BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki 275 museum yang hingga kini keberadaannya secara umum belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat secara optimal. Museum memiliki peran strategis karena memiliki amanat untuk mencerdaskan bangsa, kepribadian bangsa, ketahanan nasional dan wawasan. Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wiendu Nuryanti mengatakan, masih banyak museum di Indonesia yang tidak layak. Dari museum yang ada, hanya sekitar 30 persen saja yang masuk kategori layak serta pantas. Dengan kondisi tersebut maka pengembangan museum di Indonesia mendesak dilakukan.1 Museum sebagai tempat menyimpan koleksi baik alam maupun budaya dan aktivitas yang bertujuan untuk dapat dimanfaatkan seluas-luasnya oleh masyarakat umum, maka terkandung makna pemanfaatan museum dapat digunakan untuk aktivitas penelitian yang dilakukan di museum, baik terhadap koleksi benda museum, pengunjungnya, masyarakat di sekitar museum, maupun terhadap aktivitas pengelolaannya yang meliputi organisasi, kepemimpinan, sarana dan prasarana, pameran, dan lainnya. Tempat-tempat tersebut dapat saja berbadan hukum ataupun
1
http://www.suaramerdeka.com/ diakses tanggal 10 Maret 2013
tidak dan dapat saja dikelola oleh pemerintah, ataupun perusahaan, perorangan, organisasi resmi, perkumpulan mandiri, dan lainnya.2 Dari pengertian tersebut, jelas sekali bahwa museum merupakan kawasan wisata edukasi dimana pengunjung dapat berwisata melepas lelah (refreshing) sekaligus sebagai sarana pembelajaran. Dahulu, banyak orang mengunjungi sebuah museum adalah keharusan khususnya untuk anak-anak sekolah atau pelajar. Bahkan di beberapa sekolah terdapat program wajib kunjungan museum. Namun, saat ini museum seakan “terpinggirkan”. Saat ini banyak tempat untuk belajar yang jauh lebih nyaman dari sebuah museum. Banyak pula pusat hiburan yang lebih menarik daripada museum misalnya hypermarket atau mal. Kebanyakan masyarakat menilai museum hanyalah bangunan kuno atau seram yang di dalamnya terdapat benda-benda peninggalan sejarah jaman dahulu sehingga kurang tertarik untuk berlama-lama bahkan tidak berminat mengunjungi museum. Upaya pengembangan dan sosialisasi kebudayaan Nasional harus dilakukan secara lebih intensif dan berkelanjutan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi pengaruh globalisasi. Derasnya pengaruh yang mendunia seperti pertumbuhan ekonomi, reformasi serta komunikasi antar Negara di dunia akan menuntut pada ketahanan budaya di Indonesia. Peningkatan kemampuan tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan, baik formal maupun informal salah satunya adalah mengajak masyarakat agar mau mengunjungi museum dan membangkitkan apresiasi mereka lewat koleksi benda budaya yang dipamerkan. 2
Akbar, Ali.2010.Museum di IndonesiaKendala dan Harapan.Jakarta:Papas Sinar Sinanti.
Apabila suatu bangsa adalah sebuah keluarga yang hidup dengan dan dalam rumah kebudayaannya, maka Museum dapatlah dipahami sebagai album keluarga itu. Di dalam album itulah foto-foto seluruh keluarga tersimpan dan disusun dari setiap masa dan generasi. Foto-foto itu ditatap untuk tidak sekedar menjenguk dan menziarahi sebuah masa lalu, sebab waktu bukan hanya terdiri dari ruang dimensi kemarin, hari ini dan besok pagi. Foto-foto itu adalah waktu yang menjadi tempat untuk menatap dan memaknai seluruhnya, bukan hanya peristiwa, akan tetapi juga pemaknaan di balik peristiwa-peristiwa itu. Pemaknaan tentang seluruh identitas, di dalam dan di luar kota. Foto-foto itu akhirnya bukan lagi dipahami sebagai sebuah benda.3 Persepsi masyarakat terhadap museum yang berkembang saat ini umumnya adalah:4 a. Museum tidak lebih dari gudang tempat penyimpanan barang tua. b. Museum adalah tempat kotor, tidak nyaman, dan menyeramkan. c. Museum adalah sarang bersemayamnya kekuatan supranatural. d. Museum bukan sebagai tempat untuk mengenal dan memahami budaya, tetapi hanya sebagai kantor tempat menyimpan benda bersejarah saja. e. Museum tidak memberikan manfaat bagi kehidupan sosial budaya, ekonomis, dan politis.
Surat Kabar “Pikiran Rakyat” terbit hari Kamis, 22 Februari 2011. Pokok-pokok Blueprint & Rencana Aksi Revitalisasi Museum Indonesia 2010-2014. Jakarta: PT Hutamacipta Konsulindo.
3 4
Berbeda dengan Negara-negara maju, dimana masyarakatnya sangat peduli dengan identitas bangsanya serta perkembangan budaya yang mereka miliki. Salah satu peran museum bagi mereka adalah untuk memperkuat identitas dan budaya bangsanya. Sehingga minat masyarakat di Negara-negara maju untuk mengunjungi museum sangat tinggi. Bahkan museum menjadi salah satu tujuan utama berwisata. Keberadaan museum di Indonesia belum bisa diandalkan menjadi tempat tujuan kunjungan yang bisa menghasilkan devisa sebagaimana Museum Louvre di Paris Prancis dan Rijksmuseum di Amsterdam Belanda. Diakui Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar, "Bukan hanya pembangunan fisik yang harus ditata ulang, Sumber Daya Manusianya pun harus pula ditingkatkan. Selain itu, pembangunan museum yang representatif bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata mata, tetapi juga tanggung jawab semua pihak. Selama pengelolaannya tidak profesional dan pembangunan fisiknya tidak nyaman, serta , informasi tentang data-data yang ada di museum tidak disajikan dengan baik, selama itu pula berbagai museum yang ada di Indonesia belum bisa diandalkan jadi tempat tujuan kunjungan”.5 Museum memiliki fungsi sebagai media yang universal untuk pelestarian warisan budaya, wahana pembelajaran masyarakat, serta objek wisata yang edukatif, perlu didorong agar menjadi dinamis serta dapat melayani masyarakat dengan memadai.
Namun
dalam
kenyataannya,
masih
terdapat
hambatan
dalam
pengembangan dan pengoptimalan fungsi museum, yaitu diantaranya fungsi museum 5
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/ diakses pada tanggal 10 Maret 2013.
yang tidak diimbangi profesionalitas SDM, belum mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi, peragaan koleksi museum tidak ditata secara modern, belum berkembang sebagai tempat yang nyaman dan menyenangkan bagi masyarakat, rendahnya kreativitas program dan aktivitas museum, kurang memadainya data dan informasi terkait dengan koleksi. Sejauh ini, kebanyakan pengelola museum dinilai pasif dalam memasarkan museum yang dikelolanya. Terdapat pula hambatan seperti persepsi masyarakat tentang museum belum terbangun dengan baik, kurangnya peran para ahli terhadap museum sebagai bagian dari pranata sosial, rendahnya minat masyarakat berkunjung ke museum dibanding negara maju. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki beberapa museum adalah di kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sleman mengelompokkan obyek wisatanya sesuai dengan potensi yang dimiliki obyek wisata tersebut. Museum termasuk ke dalam obyek wisata yang memiliki potensi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Hal ini menjelaskan bahwa museum bukan hanya menjadi obyek wisata namun juga sebagai tempat belajar. Dengan berkembangnya museum menjadi lebih baik, maka mampu menambah PAD kabupaten Sleman dan memberikan lapangan kerja warga di sekitar museum di kabupaten Sleman. Penjelasan mengenai pengelompokan obyek wisata di Kabupaten Sleman tersebut, dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:
Tabel 1.16 Potensi Wisata di Kabupaten Sleman Yogyakarta No 1 2
Potensi Wisata Pemadangan Alam Petualangan alam
3
Festival-festival
4
Wisata IPTEK
5
Wisata seni budaya
6
Kegiatan Rutin
Obyek Wisata Panorama Kaliadem, “ Lava Tour Merapi“ Desa Kepuharjo,Kawasan Wisata Kaliurang, dan Agro Wisata Salak Pondoh. Hutan Wisata Tlogonirmolo dimana di sekitar hutan wisata terdapat 22 goa yang saling berhubungan, Bumi Perkemahan, Kolam Renang Tlogoputri, dan Hutan Wisata Pronojiwo. Upacara Adat Suran mBah Demang, Upacara Adat Labuhan Merapi, Upacara Kirab Pusaka Ki Ageng Wonolelo Upacara Adat Tuk Si Bedug, Upacara Adat Saparan Gamping (Bekakak), Upacara Adat Tunggul Wulung, Upacara Adat Merti Bumi. Museum Ullen Sentalu, Museum Affandi, Museum Dirgantara Mandala, Monumen Yogya Kembali, Museum Gunungapi Merapi Kethoprak, Seni yang bernuansa Islam, contoh: Badui (untuk promo wisatawan Timur Tengah), seni silat dan tari Trengganon, Solawatan Kubro Siswo, Salawatan, Santiswara, dan Laras Madya, Kuntulan, Hadrah, Angguk Panggung Terbuka Tlogo Putri (Sebagai tempat pementasan kesenian yang diadakan pada setiap hari Minggu/libur wisatawan dapat berjoget atau bernyanyi bersama artis, atau menyaksikan keindahan seni tradisional.), Taman Rekreasi Kaliurang, Pertunjukan Sendratari Ramayana, Merapi Golf.
Salah satu Museum di Kabupaten Sleman adalah Museum Affandi. Museum Affandi merupakan museum swasta yang dikelola oleh Yayasan Affandi. Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman pernah menawarkan kepada yayasan Affandi agar Museum Affandi dijadikan museum negeri atau dikelola oleh Pemerintah. Namun pihak yayasan Affandi menolak tawaran tersebut dikarenakan museum Affandi merupakan museum milik keluarga Affandi. Berikut dijelaskan dalam petikan wawancara dengan bapak Juki Affandi selaku putra Affandi sekaligus Kepala Museum Affandi:
6
http://www.slemankab.go.id/diakses tanggal 1April 2013
“….dulu itu museum Affandi pernah diminta pemerintah mbak. Tapi kami menolak karena masih sangguplah dikelola yayasan Affandi. Lagipula yayasan Affandi kan yayasan keluarga jadi kami rasa kami lah yang paling mengerti Museum Affandi dan segala potensi atau pun masalah yang ada di dalamnya…” (wawancara, 1 April 2013)
Dari pernyataan Kepala museum Affandi tersebut maka terlihat bahwa yayasan Affandi mempertahankan eksistensi, mengelola dan mengembangkan museum Affandi menjadi lebih baik dengan usaha dan kerja keras sendiri atau swadaya tanpa bergantung pada pemerintah. Museum yang terletak di pinggir sungai Gajah Wong Yogyakarta ini menyimpan ratusan lukisan serta hasil karya seni lain dari pelukis legendaris Affandi. Ada tiga galeri dan sebuah rumah yang dahulu dipakai sebagai tempat tinggal sang maestro. Atap rumah yang merupakan rancangan pribadi Affandi ini dibuat dari bahan sirap yang berbentuk pelepah daun pisang dan bangunannya berbentuk lengkung. Keunikan bangunan inilah yang menjadi daya tarik dari museum Affandi. Para pengunjung akan terkagum melihat lukisan di atas kertas dan kanvas, dengan cat air, cat poster, dan cat minyak. Koleksi lain Museum Affandi adalah mobil sedan Mitsubishi Gallant tahun 1975, sepeda Reliegh tahun 1975, lukisan keluarga yaitu karya Maryati, Kartika, Rukmini, Juki Affandi, Didit, serta karya para seniman lainnya. Pengunjung juga dapat menemui benda benda koleksi pribadi Affandi yang unik dan bernilai seni tinggi.7
7
http://museum.jogjatogo.com/page/museum-seni-lukis-affandi.html diakses tanggal 15 Juni 2013
YayasanAffandi
terus
melakukan
berbagai
upaya
untuk
tetap
mempertahankan eksistensi museum Affandi dengan cara menarik pengunjung agar mau berkunjung di sana. Beberapa upaya untuk mempertahankan eksistensi museum Affandi yang telah dilakukan yayasan Affandi adalah dengan kegiatan promosi melalui media cetak maupun elektronik, mengikuti pameran dan event-event di luar museum. Strategi lain yang telah dilakukan oleh pengelola museum Affandi dalam mengembangakan museum Affandi adalah ikut bergabung dan bekerjasama dengan asosiasi museum Yogyakarta yaitu Barahmus (Badan Musyawarah Museum). Tingkat kunjungan menjadi hal utama yang mempengaruhi pengembangan museum Affandi. Hal ini dikarenakan sumber pendapatan dalam program-program dan pelaksanaan pengembangan museum Affandi, separuhnya berasal dari tiket para pengunjung yang datang. Jika pengunjung banyak, maka pendapatan museum juga akanmeningkat sehingga anggaran dalam mengembangkan museum Affandi menjadi lebih lancar dan pengembangan akan tercapai dengan baik. Anggaran operasional di museum Affandi sangat bergantung pada tiket yang terjual. Para pengunjung yang datang ke museum Affandi tidak pernah meningkat secara signifikan sesuai dengan target museum Affandi. Hal ini menjadi sebuah masalah dalam pengembangan museum Affandi. Data pengunjung di Museum Affandi pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat dari grafik berikut:
Grafik 1.1 Pengunjung Museum Affandi tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 4000 3500 3000 2500 2000
2012
1500
2011
1000
2010
500
0
Sumber: Pengelola Museum Affandi (Diolah oleh penulis)
Dari grafik di atas, terlihat bahwa pengunjung di Museum Affandi memang relatif meningkat. Namun peningkatan pengunjung tersebut belum mampu mencapai target yang diinginkan pihak pengelola. Hal ini disampaikan oleh kepala Museum Affandi seperti berikut: “… Ya memang kalau dilihat dari data itu naik tapi kan kami punya target mbak. Dan pengunjung di Affandi itu belum sesuai target yang kami inginkan..” (wawancara tanggal 14 April 2014) Pada bulan-bulan liburan saja yang terlihat meningkat itupun tidak meningkat secara signifikan. Pada bulan November tahun 2011, Museum Affandi tidak ada pengunjung sama sekali. Hal ini dikarenakan Museum Affandi memang sengaja ditutup oleh Yayasan Affandi karena sedang dilaksanakan program revitalisasi
museum oleh Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. Museum Affandi ditutup untuk umum selama dua bulan. Namun bulan Desember terdapat beberapa pengunjung karena telah reservasi pada bulan sebelumnya. Tingkat kunjungan menjadi hal yang penting untuk pengelola Museum Affandi. Hal itu dikarenakan anggaran operasional pengelolaan Museum diantaranya berasal dari hasil penjualan tiket. Para pengunjung yang datang ke Museum Affandi memang tidak sebanyak di museum pemerintah yang telah dikenal masyarakat Indonesia. Jika dilihat dari tabel, pengunjung di museum Affandi tiap tahunnya tidak lebih dari 40.000 pengunjung. Lain halnya di Museum Gunungapi Merapi, jumlah pengunjung tahun 2010 mencapai 41.471 pengunjung. Tahun 2011 meningkat menjadi 64.700 dan hingga Agustus 2012 mencapai 63.129 pengunjung dari target 100.000 pengunjung.8 Pengunjung yang datang ke Museum Affandi justru lebih sering adalah orang asing atau mancanegara. Terlihat antusiasme orang asing berkunjung ke museum Affandi besar hal ini dikarenakan memang sosok serta karya Affandi telah dikenal hingga luar negeri dan turis mancanegara memang sangat menyukai seni dan karya yang dapat mereka pelajari. Biasanya para turis mancanegara ini berkunjung karena memang sudah menjadi paket perjalanan dari agen perjalanan yang mereka sewa, atau mereka memang ingin melihat dan mempelajari karya lukis Affandi, serta
8
http://www.slemankab.go.id// diakses tanggal 5 Juni 2014
tertarik dari cerita pengalaman mengesankan teman ataupun keluarga mereka yang pernah datang sebelumnya ke Museum Affandi. Peningkatan kuantitas pengunjung ini akan lebih baik apabila juga diikuti oleh peningkatan kualitas pengunjung itu sendiri. Jika peningkatan kuantitas tidak diikuti peningkatan kualitas, maka yang terjadi museum tidak berbeda jauh dari hanya sekedar tempat rekreasi seperti lainnya. Berapapun banyaknya masyarakat yang datang ke museum tidak akan berarti jika mereka tidak mengetahui apa makna yang ada pada museum dan benda koleksinya. Karena kebanyakan pengunjung yang datang hanya untuk berwisata. Padahal fungsi museum tidak hanya sebagai sarana berwisata saja. Untuk itu perlu pendidikan dan pelatihan yang baik bagi para pemandu (guide) di Museum Affandi agar dapat menjelaskan sejarah dan isi Museum Affandi secara keseluruhan sehingga dapat memberikan pelajaran yang berharga untuk pengunjung. Dengan menjadi museum swasta, museum Affandi seharusnya memiliki inovasi yang lebih beragam daripada museum publik milik pemerintah. Namun inovasi yang ada di museum Affandi belum terlihat dan dirasakan oleh para pengunjung. Hal ini menjadi salah satu masalah dalam pengembangan museum. Seperti yang disampaikan oleh salah satu pengunjung bernama Anggi: “...Kesan saya sih nih museum unik mbak. Tapi monoton. Cuma dateng lihatin lukisan udah. Orang yang nggak suka seni lukis takutnya nggak bakal betah disini. Harusnya dikasih atraksi apa gitu biar menarik..” (wawancara tanggal 25 April 2014)
Selain kurang inovatif, masalah lain yang masih perlu diselesaikan oleh museum Affandi adalah Sumber Daya Manusia dan sumber daya keuangan. Jika museum pemerintah mendapatkan alokasi anggaran pengembangan dari APBD, lain halnya dengan museum Affandi yang mengandalkan pendapatan dari penjualan tiket masuk dan sumber pendapatan lain dari usaha keluarga yang tidak tetap setiap bulannya. Sumber Daya Manusia juga menjadi faktor utama pengembangan museum Affandi. Jika SDM museum pemerintah terdapat standarisasi minimum SDM Museum, di museum Affandi tidak memiliki standarisasi kepegawaian. Untuk mengatasi berbagai permasalahan di Museum Affandi, maka dibutuhkan strategi yang tepat dan matang sehingga dapat berkembang dengan lebih baik lagi. Analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal menjadi langkah penting untuk menetapkan strategi yang tepat dalam pengembangan Museum Affandi. Melalui analisis lingkungan ini dapat diketahui potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh Museum Affandi yang dapat dikembangkan lagi sehingga akan lebih menarik pengunjung. Dengan analisis lingkungan juga diketahui kekurangan yang harus dibenahi agar tidak menggangu eksistensi Museum Affandi. Acaman dari kompetitor dapat diatasi lebih awal. Strategi pengembangan baru yang lebih sesuai di museum Affandi akan muncul setelah dilakukan analisis lingkungan. Pengembangan membutuhkan strategi karena harus diarahkan sesuai dengan pembangunan daerah. Sehingga pengembangan harus terarah dan direncanakan dengan matang agar bermanfaat bagi perbaikan museum Affandi. Strategi ini menjadi penting karena strategi merupakan kerangka
yang mendasar dimana suatu organisasi akan mampu mempertahankan eksistensinya untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah. Penulis memilih objek penelitian di Museum Affandi karena museum ini telah dibangun sejak tahun 1967 namun belum terlihat pengembangan yang signifikan baik secara fisik maupun manajemen sumber daya lainnya sehingga memerlukan kegiatan pengembangan di berbagai aspek. Hal ini dijelaskan oleh bapak Juki affandi selaku kepala museum: ”.. yaa kalau pengembangan sih pasti ada ya mbak. Tapi belum seluruhnya. Yang terlihat sekali ya bangunannya. Semua galeri dicat ulang, ganti pintu gerbang, sama penambahan CCTV dan AC. Untuk manajemen SDM ya masih perlu pengembangan lebih baik mbak terlebih kemampuan bahasa asing..” (wawancara 14 April 2014)
Dari penjelasan kepala museum Affandi tersebut, maka museum Affandi masih memiliki permasalahan dalam pengembangannya. Oleh karenanya, penulis akan memfokuskan penelitian pada strategi pengembangan Museum Affandi. Dengan pengembangan Museum, diharapkan mampu mewujudkan museum yang dinamis dan berdaya guna sesuai dengan standar ideal pengelolaan dan pemanfaatan museum serta menambah gairah masyarakat berkunjung sehingga Museum Affandi menjadi lebih semarak dan hidup dalam pengelolaannya. Pada saat masyarakat mulai kehilangan orientasi akar budaya atau jati dirinya, maka museum dapat memberi inspirasi tentang hal-hal penting dari masa lalu yang harus diketahui untuk menuju ke masa depan. Maka diputuskan untuk memilih Museum Affandi ini, dengan harapan dapat dikembangkan sebagai kawasan pendidikan yang secara otomatis dapat memperkuat citra kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan kota budaya.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, “Apa Strategi yang Tepat dalam Pengembangan Museum Affandi?
1.3 Tujuan Penelitian Dalam penyusunan laporan penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah untuk merumuskan pengembangan Museum Affandi sehingga dapat dikembangkan sebagai kawasan pendidikan dan pelestarian karya seni yang secara otomatis dapat memperkuat citra kota Yogyakarta sebagai kota budaya.
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Bagi Peneliti: sebagai sarana memberikan rekomendasi kepada stakeholder agar dapat merumuskan pengembangan museum. b. Bagi Pemerintah: sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan yang terkait dengan masalah pengembangan museum. c. Bagi Masyarakat: sebagai sarana untuk mengenal museum dan segala potensi yang ditawarkan.