BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyesuaian diri merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia, apalagi pada saat individu memasuki bangku perkuliahan. Permasalahan mahasiswa baru saat memasuki masa perkuliahan berpariasi, mulai dari permasalahan yang sifatnya pribadi, permasalahan akademik ataupun permasalahan relasi interpersonal. Seorang mahasiswa baru harus menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya mulai dari materi perkuliah, proses belajar, teman baru, jadwal perkuliahan atau aturan- aturan yang berlaku sampai pada masalah tempat tingggal atau asrama. Dalam menghadapi semua permasalahan ini ada mahasiswa yang mampu menyesuaikan diri dengan mudah ada juga yang mengalami kesulitan. Sebuah jurnal menceritakan seorang siswa yang baru saja menyelesaikan sekolah menengah dan hendak melanjutkan ke Universitas, untuk pertama dia akan bangga dan mempersiapkan dirinya untuk menghadapi lingkungan kuliah yang baru. Dia akan mempersiapkan dirinya untuk bertemu dengan orang-orang baru, antusiasme untuk belajar agar menuai kesuksesan dalam lingkungannya yang baru. Akhirnya siswa tersebut, terhadap lingkungan barunya mengalamai ketidaknyamanan
1
2
hingga membuatnya tidak lagi ingin melanjutkan kuliahnya (Littlejohn, 2004; Kingsley and Dakhari, 2006; Balmer, 2009). Hasil penelitian Prof. Dr. Mareyke Maritje Wagae Tairas MBA Ma pada mahasiswa Fakultas Psikologi Unair menunjukkan, mereka butuh waktu enam bulan untuk beradaptasi. Memasuki dunia perkuliahan, anak berada pada tahap remaja akhir dan memasuki dewasa awal. Sebagai seorang remaja, calon mahasiswa yang belum mandiri sepenuhnya harus berganti peran seorang dewasa. Artinya, dia mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan mandiri ketika menjadi mahasiswa. Beban adaptasi pada masa awal perkuliahan dan perubahan peran itu menimbulkan konflik dalam pertumbuhan psikis anak. ''Biasanya, prestasi akan menurun drastis,'' Jadi, fokus meningkatkan prestasi akademik dimulai sejak awal.
Problem yang muncul pada mahasiswa awal semester
biasanya keinginan memahami kepribadian, adaptasi lingkungan baru, dan pola belajar mandiri. Umumnya individu menginjakan kaki pertama kali di lingkungan baru, walaupun sudah siap, tetap merasa terkejut begitu sadar bahwa disekelilingnya begitu berbeda dengan lingkungan lamanya. Individu biasanya akan merasa terkejut atau kaget begitu mengetahui bahwa lingkungan di sekitarnya telah berubah. Individu terbiasa dengan hal-hal yang ada di sekelilingnya, dan individu cenderung suka dengan familiaritas tersebut. Familiaritas membantu seseorang mengurangi tekanan karena dalam familiaritas, individu tahu apa yang dapat diharapkan dari lingkungan dan orang-orang di sekitarnya. Maka, ketika
3
seseorang meninggalkan lingkungannya yang nyaman dan masuk dalam suatu lingkungan baru, masalah komunikasi sangat diperlukan. Lingkungan baru merupakan sebuah stimulus bagi seseorang yang terkadang mampu menjadi penyebab terjadinya kecemasan. Begitu pula halnya dengan mahasiswa yang baru mengenal lingkungan perguruan tinggi, dimana lingkungan ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan SMA. Untuk menghadapi lingkungan baru ini mahasiswa membutuhkan kepercayaan dan keyakinan tentang kemampuan diri sendiri (self efficacy), sehingga dengan modal tersebut seseorang dapat beraktifitas dalam menjalankan tugas-tugas di perguruan tinggi. Hasil Penelitian Muhammad Shohib, S.Psi.M.Si, (2005), memberikan gambaran tentang self efficacy dan kecemasan mahasiswa dalam menghadapi lingkungan baru serta pengaruh antara self efficacy terhadap kecemasan dalam menghadapi lingkungan baru yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas Psikologi UMM angkatan 2005 – 2006, hasil analisa regresi menunjukkan ada pengaruh yang signifikan self efficacy terhadap kecemasan menghadapi lingkungan baru ( F = 781,228; P = 0,000) dengan taraf signifikan 5 %. Adapun sumbangan efektif variable self efficacy terhadap kecemasan menghadapi lingkungan baru sebesar 85,8 %. Ini berarti masih ada 14,2 % kecemasan menghadapi lingkungan baru dipengaruhi oleh variable lain, seperti adanya dukungan social dan kematangan emosi. Dalam penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli dalam buku Effective Study (Francis P.Robinson, 1941) disimpulkan bahwa setiap orang
4
harus dapat menyesuaikan diri dengan berbagai jenis kelompok, masalah penyesuaian diri yang paling banyak dirasakan mahasiswa ketika pertama kali memasuki bangku kuliah adalah membuat dirinya diterima oleh sesama teman kuliahnya. Kesulitan yang dialami mahasiswa baru tersebut diantaranya adalah menjadi anggota dari kelompok tertentu, memiliki beberapa teman dekat, dan membuat dirinya disukai oleh teman lawan jenisnya. Pada tahap ini beberapa mahasiswa juga tengah menjalani tahap terakhir dari emansipasi atau proses menjadi mandiri dari ketergantungannya terhadap keluarga. Jika mahasiswa merasa aman dengan semua hubungan sosial yang dijalaninya, maka dia akan merasa bebas menggunakan sebagian besar usahanya untuk belajar. Jika tidak, maka akan muncul kemungkinan terganggunya konsentrasi belajar mahasiswa tersebut. Begitu juga yang terjadi pada mahasiswa kebidanan salah satu Perguruan Tinggi
di
Karawang.
Program
Studi
(Prodi)
Kebidanan
Universitas
Singaperbangsa Karawang (Unsika) yang mulai diselenggarakan pada tahun akademik 2005/2006. Prodi Kebidanan Unsika didirikan berdasarkan : Rekomendasi Kepala Badan PPSDM Depkes RI Nomor : HK.03.2.4.1.02131 tanggal 7 Juni 2005 tentang Rekomendasi/pertimbangan tertulis pembukaan Program Studi DIII Kebidanan pada Universitas Singaperbangsa Karawang. Ijin Dirjen Dikti DEPDIKNAS : 1879/D/T/2008 tanggal 09 Juni 2008 tentang Perpanjangan Ulang Ijin Penyelenggaraan Program Studi Kebidanan, Diploma Tiga (D-III) pada Universitas Singaperbangsa Karawang.
5
Selama 4 tahun berdirinya fakultas kebidanan, bahwa fakultas kebidanan Unsika merupakan salah satu fakultas favorit dan banyak peminatnya, sehingga pendaftar yang terus bertambah dan jumlah kelas yang juga terus bertambah yang tadinya hanya 2 kelas sekarang menjadi 4 kelas. Banyaknya mahasiswi yang daftar pada jurusan kebidanan ini didasari oleh banyak factor, terutama tentang persepsi kuliah di fakultas kebidanan, bahwa setelah keluar kuliah, mahasiswa sudah mampu bekerja sendiri (praktek), pekerjaan bidan lebih terhormat dan ditunjang dengan kondisi ekonomi yang memang mencukupi sehingga mampu membiayai kuliah di fakultas kebidanan. Masalah yang dihadapi oleh mahasiswa baru Prodi Kebidanan UNSIKA yaitu berkenaan dengan pemilihan jurusan yang ditempuh ternyata tidak sesuai dengan pilihannya, nilai-nilai/ sikap baru yang tidak sesuai dengan keluarga, kelemahan dalam aspek intelektual, ketidakmampuan berkonsentrasi, kecemasan yang tinggi sehingga keterlambatan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan belajarnya. Penyesuain diri dalam lingkungan asrama juga menjadi permasalahan, seorang siswa SMA biasanya berpikir bahwa setelah keluar Sekolah Menengah Atas dan masuk perkuliahan memiliki persepsi bahwa menjadi mahasiswa menyenangkan karena tidak terikat jadwal rutinitas, dan bisa memakai baju bebas, tapi hal ini tidak terjadi apabila masuk pada prodi kebidanan, karena dihadapkan pada kondisi bahwa mahasiswa harus tinggal diasrama dan memakai seragam serta jadwal yang ketat.
6
Asrama sebagai sarana penunjang
pendidikan saat ini mulai banyak
menjamur, terutama untuk sekolah swasta terpadu.
Dengan adanya
asrama
pendidikan yang telah ditetapkan menjadi lebih terfokus. Banyak keuntungangan dengan adanya asrama ini antara lain (a) Mengajarkan kemandirian dan tanggung jawab ; (b) Asrama sekolah menyediakan lebih banyak peluang untuk kepemimpinan; (c) Mahasiswa menggunakan waktu mereka lebih produktif; (d) Belajar menjadi lebih Focus; (e) Mengembangkan Pribadi karena berinteraksi dengan teman yang berbeda asal usulnya; (f)Banyaknya jenis kegiatan yang dapat diikuti (ekstakulikuler); (g)Keselamatan dari individu-individu yang berada di sekolah asrama biasanya lebih tinggi daripada non asrama; (h)Tersedianya program bantuan khusus. Meskipun banyak sekali keuntungan yang dapat diambil dari pendidikan yang mengunakan asrama, tapi ada juga kelemahan dengan adanya asrama ini, antara lain (a)Lokasi asrama biasanya jauh dari tempat yang strategis; (b)Adanya senioritas; (c)Kasus-kasus pribadi bisa terjadi diasrama ; (d)Konflik antar anggota asrama; (e)Para mahasiswa secara fisik dipisahkan dari orang tua dan saudara; (f)Tuntutan akademik melebihi sekolah umum Penyesuaian diri yang kurang baik dalam lingkungan asrama juga bisa mempengaruhi pencapain akademis yang tidak maksimal.
Menurut Syamsu
(1998, 17) untuk memperbaiki dan mengembangkan penyesuaian diri seorang individu harus memiliki mental yang sehat dalam hal ini adalah mental hygiene di tempat menempuh pendidikan.
Setiap pengajar cepat atau lambat akan
dihadapkan dengan problem kepribadian atau gangguan mental peserta didik,
7
sehingga para pengajar perlu memahami perkembangan kesehatan mental peserta didik. Karena pada umumnya mereka berada pada usia remaja, masa transisi antara sikap ketergantungan (dependent) pada masa anak dengan masa kebebasan (independent) pada usia dewasa.
Pada masa transisi ini tidak sedikit siswa
yang mengalami kesulitan mengembangkan mentalnya, karena terhambat oleh masalah-masalah seperti penyesuaian sosial, konflik dengan orang tua, masalah pribadi, dan masalah akademis atau belajar yang semuanya dapat menjadi sumber stress. Dalam penanganan masalah pribadi ini ternyata setiap idividu dalam menyikapi permasalahan yang dihadapinya bermacam-macam ada yang menganggap
mudah,
ada
yang
mengangggap
masalah
yang
dihadapi
diperkuliahan karena terpaksa kuliah dikebidanan, atau karena memang merasa dirinya memiliki kekurangan , sehingga sikap yang ditampilkan juga berpariasi mulai dari rasa tidak percaya diri, kurang motivasi, konflik dengan teman dan relasi interpersonal dengan dosen, senior atau ibu asrama menjadi kurang harmonis. Pihak Prodi belum memiliki bidang khusus yang dapat menampung semua permasalahan yang dihadapi, biasanya permasalahan yang dihadapi ditampung oleh kesiswaan dengan catatan memang memiliki konflik yang luar biasa, atau konsultasi dengan dosen PA, dan biasanya konsultasi yang dilakukan lebih kearah bimbingan akademik.. Bidang khusus layanan bimbingan dan konseling sebenarnya dapat meminimalkan permasalah yang dihadapi karena dengan layanan bimbingan dan
8
konseling secara umum diarahkan pada tiga sasaran, yaitu pengembangan dan pemecahan masalah dalam aspek sosial pribadi, pendidikan dan pembelajaran, serta pengembangan karier. Diharapkan dengan adanya program yang tepat melalui bimbingan dan konseling dapat meningkatkan penyesuai diri mahasiswa menjadi lebih baik. Program bimbingan dan konseling dan langkah-langkah pendidikan dan pelatihan yang tepat akan mengantar individu pada penyesuaian dengan lingkungan pendidikan yang baru ( akademi kebidanan ). Sebaliknya, saat konseling dilakukan dengan cara yang kurang tepat dapat menyebabkan kesalahan dalam penyesuaian diri. Karena mahasiswa kebidanan berada dalam satu tempat atau asrama maka akan lebih mudah untuk mengkordinir dan membuat kelompok mahasiswa yang memiliki permasalahan selain itu juga konseling kelompok lebih memandirikan mahasiswa dalam mengambil keputusan. Gazda (1967) mengemukakan suatu definisi tentang konseling kelompok yang dapat disarikan sebagai berikut: Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi-fungsi terapi seperti sifat permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis, saling mempercayai, saling memperlakukan dengan mesra, saling pengertian, saling menerima dan saling mendukung. Atas dasar pemikiran tersebut, maka penelitian akan diarahkan pada program konseling kelompok untuk meningkatkan penyesuai diri mahasiswa.
9
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Dalam era globalisasi saat ini, seorang siswa dalam memilih pendidikan lanjut tanpa didasari oleh pemilihan karier yang tepat, hal ini dipengaruhi banyak faktor, selain faktor eksternal seperti terpaksa, disuruh orang tua, mencari kampus yang dekat, terbawa teman, coba-coba dan lain lain, hal ini akhirnya mempengaruhi penyesuai diri dalam perkuliahan dan berdampak pada prestasi akademik. Karena didasari oleh banyak factor maka saat menghadapi permasalahan di tahun pertama perkuliahan pun, mahasiswa menyikapinya dengan cara yang berbeda. Ada yang berusaha untuk
menyelesaikan permasalahan, kurangnya
motivasi, menarik diri, tingkat kecemasan yang tinggi, sehingga mempengaruhi penyesuai diri dalam lingkungan barunya.. Menurut Alelxander A. Schneirders (1964 : 51 ) dalam Syamsu (2008 :28), penyesuaian diri adalah suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku dimana individu berusaha menanggulangi kebutuhan-kebutuhan didalam dirinya, mengatasi ketegangan dan frustasi dan menyelesaikan konflik. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keselarasan tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan dimana dia berada. Program bimbingan konseling kelompok dan langkah-langkah pendidikan dan pelatihan yang tepat akan mengantar individu pada penyesuaian dengan lingkungan pendidikan yang baru ( akademi kebidanan ). Sebaliknya, saat konseling dilakukan dengan cara yang kurang tepat dapat menyebabkan kesalahan dalam penyesuaian diri.
10
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Adanya perbedaan profil penyesuain diri di kalangan mahasiswa tingkat pertama. 2. Upaya yang dilakukan oleh pihak prodi untuk menangani permasalahan hanya ditangani oleh pembimbing akademik 3. Merumuskan program konseling kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan penyesuain diri.
Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah profil prilaku penyesuaian diri mahasiswa tingkat pertama? 2.
Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perbedaan peyesuaian diri mahasiswa?
3. Bagaimana rumusan program konseling kelompok untuk mengembangkan penyesuaian diri mahasiswa ? 4. Bagaimana efektifitas konseling kelompok dalam penyesuaian diri mahasiswa?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan pertanyaan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penelitian ini secara umum bertujuan untuk 1. Membuat program konseling kelompok untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa.
11
2. Mengujicobakan program konseling kelompok yang sesuai dengan peningkatan penyesuain diri.
Manfaat Penelitian 1. Membantu permasalahan penyesuaian diri terutama mahasiswa baru di akademi kebidanan UNSIKA sehingga dapat menghasilkan prestasi yang lebih baik . 2. Membangun pribadi mahasiswa menjadi lebih baik
D. Asumsi dan Hipotesis Penelitian Melalui penelitian ini peneliti bermaksud untuk meneliti suatu situasi yang khusus dalam hal ini adalah program bimbingan dan konseling yang paling tepat yaitu dengan mengembangkan program konseling kelompok untuk meningkatkan penyesuain diri mahasiswa baru terutama mahasiswa berasrama. Prosedurnya adalah peneliti mengidentifikasi fokus pada permasalahan penyesuaian diri, proses ini melibatkan penjelasan lingkup pembahasan, meninjau ulang literatur, dan menuliskan rencana tindakan untuk memandu penelitian. Kemudian peneliti mengumpulkan data dengan pengumpulan berbagai sumber data (kuantitatif dan kualitatif) dan dengan penggunaan berbagai alat penyelidikan, seperti wawancara, kuesioner, atau skala sikap. Pengumpulan data juga terdiri dari mengikuti isu validitas, reliabilitas, dan etika, seperti ketentuan untuk perizinan.
12
Setelah pretest, selanjutnya sample yang telah dipilih secara random akan diberikan treatment yaitu dengan program konseling kelompok dan selanjutnya dilakukan posttest. Dengan profil mahasiswa berasrama yang lebih mudah untuk membentuk kelompok , secara umur juga mahasiswa sudah memasuki tahap perkembangan dewasa awal dan cara berpikir lebih rasional , diharapkan dengan konseling kelompok mahasiswa dapat menggunakan interaksi dalam kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penenimaan terhadap nilai-nilai dan tujuantujuan tertentu, untuk mempelajani atau menghilangkan sikap-sikap dan perilaku tertentu. Berdasarkan kerangka pemikiran dan asumsi asumsi tersebut, maka penelitian ini akan berfocus pada pengembangan program konseling kelompok untuk peningkatan penyesuaian diri mahasiswa tingkat pertama di prodi kebidanan UNSIKA.