1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) adalah makanan
terbaik bayi pada awal
kehidupannya. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sejak lahir sampai bayi umur 6 bulan penting untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan optimal bayi (Lawrence, 2005). Hal ini dikarenakan ASI mengandung cukup zat gizi
dan juga mengandung zat imunologik yang berguna
melindungi bayi dari infeksi. World Health Organization (WHO) merekomendasikan semua bayi harus mendapatkan ASI secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan. ASI eksklusif yaitu pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain selain ASI. Program yang ingin dicapai dalam Indonesia sehat tahun 2010 adalah 80 % ibu menyusui memberikan ASI eksklusif (Depkes RI, 2000). Menurut Arisman (2004), balita di Indonesia yang mendapatkan ASI menunjukkan tingkat kekurangan gizi yang lebih rendah dan menghadapi resiko lebih kecil terserang diare atau penyakit pernapasan lainnya dibandingkan dengan anak balita yang tidak mendapatkan ASI. ASI mengandung zat kekebalan dan gizi yang sangat diperlukan untuk mencegah penyakit. ASI juga memiliki manfaat yang sngat penting bagi pertumbuhan dan kesehatan anak balita. ASI juga merupakan sumber
1
2
ekonomi utama, karena jika diukur dengn rupiah dapat bernilai jutaan rupiah. Pemberian ASI eksklusif dalam prakteknya di Indonesia masih rendah. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 2003, pemberian ASI pada bayi di bawah usia dua bulan hanya mencakup 64 % dari total bayi yang ada. Pemberian ASI yang rendah merupakan salah satu pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita (Depkes RI, 2005). Hasil Riskesdas tahun 2013, menyusui hanya ASI saja dalam 24 jam terakhir pada bayi meningkat dari 15,3% (2010) menjadi 30,2% (2013), demikian juga inisiasi menyusui dini < 1 jam meningkat dari 29,3% (2010) menjadi 34,5% (2013). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih yang tertinggi di ASEAN (Association South East Asia Nation). Tingginya angka kematian tersebut diperkirakan ada kaitannya dengan pemberian ASI yang akhirnya akan berkorelasi dengan terjadinya gizi buruk (Survey Demografi Kesehatan Indonesia, 1997- 2003). Pemberian
ASI
yang
rendah
menunjukkan
bahwa
untuk
mempraktekkan pemberian ASI sesuai anjuran, segera setelah melahirkan sampai pada usia 6 bulan pertama, ibu menyusui menghadapi banyak hambatan yang berhubungan dengan pelayanan yang diperoleh di tempat persalinan (WHO, 1998; Taveras et al., 2003; BPS dan ORC Macro, 2003; Septiari et al., 2006) dan dukungan oleh anggota keluarga di rumah (Lawrence, 2005). Praktek pemberian ASI dipengaruhi oleh budaya, persepsi yang tidak benar tentang menyusui, dan promosi ASI eksklusif
3
(Fenglian et al., 2007). Kekurangan gizi pada bayi disebabkan karena selain makanan yang kurang juga karena ASI banyak diganti susu formula dengan cara dan jumlah yang tidak sesuai kebutuhan (Siregar, 2005). Pemberian ASI yang rendah meningkatkan kejadian penyakit diare, otitis media dan infeksi saluran pernafasan bagian atas pada anak di bawah usia 2 tahun (Suharyono, 1989). Dari total bayi yang dirawat di Ruang Peristi RSUD Kebumen pada tahun 2013 sebanyak 1203 bayi, tidak lebih dari 40% ibu ataupun keluarga yang memberikan atau mengirimkan ASInya ke Ruang Peristi. Bulan Januari sampai Februari 2014 sebanyak 147 bayi, hanya sekitar 40 ibu saja yang memberikan atau mengirimkan ASI ke ruang peristi. Kalaupun ada yang memberikan ASI, lebih sering terjadi pada bayi BBLR dengan waktu mulai minum pada umur lebih dari tiga hari, dikarenakan dari awal lahir sampai waktu tiga hari belum bisa minum karena mengalami masalah di pencernaannya. Untuk itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Gambaran
pemberian ASI di ruang
Peristi RSUD Kebumen”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana gambaran pemberian ASI di ruang
Peristi RSUD Kebumen ?”.
4
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pemberian ASI di Ruang Peristi RSUD Kebumen. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui cara pemberian ASI di Ruang Peristi RSUD Kebumen. b. Untuk mengetahui masalah dalam pemberian ASI di Ruang Peristi RSUD Kebumen. c. Untuk mengetahui sarana penunjang pemberian ASI di Ruang Peristi RSUD Kebumen. d. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pemberian ASI di Ruang Peristi RSUD Kebumen.
D. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam proses penelitian.
5
2. Bagi Pendidikan Menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan mengenai gambaran pemberian ASI terhadap bayi yang opname di ruang peristi. 3. Bagi RSUD kebumen Memberikan
informasi
mengenai
gambaran
apa
saja
yang
berhubungan dengan pemberian ASI di Ruang Peristi.
E. Keaslian Penelitian Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh : 1. Kristianti (2008) Gambaran Pengetahuan Ibu Yang Bekerja Tentang Pemberian
ASI
Eksklusif
di
Desa
Wonocatur
Kecamatan
Gampenngrejo Kabupaten Kediri. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif . Hasil penelitian menggambarkan pengetahuan ibu yang bekerja tentang ASI eksklusif pada bayi 0 – 6 bulan adalah berpengetahuan cukup dengan prosentase 50 %. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif. Perbedaan dengan penelitian ini adalah lokasi dan sampling. 2. Sandra (2013) Gambaran Pengetahuan, Pekerjaan dan Dukungan Keluarga terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada bayi umur 6-12 bulan di Puskesmas Antang Perumnas Kota Makasar. Hasil Penelitiannya bahwa Ibu yang tak memberi ASI eksklusif 54,2%. Ibu yang memberi ASI eksklusif 45,8%. Disimpulkan bahwa pengetahuan dan pekerjaan
6
orang tua terutama Ibu mempunyai kontribusi yang besar dalam proses pemberian ASI eksklusif. Persamaan penelitian ini yaitu menggunakan metode deskriptif.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Pengertian ASI ASI adalah makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan bulan pertama, karena mengandung gizi yang diperlukan bayi untuk membangun dan menyediakan energi (Pudjiadi, 2000). ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, selain itu mendapatkan ASI adalah hak asasi bayi sebagai manusia. Ini berarti bahwa dengan tidak memberikan ASI kita telah merampas haknya untuk hidup sehat, baik secara fisik maupun emosional. Pikiran negatif tentang ASI merupakan ketidakberhasilan Ibu memberikan ASI kepada bayi. ASI adalah makanan yang paling murah, selalu tersedia setiap saat, siap disajikan dalam suhu kamar dan bebas dari kontaminasi (L. Wong, 2000). ASI adalah susu terbaik karena mengandung nutrisi yang seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi (Lewis, 2000). ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi sehingga mempunyai komposisi yang sesuai untuk perkembangan bayi sehat (Eisenberg, 2003).
7
8
2. Manfaat Pemberian ASI Pemberian ASI mempunyai manfaat yang sangat besar,terutama bagi ibu, bayi, keluarga, bangsa dan negara serta lingkungan. Ditinjau dari aspek gizi, ASI mempunyai kandungan gizi yang lengkap, mudah dicerna dan diserap, mengandung lipase untuk pencernaan lemak, mempertinggi penyerapan kalsium serta mengandung zat kekebalan tubuh (imunitas). Ditinjau dari aspek psikologis, ASI mendekatkan hubungan antara ibu dan bayi.7 Ditinjau dari aspek KB, ASI bisa menunda kembalinya kesuburan dan menjarangkan kehamilan. a. Manfaat Pemberian ASI Pada Bayi ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dan mempunyai komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan bayi. ASI merupakan makanan yang sempurna baik kualitas maupun kuantitasnya. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena mengandung zat kekebalan yang akan melindungi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur. Zat kekebalan yang terkandung dalam ASI akan melindungi bayi dari diare juga akan menurunkan kemungkinan bayi terkena infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi lainnya (Roesli, 2000). ASI meningkatkan kecerdasan karena mengandung nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada susu sapi. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang karena bayi yang sering berada dalam dekapan
9
ibu akan merasa kasih sayang ibunya. Bayi juga akan merasa aman dan tentram yang menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian dan percaya diri dan dasar spiritual yang baik (Roesli, 2000). b. Manfaat Pemberian ASI Bagi Ibu Beberapa manfaat pemberian ASI bagi Ibu diantaranya bisa mengurangi perdarahan setelah melahirkan, jika bayi segera disusui setelah dilahirkan, karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan oksitosin yang berguna untuk menutup pembuluh darah sehingga perdarahan cepat berhenti. Mempercepat involusio uterus dan mengurangi terjadinya anemia karena kekurangan zat besi akibat perdarahan. Menjarangkan kehamilan karena menyusui merupakan alat kontrasepsi yang aman, mudah. Mengurangi insiden kanker leher rahim dan kanker payudara serta pengurangi insiden HPV (Human Papiloma Virus). c. Manfaat Pemberian ASI Bagi Keluarga Manfaat pemberian ASI bagi keluarga dilihat dari segi ekonomi bisa menghemat pengeluaran karena tidak membeli susu formula dan bayi jarang sakit sehingga menghemat biaya pengobatan.
Dilihat
dari
aspek
kemudahan,
tidak
perlu
mengganggu orang lain dan tidak repot menyeteril botol dan membuat susu formula.
10
d. Manfaat Pemberian ASI Bagi Lingkungan Mengurangi sampah dan polusi di udara, karena dengan pemberian ASI tidak memerlukan kaleng ataupun kardus susu, botol plastik dan karet. ASI tidak menambah polusi udara karena untuk membuatnya tidak memerlukan pabrik yang mengeluarkan asap dan tidak memerlukan alat transportasi (Roesli, 2000). e. Manfaat Pemberian ASI Bagi Negara Menurunkan angka kematian dan kesakitan sehingga bisa menghemat devisa karena bisa mengurangi subsidi rumah sakit untuk perawatan Ibu dan Anak. Penghematan obat – obatan, tenaga dan sarana kesehatan. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun negara (Roesli, 2000). 3. Larangan Pemberian ASI Sekalipun upaya untuk memberikan ASI digalakkan, pada beberapa kasus pemberian ASI tidak dianjurkan karena : a. Faktor Ibu Ibu dengan penyakit jantung yang berat karena akan menambah beratnya penyakit ibu, ibu dengan preeklamsi ataupun eklamsi dikarenakan banyaknya obat – obatan yang diberikan karena dikhawatirkan dapat mempengaruhi bayinya. Ibu dengan TBC atau lepra ataupun ibu dengan psikosis dengan pertimbangan kesadaran ibu bisa membahayakan bayi.
11
b. Faktor Bayi Bayi yang mengalami kejang – kejang dapat menimbulkan bahaya aspirasi ASI, bayi dengan BBLR karena reflek menelannya sulit sehingga bahaya aspirasi. Bayi dengan cacat bawaan yang sulit menelan seperti labipalatoskisis, labiopalatogenatoskisis. Bayi dengan riwayat penyakit metabolisme seperti alergi ASI, pada kasus tersebut sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter anak. c. Patologis Payudara Bayi dengan rawat gabung, keadaan kemungkinan stagnasi ASI dapat dihindari karena dapat menimbulkan infeksi dan abses. Meskipun demikian masih ada keadaan patologis payudara yang memerlukan konsultasi dokter sehingga tidak merugikan ibu dan bayi. Diantara keadaan patologis yang memerlikan konsultasi yaitu infeksi payudara, terdapat abses yang memerlukan insisi, ASI yang bercampur darah. 4.
Zat Kekebalan Yang Terkandung Dalam ASI a. Sekretory Immunoglobulin (SigA) Berfungsi mengikat protein asing bermolekul besar, seperti virus dan bakteri dan zat toksik. Pengikatan ini mempunyai fungsi untuk penyerapan sehingga tidak membahayakan bayi. b. Faktor Bifidus Faktor
bifidus
merupakan
pertumbuhan
bakteri
lactobacillus
faktor
spesifik
bifidus,
pemacu
bakteri
yang
12
mempunyai peran sebagai pencahar untuk membersihkan zat makanan yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan
saluran
pencernaan
bagi
makanan
bayi
selanjutnya. c. Lizozim Lizozim merupakan enzim yang berfungsi menghancurkan bakteri dengan cara merobek dinding sel yang secara tidak langsung akan meningkatkan keefektifan antibodi. d. Makrofak Makrofak berguna untuk mensekresi SIgA dan memakan mikroorganisme yang membahayakan tubuh bayi. e. Leukosit Leukosit berfungsi untuk sistem kekebalan tubuh sebelum terbentuk antibodi dalam tubuh bayi. 5. Komposisi ASI a. Kolostrum Kolostrum yaitu cairan yang pertama keluar atau disekresi oleh kelenjar mamae. Keadaan ini berlangsung selama tiga hari sampai empat hari setelah ASI pertama kali keluar. Kolostrum mempunyai karakteristik lebih kental dari ASI matur. Lebih banyak mengandung protein gamma globulin dan lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan dengan ASI mature. Kadar karbohidrat lebih rendah, lebih tinggi mengandung mineral
13
terutama sodium, vitamin yang larut lemak lebih banyak, PH lebih alkali, lipidnya lebih banyak mengandung kolesterol dan lecitin. Volume kolostrum berkisar 150 – 300 ml/24 jam. b. ASI Peralihan Air susu peralihan yaitu ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI mature, berlangsung pada hari ke empat sampai hari kesepuluh dari masa laktasi. Kadar ASI peralihan meliputi kadar protein lebih rendah, kadar lemak dan karbohidrat lebih tinggi dibandingkan kolostrum. Volume ASI peralihan lebih banyak daripada kolostrum. c. ASI Mature ASI Mature yaitu ASI yang dikeluarkan pada hari kesepuluh
atau
setelah
minggu
ketiga
dan
seterusnya.
Komposisinya cenderung lebih konstan. Karakteristik dari ASI mature yaitu cairan kekuning – kuningan, tidak menggumpal bila dipanaskan, terdapat anti mikrobial faktor. Volume ASI mature antara 300-850/24 jam. 6. Cara Pemberian ASI ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi sampai umur 6 bulan. Setelah itu bayi memerlukan makanan pelengkap karena setelah 6 bulan kebutuhan gizi bayi meningkat dan tidak dapat sepenuhnya dipenuhi oleh ASI saja. ASI sebaiknya diberikan secepatnya pada hari pertama atau sampai hari ke lima yang dinamakan kolostrum.
14
Pemberian ASI dapat diberikan setiap saat. Dalam memberikan ASI eksklusif, sebaiknya memperhatikan hal – hal berikut ini : a. Teknik menyusui 1. Duduklah dengan posisi santai dan enak. 2. Gunakan bantal untuk mengganjal bayi, agar payudara tidak terlalu jauh dari puting susu. 3. Bila menyusukan mulailah dengan payudara kanan, letakkan kepala bayi pada siku bagian dalam lengan kanan, badan bayi menghadap badan ibu. 4. Lengan kiri bayi diletakkan di seputar pinggang ibu, tangan kanan ibu memegang pantat/ paha kanan bayi. 5. Sanggalah payudara kanan ibu dengan keempat jari tangan kiri di bawahnya dan ibu jari di atasnya, tetapi tidak di atas bagian yang berwarna hitam (areola mamae). 6. Sentuhlah mulut bayi dengan puting susu. 7. Tunggui sampai bayi membuka mulut lebar – lebar. 8. Masukkan puting susu secepatnya ke dalam mulut sampai daerah berwarna hitam. b. Melepaskan hisapan bayi Setelah selesai menyusui, lepaskanlah isapan bayi dengan cara : 1. Masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke sudut mulut bayi. 2. Jangan menarik puting susu untuk melepaskannya, atau 3. Dengan menekan dagu bayi ke bawah.
15
4. Dengan menutup hidung bayi. c. Cara menyendawakan bayi Setelah hisapan bayi dilepaskan, sendawakan bayi sebelum menyusukan ke payudara yang lain, dengan cara : 1. Sandarkan bayi di pundak ibu, tepuklah punggungnya dengan pelan sampai keluar sendawa. 2. Bayi ditelungkupkan di pangkuan ibu, sambil digosok punggungnya. d. Tanda – tanda menyusui yang benar 1. Bayi cukup tenang. 2. Mulut bayi terbuka lebar 3. Bayi menempel betul pada ibu. 4. Mulut dan dagu bayi menempel betul pada payudara ibu. 5. Seluruh areola tertutup oleh mulut bayi. 6. Bayi tampak pelan – pelan menghisap dengan kuat. 7. Puting susu ibu tidak terasa nyeri. 8. Kuping dengan lengan bayi berada pada satu garis. 7. Cara Memeras ASI Dengan Tangan Cara memeras ASI menurut WHO : a. Cucilah tangan sampai bersih, duduk dengan nyaman dan pegang cangkir ke dekat payudara.
16
b. Letakkan ibu jari di atas puting dan areola sedangkan jari telunjuk di bawah puting dan areola berlawanan dengan ibu jari dan jari lain menopang payudara. c. Tekanlah ibu jari dan jari telunjuk sedikit ke arah dada, jangan terlalu kuat agar tidak menyumbat aliran susu, lalu tekanlah sampai teraba sinus laktiferus, yaitu tempat penampungan ASI di bawah areola. d. Tekan dan lepas, tekan dan lepas. Kalau terasa sakit berarti tekniknya salah. ASI akan mengalir terutama bila reflek oksitosinnya aktif. e. Tekanlah dengan cara yang sama di sisi sampingnya untuk memastikan memerasnya dari semua segmen payudara. f. Hindarilah mengelus jari pada kulit payudara, sebaiknya seperti menggelinding. g. Hindari memencet puting karena hal ini sama dengan kalau bayi menghisap pada puting. 8. Cara Menyimpan ASI Di Rumah a. ASI yang telah dikeluarkan dapat diletakkan di kamar dan akan tahan 6-8 jam pada suhu kamar atau 250C. b. ASI yang telah diperas dan disimpan dalam termos es berisi es batu tahan 24 jam. c. ASI yang disimpan di lemari es tempat buah di bagian paling dalam, di mana tempat yang terdingin tahan 3 x 24 jam.
17
d. ASI yang disimpan di freezer dengan pintu terpisah sendiri, tahan 3 bulan. e. ASI yang disimpan di freezer dengan satu pintu, tahan 2 minggu. f. ASI yang disimpan di deep freezer (-180C), tahan sampai 6-12 bulan (Depkes RI, 2001). Sebelum diminumkan, ASI dapat dihangatkan di dalam mangkok berisi air hangat. Jangan dihangatkan di atas api langsung karena beberapa zat kekebalan dan enzim dapat berkurang (Depkes RI, 2001). 9. Masalah Dalam Menyusui a. ASI kurang Kadangkala ibu merasa produksi ASInya kurang, padahal sebenarnya tidak. Apalagi bila bayinya sering menangis, ibu seringkali tergesa-gesa ingin segera memberikan tambahan susu formula. Seharusnya yang ibu lakukan adalah mengkonsumsi makanan yang bergizi dan menyusui dengan sabar. Susuilah secara bergantian antara kedua payudara dan minimalkan penggunaan botol karena akan menyebabkan bayi bingung dan juga mengurangi produksi ASI. b. Bayi bingung puting Bayi yang menyusu bergantian antara menggunakan botol dan menyusu ASI, seringkali mengalami nipple confusion atau bingung puting, sehingga kadang-kadang menolak menyusu
18
ibunya. Sebaiknya ibu harus mengusahakan pemberian ASI eksklusif, menyusui dengan cara yang benar dan menyusui lebih lama dan sesering mungkin. c. Payudara bengkak Pada awal ibu menyusui, seringkali kurang efektif sehingga ASI menggumpal sehingga payudara menjadi bengkak dan nyeri. Untuk menghindari hal ini, usahakan agar segera menyusui bayi setelah lahir, susui semau bayi jangan dijadwalkan, keluarkan sisa ASI
dengan
tangan
atau
pompa.
Apabila
sudah
terjadi
pembengkakan, lakukanlah kompres dingin untuk mengurangi nyeri. Lakukan massage payudara dan segerakan bayi menyusu. d. Mastitis Mastitis
yaitu
peradangan
payudara
akibat
infeksi.
Biasanya terjadi pada minggu-minggu pertama setelah melahirkan yang tersumbat atau pada luka pada putting yang terinfeksi. Cara penanggulangannya yaitu, kompreslah dengan air hangat, ibu tetap menyusui bayinya pada payudara yang tidak terinfeksi. Istirahatlah yang cukup, minum air putih minimal dua liter/ hari. Minumlah antibiotik, lakukan perawatan payudara. 10. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI a. Pengetahuan Ibu Pengetahuan yang tinggi tentang manfaat dan tujuan pemberian ASI bisa menjadi penyebab suksesnya pemberian ASI
19
pada bayi. Ibu dengan pengetahuan tinggi dan luas dapat dengan mudah menerima penyuluhan tentang ASI, kandungan dan manfaat ASI, teknik menyusui dan kerugian jika tidak memberikan ASI. b. Pendidikan Ibu Makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah untuk menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat sikap terhadap nilai – nilai yang baru diperkenalkan termasuk mengenai pemberian ASI. c. Pengalaman Menyusui Sebelumnya Pengalaman masa lalu sangatlah membantu dalam praktek pemberian ASI, dibanding ibu yang baru pertama kali menyusui. Apa yang dulu belum diketahui seputar masalah pemberian ASI, sekarang sudah lebih banyak diketahui. d. Usia Ibu Usia ibu juga mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam
praktek
pemberian
ASI.
Ibu
yang
pertama
menyusuimungkin akan merasa canggung dan belum paham akan teknik menyusui yang benar, dibandingkan ibu yang sudah pernah menyusui.
20
B. Kerangka Teori Kerangka teori menurut Notoatmojo (2003), Pudjiadi (2000), Roesli (2000) :
Pemberian asi di ruang peristi
Faktor ibu :
Sarana pendukung :
1. Pengetahuan 2. Pengalaman 3. Pendidikan
1. Fasilitas kesehatan 2. Jarak tempat tinggal
Gambar 2.1 Kerangka teori
Faktor dari luar : 1. Petugas kesehatan 2. Keluarga 3. Kerabat 4. Lingkungan
21
C. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori di atas, dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut :
1. Cara pemberian ASI 2. Masalah yang
Baik
menghambat pemberian ASI Gambaran 3. Sarana pendukung pemberian
Cukup
pemberian ASI ASI 4. Pengetahuan ibu tentang pemberian ASI Kurang
Gambar 2.2. Kerangka konsep
D. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan tinjauan teori di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
Bagaimana Gambaran Pemberian ASI di
Ruang Peristi RSUD Kebumen ?
22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Metode
penelitian
ini
menggunakan
penelitian
deskriptif
kuantitatif yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 1983). Dengan rancangan penelitian cross-sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran / observasi data variabel dependen dan independen hanya satu kali pada satu saat (Al Ummah, 2010).
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Arikunto (2006), populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Menurut Ismiyanto, populasi adalah keseluruhan subyek atau totalitas subyek penelitian yang dapat berupa orang, benda atau suatu hal yang di dalamnya dapat diperoleh dan atau dapat memberikan informasi penelitian. Yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi yang dirawat di ruang Peristi RSUD
22
23
Kebumen dan ibu yang memberikan ASInya ke Ruang Peristi RSUD Kebumen berjumlah 32 responden. 2. Sampel Menurut Arikunto (2006), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Menurut Ismiyanto sampel adalah sebagian dari totalitas subyek penelitian atau sebagian populasi yang diharapkan dapat mewakili karakteristik populasi yang penetapannya dengan teknik - teknik tertentu. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sebanyak 32 ibu yang memberikan ASInya ke Ruang Peristi RSUD Kebumen. Cara ini dilakukan karena populasi ibu yang memberikan ASInya kurang dari 100 orang.
C. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian yaitu di Ruang Peristi RSUD Kebumen, sedangkan waktu penelitian yaitu bulan April sampai dengan Mei 2014.
D. Variabel Penelitian Menurut Sugiyanto (2007), variabel penelitian yaitu sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu menggambarkan pemberian ASI di Ruang Peristi RSUD Kebumen.
24
E. Definisi Operasional Definisi operasional adaalah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang didefinisikan (Al Ummah, 2010). Pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3.1 Definisi Operasional Sub Variabel Cara pemberian ASI
Masalah dalam pemberian ASI
Definisi Operasioanl Perilaku ibu dalam pemberian ASI dilihat dari cara pemberian ASI
Alat Ukur Kuesioner Ya-Tidak 3 item. Jawaban Ya skor 1, jawaban Tidak skor 0.
Masalah yang dihadapi ibu dalam pemberian ASI
Kuesioner Ya-Tidak 5 item. Jawaban Ya skor 1, jawaban Tidak skor 0.
Sarana penunjang Persepsi ibu pemberian ASI tentang sarana penunjang pemberian ASI di RSUD Kebumen
Kuesioner Ya-Tidak 5 item. Jawaban Ya skor 1, jawaban Tidak skor 0.
Pengetahuan ibu tentang pemberian ASI
Kuesioner Ya-Tidak 5 item. Jawaban Ya skor 1, jawaban Tidak skor 0.
Hal-hal yang diketahui ibu tentang pemberian ASI
Skala Pengukuran dan Parameter Ukur Skala ordinal, dengan paramater: - Kurang bila jawaban ya < 56%. - Cukup bila jawaban ya 56-75% - Baik bila jawaban ya >75% Skala ordinal, dengan paramater: - Kurang bila jawaban ya < 56%. - Cukup bila jawaban ya 56-75% - Baik bila jawaban ya >75% Skala ordinal, dengan paramater: - Kurang bila jawaban ya < 56%. - Cukup bila jawaban ya 56-75% - Baik bila jawaban ya >75% Skala ordinal, dengan paramater: - Kurang bila jawaban ya < 56%. - Cukup bila jawaban ya 56-75% - Baik bila jawaban ya >75%
25
F. Teknik Pengumpulan Data Menurut ahli metode pengumpulan data, teknik pengumpulan data yaitu berupa suatu pernyataan (statement) tentang sifat, keadaan kegiatan tertentu dan sejenisnya. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian (Gulo, 2002 : 110). 1. Data Primer Data primer adalah secara langsung diamati dari objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi (Riwidikdo, 2008). Dalam penelitian ini mengamati
peneliti
dengan
menggunakan metode observasi,
melibatkan
semua
indera
yaitu
(penglihatan,
pendengaran, penciuman). 2. Data Sekunder Menurut Riwidikdo (2008), data yang didapat tidak secara langsung dari obyek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data dari petugas lain dan mahasiswa praktek di Ruang Peristi RSUD Kebumen.
26
3. Instrumen Penelitian Adapun kisi- kisi kuesioner pada penelitian adalah : Tabel 3.2 Kisi- kisi kuesioner pada penelitian Variabel Penelitian
Indikator
Pemberian ASI di Ruang Peristi RSUD Kebumen
Cara pemberian ASI Masalah dalam pemberian ASI Sarana penunjang pemberian ASI Faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
Nomor Pertanyaan 1–3
Jumlah 3
1–5
5
1–5
5
1-5
5
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan data a. Editing Setelah kuesioner terkumpul, selanjutnya dilakukan seleksi data kuesioner yang telah terkumpul kembali. Tujuannya yaitu untuk mengetahui apabila ada kuesioner yang belum terisi dengan lengkap. b. Koding dan Skoring Merupakan kegiatan memberi kode setiap data yang diperoleh, kemudian memberi skor, yang bertujuan untuk mempermudah analisa data.
27
c. Entry data Setelah koding dan skoring, selanjutnya dilakukan entry data yaitu memasukkan data yang telah diedit dan dikoding dengan fasilitas komputer. Adapun program yang dipakai dalan entry data yaitu Microsoft Office 2007 dan SPSS 22 d. Tabulasi data Kegiatan memasukkan data ke dalam tabel- tabel dan mengatur angka- angka yang diperoleh, sehingga dapat dihitung distribusi dan prosentasenya. e. Cleaning data Tahap terakhir dalam pengolahan data yaitu cleaning data, yaitu mengoreksi data bila ditemukan penomoran yang salah atau huruf yang kurang jelas. 2. Analisa data Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dianalisa dengan menggunakan program komputer dan manual. Dalam penelitian ini menggunakan Analisa Univariat yaitu menggunakan analisa tabel distribusi frekwensi yang menunjukkan bahwa dalam satu tabel tersebut hanya memuat informasi satu variabel saja yaitu meliputi gambaran pemberian ASI.
28
H. Etika Penelitian Sebelum
mengadakan
penelitian,
penulis
menyampaikan
permohonan penelitian kepada direktur RSUD Kebumen. Selanjutnya kepada responden dijelaskan maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian dan hak – hak responden. Setelah menyetujui menjadi responden, responden menandatangani surat persetujuan untuk menjadi responden. Selama melakukan penelitian, hal yang sangat penting adalah etika dalam penelitian, diantaranya meliputi : 1. Inform consent Inform consent yaitu pemberitahuan kepada responden mengenai maksud dan tujuan penelitian. Jika responden menolak,peneliti tidak akan memaksa. Akan tetapi bila menyetujui, maka responden harus menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. 2. Anonimity Anonimity bertujuan untuk merahasiakan identitas responden, peneliti tidak memberi nama pada lembar checlist, hanya memberi kode saja.