BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasa 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. Dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdasakan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan Negara Indonesia. (Sekretariat Jenderal MPR RI, 2006:121) Dalam pelaksanaan proses pendidikan di tingkat dasar, khususnya Pendidikan Agama Islam merupakan masalah yang paling mendasar. Tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab II pasal 4 dikemukakan sebagai berikut : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi diri agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UndangUndang RI Nomor 20, 2003:9) Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan. (Departemen Agama RI, 2004:48). Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti yang luhur (berakhlak mulia), memiliki pengetahuan tentang ajaran pokok agama Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Islam sehingga memadai baik untuk kehidupan bermasyarakat maupun untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Departemen Agama RI, 2004:48). Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru
harus
memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini
menuntut
perubahan-perubahan
dalam
mengorganisasikan
kelas,
penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar-mengajar, bertindak sebagai fasilitor yang berusaha mencipatakan kondisi belajar mengajar yang efektif, sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran
dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga ia mau belajar karena siswalah subyek utama dalam belajar. Implementasi dari proses belajar mengajar yang efektif seperti tersebut di atas, seringkali sulit diwujudkan di dalam kelas hal ini karena proses belajar mengajar yang melibatkan antara guru dan siswa dalam pelaksanaanya masih belum maksimal. Salah satu penyebab dari kurang maksimalnya pelaksanaan tersebut
diantaranya
mengimplementasikan
kurang metode
profesionalisme
ataupun
strategi
guru
pembelajaran
dalam dengan
seringnya mengadakan praktek materi pembelajaran secara langsung kepada siswa dan kurangnya penguasaan guru dalam kelas. Seperti halnya dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang shalat di SDN 1 Mergowati Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung masih ditemukan gejala rendahnya penguasaan materi pembelajaran, hal tersebut dikarenakan kurang adanya antusias, perhatian, aktifitas siswa yang mengakibatkan menurunnya prestasi belajar siswa. Pada satu sisi karakter materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dipahami siswa (dan guru) sebagai materi yang bersifat hafalan, pada sisi lain strategi penyampaian materi pembelajaran bertumpu pada metode-metode tertentu secara monoton. Dampaknya kegiatan pembelajaran tidak interaktif, kurang menarik, dan terkesan mengejar target penyelesaian pokok bahasan.
Keadaan di atas, perlu penanganan secara serius agar peningkatan kualitas pembelajaran dapat dicapai. Pada gilirannya harapan terjadinya peningkatan penguasaan materi pembelajaran dapat terwujud. Oleh karena itu, perlu diujicobakan penerapan berbagai strategi ataupun metode pembelajaran agar diketahui dampaknya bagi proses dan hasil pembelajaran. Untuk memahami permasalahan ini perlu kiranya dikaji melalui kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK). Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Shalat Fardhu Melalui Metode Demonstrasi Pada Sekolah Dasar Negeri I Mergowati Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung Tahun 2010”. B. Rumusan Masalah Berdasar latar belakang permasalahan di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang shalat fardhu di SDN 1 Mergowati Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung? 2. Apakah penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang shalat fardhu di SDN 1 Mergowati Kecamatan Kedu Temanggung?
Kabupaten
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dapat tercapai dalam kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui metode demonstrasi dapat meningkatkan aktifitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang shalat fardhu di SDN 1 Mergowati Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung. 2. Untuk mengetahui metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang shalat fardhu di SDN 1 Mergowati Kecamatan Kedu
Kabupaten
Temanggung. D. Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah “suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul” (Arikunto,1999:67). Hipotesis adalah “dugaan sementara yang mungkin benar, atau mungkin salah. Hipotesis akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkan” (Hadi,1981: 63). Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas tersebut bahwa jika metode
demonstrasi
dilaksanakan
dengan
baik,
diharapkan
dapat
meningkatkan perhatian, aktifitas, dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang shalat fardhu di SDN 1 Mergowati Kecamatan Kedu
Kabupaten Temanggung, dengan indikator
keberhasilan masing-masing mencapai 70 %.
E. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pembinaan dan pengembangan dunia pendidikan serta bermanfaat bagi : 1. Sekolah Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan perhatian, aktifitas, dan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam serta menciptakan suasana pembelajaran yang lebih aktif, efektif, dan menyenangkan agar kualitas pendidikan lebih baik. 2. Guru a. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi guru untuk mengetahui kemampuan siswa secara individu atau satu persatu sehingga dapat diketahui
kesulitan-kesulitan
apa
yang
dialami
siswa
dalam
pembelajaran dan meningkatkan perhatian, aktifitas, dan prestasi siswa. b. Dengan mengetahui para guru saat menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode demonstrasi diharapkan dapat meningkatkan mutu pengajaran lebih lanjut. c. Dengan mengetahui hasil penelitian apabila terdapat hasil yang negatif atau adanya kekurangan dalam menyampaikan materi
dengan
menggunakan metode demonstrasi maka bagi para guru untuk dapat menghindari adanya kesalahan dan lebih meningkatkan serta memacu untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi kepada anak didik.
3. Siswa Dapat meningkatkan perhatian, aktifitas, prestasi belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. F. Definisi Operasional Judul penelitian ini didukung oleh beberapa definisi yang perlu dibahas sebagai pegangan untuk kajian lebih lanjut, dari beberapa definisi tersebut antara lain : 1. Peningkatan Peningkatan/meningkatkan ialah menaikkan drajat (taraf) dan sebagainya
(Poerwadarminta,1984:1078).
Adapun
yang
peneliti
maksudkan adalah meningkatkan meningkatkan mutu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya materi tentang shalat. 2. Prestasi Belajar Prestasi adalah hasil baik yang dicapai (Zulfajri, tt:670). Prestasi merupakan suatu hasil yang dicapai setelah adanya usaha atau aktivitas. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan tanpa suatu usaha baik berupa pengetahuan maupun berupa ketrampilan (www.pengaruh beasiswa terhadap prestasi
[email protected]). Hilgrad mengatakan bahwa “belajar dapat dirumuskan sebagai perubahan perilaku yang relatife permanen, yang terjadi karena pengalaman (Sukmadinata, 2003: 156). Prestasi belajar berarti penguasaan pengetahuan yang lazimnya ditunjukkan
oleh
nilai
yang
diberikan
oleh
guru
(Poerwadarminta,1984:730). Prestasi belajar disebut juga dengan hasil
belajar atau achievement yaitu realisasi atau pemekaran dari kecakapankecakapan
potensional
atau
kapasitas
yang
dimiliki
seseorang
(Sukmadinata, 2003:102). 3. Pendidikan Agama Islam Dalam memahami Pendidikan Agama Islam dapat dilihat dari dua sudut yaitu dari sisi yuridis dan dari sisi makna atau pendapat para ahli. Secara makna atau pendapat para ahli Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai berikut : a. Mansyur Pendidikan Agama adalah usaha sadar untuk menyiapkan generasi muda dalam meyakini, memahami, mengahayati ajaran agama melalui kegiatan bimbingan, didikan atau latihan (Mansyur,1985:1). b. Zakiah Daradjat Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh. Kemudian dapat menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup (Daradjat,1989:87). c. Ahmad Tafsir Pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Tafsir,1994: 8).
d. Zuhairini Pendidikan Agama Islam adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam (Zuhairini, 1983: 27). Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam adalah adanya proses trasfer nilai, pengetahuan, dan ketrampilan dari generasi tua ke generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu, ketika menyebut pendidikan Islam, maka terdapat dua hal yaitu; pertama adalah mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam. Kedua adalah mendidik siswa untuk mempelajari materi ajaran Islam, yang berupa pengetahuan tentang ajaran Islam. Secara yuridis bisa dilihat dari rumusan dari Udang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah; mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggungjawab (Undang-Undang RI Nomor 20, 2003:8). Pendidikan di Indonesia adalah bertujuan mempersiapkan manusia Indonesia menuju masyarakat madani yang diridhai Tuhan. Yaitu manusia yang memiliki sikap dan wawasan keimanan dan akhlak tinggi, kreatif, mandiri, toleransi, kerja keras, serta menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Inilah yang semestinya tujuan dari segala aktifitas
pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan selalu dikaitkan dengan unsur filsafat dan budayanya suatu bangsa yang dominan. Melihat dari rumusan di atas, nampak bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dan bekerja keras, serta mandiri dan juga menjadi warga negara yang baik, dan diharapkan tidak ketinggalan dengan dunia perkembangan global. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan di Indonesia adalah membentuk manusia yang beriman, berilmu dan berteknologi serta mampu berkiprah di dunia global. Hal ini merupakan garapan dari tujuan pendidikan yang mempunyai basis agama, maka Pendidikan Agama Islam merupakan hal yang penting yang diajarkan disekolah-sekolah sebagai langkah awal untuk membentuk manusia yang bertaqwa dan bernegara yang baik 4. Metode Demonstrasi Istilah metode demonstrasi berasal dari kata “metode” dan “demonstrasi”. Metode berasal dari bahasa Latin ”meta” yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara ke atau ke. Dalam bahasa Arab disebut ”tariqah” artinya jalan, cara, sistem dan ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut istilah ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita (Uhbiyati,1997:136). Sedangkan pengertian demonstrasi menurut para ahli antara lain menurut Tayar Yusuf yang menyatakan bahwa demonstrasi diambil dari
kata Demonstration (to show) yang berarti memperagakan atau memperlihatkan proses kelangsungan sesuatu (Yusuf, 2002:49). Adapun
beberapa
ahli
mendefinisikan,
pengertian
metode
demonstrasi sebagai berikut: Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar di mana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang sesuatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu (Zein,1995:177). Metode demonstarsi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan (Djamarah dkk,1996:102). Jadi kesimpulan pengertian dari metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar di mana seorang guru atau orang lain yang sebaya diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau untuk memperlihatkan bagaimana untuk melakukan dan jalannya suatu proses pembuatan tertentu kepada siswa. Misalnya proses cara mengerjakan shalat fardhu. G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,
memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan. (Abdul Mukhlis, 2000:3) Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut : Putaran 1 Refleksi
Rencana awal/rancangan
Putaran 2
Tindakan/ Observasi
Refleksi
Rencana yang direvisi
Tindakan/ Observasi
Refleksi Tindakan/ Observasi
Putaran 3 Rencana yang direvisi
Penjelasan dari gambar alur di atas adalah : 1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk
di
dalamnya
instrumen
penelitian
dan
perangkat
pembelajaran. 2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model demonstrasi. 3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. 4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Observasi dibagi dalam dua putaran, yaitu putaran siklus 1 dan siklus 2, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan
untuk
memperbaiki
sistem
pengajaran
yang
telah
dilaksanakan. 2. Subyek Penelitian a. Siswa Adapun yang menjadi subyek dari penelitian tersebut adalah siswa kelas III SDN I Mergowati Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung yang berjumlah 28 siswa.
b. Guru Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh guru kelas III sebagai teman sejawat. 3. Langkah-langkah Sesuai dengan perencanaan, penelitian ini terdiri dari 2 tahapan atau siklus dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Siklus I (pertama) : Dalam pelaksanaan siklus I ini, peneliti menggunakan langkahlangkah sebagai berikut : 1) Peneliti bertindak sebagai guru. 2) Proses belajar mengajar mengacu pada silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan. 3) Mempersiapkan ruang kelas yang kondusif dan memungkinkan untuk melaksanakan demonstrasi shalat. 4) Setelah mempersiapkan posisi siswa pada tempat duduknya masing-masing. Guru memulai pelajaran terlebih dahulu mengajak siswa berdo’a. Setelah selesai berdo’a, guru mengucapkan salam kepada siswa dan siswa menjawab salam dari guru. 5) Memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca kembali materi yang telah diberikan pada buku pedoman yang dimilikinya dan menanyakan hal-hal yang belum diketahui tentang materi yang telah diberikan oleh guru.
6) Menjelaskan materi yang belum diketahui atau dipahami oleh siswa. 7) Mengadakan tanya jawab lesan dan praktek shalat fardhu tentang materi shalat fardhu. 8) Memberikan evaluasi untuk tindakan siklus I. 9) Melakukan refleksi secara bersama-sama dengan siswa atas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. 10) Guru memberikan tindak lanjut yang berupa pemberian tugas kepada siswa untuk menyebutkan macam-macam shalat fardhu dan sedikit mempraktekkan sesuai dengan yang siswa ketahui. b. Siklus II (Kedua) Dalam pelaksanaan siklus II ini, peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Siswa kelas III SDN 1 Mergowati Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung tahun pelajaran 2009/2010 berjumlah 28 anak yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Dalam siklus II ini guru merubah posisi tempat duduk siswa, di mana pada siklus I siswa duduk dengan formasi segi empat, maka pada siklus II ini peneliti merubah tempst duduk siswa menjadi formasi U. 2) Setelah mengatur formasi tempat duduk siswa, guru kemudian mengajak siswa untuk berdo’a bersama-sama untuk mengawali proses pembelajaran, setelah selesai berdo’a guru mengucapkan salam kepada siswa dan siswa menjawab salam dari guru.
3) Guru mengadakan apersepsi dengan menanyakan pada siswa mengenai materi yang telah diajarakan pada siklus I secara lisan. 4) Guru mendemonstrasikan materi pelajaran pendidikan agama Islam tentang shalat fardhu dengan menggunakan metode demonstrasi dengan dibantu alat peraga yang telah dipersiapkan sebelumnya. 5) Guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang belum dipahami seputar materi tersebut yang kemudian mempraktekkan shalat fardhu. 6) Guru
menjawab pertanyaan-pertanyaan
dari
siswa
dengan
menggunakan alat peraga yang telah dipersiapkan sebelumnya. 7) Guru
mengadakan
tanya
jawab
secara
lisan
dan
mendemonstrasikan shalat fardhu. 8) Guru memberikan tugas mempraktekkan bacaan dan gerakan shalat fardhu. 9) Setelah tugas selesai guru mengajak siswa untuk berdo’a bersama untuk menutup proses pembelajaran kemudian guru mengucapkan salam dan siswa dan siswa menjawab salam dari guru. 4. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pelaksanaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2002: 136).
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari: a. Silabus Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar. b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar. c. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar 1) Lembar observasi untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. 2) Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. d. Tes Formatif Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tes formatif diberikan setiap akhir putaran. Tes formatif diambil dua kategori yaitu : 1) Tes praktek adalah tes yang dilakukan siswa mempraktekkan shalat dihadapan guru secara individu.
2) Tes tertulis adalah tes yang diberikan guru kepada siswa untuk mengerjakan lembar soal yang tersedia. 5. Pengumpulan Data a. Metode observasi Observasi artinya pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena
yang
diselidiki.
Observasi
menjadi
alat
penyelidikan ilmiah jika : 1) Mengabdi pada tujuan-tujuan research yang telah dirumuskan 2) Direncanalkan secara sistematik. 3) Dicatat dan dihubungkan secara sistematik dengan tidak hanya dilakukan untuk memenuhi rasa ingin tahu semata-mata. 4) Dapat dicek dan dikontrol validitas, ketelitiannya sebagaimana data ilmiah lainnya (Hadi, 2001:136). Dengan
kata
lain
pengamatan
yang
dilakukan
dalam
mengumpulkan data dengan mengamati, mencatat gejala yang diteliti baik secara langsung dengan pendengaran, penglihatan dan secara tidak langsung dengan menggunakan alat bantu tertentu. b. Metode test formatif Tes ialah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka (Margono,1997:170). Metode tes tersebut diberikan kepada siswa sesuai dengan perencanaan
penelitian dan materi tes disesuaikan dengan sub pokok bahasan yang telah disusun. Sesuai dengan materi yang ada dengan menggunakan isian singkat sebanyak 5 item, masing-masing jawaban diberikan skor nilai bergradasi (bertingkat) sesuai dengan tingkat kesulitan soal. Skor pengukuran pada item soal nomor 1 adalah 10, soal nomor 2 adalah 15, soal nomor 3 adalah 10, soal nomor 4 adalah 25, dan soal nomor 5 adalah 30.Dengan disesuaikan jika setelah soal dijawab dengan baik dan benar akan mendapatkan skor 100. 6. Analisis Data Hasil test awal (pre-test) dan sesudah tindakan analisis dan dibandingkan analisis data dilakukan dengan beberapa tahapan : a. Tahap deskripsi yaitu tahap dimana peneliti mendiskripsikan atau memaparkan data-data yang diperoleh dilapangan yang meliputi perhatian siswa,
aktivitas siswa, dan prestasi belajar siswa mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam. b. Tahap klasifikasi yaitu tahap pengelompokkan data-data yang telah didiskripsikan sesuai permasalahan yang meliputi perhatian siswa, aktivitas siswa, dan prestasi belajar siswa. c. Tahap analisis yaitu tahap menganalisis data-data berdasarkan teoriteori yang ada. Dalam tahap ini membahas tentang tahap primer, kendala-kendala yang muncul selama tindakan maupun cara mengatasi kendala tersebut. Adapun data yang dianalisis yakni data tentang
perhatian siswa, aktivitas belajar siswa, dan hasil atau prestasi belajar siswa. d. Tahap evaluasi yaitu tahap menilai atau mengevaluasi terhadap hasil interprestasi. Evaluasi hasil belajar diberikan melalui post test dan alat penilaiannya dibuat sesuai dengan kisi-kisi instrumen soal pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun indikator penilaian observasi/pengamatan pada siswa adalah sebagai berikut : a. Indikator aktivitas siswa Aktivitas merupakan kegiatan, kesibukan, keaktifan; kerja atau sesuatu kegiatan kerja yang dilaksanakan di tiap bagian (Yuliawan, 2006:25). Adapun indikator aktivitas dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Mempraktekkan bacaan shalat 2) Mempraktekkan gerakan shalat 3) Mengerjakan soal formatif Adapun dalam memperoleh nilai atau skor dari hasil pengamatan dengan menggunakan tabel data sebagai berikut : Tabel : 1.1 Skor pengukuran aktivitas belajar Indikator No
Nama Siswa
Mempraktek kan bacaan shalat
B 1. dst.
Memprakte kkan gerakan shalat
C K B C K
Mengerja kan soal formatif
B C K
Jumlah
Keterangan indikator nilai : B (Baik)
= skor nilai 3
C (Cukup
= skor nilai 2
K (Kurang)
= skor nilai 1
b. Indikator prestasi belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara individu dan secara klasikal, peneliti mentargetkan seorang siswa telah tuntas belajar bila secara klasikal telah mencapai indikator 80 % dengan nilai rata-rata kelas 7,0 dan secara individu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal 6,0. Adapun pengukuran untuk mencari skor prestasi belajar dengan menggunakan tabel data sebagai berikut : Tabel : 1.2 Skor pengukuran prestasi belajar No
Skor
Interval
Frekuensi
Prosentase
1.
70 – 80
Baik
%
2.
50 – 69
Cukup
%
3.
40 - 49
Kurang
%
Jumlah
Sedangkan dalam pengolahan data yang diperoleh dari lapangan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
P
F x 100 % N
Keterangan : P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah total skor (Maskur, 2004:24). H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian tindakan kelas ini dibagi dalam lima bab, setiap bab dibagi lagi menjadi beberapa sub bab sebagai perincian atas bab perbab yang merupakan suatu gambaran yang mencerminkan isi kandungan judul skripsi. Isi masing-masing sub bab menerangkan bagianbagian yang termaktub dalam isi bab. Pembagian ini dilakukan untuk mempermudah pembahasan, telaah, analisis atas masalah-masalah yang lebih mendalam serta sistematis sehingga mudah dipahami. Adapun sistematika pembahasan tersebut adalah sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, keguanaan penelitian, definisi istilah/operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
KAJIAN TEORI Menjelaskan tentang prestasi belajar yang memuat pengertian prestasi
belajar,
prestasi
belajar,
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi prestasi belajar. Pendidikan Agama Islam yang memuat
pengertian
Pendidikan
Agama
Islam,
dasar-dasar
Pendidikan Agama Islam, tujuan Pendidikan Agama Islam. Materi
shalat yang memuat tentang pengertian shalat, syarat wajib shalat, syarat sah shalat, rukun shalat, macam-macam shalat, pembagian waktu shalat fardhu, serta bacaan dan gerakan shalat fardhu. metode demonstrasi yang memuat pengertian metode demonstrasi, landasan/dasar metode demonstrasi, urgensi metode demonstrasi, kelebihan metode demonstrasi, kelemahan metode demonstrasi, langkah-langkah metode demonstrasi. BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN Berisi tentang pelaksanaan penelitian yang memuat; diskripsi pelaksanaan siklus 1, diskripsi pelaksanaan siklus 2 dan seterusnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Menguraikan deskripsi
persiklus refleksi keberhasilan dan
kegagalan, serta pembahasan tiap siklus. BAB V
PENUTUP Merupakan bagian akhir penulisan yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran dari peneliti.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi adalah hasil baik yang dicapai (Zulfajri, tt:670). Sedangkan belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan (Ruslan, 1989:7). Prestasi merupakan suatu hasil yang dicapai setelah adanya usaha atau aktivitas. Prestasi tidak akan pernah berhasil tanpa suatu usaha baik berupa pengetahuan maupun berupa ketrampilan (www.pengaruh beasiswa terhadap
prestasi
[email protected]).
Prestasi
berarti
pengusaan
pengetahuan yang lazimnya ditunjukkan oleh nilai yang diberikan oleh guru (Poerwodarminto, 1984:730). Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Jadi prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi, hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.
2. Ukuran Prestasi Belajar Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19
Tahun
2005
tentang
Standar
Nasional
Pendidikan
mengamanatkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Dalam KTSP mengatur tentang Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), standar kenaikan kelas (SKK), dan Standar Kriteria Kelulusan (SKL). Pengukuran dari hasil atau prestasi belajar siswa berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), standar kenaikan kelas (SKK), dan Standar Kriteria Kelulusan (SKL) yang telah ditetapkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) Belajar adalah tingkat pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran oleh siswa per mata pelajaran. Penentuan kriteria ketuntasan minimal belajar ini ditetapkan dengan memperhatikan (1) Tingkat esensial (kepentingan) pencapaian standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa; (2) Tingkat kompleksitas (kesulitan dan kerumitan) setiap indikator pencapaian kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh siswa; (3) Tingkat kemampuan (intake) rata-rata siswa di madrasah; dan (4) ketersediaan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran.
Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 72 ayat 1 tentang Standar Nasional Pendidikan, maka peserta didik dinyatakan lulus sekolah apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran yang ada di sekolah. b. Memperoleh nilai baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran, kelompok mata pelajaram
agama dan akhlak mulia,
kewarganegaraan dan kepribadian, estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan. c. Lulus ujian akhir sekolah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. d. Lulus ujian nasional atau UASBN. 3. Faktor-faktor yang Memperngaruhi Prestasi Belajar Keberhasilan atau prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat bersumber pada dirinya atau diluar dirinya atau lingkungannya. Di bawah ini akan peneliti jelaskan secara rinci dari masing-masing faktor sebagai berikut : a. Faktor-faktor dalam diri individu Banyak faktor yang ada pada diri individu atau siswa yang mempengaruhi usaha dan keberhasilan atau prastasi belajarnya. Faktor-faktor tersebut menyangkut aspek jasmaniah, aspek rohaniah, kondisi intelektual, dan ketrampilan yang (Sukmadinata, 2003:162).
dari individu (siswa)
1) Aspek jasmaniah Aspek ini mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu. Tiap orang memilki kondisi fisik yang berbeda, ada yang tahan belajar selama lima atau enan jam terus-menerus, tetapi ada juga yang hanya tahan satu dua jam saja. Kondisi fisik menyangkut pula kelengkapan dan kesehatan indra penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan pencecapan. Indra yang paling penting dalam belajar adalah penglihatan dan pendengaran. Sesorang yang penglihatan atau pendengarannya kurang baik akan berpengaruh kurang baik pula terhadap usaha dan hasil belajarnya. Kesehatan merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan atau prestasi belajar. 2) Aspek rohaniah (psikis) Aspek rohaniah tidak kalah pentingnya dalam beajar ataupun pencapaian prestasi belajar dengan aspek jasmaniah. Aspek psikis menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor, serta kondisi afektif individu termasuk juga motivasi dalam belajar. Untuk kelancaran belajar bukan hanya ditunutt kesehatan tetapi juga yang terbebas dari tekanan-tekanan batin
yang
mendalam,
gangguan-gangguan
perasaan, kebiasaan-kebiasaan buruk yang menggangu, frustasi, konflik-konflik psikis. Individu (siswa) yang sehat rohaniahnya akan merasakan ketenangan dalam mengikuti proses belajarnya
sehingga ia dapat mencapai keberhasilan atau prestasi belajar yang baik. 3) Kondisi intelektual Kondisi ini juga sangat berpengaruh terhadap prestasi atau keberhasilan belajar. Kondisi ini menyangkut tingkat kecerdasan, bakat-bakat, baik bakat sekolah maupun bakat pekerjaan. Juga termasuk kondisi intelektual adalah penguasaan siswa akan pengetahuan atau pelajaran-pelajarannya yang lalu. 4) Ketrampilan yang dimilikinya Keberhasilan atau prestasi belajar juga dipengaruhi oleh ketrampilan-ketrampilan yang dimilikinya, seperti ketrampilan membaca, berdiskusi, memecahkan masalah, mengerjakan tugastugas, dan lain sebagainya. Ketrampilan-ketrampilan tersebut merupakan hasil belajar sebelumnya. b. Faktor-faktor lingkungan Prestasi atau keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar diri siswa, baik faktor fisik maupun sosialpsikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat (Sukmadinata, 2003:163). 1) Lingkungan keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Faktor-faktor fisik dan sosial
psikologis yang ada pada keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan sampai dengan prestasi belajar anak. Termasuk faktor fisik dalam lingkungan keluarga adalah keadaan rumah dan ruangan tempat belajar, sarana dan prasarana belajar yang ada, suasana dalam rumah apakah tenang atau banyak kegaduhan, juga suasana lingkungan disekitar rumah. Keluarga yang memiliki banyak sumber bacaan dan anggotaanggota
keluarganya
gemar
belajar
dan
membaca
akan
memberikan dukungan yang positif terhadap perkembangan belajar dari anak. Sebaliknya keluarga yang miskin dengan sumber bacaan dan tidak senang membaca kurang atau tidak bisa mendorong anak-anaknya untuk senang membaca. 2) Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan dan prestasi belajar para siswa. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan kampus, sarana prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar, media belajar, dan sebagainya. Lingkungan sosial yang menyangkut hubungan siswa dengan teman-temannya, guru serta staf sekolah yang lain. Lingkungan juga menyangkut lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, berbagai kegiatan kurikuler, dan lain sebagainya.
Sekolah yang kaya dengan aktivitas belajar, memiliki sarana dan prasarana yang memadai, terkelola dengan baik, diliputi suasana akademis yang wajar, akan sangat mendorong perhatian, aktivitas, dan prestasi belajar para siswanya. 3) Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat di mana siswa atau individu berada juga berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajarnya. Lingkungan masyarakat dimana warganya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, terhadap lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar di dalamnya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap semangat, perkembangan dan prestasi belajar generasi mudanya. B. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Untuk memahami Pendidikan Agama Islam dapat dilihat dari dua sudut yaitu dari sisi yuridis dan dari sisi makna atau pendapat para ahli. Secara makna atau pendapat para ahli Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai berikut : a. Zakiah Daradjat Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh. Kemudian dapt menghayati tujuan, yang
pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup (Daradjat,1989: 87). b. Mansyur Pendidikan Agama adalah usaha sadar untuk menyiapkan generasi muda dalam meyakini, memahami, mengahayati ajaran agama melalui kegiatan bimbingan, didikan atau latihan (Mansyur, 1985:1). c. Hamdani Ihsan Pendidikan
Agama
adalah
bimbingan
jasmani,
rohani
berdasarkan hukum-hukum agama (Ihsan,1985:15). d. Zuhairini Pendidikan Agama Islam adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam (Zuhairini,1983: 27). e. Ahmad Tafsir Pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Tafsir, 1994: 8). Dengan demikian Pendidikan Agama Islam adalah adanya proses trasfer nilai, pengetahuan, dan ketrampilan dari generasi tua ke generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu, ketika menyebut pendidikan Islam, maka terdapat dua hal yaitu; pertama adalah mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam. Kedua
adalah mendidik siswa untuk mempelajari materi ajaran Islam, yang berupa pengetahuan tentang ajaran Islam. Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, sehingga mengimani,
ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntunan
untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan atar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Diknas, 2002: 3). Secara yuridis bisa dilihat dari rumusan dari Udang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah: Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggungjawab (Undang-undang RI Nomor 20, 2003:8). Pendidikan di Indonesia adalah bertujuan mempersiapkan manusia Indonesia menuju masyarakat madani yang diridhai Tuhan. Yaitu manusia yang memiliki sikap dan wawasan keimanan dan akhlak tinggi, kreatif, mandiri, toleransi, kerja keras, serta menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Inilah yang semestinya tujuan dari segala aktifitas pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan selalu dikaitkan dengan unsur filsafat dan budayanya suatu bangsa yang dominan.
Melihat dari rumusan di atas, nampak bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dan bekerja keras, serta mandiri dan juga menjadi warga negara yang baik, dan diharapkan tidak ketinggalan dengan dunia perkembangan global. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan di Indonesia adalah membnetuk manusia yang beriman, berilmu dan berteknologi serta mampu berkiprah di dunia global. Hal ini merupakan garapan dari tujuan pendidikan yang mempunyai basis agama, maka Pendidikan Agama Islam merupakan hal yang penting yang diajarkan disekolah-sekolah sebagai langkah awal untuk membentuk manusia yang bertaqwa dan bernegara yang baik. 2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam Adapun dasar atau landasan penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam di sekolah dapat ditinjau dari beberapa aspek, di antaranya adalah aspek normatif, aspek psikologis, aspek historis, dan aspek yuridis (Thoha,1998:32). a. Aspek Normatif Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang secara langsung atau tidak langsung
mewajibkan
umat
Islam
melaksanakan
pendidikan,
khususnya pendidikan Agama. Itulah yang dimaksud dasar normatif pelaksanaan
Pendidikan
Agama
Islam.
Adapun
kewajiban
melaksanakan Pendidikan Agama Islam itu ditujukan kepada : 1) Kewajiban bagi orang tua mendidik anaknya. Sebagaimana Firman Allah SWT QS. at-Tahriim ayat 6 :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (Departemen Agama RI,1994: 951). 2) Kewajiban bagi setiap muslim untuk belajar agama. Sebagaimana Firman Allah SWT QS. At-Taubah ayat 122 :
Artinya : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (Departemen Agama RI,1994: 301). 3) Kewajiban mengajarkan agama kepada orang lain. Sebagaimana Firman Allah SWT QS. Ali Imran ayat 104 :
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung” (Departemen Agama RI,1994: 93).
b. Aspek Psikologis Menurut ilmu jiwa agama, agama merupakan fenomena kehidupa manusia, karena agama mempunyai pengaruh yang sangat besar pada sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup manusia pada umumnya (Thoha,1998:39). Apek kejiwaan dari agama tidaklah lengkap kalau tidak merujuk pada ilmu jiwa dari sudut pandang Al-Qur’an, Al-Qur’an menyatakan bahwa dorongan beragama merupakan dorongan yang alamiah. Sebagaimana firman Allah QS. Ar-Rum ayat 30 :
Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (Departemen Agama RI,1994: 645). Dalam ayat ini Allah mengemukakan bahwa dalam fitrah manusia, yakni dalam penciptaan dan tabiat dirinya terdapat kesiapan alamiah untuk memahami keindahan ciptaan Allah dan menjadikannya sebagai bukti tentang adanya Allah dan keesaan-Nya (Najati, 1985: 40).
c. Aspek Historis Berdasarkan sejarah, agama Islam tumbuh dan berkembang bersamaan dengan datangnya Islam, hal ini terjadi sejak Nabi
Muhammad SAW mendakwahkan ajaran agama Islam kepada masyarakat di sekitarnya yang dilaksanakan secara bertahap, mulai dari keluarganya, sahabatnya, kemudian masyarakat sekitarnya. Ajaran dakwah Nabi tidak terlepas dari pendidikan Islam, karena tugas utama Nabi ialah dakwah (menyeru) manusia agar mau masuk Islam, sebagaimana tersebut dalam firman Allah QS. Saba’ ayat 28 :
Artinya : “Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada Mengetahui” (Departemen Agama RI, 1994: 688). Untuk tugas dakwah ajaran-ajaran Islam harus disampaikan, agar difahami, dihayati dan selanjutnya dapat diamalkan. Proses dari penyampaian
ajaran
sampai
pemahaman,
penghayatan
dan
pengamalan, itulah yang disebut pendidikan Islam. Dalam rentangan sejarah yang panjang, di mana dunia Islam semakin luas terjadilah proses Islamisasi dan sekaligus pendidikan Islam bagi bangsa-bangsa non Arab hingga sampai ke Indonesia.
d. Aspek Yuridis Aspek yuridis merupakan kekuatan hukum dalam pelaksanaan pendidikan agama. Karena Indonesia adalah negara hukum, maka seluruh aspek kehidupan manusia termasuk kegiatan pendidikan agama
harus didasarkan pada hukum (undang-undang) yang berlaku. Untuk itu perlu ditinjau hal-hal yang berkaitan dengan hukum yang melandasi pelaksanaan Pendidikan Agama Islam. Dalam hal ini ada dua landasan yaitu landasan idiil dan landasan operasional (Thoha,1998:59). 1) Landasan Idiil Terwujudnya kehidupan beragama bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi suatu cita-cita (Idiil) para pendiri Republik. Cita-cita itu dituangkan dalam UUD 1945, sehingga dapat disebut sebagai landasan idiil, yang mengandung nilai-nilai dasar. Pancasila dan UUD 1945 merupakan landasan idiil dan konstitusional bagi kehidupan beragama. Karena pancasila merupakan sumber segala sumber hukum dan UUD 1945 merupakan dasar hukum yang baru merupakan aturan-aturan pokok, maka untuk operasionalnya diperlukan aturan-aturan penyelenggaraan dari aturan pokok tersebut, yang selanjutnya disebut landasan operasional. 2) Landasan Operasional Landasan operasional merupakan dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di lembaga-lembaga pendidikan formal maupun non formal yang ada di Indonesia. Adapun undang-undang terbaru yang memuat tentang pendidikan agama yaitu Undang-Undang Nomor Sistem Pendidikan Nasional.
20 Tahun 2003 tentang
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tentang tujuan Pendidikan Agama Islam dapat dilihat dari para pendapat tokoh-tokoh pendidikan muslim. Misalnya saja dari tujuan pendidikan Islam Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani salah seorang ahli pendidikan Islam memberikan ciri dan prinsip-prinsip umum yang dijadikan landasan dasar untuk mencapai tujuan utama cita-cita pendidikan Islam, maka pendidikan harus mampu melahirkan kekuatan tiga dimensi yang saling terkait dengan yang lainnya, dimensi tersebut adalah : a. Dimensi Imanitas yang dapat mendudukan harkat dan martabat manusia sebagai hamba Allah yang tertinggi di dunia serta punya daya tahan terhadap ujian hidup dan berpijak pada kebenaran. b. Dimensi jiwa dan pandangan hidup Islam yang membawa cita rahmatal lil’alamiin. c. Dimensi kemajuan yang akan memanjatkan manusia tangguh terhadap apa yang dititahkan oleh Allah dan terhadap segala kejadian suatu perubahan yang ada (Rosyadi, 2004: 161). Pandangan tentang tujuan Pendidikan Agama Islam lain juga dikemukakan oleh Athiyah Al-Abrasyi, beliau menyatakan bahwa tujuan pokok dari pada dasarnya adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa peserta didik, sedanghkan Naquib al-Attas yang dikutip oleh Hasan Langgulung tujuan pendidikan Islam adalah tercapainya kesempurnaan manusia melalui pendekatan spiritual dengan melakukan berbagai aktifitas ibadah (Langgulung, 1988:307). Sedangkan dalam konsep Al-Qur’an disebut ulul al-bab, pengajaran Islam pada dasarnya adalah berorientasi untuk menjadikan manusia yang mempunyai ilmu dan peka terhadap perkembangan jaman (Tim Depag: 2004: 35). Salah satu tujuan pengajaran Agama Islam di sekolah adalah
membentuk dan mengembangkan keimanan serta menjadikan khalifah di bumi sebagai manusia yang kreatif, inovatif yang dilandasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kosep Al-Qur’an disebut ulul al-baab, pengajaran Islam pada dasarnya adalah berorientasi untuk menjadikan manusia yang mempunyai ilmu dan peka terhadap perkembangan jaman (Tim Depag, 2004: 35). Secara formal tujuan pendidikan Islam tentu mengacu kepada citacita bangsa Indonesia yang dituangkan ke dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4 yang menyebutkan : “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi diri agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab” (UndangUndang Nomor 20, 2003: 9). Tujuan pendidikan sebagaimana disebutkan di atas mencakup beberapa aspek penting terhadap peserta didik dalam kehidupan masyarakat. Yaitu manusia yang berkepribadian yang utuh, berilmu yang profesional, kreatifitas yang tinggi dalam upaya membentuk kemandirian dalam menghadapai perkembangan jaman, serta menjadi manusia yang bertanggung jawab atas keberadaan dirinya dan masa depan bangsa dan negara (Sakir, 2008: 144). Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Pendidikan Agama Islam adalah membentuk manusia
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mempunyai ilmu pengetahuan dan mampu mengembangkan potensinya dengan teknologi untuk kesejahteraan umat manusia sebagai kodratnya sebagai kholifah di bumi. C. Kurikulum Pendidikan Agama Islam Kelas III Sekolah Dasar Kurikulum Pendidikan Agama Islam pada kelas III sekolah dasar dimaksud adalah standar kompetensi yang pada silabus dan dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Adapun standar kompetendi dasar materi Pendidikan Agama Islam pada kelas III sekolah dasar sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai berikut : 1. Kurikulum Pendidikan Agama Islam kelas III semester I dengan standar kompetensi sebagai berikut : a. Mengenal kalimat dalam Al-Qur’an, dengan kompetensi dasar membaca kalimat dalam Al-Qur’an, dan menulis kalimat dalam AlQur’an. b. Mengenal sifat wajib Allah, dengan kompetensi dasar menyebut lima sifat wajib Allah, mengartikan lima sifat wajib Allah, dan menghayati lima sifat wajib Allah.
c. Membiasakan perilaku terpuji, dengan kompetensi dasar menampilkan perilaku percaya diri, menampilkan perilaku tekun, dan menampilkan perilaku hemat. d. Melaksanakan salat dengan tertib, dengan kompetensi dasar menghafal bacaan salat dan menampilkan keserasian gerakan dan bacaan salat. 2. Kurikulum Pendidikan Agama Islam kelas III semester II dengan standar kompetensi sebagai berikut : a. Mengenal ayat-ayat Al-Qur’an, dengan kompetensi dasar membaca huruf Al-Qur’an dan menulis huruf Al-Qur’an. b. Mengenal sifat mustahil Allah, dengan kompetensi dasar menyebutkan sifat mustahil Allah dan mengartikan sifat mustahil Allah SWT. c. Membiasakan perilaku terpuji, dengan kompetensi dasar menampilkan perilaku setia kawan, menampilkan perilaku kerja keras, menampilkan perilaku penyayang terhadap hewan, dan menampilkan perilaku penyayang terhadap lingkungan. d. Melakukan salat fardu, dengan kompetensi dasar menyebutkan salat fardu dan mempraktek kan salat fardu.
D. Materi Shalat 1. Pengertian Shalat
Ahli fiqih mengartikan shalat menurut bahasa berarti do’a, sedangkan menurut istilah yaitu ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan beberapa perbuatan (gerak) yang dimulai dengan takbir dan diakhiri salam dengan syarat-syarat yang ditentukan (Rosyid, 1990:64). Dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang mengungkapkan tentang perintah kewajiban shalat misalnya :
Artinya : “Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman” (Departemen Agama RI,1994: 138).
Artinya : “Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Departemen Agama RI, 1994:635). Maksud dari ayat tersebut di atas adalah bahwasannya shalat merupakan sebuah kewajiban yang dibatasi oleh waktu-waktu tertentu, yang tidak boleh terlambat mengerjakannya. 2. Syarat Wajib Shalat
Kewajiban shalat itu diberikan atas orang yang memenuhi syaratsyarat yaitu Islam, berakal, suci, balig (Imam Taqiyuddin Abi Bakrin, tt: 82). Sebagaimana sabda nabi yang artinya “pernah diangkat (kewajiban dibebaskan) dari 3 kelompok, dari orang yang tidur sehingga bangun, dari anak sampai bermimpi (baligh) dari orang gila sampai berakal” (HR Abu Daud dan Timidzi). 3. Syarat Sah Shalat Shalat dianggap sah menurut syara’ apabila dilakukan dengan memenuhi persyaratan tertentu yaitu : suci badan dari hadast dan najis, menutup aurat dengan pakaian yang bersih, mengetahui waktunya masuknya waktu sholat, menghadap kiblat (Rosyid, 1990:76-79). 4. Rukun Shalat Rukun shalat ada 17 perkara, yaitu : niat, berdiri, jika mampu, takbirotul ihrom, membaca surat al-fatihah, ruku’, tuma’ninah pada ruku’, i’tidal, tuma’ninah pada i’tidal, sujud, tuma’ninah pada sujud, duduk di antar dua sujud, tuma’ninah pada duduk di antara dua sujud, duduk akhir, tasyahud, membaca sholawat pada tasyahud, mengucap salam (Hasan, 1994:58-64).
5. Macam-macam Shalat Ada lima macam shalat, yaitu :
a. Shalat fardlu ain, yaitu shalat wajib lima waktu sehari-semalam, misalnya : shalat subuh, shalat dhuhur, shalat ashar, shalat maghrib, shalat isya’. b. Shalat fardlu kifayah, misalnya : shalat jenazah. c. Shalat sunnah, misalnya : shalat fajar, shalat idul fitri, shalat idul adha, shalat kusuf, shalat istiqa’, sujud tilawah, dan lain-lain. d. Shalat fadhail (keutamaan), misalnya : 2 rekaat sesudah wudlu, tahiatul masjid, shalat dhuha, tahajut, shalat tarawih, shalat rowatib. e. Shalat nawafil (sukarela), misalnya : shalat sebelum dan sesudah perjalanan jauh, shalat istiharah, shalat hajat dan lain-lain (Basyarahil, tt: 59-60). 6. Pembagian Waktu Shalat Fardhu Shalat fardhu dibagi menjadi 5 macam dan lima waktu yaitu zuhur, ashar, maghrib, isya’, dan subuh. 7. Bacaan Dan Gerakan Shalat Fardhu Menurut ajaran Rasulullah saw, shalat harus dikerjakan sesuai dengan rukun san syarat sah shalat. Shalat harus dilaksanakan serasi antara gerakan dan bacaan shalat. Keserasian anatara gerakan dan bacaan shalat, anatara lain : a. Niat Gerakan yang dilakukan saat akan shalat adalah : 1) Badan berdiri tegak bagi yang mampu 2) Menghadap kiblat
3) Kedua tangan lurus di sisi badan. 4) Pandangan ke arah tempat sujud. 5) Membaca niat sesuai shalat yang akan dilakukan. Contoh-contoh lafal niat dalam shalat seperti : 1) Niat shalat subuh (dua rakaat) “Usholli fardha subkhi rakataini mustaqbilal qiblati adaa an lillahi ta’ala” 2) Niat shalat zuhur (empat rakaat) “Usholli fardha zuhri arba’a rakatin mustaqbilal qiblati adaa an lillahi ta’ala” 3) Niat shalat ashar (empat rakaat) “Usholli fardha asri arba’a rakngatin mustaqbilal qiblati adaa an lillahi ta’ala”
4) Niat shalat maghrib (tiga rakaat) “Usholli fardha magribi tsalasa rakngatin mustaqbilal qiblati adaa an lillahi ta’ala” 5) Niat shalat isya’ (empat rakaat) “Usholli fardha isya’i arba’a rakngatin mustaqbilal qiblati adaa an lillahi ta’ala”.
b. Takbiratul Ihram 1) Berdiri tegak
2) Menghadap kiblat 3) Kedua tangan diangkat setinggi telinga bagi laku-laki dan setinggi dada bagi perempuan 4) Telapak tangan dan kelima jari menghadap ke kiblat. 5) Membaca “Allahu akbar”. c. Bersedekap 1) Bersedekap adalah meletakkan tangan di atas dada. 2) Tangan kanan di atas tangan kiri 3) Pandangan mata ke arah tempat sujud. 4) Saat bersedekap membaca surah Al-Fatihah dan satu surah dalam Al-Qur’an. Membaca surah Al-Fatihah termasuk rukuk dalam shalat. Rukun shalat tidak boleh di tinggalkan. Shalat yang tidak membaca AlFatihah, maka shalatnya tidak sah. Adapun bacaan surah Al-Fatihah sebagai berikut :
Membaca salah satu surah dala Al-Qur’an setelah membaca AlFatihah termasuk sunah dalam shalat. Salah satu contoh surah dalam Al-Qur’an seperti Surah Al-Ikhlas sebagai berikut :
d. Rukuk Gerakan rukuk dimulai dengan mengangkat kedua tangan seperti dalam takbiratul ikhram. Adapun yang dimaksud dengan rukuk adalah membungkukkan badan dengan kedua telapak tangan berpegangan lutut, kepala rata dengan punggung (lurus), pandangan kearah tempat sujud, tangan dan kaki dalam posisi lurus. Adapun bacaan saat rukuk adalah : “Subkhanaka rabbikal adhimi wa bikhamdihi”. e. I’tidal Gerakan I’tidal adalah posisi badan berdiri tegak atau bangun dari rukuk dengan kedua tangan diangkat setinggi telinga bagi lak0laki dan setinggi dada bagi perempuan, sambil membaca bacaan tasmi’ dan tangan diturunkan dan lurus kebawah. Adapun bacaan saat iktidal adalah : “Sami’allahu liman hamidah”. Sesudah berdiri tegak dilanjutkan membaca do’a berikut : “Rabbana walakal hamdhu”. Atau membaca do’a yang lain seperti : “Rabbana walakal hamdhu mil’ussamawati wal ardhi wa mil’umasi’ta min saiinm ba’du” f. Sujud
1) Bertakbir lalu merunduk ke tempat sujud dengan tujuh anggota badan, yaitu dahi, du telapak tangan, dua lutut dan dua ujung jari kaki menekan tempat sujud. 2) Pantat dan siku diangkat. Pada saat sujud membaca do’a sujud, sebagai berikut : “Subkhanaka rabbiyal a’la wabihamdihi”. g. Duduk diantara dua sujud 1) Bangkit dari sujud sambil membaca takbir 2) Lalu duduk di atas telapak kaki kiri 3) Jari kaki kanan ditekuk menghadap kiblat. Adapun do’a yang dibaca pada saat duduk diantara dua sujud adalah : “Rabbifhfirli war hamni wajburni warfa’ni warzu’ni wajdini wangafini wa’fuaani”. h. Gerakan duduk iftirasy atau tahiyat awal 1) Caranya sama dengan duduk di antara dua sujud. 2) Telapak tangan di atas paha 3) Jari telunjuk tangan kanan ditunjukkan. Adapun do’a yang dibaca pada saat duduk tasyahud awal adalah: “Attahiyatul mubaraakatus shalawatut taayibatullah assalamu’alaika aayuha nabiyyu warah matullahi wabarakatuhu assalamu’alaina wa’ala ibadillahi salikhin asyhadu alla ila ha illallah wa ashadu anna muhammadar rasulullahi”. Tasyahud awal hanya terdapat pada shalat zuhur, ashar, maghrib, dan isya’. Hukum membaca tasyahud awal adalah sunah.
i.
Gerakan duduk tawaruk atau tahiyat akhir 1) Duduk denganmenyilangkan kaki kiri ke bawah tulang kaki kanan, tepalak kaki kanan ditegakkan. 2) Jari-jari kaki kanan juga masih ditekuk menghadap kiblat. 3) Jari telunjuk tangan kanan diluruskan. Pada saat duduk tasyahud akhir membaca do’a tasyahud awal ditambah do’a shalawat nabi dan do’a lainnya. Adapun do’a yang dibaca adalah : “Allahumma shalli alla sayyidina muhammad wa ala alihi sayidina muhammad kama salaita’ala sayyidina ibrahim wa’a ali sayidina ibrahim wa bari’ala sayidina muhammad kama barak ta’ala sayidina ibrahim wa’ala sayidina ibrahim fil aalamin innaka khamidummajid”.
j.
Gerakan waktu mengucap salam Gerakan salam adalah duduk secara tawaruk menoleh ke kanan kemudian ke kiri. Pada saat menoleh sambil mengucapkan salam seperti berikut : “Assamu’alaikum warah matullahi wabarakatuh”.
E. Metode Demonstrasi 1. Pengertian Metode Demonstrasi a. Metode
Istilah metode demonstrasi berasal dari kata “metode” dan “demonstrasi”. Adapun pengertian metode : 1) Menurut Nur Uhbiyati Metode berasal dari bahasa Latin ”meta”
yang berarti
melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara ke atau ke. Dalam bahasa Arab disebut ”tariqah” artinya jalan, cara, sistem dan ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut istilah ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita (Uhbiyati,1997:136). 2) Mahmud Yunus dalam Armai Arief mengemukakan bahwa : Metode adalah jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu baik dalam lingkungan perusahaan/perniagaan maupun dalam kepuasan ilmu pengetahuan dan lainnya (Arief, 2002: 87). 3) Menurut Tayar Yusuf mengemukakan bahwa: Metode adalah cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien.
b. Demonstrasi
Demonstrasi berasal dari kata Demonstration (to show) yang berarti memperagakan atau memperlihatkan proses kelangsungan sesuatu (Yusuf, 2002: 49). Adapun
beberapa
ahli
mendefinisikan,
pengertian
metode
demonstrasi sebagai berikut: a. Muhammad Zaen mendefinisikan metode demonstrasi sebagai suatu metode mengajar di mana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang sesuatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu (Zein, 1995:177). b. Menurut Djamarah metode demonstarsi merupakan cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan (Djamarah dkk,1996: 102). c. Usman memberikan pengertian bahwa metode demonstrasi merupakan tehnik mengajar yang sudah tua dan telah digunakan sejak lama. Seorang ibu yang mengajarkan cara memasak atau makanan kepada anak-anaknya adalah dengan mendemonstrasikan di muka mereka (Usman dkk, 2002:107). d. Menurut Surachmad metode demonstrasi adalah metode mengajar bagi guru atau orang luar yang sengaja diminta atau siswa sekalipun memperlihatkan pada seluruh kelas suatu proses, misalnya bagaimana
cara bekerjanya sebuah alat pencuci pakaian yang otomatis (Surachmad,1980:81). Jadi kesimpulan pengertian dari metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar di mana seorang guru atau orang lain yang sebaya diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau untuk memperlihatkan bagaimana untuk melakukan dan jalannya suatu proses pembuatan tertentu kepada siswa. Misalnya: proses cara mengerjakan shalat. 2. Landasan/Dasar Metode Demonstrasi Latar belakang penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran fiqih materi shalat karena shalat adalah kaifiyah atau gerakan agar akurat sesuai dengan gerakan yang dicontohkan oleh guru. Nabi Muhammad menyuruh memperhatikan dan meniru bagaimana beliau shalat. Hal tersebut juga suatu demontrasi (Zein, 1995:178). Sebagaimana sabda rasulullah saw. yang artinya “dan dari malik bin AlHuwairits, sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda: Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat” (H.R Ahmad dan Bukhori) (Asyqalami, tt:75). Jadi
metode
penyampaian
materi
demontrasi shalat
sangatlah
karena
tepat
dengan
digunakan
jalan
mencoba
dalam dan
mempertunjukkan akan lebih mudah dan lebih cepat dipahami dan dipraktekkan, jika hanya dengan teori saja akan lebih lama dan kurang jelas.
3. Urgensi Metode Demonstrasi Adapun urgensi metode demontrasi yaitu : a. Dimaksudkan untuk memberikan keterangan dan ketentraman tertentu kepada anak didik. b. Untuk memudahkan penjelasan, hingga mudah dipahami, sebab penggunaan bahasa dalam pengajaran memiliki sifat keterbatasan. c. Untuk menghindari verbalisme dalam pengajaran. d. Untuk meneliti sejumlah fakta dan obyek tertentu secara seksama (Yusuf, 2002: 49). 4. Kelebihan Metode Demonstrasi dan Kelemahan Metode Demonstrasi Sebagai suatu metode pemebelajaran metode demonstrasi juga mempunyai kelebihan dan kekurangan diantaranya adalah : a. Kelebihan Metode Demonstrasi Kelebihan metode demonstrasi menurut Syaiful Bahri Djamarah adalah : 1) Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat). 2) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari. 3) Proses pengajaran lebih menarik . 4)
Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan mencoba melakukan sendiri (Djamarah dkk,1996: 102-103).
Sedangkan
menurut
Tayar
Yusuf
metode
demonstrasi
mempunyai beberapa kebaikan antara lain: 1) Perhatian siswa dapat difokuskan kepada titik berat yang dianggap penting bagi guru. 2) Dengan keterlibatan siswa secara aktif terhadap jalannya suatu proses tertentu melalui pengamatan dan percobaan siswa mendapatkan pengalaman praktis, yang biasanya bersifat tahan lama. 3) Menghindarkan pengajaran yang bersifat verbalisme, di mana siswa tidak bisa memahami dan mengerti apa yang diucapkan (pandai mengucapkan tapi tidak mengerti maksudnya) serta catatan yang diperlukan. 4) Selama demontrasi berlangsung kita dapat mengajukan pertanyaan, apakah keterangan itu dapat didengar oleh siswa dan apakah alat dapat ditempatkan pada posisi yang tepat ? dan lain sebagainya. 5) Menetapkan rencana penelitian, mengenai hasil yang dicapai melalui demontrasi. 6) Dapat merekam kembali atau mengulangi kembali proses demontrasi, jika siswa merasa belum paham atau mengerti tentang masalah yang dibicarakan (Yusuf, 2002: 50-52). 7) Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat ditarik pemahaman bahwa kelebihan metode demonstrasi yang paling utama adalah membuat siswa menjadi lebih jelas apa yang
dipelajari karena diparaktikkan secara langsung, dan mendapatkan pengalaman yang praktis serta bersifat tahan lama. b. Kelemahan Metode Demonstrasi 1) Menurut Syaiful Bahri Djamarah, kekurangan metode demonstrasi adalah sebagai berikut : a) Metode ini memerlukan ketrampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demontrasi akan tidak efektif. b) Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik. c) Demontrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain (Djamarah dkk,1996:103). 2) Menurut Winarno Surachmad metode demonstrasi mempunyai kelemahan sebagai berikut: a) Demonstrasi akan merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alat itu terlalu kecil, atau penjelasanpenjelasan tidak jelas. b) Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti dengan sebuah
aktivitas
di
mana
siswa
sendiri
dapat
ikut
bereksperimen dan menjadikan aktivitas itu pengalaman yang berharga. c) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. Misalnya alat-alat yang sangat besar atau berada di tempat lain yang jauh dari kelas. d) Kadang-kadang bila sesuatu alat dibawa ke dalam kelas kemudian didemonstrasikan, siswa melihat sesuatu proses yang berlainan dengan proses jika dalam situasi yang sebenarnya (Surachmad,1980:88). Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik suatu pemahaman bahwa kelemahan mendasar metode demonstrasi adalah kurangnya sarana dan prasarana (alat dan bahan) untuk proses demonstrasi. Di samping itu, penguasaan guru pada materi yang akan disampaikan harus matang. 5. Langkah-Langkah Metode Demonstrasi Kegiatan guru pada proses pembelajaran menggunakan metode demonstrasi diharapkan melalui langkah-langkah sebagai berikut : a. Perencanaan 1) Merumuskan tujuan yang jelas dari sudut kecakapan atau kegiatan yang hendak dicapai. 2) Menetapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan. 3) Memperhitungkan waktu yang akan diperlukan termasuk waktu siswa untuk bertanya.
4) Menciptakan
kondisi
belajar
siswa
untuk
melaksanakan
demonstrasi dengan menyediakan alat-alat dan bahan-bahan demonstrasi dan tempat praktek shalat, misalnya mushola/masjid. 5) Menetapkan tujuan dan proses yang jelas atau pertanyaan apa yang hendak dijawab dan hasilnya nanti. b. Pelaksanaan 1) Mengajukan masalah kepada siswa yang akan melaksanakan demonstrasi 2) Menjelaskan dan mendemostrasikan suatu prosedur atau proses 3) Usahakan seluruh siswa dapat
mengikuti dan mengamati
demonstrasi dengan baik 4) Mengingat pokok-pokok materi yang akan didemonstrasikan agar demonstrasi mencapai sasaran. 5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif memikirkan lebih lanjut tentang apa yang dilihat dan dengarkannya dalam bentuk mengajukan pertanyaan, membandingkan dengan yang lain dan mencoba melakukan sendiri. 6) Menghindari ketegangan, oleh sebab itu guru hendaknya selalu menciptakan suasana yang harmonis. 7) Hentikan demonstrasi kemudian adakan tanya jawab.
c. Evaluasi/Tindakan
1)
Beri kesempatan kepada siswa untuk tindak lanjut mencoba melakukan sendiri;
2)
Membuat kesimpulan hasil demonstrasi;
3)
Mengajukan pertanyaan kepada siswa (Arief, 2002: 192-195).
F. Penerapan Metode Demonstrasi Tentang Materi Shalat dalam Proses Belajar Mengajar Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekὡdar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri. Penerapan metode demonstrasi diharapkan mampu meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Implementasi tersebut pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan berbagai metode dan strategi pembelajaran pada anak didik dapat
membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Sebagaimana dikutip dari Mel Sibelman, (2005: 223) bahwa pada pembelajaran aktif di sini anak didik dituntut untuk menggali potensidiri dengan berbagai upaya agar anak dapat memaksimalkan pengetahuan serta anak didik dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pemahaman dan pengalaman sendiri, dan hal ini yang membuat anak didik bisa memperoleh pemahaman dengan baik. Jika kita aplikasikan demonstrasi pada pembelajaran Pendidikian Agama Islam materi tentang salat, sebagaimana fokus penelitian ini maka fungsi metode demonstrasi tidak lain merupakan prosedur pembelajaran di mana anak didik diberi leluasa untuk mengembangkan serta menggali berbagai materi pengetahuan tentang salat dengan mempraktekkannya, serta anak didik dalam pembelajaran ini di posisikan sebagai subyek pendidikan yang selalu pro-aktif setiap pembelajaran. Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya bahwa pembelajaran Pendididkan Agama Islam khususnya materi tentang salat meliputi tiga aspek yang harus diperhatikan oleh guru yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotorik). Untuk itu seorang guru diharapkan mampu meningkatkan aktivitas, kreatifitas, dan prestasi belajar siswanya dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang sesuai. Konjungsi ini diharapkan anak didik mampu memahami materi secara universal bukan parsial seperti penerapan berbagai metode sebelumnya, yakni
anak dituntut memperoleh pengetahuan dari segi teoritis dan kemudian harus mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Diskripsi Pelaksanaan Siklus I 1. Perencanaan a. Menentukan materi shalat fardhu. b. Menetapkan
tujuan
yang
akan
dicapai
yaitu
siswa
dapat
mempraktekkan shalat dengan baik dan benar. c. Memilih metode demonstrasi yang akan digunakan pada proses pembelajaran. d. Membuat silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). e. Merancang dan membuat soal formatif dan praktek shalat. f. Menyiapkan instrumen pengamatan berupa lembar pengamatan aktivitas belajar. g. Meminta guru lain membantu mengamati. h. Mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan kegaitan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada bulan Maret 2010 di kelas III dengan jumlah peserta didik sebanyak 28 anak. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru/pengajar, adapaun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran yang telah disiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Karena menggunakan metode demonstrasi, maka pada tahap ini guru menata dan mempersiapkan ruang serta sarana/alat peraga sebagai pelaksanaan proses pembelajaran yang memungkinkan untuk melakukan demonstrasi dalam mempraktekkan materi shalat. Pada pelaksanaan tindakan ini peneliti dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut : a. Kegiatan awal : 1) Mengkondisikan kelas 2) Bersama-sama membaca do’a sebelum belajar 3) Mengabsensi siswa 4) Melafalkan surat pendek selama lima menit 5) Apersepsi, memotivasi siswa 6) Mengemukakan tujuan pembelajaran. b. Kegiatan inti : 1)
Siswa secara klasikal melafalkan bacaan shalaf fardhu
2)
Guru meminta siswa untuk mendemonstrasikan gerakan shalat fardhu secara klasukal dan individu
3)
Guru memberkan penjelasan tentang pengertian shalat fardhu
4)
Guru menganjurkan siswa untuk mengamalkan shalat fardhu secara tertib dalam khidupan sehari-hari.
c. Kegiatan penutup : 1) Memberikan penguatan dan kesimpulan 2) Memberitahukan pelajaran yang akan dating
3) Mengakhiri pelajaran dengan membaca hamdalah 4) Mengucap salam kepada siswa sebelum keluar dari kelas. 3. Pengamatan Pengamatan ditujukan pada dua obyek yaitu siswa dan guru. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut : a. Guru mengamati siswa dalam hal semangat dalam memberikan respon terhadap pelajaran yang sedang berlangsung, kemampuan dalam menjawab pertanyaan guru dan minat untuk melakukan praktek shalat fardhu. b. Guru mengamati aktivitas dan ketrampilan siswa dalam mengikuti pembelajaran. c. Guru mengamati hasil belajar siswa dengan melakukan penilaian terhadap
hasil
praktek
shalat
fardhu
yang
sudah
diberikan
menggunakan lembar pengamatan yang telah dipersiapkan. 4. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dalam pengamatan sebagai berikut : a. Guru kurang baik dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. b. Guru kurang tepat dalam penerapan strategi dan metode dan kurang tepat dalam membimbing siswa melakukan kegiatan pembelajaran. c. Guru baik dalam pengelolaan waktu. d. Siswa kurang antusias selama pembelajaran berlangsung.
e. Pelaksanaan proses belajar mengajar pada siklus I masih banyak kekurangan sehingga perlu adanya perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan pada siklus II, perbaikan tersebut diantaranya sebgai berikut: f. Guru harus lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran dan mendemonstrasikan shalat fardhu sehingga siswa dapat menangkap arah dari pembelajaran. g. Guru harus lebih jelas dalam menerapkan metode dan strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga dapat memotivasi siswa untuk memperhatikan materi yang disampaikan ataupun yang dipraktekkan oleh guru. h. Guru
harus
lebih
telaten
dalam
membimbing
siswa
dalam
mempraktekkan shalat fardhu, sehingga siswa mampu menguasai materi dan mempraktekkan shalat fardhu dengan baik dan benar. i.
Guru harus lebih inovatif dan terampil dalam memotivasi siswa, sehingga siswa lebih antusias dalam mengikuti pelajaran.
j.
Hasil belajar pada siklus I menunjukkan bahwa ketuntasan belajar belum tercapai, untuk itu masih perlu diadakan pelaksanaan siklus II.
B. Diskripsi Pelaksanaan Siklus II 1. Perencanaan Pada siklus II ini peneliti lebih jeli dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran sebagaimana pada siklus I yaitu yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendidikan Agama Islam pada pokok bahasan shalat dan lembar observasi pengelolaan pembelajaran
dengan metode demonstrasi. Mempersiapkan alat peraga yang sesuai dengan materi pendidikan agama Islam yang akan diberikan, selain itu juga mempersiapkan lembar observasi untuk guru dan observasi untuk siswa. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada bulan April 2010 di kelas III. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran yang telah disiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada tahap ini peneliti/guru mengubah formasi tempat duduk peserta didik dari yang biasanya menjadi formasi agar peserta didik yang tadinya kurang
memperhatikan
menjadi
lebih
memperhatikan.
Setelah
mengadakan apersepsi maka dilanjutkan dengan menerangkan dan mempraktek secara langsung tentang bacaan dan gerakan salat dan peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya dan mempraktekkannya. Untuk lebih jelasnya berikut peneliti sampaikan langkah-langkah pelaksanaan tindakan siklus II sebagai berikut : a. Kegiatan awal; 1) Mengkondisikan kelas 2) Bersama-sama membaca do’a sebelum belajar 3) Mengabsensi siswa. 4) Melafalkan surat pendek selama lima menit 5) Apersepsi, memotivasi siswa.
6) Mengemukakan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. b. Kegiatan inti; 1) Siswa secara individu melafalkan bacaan shalaf fardhu secara tertib. 2) Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal formatif dan mendemonstrasikan gerakan shalat fardhu dibagi menjadi 2 kelompok. 3) Guru menganjurkan siswa untuk mengamalkan shalat fardhu secara tertib dalam khidupan sehari-hari. c. Kegiatan penutup; 1) Memberikan penguatan dan kesimpulan materi shalat fardhu 2) Mengakhiri pelajaran dengan membaca hamdalah. 3) Mengucap salam kepada siswa sebelum keluar dari kelas. 3. Pengamatan Adapun pengamatan yang dilakukan pada siklus II sebagai berikut : a. Guru mengamati siswa dalam hal semangat dalam membarikan respon terhadap pelajaran yang sedang berlangsung, kemampuan dalam menjawab pertanyaan guru, dan minat untuk melakukan praktek shalat fardhu. b. Guru mengamati kegiatan dalam tugas mempraktekkan shalat fardhu yang diberikan oleh guru.
c. Guru mengamati hasil belajar siswa dengan melakukan penilaian terhadap hasil praktek shalat fardhu yang telah diberikan menggunkan lembar observasi dan daftar nilai yang telah dipersiapkan sebelumnya.. 4. Refleksi Hasil dari pengamatan siklus II dianalisa oleh peniliti untuk mendapatkan sesuatu kesimpulan. Kesimpulan juga diambil dari siklus I. diharapkan refleksi ini membenarkan hipotesis yang peneliti ajukan. Adapun hasil dari pelaksanaan pembelajaran shalat fardhu pada siklus II telah
menunjukkan
adanya
peningkatan
prestasi
belajar
siswa
dibandingkan dengan pelaksanaan pada siklus I dan hasil skor/nilai pada siklus II juga telah memenuhi nilai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun hasil dari pengamatan tersebut sebagai berikut : a. Dalam proses pembelajaran guru telah mampu mengelola kelas dengan baik sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana sesuai rencana. b. Siswa sudah mengerti dan memahami dengan metode yang diterapkan sehingga siswa tidak merasa binggung lagi saat harus melaksanakan praktek shalat fardhu dengan baik dan benar. c. Seluruh siswa sudah mampu dan berani dalam melaksanakan praktek shalat fardhu dan bertanya tentang materi yang belum jelas. d. Hasil belajar pada siklus II menunjukkan bahwa penelitian sudah mencapai indikator keberhasilan penelitian yang diharapkan. Untuk itu
siklus selanjutnya dapat dihentikan atau dengan kata lain peneliti sudah tidak perlu melakkukan pelaksanaan siklus berikutnya.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Siklus I a. Data Hasil Pengamatan 1) Aktivitas Belajar Selama proses belajar mengajar dilakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa untuk mengetahui tingkat atau prosentase aktivitas belajar siswa dengan menggunakan rumus prosentase sebagai berikut : P
F x 100 %. N
Keterangan : P = Prosentase aktivitas F = Frekuensi jumlah nilai N = Jumlah siswa Hasil pengamatan untuk aktivitas belajar terhasap siswa yang diteliti oleh peneliti atau guru kemudian diolah dengan dimasukkan kedalam lembar pengamatan sehingga diperoleh data sebagai berikut :
Tabel : 4.1 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Pada Siklus I Indikator Nilai Aktivitas No
Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Sumiyanti Tohar Fauzi Jati Purnomo Iin Kalbasari Arifaudin Inka Mesi Nurul Haris Aldo Ardiyansah Argo Wirayudi Andini Oktavani Aris Setiya Arifa Anggraeni Arina Dina Aurel Dwi Cindi Olivia Devi safitri Dewi Fitriyana Dewi Indah W Ichsanul Sa'adah Ismi Eka Ina Sabariyah Imala Ambro M Achsan Nur Laeli Nanda Anindita Reva Zuliyanto Ridho Abidin Rofly Sofyan Jumlah
Memperhatikan penjelasan dari guru
Mempraktekkan Mengerjakan Jumlah materi soal formatif pembelajaran
2 2
2 2 2 2
1 1 2
2 2
2 2
2 2 2 2
3 2
3
3
3
1
1
2 2 2 2
2 2 2
2 2 2
1
1
3 3 1
2 2
2 2 2
1
3 3 1
2 1 2 3 1 2 1 28
1 1 1
1 1 1
3 9
2 2
11
18
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 40
1 2 2 2 3 1 3 1 2
3 12
32
8
6 6 4 4 4 5 5 7 6 9 4 6 5 5 7 7 4 7 7 4 6 5 6 8 4 7 4 8 160
Dari hasil pengamatan aktivitas belajar pada siklus I di atas dihitung menggunakan rumus prosentase sebagai berikut :
P
160 x 100 % = 5,7 % 28
Hasil skor pengamatan aktivitas belajar siswa pada siklus I diperoleh nilai 5,7 %. 2) Prestasi Belajar Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tugas mempraktekkan gerakan shalat fardhu dan dan soal tes formatif dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam belajar mengajar dengan menggunakan metode demonstrasi. Dari akhir pelaksanaan siklus I tersebut diperoleh hasil prestasi belajar siswa sebagai berikut : Tabel 4.2 Nilai Tes Formatif Siklus I Nomor Absen Induk 1 1331 2 1333 3 1335 4 1337 5 1338 6 1339 7 1340 8 1341 9 1342 10 1343 11 1344 12 1345 13 1346 14 1347 15 1348 16 1349 17 1350
Nama Siswa Sumiyanti Tohar Fauzi Jati Purnomo Iin Kalbasari Arifaudin Inka Mesi Nurul Haris Aldo Ardiyansah Argo Wirayudi Andini Oktavani Aris Setiya Arifa Anggraeni Arina Dina Aorel Dwi Cindi Olivia Devi safitri Dewi Fitriyana
Nilai Akhir 65 70 68 63 70 68 63 78 80 82 52 63 67 64 76 64 63
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1351 1352 1353 1354 1355 1356 1357 1358 1359 1400 1402
Dewi Indah W Ichsanul Sa'adah Ismi Eka Ina Sabariyah Imala Ambro M Achsan Nur Laeli Nanda Anindita Reva Zuliyanto Ridho Abidin Rofly Sofyan Jumlah Rata-rata
72 76 71 66 63 63 80 64 80 64 80 1935 69.107
Dari data di atas kemudian dimasukkan ke dalam tabel guna mengklasifikasikan nilai prestasi belajar siswa. Adapun tabel klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel : 4.3 Data Klasifikasi Nilai Prestasi Belajar Siswa Siklus I No
Skor
Interval
Frekuensi
Prosentase
1.
70 – 80
Baik
12
42 %
2.
50 – 69
Cukup
15
54 %
3.
40 - 49
Kurang
1
4%
28
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa prosentase siswa yang mencapai nilai sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu > 70 adalah 42 %. Dengan demikian dapat diketahui bahwa dengan penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang shalat fardhu dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kendati belum sempurna. Hasil yang
diperoleh pada siklus I ini belum mencapai indikator yang diharapkan, maka masih perlu dilaksanakan siklus selanjutnya yaitu siklus II. b. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dalam siklus I terdapat beberapa hal yang harus direfleksi, yaitu : 1) Dalam proses pemeblajaran masih ada siswa yang tidak memperhatikan materi pemebelajaran. 2) Guru lebih memperhatikan siswa yang aktif, sehingga siswa yang belum aktif cenderung diabaikan. 3) Sebagian siswa masih belum memahami materi pemebelajaran yang diterapkan dengan metode demonstrasi, sehingga siswa masih binggung saat harus mempraktekkan gerakan shalat fardhu dengan baik dan benar. 4) Sebagian siswa masih ragu-ragu dan cenderung belum berani dalam mempraktekkan gerakan shalat secara individu di depan guru. 2. Siklus II a. Data Hasil Pengamatan 1) Aktivitas Belajar Selama proses belajar mengajar pada siklus II dilakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa untuk mengetahui tingkat atau
prosentase aktivitas belajar siswa. Hasil pengamatan diolah sehingga diperoleh data sebagai berikut : Tabel : 4.4 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Pada Siklus II
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Nama Siswa Sumiyanti Tohar Fauzi Jati Purnomo Iin Kalbasari Arifaudin Inka Mesi Nurul Haris Aldo Ardiyansah Argo Wirayudi Andini Oktavani Aris Setiya Arifa Anggraeni Arina Dina AOrel Dwi Cindi Olivia Devi safitri Dewi Fitriyana Dewi Indah W Ichsanul Sa'adah Ismi Eka Ina Sabariyah Imala Ambro M Achsan Nur Laeli Nanda Anindita Reva Zuliyanto Ridho Abidin Rofly Sofyan Jumlah
Indikator Nilai Aktivitas Memperhatikan Mempraktekkan Mengerjakan penjelasan dari materi soal formatif guru pembelajaran 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 1 3 3 3
3 3 3 2 2 2 2
3 3 3 2 2 2 2
3 2
3 3
2
3 3
3 2 2
2 2 2 2
2 3 3 2 2 2 2
3 2 2
3
3 2
3 2
3
3 2 32
2 2 2 2
3
3 3
3 30
2 2 2 2 2 2 2
2 3
2 2
3 30
36
2 3 30
36
0
Jumlah 6 6 6 5 6 6 5 9 9 9 6 7 6 6 8 9 6 9 8 6 7 6 6 9 6 9 6 9 196
Dari hasil pengamatan aktivitas belajar pada siklus I di atas dihitung menggunakan rumus prosentase sebagai berikut : P
196 x 100 % = 7,0% 28
Hasil skor pengamatan aktivitas belajar siswa pada siklus I diperoleh nilai 7,0 %. 2) Prestasi Belajar Pada akhir proses belajar mengajar siswa pada siklus II, guru juga memberikan tugas mempraktekkan gerakan shalat fardhu dan dan soal tes formatif dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam belajar mengajar dengan menggunakan metode demonstrasi. Dari akhir pelaksanaan siklus II diperoleh hasil prestasi belajar siswa sebagai berikut : Tabel 4.5 Nilai Tes Formatif Siklus II Nomor Absen Induk 1 1331 2 1333 3 1335 4 1337 5 1338 6 1339 7 1340 8 1341 9 1342 10 1343 11 1344 12 1345 13 1346 14 1347
Nama Siswa Sumiyanti Tohar Fauzi Jati Purnomo Iin Kalbasari Arifaudin Inka Mesi Nurul Haris Aldo Ardiyansah Argo Wirayudi Andini Oktavani Aris Setiya Arifa Anggraeni Arina Dina AOrel Dwi
Nilai Akhir 70 75 70 68 74 68 72 80 82 80 68 72 70 70
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1348 1349 1350 1351 1352 1353 1354 1355 1356 1357 1358 1359 1400 1402
Cindi Olivia Devi safitri Dewi Fitriyana Dewi Indah W Ichsanul Sa'adah Ismi Eka Ina Sabariyah Imala Ambro M Achsan Nur Laeli Nanda Anindita Reva Zuliyanto Ridho Abidin Rofly Sofyan Jumlah Rata-rata
78 70 65 70 75 74 70 65 68 80 68 82 68 80 2032 72.57
Dari data di atas kemudian dimasukkan ke dalam tabel guna mengklasifikasikan nilai prestasi belajar siswa. Adapun tabel klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel : 4.6 Data Klasifikasi Nilai Prestasi Belajar Siswa Siklus II No
Skor
Interval
Frekuensi
Prosentase
1.
70 – 80
Baik
20
71 %
2.
50 – 69
Cukup
8
29 %
3.
40 - 49
Kurang
-
-%
28
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa prosentase siswa yang mencapai nilai sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu > 70 adalah 71 %. Dengan demikian dapat diketahui bahwa dengan penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam
materi tentang shalat fardhu dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan. Hasil yang diperoleh pada siklus II ini lebih baik disbanding pada hasil pelaksanaan siklus I dan hasil tersebut telah mencapai indikator yang diharapkan, maka siklus selanjutnya dapat dihentikan.. b. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada siklus II terdapar beberapa hal yang perlu di refleksi, yaitu : 1) Dalam proses pembelajaran guru telah mampu mengelola kelas dengan baik sehingga pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan rencana. 2) Siswa sudah mengerti dengan penggunaan metode yang diterapkan sehingga siswa tidak binggung lagi dalam mempraktekkan shalat secara individu di depan guru. 3) Seluruh siswa sudah mampu dan berani dalam mempraktekkan gerakan shalat dan mengajukan pertanyaan kepada guru. B. Pembahasan Penelitian 1. Siklus I Pelaksanaan penelitian pada siklus I telah menunjukkan bahwa penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang shalat fardhu dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi siswa, meskipun belum mencapai indikator yang ditetapkan. Hal ini tampak dari prosentase pada pengamatan aktivitas belajar dan
prosentase prestasi belajar siswa yang mencapai > 70 masih di bawah prosentase indikator keberhasilan yang diharapkan. Berdasarkan pengolahan hasil pengamatan pada siklus I diperoleh hasil yaitu prosentase aktivitas siswa sebesar 5,7 % dan prosentase prestasi belajar siswa yang > 70 sebesar 42 %. Hasil yang masih di bawah indikator keberhasilan yang ditetapkan ini tentu disebabkan oleh berbagai faktor baik dari diri siswa maupun faktor dari guru. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan pelaksanaan pada siklus I antara lain masih banyak siswa yang berbicara sendiri pada saat guru meneragkan dan mendemonstrasikan materi pelajaran sehingga siswa tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru dan kesulitan saat mempraktekkan gerakan shalat fardhu secara tartib dan benar. Sebagian siswa masih belum termativasi untuk secara akti mengikuti pelajaran. Faktor-faktor tersebut menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dalam proses belajar mengajar dan kurang memahami materi sehingga prestasinya masih rendah. Hal yang juga dapat mempengaruhi ketidakberhasilan pada siklus I adalah cara guru dalam memberikan motivasi terhadap siswa dalam mengikuti pelajaran dan mempraktekkan materi yang disampaikan guru. Penerapan metode demonstrasi yang dilakukan oleh guru pada siklus I masih kurang efektif untuk merangsang siswa sebab suasana kelas kurang kondusif. Pada siklus selanjutnya perlu dicoba untuk menggunakan cara memberikan motivasi yang lain sehingga membuat suasana kelas menjasi
lebih menyenangkan dan siswa aktivitas dan prestasi belajar siswa juga makin meningkat sesuai indicator keberhasilan yang telah ditentukan. 2. Siklus II Pada pelaksanaan siklus II guru membuat dan mempersiapkan instrument dan rencana pemebelajaran yang telah diperbaiki sesuai dengan kekurangan yang ditemukan pada siklus I. Guru berusaha lebih untuk dapat mengkondisikan siswa agar pada saat diberi waktu untuk mempraktekkan bacaa dan gerakan shalat tidak takut dan lebih memperhatikan penjelasan guru. Guru juga berusaha untuk lebih memotivasi siswa-siswa yang masih pasif untuk dapat menjadi aktif melaksanakan prakterk bacaan dan gerakan shalat fardhu, serta guru harus berusaha untuk menjelaskan dan mendemonstrasikan materi shalat secara lebih detail dan rinci. Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan siklus II telah menunjukkan adanya peningkatan prosentase aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa disbanding hasil pada pelaksanaan siklus I. Pada siklus II juga diperoleh hasil yang telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengolahan hasil pengamatan pada siklus II diperoleh bahwa prosentase aktivitas siswa sebesar 7,0 % dan prosentase prestasi belajar siswa yang > 70 telah mencapai 71 %. Hasil tersebut jelas telah tercapai dan telah melampai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 70 %.
Tercapainya indikator keberhasilan yang telah ditetapkan ini disebabkan oleh beberapa factor yaitu telah diperbaikinya prosesbelajar mengajar yang dilaksanakan berdasarkan refleksi terhadap hasil pada siklus I dan penyempurnaan penerapan metode demonstrasi. Perbaikan dan penyempurnaan pada proses belajar mengajar pada siklus II membantu siswa untuk lebih aktif dan siswa lebih mudah dalam mempraktekkan bacaan dan gerakan shalat fardhu. Cara guru dalam memberikan motivasi kepada siswa juga dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam mempraktekkan dan mengerjakan soal tes formatif. Usaha guru dalam mengkondisikan siswa agar tidak berbicara sendiri saat diberi waktu untuk mempraktekkan bacaan dan gerakan shalat fardhu sehingga siswa menjadi lebih memahami materi tersebut sehingga aktivitas dan prestasi belajar siswa menjadi meningkat. Peningkatan prosentase aktivitas belajar pada siklus II meningkat sebesar 13% dari siklus I 5,7 % mejadi 7,0 % pada siklus II. Sedangkan prosentase prestasi belajar yang masuk pada kategori baik meningkat sebesar 29 % dari 42 % pada siklus I menjadi 71% pada siklus II dan yang masuk pada kriteria cukup meningkat sebesar % dari 54% pada siklus I menjadi 29 % pada siklus II sedangkan yang masuk pada kategori kurang pada siklus I sebesar 4 % pada siklus II sudah tidak ada sama sekali. Dari hasil pada siklus II secara keseluruhan maka dapat dinyatakan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SDN 1 Mergowati
Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung telah berhasil mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Dengan demikian siklus selanjutnya dapat dihentikan atau tidak perlu dilaksanakan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian pada siklus I dan II dengan mengacu pada rumusan permasalahan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang shalat fardhu di SDN 1 Mergowati Kecamatan Kedu
Kabupaten Temanggung.
Peningkatan aktivitas belajar tersebut dibuktikan dengan prosentase pada pelaksanaan siklus I (5,7 %) ke siklus II meningkat sebesar (13 %). 2. Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang shalat fardhu di SDN 1 Mergowati Kecamatan Kedu
Kabupaten Temanggung.
Peningkatan prestasi belajar tersebut dibuktikan dengan prosentase pada pelaksanaan siklus I (42 %) dan ke siklus II meningkat sebesar (29 %). B. Saran 1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa melalu metode demonstrasi, hendaknya pihak guru atau sekolah menyiapkan atau menyediakan perlengkapan sarana prasarana pembelajaran berhubungan dengan materi pelajaran seperti mushola, mukena, sarung, sajadah, dan lain sebagainya untuk materi pembelajaran shalat.
2. Guru harus lebih kreatif dan inovatif dalam pemilihan metode dan strategi pembelajaran, agar peserta didik lebih mudah dalam menerima materi pembelajaran yang diberikan, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.