BAB I PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Telah 61 tahun bangsa Indonesia merdeka, selama itu pula segala upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa terus dilakukan. Salah satunya adalah dengan menumbuhkan minat baca masyarakat. Dalam hal ini, perpustakaan memegang peran yang sangat penting. Namun tidak sampai 7% dari jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1998 yang merasakan bahwa perpustakaan berperan penting dalam kehidupan mereka (J.P. Rompas, 1998).
Seperti yang tertuang di Rencana Undang-undang Perpustakaan RI pasal 3 dan 4 tentang tujuan perpustakaan, perpustakaan menjadi bagian dari sebuah daerah sebagai pendukung pendidikan untuk meningkatkan budaya dan gemar membaca pada masyarakat,
kebutuhan ini juga harus menjadi perangkat
pendukung sebuah kota, seperti yang tertuang pada pasal 7 dan 8 pada undangundang tersebut dimana pemerintah nasional dan pemerintah daerah berkewajiban dan
berwenang
untuk
menentukan
kebijakan
dalam
pembinaan
dan
pengembangan perpustakaan di semua daerah indonesia termasuk di daerah terpencil.
Perpustakaan berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan pemberdayaan bangsa melalui transformasi informasi,
penelitian,
pelestarian
budaya
bangsa,
dan
rekreasi
ilmiah.
Perpustakaan bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. (RUU Perpus RI, 2007)
Sesuai dengan arah perkembangan perkotaan dan permukiman abad 21 yang dibahas pada pertemuan ASEAN, febuari 2006, bahwa peningkatan pendidikan dirasa penting sebagai bidang penting dalam arah perkembangan suatu negara. di dukung oleh data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2006. Bahwa, masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Orang lebih memilih menonton TV (85,9%) dan/atau mendengarkan radio (40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%) (www.bps.go.id), maka peran perpustakaan bisa meningkatkan minat baca dan pendidikan diluar institusi pendidikan formal seperti sekolah. Padahal sejarah mengajarkan bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang yang gemar membaca. Karena otomatis kecerdasan dan wawasan iptek kian bertambah sehingga terjadi peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang diperlukan untuk upaya pembangunan yang berkesinambungan. Marilah berkaca pada Jepang yang pada masa Restorasi Meiji (tahun 1800-an) melakukan program penerjemahan buku besar-besaran. Buku-buku yang pekan ini terbit di Amerika, negara adikuasa yang mengalahkan sekaligus menjadi induk semang Jepang pasca Perang Dunia II, pada pekan berikutnya sudah terbit di Jepang dalam versi terjemahannya. Alhasil, Jepang sangat cepat menyerap teknologi dan
inovasi mutakhir dari negara-negara Barat dan tumbuh pesat setelah luluh-lantak dibom atom pada 1945 menjadi pesaing ekonomi Amerika mulai 1960an hingga saat ini.
Seiring dengan munculnya media baru, perpustakaan terlihat kian terpinggirkan, benteng itu kemudian diambil alih dan dirampok oleh banyaknya teknologi baru, dimana perangkat elektronik menjadi barbar.
Ketidakpahaman, sifat yang mengancam,
dan aksesbilitas
yang terbatas dari teknologi menjadi bentuk dari kehilangan tempat dan tradisi dari sebuah perpustakaan. perpustakaan
menjadi
defensif
dan
Dalam respon ini, sebuah menjadi
sulit
menyatakan
superiornya dalam misinya, tanggung jawab sosial, dan nilai yang terkandung di dalamnya. Dalam dekade terakhir yang telah terlewati, telah banyak terjadinya percepatan erosi area publik yang tergantikan oleh merangkak naiknya bentuk-bentuk ruang privat yang menarik dan menggoda. Esensi dari ruang publik adalah karena kebebasannya. Secara meningkat, ruang-ruang publik telah tergantikan dari akumulasi dari ”tipuan wujud ruang publik”, Dimana ketika sebuah ruang menyarankan keterbukaan, tetapi justru membuat anda harus membayar.
Perpustakaan kemudian berdiri menjelaskan bahwa
dirinya telah usang secara moral, usang telah menjadi tempat penyimpanan dari kebebasan dan kepublikannya. (Content/OMA)
Dari arteikel diatas, diharapkan perpustakaan ini juga akan memfasilitasi
“ledakan informasi” yang terjadi di era globalisasi ini, dimana pada akhirnya perpustakaan tidak hanya identik dengan “buku”, tetapi menyediakan segala akses yang berhubungan dengan pengadaan informasi. Disamping itu karena tidak dapatnya perpustakaan dalam meningkatkan layanan informasi terhadap teknologi yang semakin maju dan terlebih, kurangnya sifat kepublikan dari perpustakaan sebagai tempat mencari informasi yag bebas diakses oleh siapa saja, menjadikan perpustakaan kian jauh dari citra masyarakat sebagai tempat yang menyenangkan dalam mengakses informasi. Perpustakaan umum/kota akan senantiasa memainkan peran penting sebagai jembatan menuju penguasaan ilmu pengetahuan. Ia memberi kontribusi penting bagi terbukanya informasi tentang ilmu pengetahuan. perpustakaan adalah lembaga investasi masa depan, yang berarti juga investasi kemakmuran masa depan.
Karena
itu,
butuh
kepedulian
penuh
dari
pemerintah
untuk
mengembangkannya. Perpustakaan umum/kota teramat penting bagi kehidupan kultural dan kecerdasan bangsa karena perpustakaan umum/kota adalah satu-satunya pranata kepustakawanan yang bisa di raih umum. (Sulistyo-Basuki, 1993). Bahkan karena pentingnya, UNESCO membuat sebuah Manifesto Perpustakaan Umum yang harus dijadikan pedoman negara-negara dalam membuat dan merumuskan perundang-undangan perpustakaan umum/kota Selaku Arsitek, sudah seharusnya kita ikut andil dalam permasalahan ini. Dengan menciptakan sebuah perpustakaan sebagai wadah informasi yang baik dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakatnya dan lingkungan sekitarnya. Diharapkan perpustakaan dengan pendekatan perancangan kota dapat
mengkomunikasikan bangunan perpustakaan ini sebagai bagian dari kota sebagai pusat informasi. Selain itu dengan mengkolaborasikan perancangan kota dan perancangan arsitektur diharapkan dapat menyelaraskan fungsi perpustakaan sebagai bangunan publik sesuai dengan fungsinya. Segala kekurangan yang ada pada perpustakaan-perpustakaan saat ini dapat menjadi pembelajaran untuk kemudian terciptanya perpustakaan baru yang sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi serta sesuai dengan gaya hidup masyarakat saat ini, sehingga diharapkan dapat meningkatkan tingkat baca masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta Barat.
I.2.
Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari perancangan Perpustakaan Umum di Jakarta Barat ini adalah: 1
Menyediakan tempat menyimpan informasi dan ruang publik dalam bentuk bangunan publik yang bisa diakses secara bebas oleh masyarakat guna memenuhi kebutuhan informasi dan pendidikan masyarakat Jakarta Barat.
Adapun tujuan dari perancangan Perpustakaan umum ini adalah: 1
Merencanakan bangunan beserta sarana penunjangnya yang berfungsi sebagai pusat perpustakaan umum daerah di Jakarta Barat.
2
Merencanakan bangunan yang dapat mencerminkan fungsinya sendiri sebagai perpustakaan umum, dengan mengkolaborasikan perancangan
kota dan perancangan arsitektur. 2
Merencanakan bangunan perpustakaan yang dapat memberikan nilai tambah dan dampak positif bagi Jakarta Barat, khususnya lingkungan sekitar tapak.
I.3.
Lingkup Pembahasan
Lingkup pembahasan lebih pada ditekankan pada permasalahan yang berkaitan dengan proses perencanaan dan perancangan bangunan perpustakaan khusus daerah Jakarta Barat yang mewadahi semua aktifitas dan juga permasalahannya yang mengkolaborasikan perancangan kota dan perancangan arsitektur sehingga bangunan tersebut dapat berjalan sesuai dengan fungsinya.
I.4.
Sistematika Pembahasan
Penulisan Karya Tugas Akhir ini dibagi menjadi beberapa bab, antara lain adalah sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan Berisi tentang gambaran umum mengenai latar belakang pemilihan judul, topik dan tema, maksud dan tujuan, lingkup pembahasan, sistematika pembahasan dan kerangka berpikir dari Tugas Akhir ini. Bab II: Tinjauan dan Landasan Teori
Berisi tentang tinjauan umum dan tinjauan khusus. Tinjauan umum mengenai definisi, sejarah, jenis, ketentuan, serta klasifikasi pelayanan dari sebuah perpustakaan. Tinjauan khusus mengenai topik dan tema, latar belakang pemilihan tapak serta kondisi tapak dan lingkungannya. Bab III: Permasalahan Mengidentifikasi permasalahan fisik dan non fisik dari tiga aspek yaitu manusia, bangunan dan lingkungan. Bab IV: Analisa Berisi tentang pembahasan permasalahan pada bab sebelumnya melalui pendekatan arsitektural yang diuraikan dari beberapa aspek terkait, yaitu: 3
Analisa terhadap aspek manusia yang berhubungan dengan pelaku kegiatan dengan urutan jenis kegiatan, serta pelaku kegiatan terhadap hubungan ruang.
4
Analisa terhadap bangunan yang ditinjau dari aspek fisik bangunan yang direncanakan.
5
Analisa terhadap lingkungan yang berkaitan dengan perkotaan dan lingkungan, tapak dan lingkungan dan tata ruang luar.
Bab V: Konsep Perancangan Berisi tentang konsep-konsep dasar perancangan dan merupakan kesimpulan dari seluruh pokok pembahasan yang akan diterjemahkan dalam perancangan. I.5
Kerangka Berpikir