalam keluarga dapat melahirkan pemahaman terhadap dunia ”Keorang Tuaan” Orang Tua dalam berperilaku yang taat moral dan utuh. Artinya, upaya orang tua untuk menginternalisasikan nilai-nilai moral ke dalam dirinya tidak hanya sekedar informasi, tetapi dapat ditangkap kebenarannya. Jika unsur pertama hilang yaitu suami atau bapak, maka keluarga akan kehilangan tulang punggung keluarga sebagai pencari rizki dan akan kehilangan unsur kekuasaan, pimpinan, jaminan, tauladan, dan sumber terpenting dalam pendidikan dan bimbingan.jika unsur kedua hilang yaitu istri atau ibu, maka keluarga kehilangan sumber utama bagi ketentraman, ketenangan, dan kasih sayang yang harus diwujudkan dalam keluarga. Dan jika unsur ketiga hilang yaitu anak-anak, maka keluarga tidak akan menikmati kebahagiaan hidup bersama anak-anak sebagai perhiasan hidup di dunia.22
22
Muhammad Azmi. Pembinaan......76
2. Fungsi-fungsi Keluarga Sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas selaku penerus keturunan saja. Dalam pendidikan keluarga merupakan sumber pendidikan utama, karena segala pengetahuan manusia diperoleh pertama-tama dari orang tua sendiri. Di samping itu keluarga
merupakan
produsen
dan
konsumen
sekaligus
harus
mempersiapkan dan menyediakan segala kebutuhan sehari-hari seperti sandang, papan, dan pangan. Dalam kehidupan keluarga sering dijumpai adanya pekerjaanpekerjaan yang harus dilakukan setiap anggota keluarga. Suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan biasanya disebut fungsi keluarga. Fungsifungsi tersebut antara lain sebagai berikut: a. Fungsi biologis Fungsi ini memberi kesempatan hidup pada setiap anggotanya. Keluarga di sini menjadi tempat untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang dan papan dengan syarat-syarat tertentu sehingga keluarga memungkinkan dapat hidup di dalamnya, sekurangkurangnya dapat
mempertahankan hidup.23 Kerinduan suami istri
untuk selalu bersama, berhubungan berdasarkan cinta kasih, membuahkan hasil dengan lahirnya seorang anak. Bagi orang tua, anak adalah buah hati dan harapan di masa depan. Sampai kapan-pun
23
2004), 120
A. Tafsir dkk. Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam. (Bandung: Mimbar Pustaka,
kehidupan berumah tangga itu berlangsung, suami istri selalu mendambakan kehadiran seorang anak di sisi mereka.24 b. Fungsi pemeliharaan Salah satu fungsi keluarga adalah fungsi pemeliharaan, dengan adanya fungsi ini orang tua diharapkan dapat memelihara anaknya. Pemeliharaan dalam hal ini berupa perlindungan. Seseorang memberikan pendidikan kepada anak dan anggota keluarga lainnya berarti seseorang memberikan perlindungan secara mental dan moral. Di samping perlindungan yang bersifat non fisik, juga perlindungan yang besifat fisik. Secara fisik ibu harus melindungi anak-anaknya dari gangguan kesehatan, dan mengusahakan agar anak tetap dalam keadaan sehat terhindar dari rasa lapar dan ayah memberi perlindungan yang sifatnya luas, misalnya memberi nafkah untuk kelangsungan hidup rumah tangga atau memberi dukungan terhadap ibu dalam merawat anaknya.25 c. Fungsi Keagamaan Keluarga adalah ladang terbaik dalam penyemaian nilai-nilai agama.
Orang
tua
memiliki
peranan
yang
strategis
dalam
mentradisikan ritual keagamaan sehingga nilai-nilai agama dapat ditanamkan ke dalam jiwa anak. Kebiasaan orang tua dalam melaksanakan ibadah, misalnya seperti sholat, puasa, infaq, dan sadaqah menjadi suri tauladan bagi anak untuk mengikutinya. Di sini 24 25
Syaiful Bahri Djamarah. Pola.....21 Muhammad Azmi. Pembinaan.... 79.
nilai-nilai agama dapat bersemi dengan suburnya di dalam jiwa anak. Kepribadian luhur agamis yang membalut jiwa anak menjadikannya insan-insan yang penuh iman dan taqwa kepada Allah SWT.26 d. Fungsi Sosial Dalam konteks sosial, anak pasti hidup bermasyarakat dan bergumul dengan budaya yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini keluarga mempunyai tugas untuk mengantarkan anak ke dalam kehidupan sosial yang lebih luas. Untuk mencapai kehidupan ini, anak melalui bantuan orang tua harus dapat melatih diri dalam arena percaturan kehidupan sosial.27 Perkembangan benih-benih kesadaran sosial pada anak dapat dipupuk sedini mungkin terutama lewat kehidupan keluarga yang penuh rasa tolong-menolong dan gotongroyong. 3. Tugas dan Kewajiban Orang Tua. Kehadiran anak dalam keluarga secara alamiah memberikan adanya tanggung jawab dari orang tua. Tanggung jawab ini didasarkan atas motivasi cinta kasih, secara sadar orang tua mengemban kewajiban untuk memelihara dan membina anaknya sampai ia mampu berdiri sendiri (dewasa) baik secara fisik, sosial, maupun moral. Tanggung jawab orang tua pertama adalah sebagai suatu kewajiban yang dapat dilaksanakan dengan mudah dan wajar karena
26 27
Syaiful Bahri Djamarah. Pola Komunikasi..... 19. A. Tafsir. Cakrawala....125
sudah menjadi sifat manusia yang dibawa sejak lahir yaitu mencintai anaknya. Tanggung jawab pendidikan yang perlu didasarkan dan dibina oleh kedua orang tua terhadap anak antara lain sebagai berikut : a. Memelihara dan membesarkannya. Ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum, dan perawatan agar ia dapat hidup secara berkelanjutan. b. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya.28 c. Memberikan pengajaran dalam arti luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin untuk dapat dicapainya. d. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat. Sesuai pandangan dan tujuan hidup muslim.29 Setiap orang tua menginginkan agar keturunannya dapat dibanggakan dan dapat membahagiakan orang tua baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu keseimbangan antara hak dan kewajiban antara orang tua dan anak harus dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dalam al-Qur’an umat Islam diperintahkan untuk lebih mengutamakan kerabatnya dalam memberikan perhatian. Firman Allah SWT: 28 29
Fuad Ihsan. Dasar-dasar Kependidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 64. Zakiyah Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 38.
L َ OِsMِ ْt>ُ Hْ اL َ Mِ n َ Jَ Uَ K? اL ِ >َ Hِ n َu َ Sَsv َ ْwxِ ; ْ (وَا214)L َ OِkFَ lْ mَHْ اn َ Kَ Fَ OِoA َ ْرpِ qْ َوَأ Artinya: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman”. (Q.S. al-Syu’aara) Dalam keluarga terdapat hubungan timbal balik antara orang tua dan anak yang mana kewajiban orang tua menjadi hak bagi anak-anaknya. Dan begitu juga sebaliknya kewajiban anak merupakan hak bagi orang tua. Untuk mengetahui lebih jelas tentang kewajiban orang tua terhadap anak-anaknya, berikut ini kami kemukakan hal-hal terpenting yang harus dilakukan orang tua, antara lain : a. Memilih istri yang baik. Hak orang tua terhadap anaknya bukan hanya sejak anak itu lahir bahkan jauh sebelum itu, para calon orang tuapun sudah harus berusaha memenuhi kewajibannya terhadap anak-anaknya kelak. Diantara hak-hak tersebut adalah memilih Ibu yang baik untuk anak-anaknya.30 Sebab ibu itu mempunyai pengaruh besar pada pendidikan anak-anak dan pada tingkah laku mereka, terutama pada awal masa kanak-kanak di mana dia mengenal ibunya adalah satusatunya orang yang dekat dengannya. Peranan istri dalam keluarga juga sangat menentukan berhasil atau tidaknya mewujudkan keluarga sakinah. Di samping sebagai ibu rumah tangga istri juga berperan sebagai pendamping suami, istri berperan aktif sebagai pengendali 30
Imam Musbikin. Mendidik Anak Ala Shincan (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), 25.
suami.
Mengendalikan
langkah-langkah
suami
ketika
hendak
melakukan hal-hal yang menjurus negatif dan mendorong semangat suami untuk melakukan hal-hal positif. b. Memilihkan nama yang baik bagi anaknya. Sesungguhnya Allah SWT itu indah dan menyukai keindahan. Diantara keindahan ialah memberi nama yang baik bagi anak dan tidak memberinya nama yang mengandung makna buruk.31 Islam adalah agama kemudahan. Untuk itu, Islam selalu menginginkan kemudahan meskipun menyangkut pemberian nama, dan Islam tidak menyukai kesulitan dan kekerasan meskipun juga menyangkut pemberian nama.32 Setiap anak berhak mendapatkan nama yang baik dari orang tuanya. Orang tua harus memenuhi hak itu dan dan tidak boleh mengabaikan sebab nama itu penting. Nama bukan sekedar alat untuk membedakan seseorang dengan orang lain tatkala memanggilnya, tetapi juga bersangkutan dengan harga diri seseorang. Orang yang mempunyai nama yang jelek dapat merasa rendah diri dalam pergaulan. Pada aspek inilah nama itu berhubungan dengan pendidikan. Islam menganjurkan agar memberi nama yang baik pada anaknya, karena nama mempunyai pengaruh positif atas kepribadian manusia, begitu juga atas tingkah laku dan cita-citanya. 31
Jamaal Abdurrahman. Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasulullah SAW SAW. Terj (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2005), 61 32 Ibid....61
Memanggil seseorang dengan menggunakan panggilan yang jelek dapat menimbulkan rasa hina dan rendah diri pada anak. alQur’an mengingatkan.
(11: اتF~Hب )ا ِ SَGHْ mَHْ Sِk ُواzkَ SَsKَ SَHْ َوI{ُ | َ xُ qْ ُوا َأzِ>@ْ Kَ SَHَو ”Dan janganlah kalian panggil memanggil dengan sebutan yang buruk”. (Q.S. al-Hujurat : 11). 33 c. Memperbaiki adab dan pengajaran anak-anaknya dan menolong mereka membina akidah yang betul dan agama yang kukuh. Pendidikan akhlak didalam keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orang tua. Perilaku dan sopan santun orang dalam hubungan dan pergaulan antara ibu dan bapak, perlakuan orang tua terhadap anak-anak mereka, dan perlakuan orang tua terhadap orang lain didalam lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat akan menjadi teladan bagi anak-anak. Islam menempatkan akidah pada posisi yang paling mendasar, yakni terposisikan dalam rukun yang pertama dari rukun Islam yang lima. Lamanya waktu da’wah Rasul dalam rangka mengajak umat agar beredia mentauhidkan Allah SWT menunjukkan betapa penting dan mendasarnya pendidikan akidah Islamiah bagi setiap umat Islam pada umumnya. Terlebih pada kehidupan anak, maka dasar-dasar akidah harus terus menerus ditanamkan pada diri anak agar setiap perkembangan dan pertumbuhannya senantiasa dilandasi oleh akidah yang benar.
33
Depag RI. al-Qur’an ...., 517.
d. Orang tua bekerja sama dengan keluarga-keluarga lain dalam masyarakat yang berusaha menyadarkan dan memelihara anak-anak dan remaja untuk memelihara anak-anaknya dari segi kesehatan, akhlak, dan sosial juga melindungi mereka dari segala yang membahayakan
badan
dan
akalnya.
Juga
membuka
dan
mengembangkan kesediaan-kesediaan bakat dan kesanggupan minat anak serta harus membimbing anak-anak mereka sesuai dengan kesediaan-kesediaan dan kesanggupan materi dan spiritual.34 e. Orang tua harus memberikan contoh dan tauladan yang baik bagi anak-anaknya. Dan juga harus menyediakan suasana rumah tangga yang sholeh, penuh dengan perangsang-perangsang budaya dan perasaan kemanusiaan yang mulia, bebas dari kerisauan, pertentangan, dan pertarungan keluarga dalam soal-soal pendidikan anak. f. Orang tua dari anak usia belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya.35 Tanggung jawab pendidikan Islam itu meliputi kehidupan dunia dan akhirat. Dalam arti luas dapatlah diperkirakan bahwa para orang tua tidak mungkin dapat memikulnya sendiri secara ”sempurna”, lebih-lebih dalam masyarakat yang senantiasa berkembang maju. Hal ini bukanlah merupakan ”aib”, karena tanggung jawab tersebut tidaklah harus sepenuhnya dipikul oleh orang tua secara sendiri-
34
Hasan Langulung. Manusia dan Pendidikan “Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan” (Jakarta: Al-Husna Zikra, 1995), 380-383 35 Abdullah Nasih Ulwan. Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam II (Semarang : AsSyifa, 1981), 2.
sendiri. Karena sebagai manusia pasti mempunyai keterbatasan. Namun harus diingat bahwa setiap orang tua tidak dapat mengelakkan tanggung jawab itu. Artinya, pada akhirnya tanggung jawab pendidikan itu berada dan kembali kepada orang tua juga. Karena itu sebagian tanggung jawab pendidikan dapat dilimpahkan kepada orang lain yaitu melalui sekolah. 4. Orang Tua Sebagai Pendidik Pertama dan Utama Pendidikan yang didapatkan oleh anak dari keluarga akan membawa pengaruh terhadap anak didik. Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anakanak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.36 Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula, namun sebaliknya jika suasana dalam
keluarga
tidak
menyenangkan
tentu
akan
terhambatlah
pertumbuhan anak tersebut. Keluarga adalah pendidik pertama dan utama. Pertama, maksudnya bahwa kehadiran anak di dunia ini disebabkan hubungan kedua orang tuanya.37 Kewajiban orang tua tidak hanya sekedar memelihara eksistensi pribadi anak, tetapi juga memberikan pendidikan anak sebagai individu yang akan tumbuh dan berkembang. Sedangkan
utama
maksudnya
adalah
bahwa
orang
bertanggung jawab pada pendidikan anak.38
36
Zakiah Daradjat. Ilmu ...., 35. Hasbullah. Dasar-dasar Pendidikan (Jakarta: Raya Grafindo Persada, 2003), 39. 38 Ibid, 40 37
tua
Hal itu memberikan pengertian bahwa seorang anak dilahirkan dalam keadaaan tidak berdaya dan penuh ketergantungan dengan orang lain. Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya
memberikan
kemungkinan
alami
membangun
situasi
pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan timbal balik antara orang tua dan anak. Perhatian dari orang tua adalah kebutuhan anak yang utama dari semenjak anak dalam kandungan sampai kepada batas usia tertentu, apalagi pada usia-usia yang sangat membutuhkan sekali. Misalnya dari usia nol tahun sampai usia remaja. Pada usia itulah anak sangat membutuhkan sekali pelayanan baik langsung maupun tidak langsung dari orang tuanya.39 Demikianlah keluarga pernah dan masih tetap merupakan pusat pendidikan pertama, tempat anak berinteraksi dan memperoleh kehidupan emosional, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan utama karena sebagian di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.
39
A. Tafsir, dkk. Cakrawala ..., 112.
B. Pendidikan Islam dalam Keluarga 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan
adalah
aktifitas
dan
usaha
manusia
untuk
meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan jasmani (panca indera serta ketrampilan).40 Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, da bahagia menurut konsep andangan hidup mereka. Pendidikan adalah bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada anak dalam pertumbuhan jasamani maupun rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa.41 Dari berbagai definisi itu, maka pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses yang disosialisasikan sebagai usaha dalam rangka membimbing anak didik terhadap perkembangan jasmani dan rohaninya untuk menjadikan bekal kelak di masa depan yang mempunyai kepribadian utama, kebaikan, dan kegemaran pekerja untuk kepentingan tanah air. Dalam artian dapat menjadi anak-anak yang beriman, bertakwa, dan mempunyai akhlak mulia.
40 41
1973), 27.
Fuad Ihsan. Dasar....., 7. Amir Daien Indraksuma. Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,
Adapun yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam, para ahli pendidikan memberikan suatu pengertian sebagai berikut : a. Ahmad D. Marimba, mendefinisikan pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut aturan-aturan Islam, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam serta bertanggung jawab.42 b. Muhaimin, mendefinisikan pendidikan agama Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.43 c. Armai Arif, mendefinisikan pendidikan agama Islam adalah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia seutuhnya, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah di muka bumi yang berdasarkan kepada ajaran alQur’an dan sunnah. Maka tujuan dalam konteks ini berarti terciptanya insan kamil setelah proses pendidikan berakhir.44 d. Direktorat pembinaan Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Umum Negeri, mendefinisikan pendidikan agama Islam adalah suatu usaha
42
Jamaluddin. Kapita Selecta Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 9. Muhaimin. Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Trigenda Karya, 1993), 135. 44 Armai Arief. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 16. 43
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik.agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhiratnya kelak.45 Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar yang terencana dan terarah dalam membimbing peserta didik untuk mengenal, mengimani ajaran agama Islam serta mewujudkan manusia seutuhnya sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi yang berdasarkan kepada ajaran al-Qur’an dan sunnah terbentuknya insan kamil. 2. Pendidikan Agama Islam dalam Lingkungan Keluarga Berkaitan dengan pendidikan, maka Islam telah memerintahkan menuntut ilmu sejak dari kandungan sampai ke liang lahat. Artinya, sejak anak dalam kandungan sikap ibu, amal perbuatan ibu akan dapat mempengaruhi anak yang dikandungnya. Setelah lahir, ibulah yang pertama-tama mendidiknya, mengajarinya berbicara, bersikap sopan santun yang baik. Jadi, rumah tangga adalah lembaga pendidikan pertama. Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan di antara anggotanya bersifat khas. Dalam lingkungan ini terletak dasar-
45
Zakiyah Darajat dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 88.
dasar pendidikan. Di sini pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatanan pergaulan yang berlaku di dalamnya, artinya tanpa harus diumumkan atau dituliskan terlebih dahulu agar diketahui dan diikuti oleh seluruh anggota keluarga. Di sini terletak dasar-dasar pengalaman melalui rasa kasih sayang dan penuh kecintaan, kebutuhan akan kewibawaan dan nilai-nilai kepatuhan. Dalam Islam penyemaian rasa agama dimulai sejak pertemuan ibu dan bapak yang membuahkan janin dalam kandungan, yang dimulai dengan do’a kepada Allah SWT. Selanjutnya memanjat do’a dan harapan kepada Allah SWT, agar janinnya kelak lahir dan besar menjadi anak yang sholeh. Agama bukan ibadah saja. Agama mengatur seluruh segi kehidupan. Semua penampilan ibu dan bapak dalam kehidupan seharihari yang disaksikan dan dialami oleh anak bernafaskan agama, di samping latihan dan pembiasaan tentang agama, perlu dilaksanakan sejak si anak kecil, sesuai pertumbuhan dan perkembangan jiwanya.46 Kunci pendidikan dalam keluarga sebenarnya terletak pada pendidikan agamanya, karena pendidikan agamalah yang berperan besar dalam membentuk pandangan hidup seseorang. Pendidikan agama dalam keluarga itu harus mampu menghasilkan anak yang : a. Menghormati guru b. Menghargai pengetahuan. 46
Zakiah daradjat. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah (Jakarta: CV. Ruhama, 1995), 65.
Bila kedua sikap ini telah ada pada anak, maka pendidikan di sekolah dapat dilakukan dengan baik. Pendidikan agama dalam keluarga berlanjut pada pendidikan agama di sekolah. Pendidikan agama di rumah merupakan kunci utama pendidikan agama di sekolah. Inti pendidikan agama dalam rumah itu ialah hormat kepada Tuhan, kepada orang tua, dan kepada guru. Bila anak didik tidak hormat kepada guru, berarti ia juga tidak akan menghormati agama. Oleh karena itu, pendidikan agama dalam keluarga tidak boleh terpisah dari pendidikan agama di sekolah. Dalam pandangan Islam anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah SWT kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus menjaga dan memelihara amanah.47 Jelas, tanggung jawab orang tua terhadap anak tidaklah
kecil,
secara
umum
inti
tanggung
jawab
itu
ialah
penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak dalam keluarga.48 Maka tak mengherankan jika dikatakan bahwa kebiasaan yang dimiliki anak-anak sebagaian besar terbentuk oleh pendidikan dalam keluarga. Keharusan tanggung jawab orang tua untuk menyelamatkan diri dari keluarganya melalui pendidikan Islam telah ditegaskan dalam Firman Allah SWT :
(
:IFHرًا )اSَq ْI{ُ Oِ@ْ َوَأ ْهI{ُ | َ xُ qْ ُا َأl
Artinya: ”Jagalah dirimu dan keluargamu dari siksaan api neraka”. (Q.S. al-Tahrim : 6).49 47
Mansur. Pendidikan.... 336. Ahmad Tafsir. Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1991), 49 Depag RI. Al-Qur’an..., 561. 48
Penanaman
pendidikan
agama
dalam
keluarga
dapat
dilaksanakan melalui kebiasaan membaca al-Qur’an setelah shalat maghrib, mengajaknya mendengarkan ceramah agama, mengunjungi tabligh akbar, menghadiri Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), dan membiasakan mendengarkan kepada anak nyanyian yang bernafaskan agama atau puji-pujian terhadap Tuhan dan atau membacakan syair-syair yang
berisi shalawat kepada Nabi SAW. Oleh karena itu, keluarga
memiliki nilai strategis dalam memberikan pendidikan nilai kepada anak, terutama pendidikan nilai Ilahiyah. Perlu diketahui, bahwa kualitas hubungan anak dan orang tuanya akan mempengaruhi keyakinan beragama dikemudian hari. 3. Peran Keluarga dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca al-Qur’an. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi.50 Kado istimewa yang diberikan orang tua kepada anak sebenarnya bukanlah kado berupa materi melainkan kado berupa pendidikan, karena pendidikan yang baik akan mengawal anak sepanjang hidupnya dalam meniti kebenaran.51
50
Mulyono Abdurrahman. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 200 51 Ahmad Syarifuddin. Mendidik...., 67.
Di antara pendidikan yang diberikan pada anak, pendidikan paling mulia yang dapat diberikan orang tua adalah pendidikan al-Qur’an, karena al-Qur’an merupakan lambang agama Islam paling asasi dan hakiki. Al-Qur’an merupakan kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dan membacanya adalah ibadah.52 Perlu disadari bahwa hal ini adalah suatu perkara yang serius bagi setiap keluarga muslim yang dikaruniai anak. Pada umumnya anak-anak disuruh mengaji ke rumah seorang kyai atau guru ngaji. Tetapi ada sementara orang tua yang mengharuskan anaknya belajar al-Qur’an di rumah sendiri. Seyogyanya setiap orang tua mengajarkan al-Qur’an kepada putraputrinya sejak kecil. Tujuannya, mengarahkan mereka kepada keyakinan bahwa Allah SWT adalah Rabb mereka dan bahwa ini merupakan firmanNya, sehingga ruh al-Qur’an bisa berhembus dalam jiwa mereka, serta cahayanya bersinar dalam pemikiran dan intelektualitas mereka. Dengan demikian mereka akan menerima aqidah al-Qur’an sejak kecil dan kemudian tumbuh dan berkembang di atas kecintaan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dan mempunyai keterkaitan erat dengannya. Selanjutnya mereka akan melaksanakan perintah-perintah al-Qur’an dan menjauhi
52
Rafi’uddin. Peran Bunda dalam Mendidik buah Hati dengan Cara Islami (Bandung: Istiqomah, 2006), 53.
larangan-larangannya, berakhlakkan al-Qur’an dan berjalan di atas manhaj al-Qur’an.53 Menjadikan anak-anak dapat belajar al-Qur’an mulai semenjak kecil itu, adalah kewajiban orang tuanya masing-masing. Berdosalah orang tua yang mempunyai anak-anak, tetapi anak-anaknya tidak pandai membaca al-Qur’an. Tidak ada malu yang paling besar di hadapan Allah SWT nantinya, bilamana anak-anaknya tidak pandai membaca alQur’an.54 Rasulullah SAW menegaskan :
َ Hَ َ> ُ= ِاذَا َو ْ اL َ| ِ ْ ُ ْ َان: َءSَO ْ ث َا ُ َ َ ِ HَِاHْ @َ اA َ ِ Hََ Hْ ا u َ ْLMِ (>u اVك )روا َ ُ= ِاذَا َادْ َرv َ وzَ ُ َو َ Gَ A َ ب ِاذَا َ Sَ{ِ Hْ @ ُ> ُ= اJَ ُ َو "Hak ِ anak yang harus ditunaikan oleh orang tuanya ada tiga : memilihkan nama yang baik ketika baru lahir, mengajarkan kitab al-Qur’an ketika mulai bisa berpikir, dan menikahkan ketika mulai dewasa”. (H.R. Ahmad).55 Ditekankannya memberikan pendidikan al-Qur’an pada anak-anak berlandaskan
pemikiran
bahwa
masa
kanak-kanak
adalah
masa
pembentukan watak yang ideal.56 Belajar sejak kecil bagaikan mengukir di atas batu, yang lama hilangnya dari ingatan. Bila pada masa kanakkanak ini pendidikan al-Qur’an terlambat diberikan, bahkan kedaluarsa, kelak akan sulit memberikannya bahkan dibutuhkan tenaga ekstra.
53
Muhammad Suwaid. Mendidik Anak Bersama Nabi SAW (Solo: Pustaka Arofah, 2006), 147-148. 54 Zainal Abidin. Seluk Beluk al-Qur’an (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 150. 55 Sunah Ibnu Majjah Juz 2 (Beirut: Dar al-Fikr), 394. 56 Ahmad Syarifuddin. Mendidik...., 68.
Pembacaan ayat-ayat suci al-Qur’an oleh anak-anak ternyata juga bisa menjadi penyebab dihindarkannya bala’ (bencana) dan adzab dari keluarga serta masyarakat sekitar.
BAB III PERAN KELUARGA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI LENGKONG SUKOREJO PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2007-2008
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo berada di wilayah pedesaan yang terletak di lingkungan masyarakat. Berdirinya Madrasah ini bermula adanya sekolah malam yang memfokuskan pada pelajaran agama Islam. Kemudian Orang tua murid dan pengurus mengadakan kerjasama dengan Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Takeran Magetan, maka diniyah malam diubah menjadi Sekolah Rakyat Islam (SRI) Swasta dengan menggunakan kurikulum depag. Setelah berdiri, Deparemen Pendidikan merubah dari sekolah rakyat Islam menjadi sekolah dasar. Wali murid dan pengurus mengadakan musyawarah kembali, SD diubah lagi menjadi Madrasah Ibtidaiyah PSM yang berdiri pada tanggal 1 Januari 1958. Kemudian dengan usaha lagi untuk menjadikan MI PSM untuk ditingkatkan menjadi Madrasah
Ibtidaiyah Negeri, maka pada tanggal 6 Agustus 1967 resmilah menjadi Madrasah Ibtidaiyah Negeri sampai sekarang.57 Adapun tokoh pendiri Madrasah Ibtidaiyah Negeri adalah sebagai berikut :58 1. H. Abdullah
(Alm)
2. Mukhlas
(Alm)
3. Putri Siti Tamrosiam
(Almh)
4. M. Syidik
(Alm)
5. H. Rois
(Alm)
6. Ahmad
(Alm)
7. Padloli
(Alm)
Madrasah menerima siswa-siswi pertama, yaitu: Bordah, Samuji, Abrori, masjudi, Umi Munawaroh, Kusaini, dan Nurhayati. Dalam usahanya Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong sudah berkembang cukup baik. Ini dapat dilihat dari sarana dan prasarana belajar yang tak kalah dengan sekolah-sekolah lain. Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong dapat berdiri seperti saat ini berkat dukungan dari masyarakat, tokoh agama, dan wali murid. 2. Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah.
57 Wawancara dengan Guru Madrasah, Agus Prawoto, S. Sos. Sabtu, 5 April 2008, Pukul 16.00 WIB. 58 Wawancara dengan Komite Madrasah, Bpk. Habieb. Sabtu, 5 April 2008, Pukul 19.00 WIB.
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo memiliki visi, misi, dan tujuan yang peneliti paparkan sebagai berikut:59
a. Visi Madrasah ”Terwujudnya Madrasah yang Islami, berprestasi, dan mampu menyesuaikan dengan dinamika pendidikan” dengan indikasi sebagai berikut: 1. Berprestasi dalam pembentukan anak yang berkepribadian Islam. 2. Berprestasi dalam perolehan nilai dalam ujian akhir. 3. Berprestasi dalam mengikuti lomba baik bidang akademik maupun non akademik. 4. Berprestasi dalam mengangkat kedisiplinan sekolah. b. Misi Madrasah Untuk mewujudkan visi di atas, maka Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo melakukan program sebagai berikut : 1. Melaksanakan pembinaan dan bimbingan menuju anak shalih secara ketat dan berkelanjutan. 2. Melaksanakan pembelajaran kurikuler maupun ekstra kurikuler secara efektif. 3. Menumbuhkan semangat keunggulan kepada semua warga madrasah. 59
Lihat transkip dokumentasi 01/ D/ 15-IV/ 2008.
4. Menumbuhkan semangat percaya diri, disiplin, dan mampu berkomunikasi dengan sesama baik di dalam maupun di luar madrasah.
c. Tujuan Madrasah Berdasarkan pada visi dan misi di atas tujuan yang ingin dicapai oleh Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong adalah sebagai berikut : 1. Output pendidikan sesuai dengan harapan masyarakat banyak, 2. Hasil rata-rata nilai ujian akhir 52 atau mencapai selisih dengan kondisi sekarang Madrasah Ibtidaiyah negeri minimal 5. 3. Hasil lomba mata pelajaran Matematika-IPA masuk dalam 10 besar tingkat kecamatan atau mencapai selisih dengan kondisi sekarang Madrasah Ibtidaiyah negeri minimal 5. 4. Hasil lomba keagamaan menjadi juara 3 tingkat kecamatan. 5. Hasil lomba olahraga sebagai juara 3 tingkat kecamatan. 6. Hasil
Jambore
Pramuka
sebagai
juara
2
pada
tingkat
kabupaten/selisih dengan kondisi sekarang Madrasah Ibtidaiyah negeri minimal 5 tingkat. 7. Absensi siswa rata-rata 0,2 % atau mencapai selisih dengan kondisi sekarang. 3. Letak Geografis
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo terletak di RT 01 RW 01 Jl. Imam Muhyi No. 120 Dusun Lengkong Kidul Kali Desa lengkong Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo. Tanah yang ditempati seluas 1206 M2 dengan luas gedung 1018 M2.60 Gedung madrasah yang jauh dari keramaian baik pasar maupun jalan raya menjadikan suasana nyaman dan tenang. Jarak madrasah-pun sangat mudah dijangkau. Sedangkan batas-batas Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong adalah : a. Sebelah Timur
: Dusun Wotmangu (Perumahan Penduduk).
b. Sebelah Barat
: Perumahan Penduduk.
c. Sebelah Selatan
: Pondok Pesantren dan Persawahan.
d. Sebelah Utara
: Lengkong Lor Kali (Perumahan Penduduk).
Itu berarti Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong terletak di lingkungan yang sangat strategis, dikelilingi banyak perumahan penduduk yang mayoritas anak-anak mereka bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri tersebut. 4. Sarana Prasarana Untuk menunjang kelancaran dan kelangsungan dalam kegiatan proses belajar mengajar, maka dalam suatu lembaga pendidikan mutlak memerlukan fasilitas atau sarana dan prasarana.
60
Lihat transkrip observasi 04/ O/ 9-IV/ 2008.
Adapun sarana dan prasarana Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong yaitu terdiri dari 6 ruang belajar/ kelas, 1 ruang perpustakaan, kantor (1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 uang tamu, 1 ruang bendahara, dan 2 kamar mandi). 9 komputer (5 untuk siswa, 1 untuk guru, 1 untuk TU, 1 untuk bendahara, dan 1 untuk kepala sekolah), 1 dapur, 3 kamar mandi siswa, 1 ruang kesehatan, dan 2 gudang.61 5. Struktur Organisasi Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong memiliki beberapa tingkatan struktur kepemimpinan. Urutan tertinggi adalah Kepala Madrasah, dalam menjalankan tugasnya Kepala Madrasah ini dibantu oleh PKM Kurikulum, PKM Kesiswaan, PKM Sarana Prasarana, PKM Humas, dan Dewan Guru. Sehingga antara yang satu dengan yang lain saling melengkapi dan bekerja sama.62 Untuk lebih jelas dan terperincinya susunan kepengurusan dapat dilihat dalam lampiran. 6. Keadaan Guru dan Karyawan Berdasarkan dari data dokumentasi yang telah penulis peroleh untuk saat ini di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong memiliki tenaga pendidik berjumlah 12 orang yang terdiri dari 5 orang Pegawai Negeri Sipil dan 7 orang guru berstatus tidak tetap (GTT).63
61
Dokumentasi Tata Usaha Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong, 2008. Lihat transkip dokumentasi no. 02/ D/ 16-IV/ 2008. 63 Lihat transkip wawancara no. 03/ I-W/ 6-IV/ 2008. 62
Sedangkan karyawan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong adalah berjumlah 2 orang yang terdiri dari 1 orang PJG tamatan SLTA dan 1 orang TU (Tata Usaha). Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam lampiran. 7. Keadaan Siswa Keadaan siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong tahun pelajaran 2007-2008 yang terdaftar berjumlah 150 siswa dengan perincian 92 laki-laki dan 58 perempuan. Dari jumlah tersebut terbagi menjadi 6 kelas. TABEL 3.1 KEADAAN SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI LENGKONG SUKOREJO PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2007-2008 Kelas
Putra
Putri
Jumlah
I
19
18
37
II
12
12
24
III
15
4
19
IV
12
4
16
V
18
10
28
VI
16
10
26
Jumlah
92
58
150
8. Kegiatan Ekstra Kurikuler
Kegiatan ekstra kurikuler bertujuan agar siswa lebih memperkaya dan memperluas wawasan, mendorong pembinaan nilai, atau sikap, serta memungkinkan penerapan lebih lanjut. Pengetahuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam ekstra kurikuler ini mengutamakan pada kegiatan kelompok, selain itu kegiatan ekstra kurikuler juga dimaksud untuk memberi bekal ketrampilan hidup (life skill) kepada para siswa untuk bersaing secara individu di masyarakat. Kegiatan ekstra kurikuler yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo adalah sebagai berikut: a. Kepramukaan b. Seni Baca al-Qur’an c. Seni Hadroh d. Drum band B. Penyajian Data Khusus 1. Kemampuan Membaca Al-Qur’an siswa kelas IV dan V Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo. Keberhasilan siswa/anak didik dalam pendidikan merupakan harapan setiap orang yang ada di sekitar siswa, bukan hanya guru tetapi orang tua-pun ingin anaknya sukses dalam pendidikan. Bahkan dalam agama Islam orang tua merupakan penanggung jawab utama terhadap pendidikan anak-anaknya.
Salah satu pendidikan mulia yang dapat diberikan orang tua terhadap anaknya adalah pendidikan al-Qur’an, dengan mengajarinya membaca al-Qur’an sejak dini. Kemampuan membaca al-Qur’an sejak dini akan terus berakar hingga anak menjadi dewasa. Penulis menggunakan metode angket, wawancara, dan observasi untuk mendapatkan data tentang kemampuan membaca al-Qur’an siswa kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong. Melalui hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Ibu Yulia Laili R, S. Pdi selaku guru al-Qur’an Hadits, dapat diketahui kemampuan membaca al-Qur’an siswa kelas IV dan V sedah cukup lancar, akan tetapi perlu adanya bimbingan. Sebagaimana penjelasan dari Ibu Yulia LR, S. Pdi sebagai berikut: Kemampuan membaca al-Qur’an siswa khususnya kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong sudah lancar, bahkan dari mereka juga banyak yang tahu dan hafal hukum bacaannya. Dari 43 siswa itu 5-10 siswa yang masih kurang lancar dalam membaca al-Qur’an dan 1 siswa yang tidak bisa membaca al-Qur’an. Hampir 90% dari siswa yang lancar dalam membaca alQur’an adalah mereka yang mengikuti Madrasah Diniyah/ TPQ, dan hal itu sangat mendukung karena hampir setiap hari di Madrasah Diniyah/ TPQ tersebut mereka mendapatkan materi al-Qur’an sekaligus praktek membacanya. Mereka menerima materi pembelajaran al-Qur’an di Madrasah Ibtidaiyah ini sekali dalam seminggu, ya... ini karena terbatasnya waktu.64
Pernyataan di atas juga didukung oleh hasil jawaban dari orang tua yang telah penulis peroleh dari hasil angket. Dari 43 siswa di atas, 20 orang tua menyatakan bahwa kemampuan membaca al-Qur’an anak sudah
64
Wawancara dengan guru al-qur’an hadits, Yulia L. R, S. Pdi. Senin, 7 April 2008 pukul 09.00 WIB.
lancar tapi masih perlu adanya bimbingan. 11 orang tua menyatakan sudah baik dan sisanya menyatakan kurang mampu.65 Sebagai pelengkap data kemampuan membaca al-Qur’an siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo, penulis cantumkan daftar nilai kemampuan membaca al-Qur’an siswa sebagai berikut:66 TABEL 3.2 DAFTAR NILAI KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN SISWA KELAS IV DAN V MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI LENGKONG SUKOREJO PONOROGO NAMA
NAMA NILAI
NO
SISWA
SISWA 1
VA
65
23
AR
50
2
AF
80
24
ED
70
3
AB
100
25
AD
80
4
DW
60
26
FD
70
5
EW
60
27
PPT
65
6
JS
70
28
JM
70
7
MAW
90
29
LA
67
8
MFG
100
30
LKM
100
9
MN
50
31
MNW
70
10
MR
100
32
M. IR
50
11
MY
70
33
SB M
65
12
NH
60
34
TF R
100
13
RC
60
35
M. Z A
100
65 Hasil 66
NILAI
NO
penyebaran angket pada tanggal 12 Mei 2008. Diambil dari penilaian sub-sumatif.
14
SM
70
36
NR
65
15
NW
60
37
RH
100
16
IS
70
38
SZ
60
17
RM
70
39
TN S
100
18
AK
100
40
V NH
80
19
AP
100
41
Z HA
100
20
AW
80
42
N AZ
80
21
A BT
70
43
E WHY
50
22
A FD
80
Data di atas juga didukung oleh penjelasan dari beberapa orang tua siswa sebagaimana penjelasan dari Bapak Suwarni berikut: Ya.. alhamdulillah sudah lancar membaca al-Qur’an tapi masih sangat membutuhkan adanya bimbingan terutama tentang pemahaman tajwidnya.67
Hal senada juga diungkapkan oleh orang tua murid Bapak Khoirul Kusdi sebagai berikut : Sudah baik tapi sedikit kurang lancar. Anak saya masih merasa kesulitan untuk menggabungkan kata ke kata berikutnya.68
Sebagaimana hasil jawaban angket beberapa orang tua memiliki ungkapan yang serupa dengan apa yang diungkapkan oleh Bapak Suwarni dan Bapak Khoirul Kusdi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada transkip wawancara dalam lampiran hasil penelitian ini.
67 Lihat transkip wawancara no. 05/4-W/F-2/4-VIII/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini. 68 Lihat transkip wawancara no.09/8-W/F-1/7-VIII/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini.
2. Upaya keluarga dalam meningkatkan kemampuan membaca alQur’an siswa kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo. Untuk
mendapatkan
data
tentang
upaya
keluarga
dalam
meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an siswa di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong, peneliti menggunakan metode angket terbuka kepada responden (orang tua) untuk dijawab, dan angket tertutup untuk siswa. Adapun upaya yang dilakukan oleh orang tua (keluarga) adalah :69 a. Menuntun dan mengajarinya dengan telaten dan sabar. b. Memberi kesempatan kepada orang lain yang mampu untuk mengajarinya, atau bisa dikatakan mencarikan guru ngaji. c. Membiasakan anak untuk membaca al-Qur’an setiap ba’da sholat maghrib. d. Mengingatkan anak untuk terus belajar mengaji. e. Memberikan fasilitas belajar bagi anak. f. Memberikan pujian atau penghargaan kepada anak. Selain upaya di atas, tentunya orang tua juga selalu berupaya secara batin dengan selalu mendo’akan anak-anak mereka agar mampu menjadi anak- anak yang sukses di dunia dan akherat. Upaya-upaya di atas senada dengan hasil wawancara yang telah penulis lakukan kepada beberapa orang tua siswa. 69
Hasil penyebaran angket kepada orang tua dan siswa, 12 mei 2008.
Seperti dijelaskan oleh Bapak Suwarni berikut: “Usaha yang biasa saya lakukan ya.... memberikan contoh kepada mereka untuk membiasakan membaca al-Qur’an setiap ba’da subuh dan maghrib. Dan memasukkan anak ke lembaga penunjang terdekat yaitu TPQ serta selalu mendo’akan anak agar mampu menjadi anak yang sukses di dunia dan akhirat”.
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Sugiono sebagai berikut: “Saya selalu mengingatkan anak saya untuk belajar mengaji setiap hari di mushola sebelah, karea di situ ada guru ngajinya. Dan di waktu sore saya menyuruhnya untuk sekolah di TPQ karena di sana setiap hari ada matei alQur’annya”.
Juga diungkapkan oleh Bapak Jaini berikut: “Saya sering memberikan hadiah untuk anak saya agar dia semangat dalam belajar al-Qur’an. Selain itu saya juga memasukan anak saya ke TPQ terdekat karena di sana dia bisa belajar al-Qur’an sekaligus mempelajari ilmu tajwidnya”.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an siswa kelas IV dan V tersebut, tentunya orang tua (keluarga) mengalami beberapa faktor yang mempengaruhi upaya tersebut. Adapun faktor penghambat upaya keluarga tersebut yaitu : 1. Orang tua sendiri kurang mampu untuk membimbing. 2. Orang tua disibukkan oleh pekerjaan. 3. Orang tua single parent. 4. Anak malas dan lebih memilih untuk menonton TV. 5. Kondisi kesehatan menurun. 6. Minimnya biaya. 7. Pengaruh lingkungan.70 Sedangkan faktor pendukung upaya tersebut yaitu : 1. Lingkungan yang agamis, 70
Hasil penyebaran angket kepada orang tua siswa.
2. Adanya program diniyah atau TPQ di sore atau malam hari, 3. Gratis atau tanpa uang bulanan, 4. Bimbingan orang tua langsung, 5. Daya pikir yang cepat tanggap, 6. Adanya guru ngaji, 7. Kemauan anak sendiri kuat.71 Semangat dan dorongan dari pihak keluarga dan anak itu sendiri dapat membantu meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an siswa. 3. Peran keluarga dalam meningkatkan kemampuan membaca alQur’an siswa kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo. Keluarga adalah sebagai pemberi motivasi atau pemberi dukungan, setiap anak diharapkan mampu menjadi anak yang sholeh dan pandai. Di sini sangat diperlukan adanya motivasi, karena tanpa adanya motivasi atau dukungan dari keluarga (dalam hal ini orang tua) anak tidak akan
bersungguh-sungguh
untuk
belajar mengaji,
suka
ceroboh
(sembrono), dan anak menjadi tidak fokus serta kurang tergerak hatinya untuk sudi belajar al-Qur’an. Dengan motivasi dari keluarga anak akan merasa bahwa dirinya memiliki kewajiban untuk belajar al-Qur’an dan
71
Hasil penyebaran angket kepada orang tua siswa.
anak akan memiliki semangat yang tinggi serta percaya diri yang kuat bahwa belajar al-Qur’an adalah penting.72 Sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Suyitno orang tua siswa kelas V berikut : Dukungan atau motivasi untuk anak sudah seharusnya dilakukan oleh orang tua. Dalam hal apapun orang tua sangat berperan dalam kehidupan anak, khususnya dalam hal ini adalah mengaji. Setiap hari meskipun saya harus dikatakan cerewet, tiada bosan-bosannya setiap ba’da maghrib saya menyuruh anak saya untuk pergi ke tempat guru ngaji guna untuk belajar al-Qur’an dan ilmu agama lainnya. Saya yakin tanpa adanya dukungan seperti itu, anak akan berbuat semaunya sendiri dan sembrono. Waktu yang seharusnya dia gunakan untuk menambah pengetahuan justru dia salah gunakan.73
Seperti dijelaskan oleh Ibu Kastamah berikut : Keluarga adalah tempat pendidikan utama bagi anak-anaknya. Adanya dukungan dari orang tua itu sangat berpengaruh besar bagi kemajuan anak, terutama dalam hal ini dalam belajar membaca al-Qur’an. Tanpa adanya dukungan dari keluarga kemungkinan besar akan semaunya sendiri, dia akan bermalas-malasan untuk mengaji.74
Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Bapak Kusdi : Dukungan dari orang tua sangat diperlukan sebab kegiatan apapun yang berguna untuk meningkatkan kemampuan anak terutama dalam hal membaca al-Qur’an tidak akan membuahkan hasil yang maksimal tanpa dukungan orang tua.75
Dukungan dari keluarga untuk anak supaya terus-menerus belajar al-Qur’an tanpa putus asa itu menjadikan anak merasa bahwa belajar ngaji adalah menjadi kewajiban bagi dirinya.
72
Hasil jawaban dari 25 orang tua. Lihat transkip wawancara no. 08/7-W/F-3/5-VIII/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini. 74 Lihat transkip wawancara no. 07/6-W/F-3/5-VIII/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini. 75 Lihat transkip wawancara no. 09/8-W/F-3/7-VIII/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini. 73
Keluarga juga berperan sebagai guru bagi anak-anaknya. Sebagai guru, keluarga berkewajiban memberikan bimbingan agama. Sebab itu orang tua (keluarga) selalu menyuruh anak-anak mereka untuk tekun setiap hari belajar membaca Al-Qur’an, tidak hanya itu mereka juga menyuruh anak-anak mereka untuk tekun dalam mempelajari ilmu-ilmu agama lainnya.76 Dengan belajar al-Qur’an secara terus-menerus Insya Allah SWT secara perlahan-lahan tingkah laku anak juga akan membaik.
Sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Maryono sebagai berikut: Karena anak adalah titipan dari Allah SWT, sebagai orang tua (keluarga) hendaknya kita memelihara titipan itu dengan sebaik-baiknya. Dengan mengajarinya, membimbingnya belajar al-Qur’an dan ilmu agama lainnya berarti orang tua telah berusaha menjadi guru terbaik bagi anak.
Seperti ungkapan Bapak Untung berikut : Keluarga atau Orang Tua merupakan guru bagi anak-anaknya, segala tingkah lakunya adalah yang ditiru oleh anak. sebagai guru berarti orang tua wajib megajari anak-anak mereka untuk mengaji. Jika orang tua sendiri kurang mampu membaca al-Qur’an, setidak-tidaknya orang tua harus sadar untuk terus mengajak anaknya belajar al-Qur’an.77
Juga diungkapkan oleh Bapak Tukimin : Karena tugas orang tua kepada anaknya bukan hanya menyediakan biaya saja tetapi juga memberikan pendidikan termasuk pendidikan al-Qur’an, maka sudah seharusnya orang tua bisa menjadi guru bagi anak-anak mereka. Dengan pengajaran langsung dari orang tua, orang tua bisa lebih mudah mengetahui sejauh mana kemampuan anak-anak mereka dalam membaca al-Qur’an.78
76
Hasil jawaban angket dari 20 orang tua. Lihat transkip wawancara no.12/11-W/F-3/11-VIII/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini. 78 Lihat transkip wawancara no.13/12-W/F-3/11-VIII/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini. 77
BAB IV ANALISA DATA PERAN KELUARGA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR'AN SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI) LENGKONG SUKOREJO PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2007/2008
A. Analisis Data Tentang Kemampuan Membaca Al-Qur'an Siswa Kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo Tahun Pelajaran 2007-2008 Salah satu dari tiga potensi yang diberikan Allah SWT kepada manusia adalah potensi akal, dengan akal manusia bisa memahami, mengamati, berfikir, belajar merencanakan dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Potensi berakal yang dianugerahkan Allah kepada manusia perlu dikembangkan melalui proses pendidikan Islam. Dalam bab II dijelaskan bahwa di antara pendidikan kepada anak, pendidikan paling mulia yang dapat diberikan adalah pendidikan al-Qur'an. Perlu disadari bahwa hal ini adalah suatu perkara yang serius bagi setiap keluarga muslim yang dikaruniai anak. Pada umumnya anak -anak disuruh mengaji ke rumah seorang kyai atau guru ngaji. Tetapi ada sementara orang tua yang mengharuskan naknya belajar al-Qur’an di rumah sendiri. Dengan mengajarkan membaca al-Qur’an sejak dini, kemampuan membaca al-Qur’an anak akan terus berakar hingga dewasa. Dari hasil penyebaran angket, observasi dan wawancara yang penulis lakukan dapat diketahui bahwa kemampuan membaca al-Qur’an siswa kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo sudah cukup lancar akan tetapi masih perlu adanya bimbingan atau bantuan. Dari deskripsi di atas menunjukkan bahwa para siswa yang memiliki kemampuan membaca al-Qur'an sesuai dengan kaidah tajwid (lancar dan benar) adalah mereka yang mengikuti program diniyah, TPQ maupun sorogan di tempat tinggal mereka masing-masing. Dan itu tentunya merupakan inisiatif para orang tua siswa agar anak-anak mereka tumbuh menjadi generasi al-Qur'an.
Deskripsi data kemampuan membaca al-Qur'an siswa kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong tersebut dapat diketahui melalui daftar nilai yang telah tercantum dalam bab III, di mana melalui daftar nilai tersebut dapat penulis analisis bahwa hampir keseluruhan siswa memperoleh nilai standar hanya ada sekitar 4-5 siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata. B. Analisis
Tentang
Upaya
Keluarga
dalam
Meningkatkan
Kemampuan Membaca Al-Qur'an Siswa Kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo Tahun Pelajaran 2007-2008 Di antara pendidikan paling mulia yang dapat diberikan orang tua adalah pendidikan al-Qur'an. Mendidik al-Qur'an merupakan hal dan kewajiban utama anak yang harus ditunaikan sesegera mungkin oleh orang tuanya. Dengan mengajarkan anak membaca al-Qur'an termasuk bagian dari menjunjung tinggi supermasi nilai-nilai spiritualisme Islam. Upaya peningkatan kemampuan membaca al-Qur'an siswa oleh keluarga tidak cukup hanya dengan memberikan materi berupa uang sebanyakbanyaknya, akan tetapi mengusahakan dengan hal-hal yang dapat memenuhi lahir dan batin anak. Dari hasil penyebaran angket dan wawancara yang penulis lakukan maka dapat dianalisa bahwa ada beberapa upaya yang dilakukan oleh orang tua (keluarga) dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur'an siswa kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo. Di antara upaya-upaya tersebut adalah: a. Menuntun dan mengajarinya dengan telaten dan sabar
Dalam
membimbing
anak
belajar
membaca
al-Qur'an
dibutuhkan adanya ketelatenan dan kesabaran dari keluarga. Jika dalam pembelajaran al-Qur'an ini pihak keluarga telaten dan sabar insyaallah tujuan yang ingin dicapai akan terwujud. Begitu pula sebaliknya, jika dalam mengajari anak membaca al-Qur'an keluarga tidak memiliki ketelatenan dan kesabaran maka anak juga akan sulit untuk mampu membaca al-Qur'an dengan baik. b. Mencarikan guru ngaji Mendatangkan guru (ustadz) atau bersama-sama anak-anak lain di rumah seorang ustadz, mushola atau tempat mengaji lainnya untuk belajar membaca al-Qur'an merupakan usaha yang dapat dilakukan keluarga dalam mendidik anak agar mampu membaca alQur'an dengan baik, tidak hanya itu tentunya agar anak menjadi orang yang beriman. c. Membiasakan anak untuk membaca al-Qur'an setiap ba’da sholat maghrib Kedua orang tua (keluarga) berupaya untuk selalu ada di rumah pada waktu sholat maghrib dan mengajarkan pada anak untuk membiasakan diri belajar membaca al-Qur'an sehabis sholat. d. Mengingatkan anak untuk terus belajar mengaji Karena anak adalah amanat Allah bagi orang tuanya sudah seharusnya keluarga (orang tua) senantiasa mengingatkan pada anak
untuk terus menerus belajar membaca al-Qur'an tanpa jemu. Hingga kegiatan itu terus berakar dalam diri anak. e. Memberikan fasilitas belajar bagi anak Jika keluarga benar-benar menginginkan anak-anak mereka mampu membaca al-Qur'an dengan baik, sudah seharusnya keluarga memberikan sarana penunjang. Dari segi materiil berupa peralatan yang digunakan (al-Qur'an dan buku tentang kaidah membaca alQur'an dengan baik dan benar) dan tempat yang layak. Sarana lain yang harus disediakan adalah adanya suasana yang tepat dan cocok dari segi moril. f. Memberikan pujian atau penghargaan kepada anak Anak yang merasa dihargai oleh keluarganya akan merasa bangga dengan dirinya dan gembira. Keberhasilan anak dalam usahanya, sekecil apapun itu perlu dihargai dengan senyum, pujian, tepuk tangan atau kata-kata serta jika perlu dengan memberikan hadiah berupa materi. Apabila anak gagal dalam usahanya, tetap perlu dihargai atas kemauan dan kesungguhannya untuk belajar membaca al-Qur'an, agar ia mau untuk terus belajar. g. Memasukkan anak ke lembaga pendidikan Islam (TPQ/diniyah) Salah satu usaha yang dapat dilakukan orang tua untuk anak adalah memasukkan ke lembaga TPQ atau diniyah keluarga (orang tua) telah memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan
diri. Di sini anak akan berkenalan dan berinteraksi dengan rekannya, bertukar pendapat dan pikiran sekitar problem yang mereka hadapi dalam belajar mengaji, kesan yang dirasakan ketika belajar al-Qur'an dan hal-hal lain yang berkaitan dengan materi yang mereka terima. Dengan begitu anak juga akan terdorong untuk terus belajar sehingga kemampuannya meningkat. Selain upaya-upaya di atas, penulis juga dapat menganalisa upaya lain yang dilakukan orang tua (keluarga) agar anak mereka mampu menjadi anak yang sukses di dunia dan akherat. Yaitu dengan senantiasa mendo’akan anak. Do’a merupakan penyeimbang daripada usaha setiap manusia, ketika anak berusaha untuk belajar orang tua (keluarga) mendo’akan anak agar ilmu yang dipelajariya bermanfaat. Setiap upaya yang dilakukan manusia pasti ada faktor pendukung dan penghambat. Begitu pula dalam hal ini, upaya yang dilakukan keluarga dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur'an siswa kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong terdapat faktor yang menghambat dan juga mendukung. Penjelasan di atas dapat memberi gambaran bahwa ternyata banyak cara yang dapat dilakukan oleh keluarga untuk meningkatkan kemampuan membaca al-Qur'an anak meskipun dihadapkan pada beberapa faktor.
C. Analisis
Tentang
Peran
Keluarga
dalam
Meningkatkan
Kemampuan Membaca Al-Qur'an Siswa Kelas IV dan V di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo Tahun Pelajaran 2007-2008 Keutuhan orang tua dalam sebuah keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. Keluarga yang utuh memberikan peluang besar bagi anak untuk membangun kepercayaan kepada orang tuanya. Kehadiran anak dalam keluarga secara alamiah memberikan adanya tanggung jawab dari orang tua. Tanggung jawab ini didasarkan atas motivasi cinta kasih. Berdasarkan hasil wawancara dan penyebaran angket yang telah dilakukan penulis, dapat dianalisis tentang peran keluarga dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur'an siswa kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008, bahwasannya peran keluarga tersebut adalah sebagai motivator (pemberi dukungan) dan juga berperan sebagai pendidik atau guru bagi anak-anaknya. Menurut analisa penulis keluarga sebagai pemberi motivasi adalah memberi dorongan, dukungan agar anak dalam mencapai citacita harus berusaha keras. Karena Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum selama kaum itu tidak mau berusaha. Memotivasi belajar penting artinya dalam proses belajar membaca al-Qur'an anak, karena fungsinya yang mendorong, menggerakkan dan mengarahkan kegiatan belajar alQur'an tersebut. Dengan adanya motivasi, dimaksudkan untuk menyediakan kondisi-kondisi di mana anak mau dan ingin belajar serta merasa memiliki kewajiban untuk belajar. Dan keluarga tidak boleh membiarkan anak tanpa dukungan karena hal ini bisa menjadikan anak patah semangat terutama dalam hal belajar al-Qur'an. Di sini nampak betapa pentingnya supaya anak selalu didukung untuk menuntut ilmu, baik ilmu pengetahuan maupun agama. Semua itu demi kepentingan anak sendiri sebagai bekal mencapai hidup bahagia di dunia sampai akhirat. Dari sisi lain, orang tua (keluarga) sebagai guru bagi anak-anak mereka menurut analisa penulis adalah memperlakukan anak-anak mereka sebagai anak didik. Anak diajari ilmu pengetahuan terutama dalam bidang agama (dalam hal ini mengenai membaca al-Qur'an)
sekaligus harus dapat menumbuhkan pada jiwa anak untuk mencintai ilmu termasuk al-Qur'an. Mencermati hasil wawancara penulis dengan sejumlah orang tua dapat dipahami dan disimpulkan bahwa tugas orang tua adalah sebagai seorang guru, maka sudah seharusnya orang tua (keluarga) mengajarkan al-Qur'an kepada anak sesuai kemampuan yang dimiliki.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Kemampuan membaca al-Qur'an siswa kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008 sudah lancar atau baik tetapi masih perlu adanya bimbingan. Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh peran serta orang tua (keluarga) dalam membimbing belajar al-Qur'an anak. 2. Upaya-upaya yang dilakukan oleh keluarga dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur'an siswa kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo di antaranya adalah menuntun dan mengajarinya dengan telaten dan sabar, mencarikan guru ngaji, memberikan fasilitas belajar dan memasukkan ke lembaga TPQ atau Diniyah. 3. Peran keluarga dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur'an siswa kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo adalah sebagai motivator dan sebagai guru bagi anak. Dengan adanya motivasi dari keluarga anak akan merasa memiliki kewajiban untuk belajar al-Qur'an, anak akan memiliki kemauan yang kuat dan merasa bahwa belajar al-Qur'an itu penting.
B. Saran 1. Kepada Keluarga atau Orang Tua Hendaknya keluarga menyadari akan tugas dan kewajiban mereka terhadap anak karena merupakan salah satu pencetak utama dan pertama dalam penyemaian nilai-nilai Islam pada diri anak, termasuk di sini adalah penanaman membaca al-Qur'an sejak kecil.
2. Kepada Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lengkong Sukorejo Ponorogo Hendaknya kepala sekolah senantiasa meningkatkan kerja sama dengan tenaga pendidik (orang tua maupun guru) dan para siswa agar dapat bekerja dalam suasana yang menyenangkan. Dan tidak lupa melakukan kontrol dengan keluarga, guru, dan siswa agar dalam meningkatkan kemampuan belajar alQur'an maupun materi lainnya dapat berjalan dengan lancar.
3. Kepada Bapak atau Ibu Guru Pendidikan Agama Khususnya, Guru Al-Qur'an Hadits Hendaknya terus menerus menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran agar siswa bersemangat dalam belajar termasuk di dalamnya belajar membaca al-Qur'an. Dan tidak lupa untuk membiasakan membaca al-Qur'an bersama-sama sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar sehingga dengan begitu kemampuan membaca al-Qur'an anak akan meningkat.