BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan umumnya ditentukan oleh kemampuan manajemen untuk melihat kemungkinan dan kesempatan yang akan terjadi pada masa datang. Perencanaan masa depan perusahaan merupakan tugas dan tanggung jawab manajemen, agar segala kemungkinan dan kesempatan yang akan terjadi tersebut dapat diketahui dari saat ini. Perusahaan berusaha menggunakan sumber – sumber ekonomi yang dimilikinya dengan salah satu tujuan untuk berkembang dan tetap mampu untuk mempertahankan eksistensinya dimasa yang akan datang. Oleh karena itu dalam kesehariannya perusahaan haruslah dapat mengelola dan menempatkan sumber – sumber ekonomi dengan baik. Perusahaan dalam melaksanakan proses produksi untuk menghasilkan suatu produk memerlukan biaya. Biaya dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat dimasa depan. Sebelum berbicara dalam masalah biaya produksi, maka akan dikemukakan pengertian tentang biaya dan produksi itu sendiri. Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu (Mulyadi, 1991). Pengertian produksi secara umum adalah kegiatan organisasi/ perusahaan untuk memproses dan merubah bahan baku (raw material) menjadi barang jadi (Finished Goods) melalui penggunaan tenaga kerja dan fasilitas produksi lainnya (Rony dan Helmi, 1990). Biaya – biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku manjadi produk jadi yang siap untuk dijual disebut biaya produksi. Menurut obyek pengeluarannya, biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenga kerja
1
langsung dan biaya overhead pabtik (factory overhead cost). Biaya produksi merupakan komponen harga pokok produksi. Harga pokok produksi adalah jumlah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang dikeluarkan untuk menghasilkan atau memproduksi suatu produk. Perusahaan yang telah berdiri tentunya ingin berkembang dan terus menjaga kelangsungan hidupnya, untuk itu pihak manajemen perusahaan perlu membuat kebijakan yang mengacu pada terciptanya efisiensi dan efektivitas kerja. Kebijakan tersebut dapat berupa penentuan harga pokok produksi, yaitu dengan cara menekan biaya produksi serendah mungkin dan tetap menjaga kualitas dari barang atau produk yang dihasilkan, sehingga harga pokok produk satuan yang dihasilkan perusahaan lebih rendah dari sebelumnya. Kebijakan ini sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk menetapkan harga jual yang tepat dengan laba yang ingin diperoleh perusahaan, sehingga perusahaan tersebut dapat bersaing dengan perusahaan – perusahaan lain yang memproduksi produk sejenis. Peranan harga pokok produksi selain sebagai penentu harga jual produk, juga menentukan nilai persediaan dalam laporan keuangan. Harga pokok produksi akan tetap melekat pada persediaan selama persediaan tersebut belum laku dijual. Apabila persediaan barang tersebut laku terjual maka harga pokok produksi yang terdapat pada persediaan barang akan berubah menjadi biaya yang disebut dengan harga pokok penjualan. Penyajian harga pokok produksi yang tepat akan mempengaruhi tersajinya informasi keuangan yang akurat bagi pemakai laporan keuangan. Ketidaktepatan dalam perhitungan harga pokok produksi berdampak bagi pemakai informasi keuangan.
2
Informasi keuangan tersebut akan mempengaruhi pihak perusahaan untuk mengelola dan menjalankan perusahaan dengan lebih terencana dan terkendali. Dalam pelaksanaan proses produksi semua biaya yang terjadi dikelompokkan menjadi dua yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Penentuan harga pokok produksi dilakukan dengan metode harga pokok pesanan. Biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan secara terpisah, dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya (RA.Supriyono, 1989). Setiap produk akan diolah setelah adanya pesanan dari langganan atau pembeli melalui dokumen pesanan penjualan, yang memuat jenis dan jumlah produk yang dijual. Pada harga pokok pesanan, harga pokok dikumpulkan untuk setiap pesanan sesuai dengan biaya yang dinikmati oleh setiap pesanan, jumlah biaya produksi setiap pesanan akan dihitung pada saat pesanan selesai. Untuk menghitung biaya satuan, jumlah biaya produksi pesanan tertentu dibagi jumlah produksi pesanan yang bersangkutan. Perusahaan Kayu Palapa yang terletak dijalan Magelang Km 7 Jombor, Sleman ini adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perkayuan yang mengolah bahan mentah menjadi sebuah produk. Produk ini berupa kusen, pintu, jendela, yang digunakan sebagai pendapatan utama perusahaan ini. Berdasarkan penelitian pendahuluan perusahaan membebankan biaya – biaya yang terjadi selama proses produksi pada produk yang dihasilkan sesuai dengan besar volume produksi dan hal ini juga terdapat dalam biaya overhead pabrik. Hal ini terlihat pada perlakuan biaya overhead pabrik yang dibebankan oleh perusahaan. Perusahaan yang relatif kecil selama ini dimana jumlah karyawannya juga relatif sedikit umumnya menggunakan sistem penggajian dengan jumlah tetap per bulan, selain mendapat upah/
3
gaji per bulan, karyawan juga mendapat bonus dan uang makan. Dimana upah karyawan tersebut dianggap sebagai biaya overhead pabrik per satuan produk. Di dalam akuntansi biaya komponen – komponen harga pokok produk terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan dan biaya overhead pabrik, baik bersifat tetap maupun variabel. Konsep harga pokok tersebut tidak selalu relevan dengan kebutuhan manajemen. Oleh karena itu timbul konsep lain yang tidak diperhitungkan semua biaya produksi sebagai komponen harga pokok produk. Di dalam akuntansi biaya, dimana perusahaan industri sebagai modal utamanya, terdapat dua metode perhitungan harga pokok yaitu Metode Full Costing dan Metode Variable Costing. Perbedaan pokok diantara kedua metode tersebut adalah terletak pada perlakuan biaya terhadap biaya produksi yang bersifat tetap. Adanya perbedaan perlakuan terhadap biaya produksi tetap ini akan mempunyai pengaruh terhadap perhitungan harga pokok produk dan penyajian laporan rugi-laba. Penulis ingin menganalisis penggunaan metoda full costing dalam menentukan harga pokok produksi perusahaan. Metode full costing merupakan salah satu metode penentuan harga pokok produk yang membebankan seluruh biaya produksi sebagai harga pokok produksi, baik biaya produksi yang berperilaku tetap maupun variabel (Mulyadi, 1997). Metode full costing hanya secara sederhana mengelompokkan biaya menurut fungsi pokok organisasi perusahaan manufaktur, sehingga biaya dikelompokkan menjadi biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi merupakan unsur biaya penuh yang ditentukan menurut metode full costing. Alasan pemilihan objek ini adalah karena peneliti ingin membantu perusahaan dalam menentukan harga pokok produksi agar dapat bersaing dan bertahan dengan perusahaan lainnya. Dengan metode full costing ini, dapat
4
diketahui apakah harga pokok produksi yang digunakan oleh perusahaan telah menutup semua biaya pembentuk harga pokok produk dan juga memberikan keuntungan. Berdasarkan pada uraian diatas, penulis bermaksud menulis penelitian studi kasus menurut metode full costing mengenai “EVALUASI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DI PERUSAHAAN KAYU PALAPA” 1.2
Rumusan Masalah Bagaimana menentukan harga pokok produksi dengan menggunakan metoda
full costing di Perusahaan Kayu Palapa? 1.3
Tujuan Penelitian Penelitian dilakukan untuk menganalisis penggunaan metoda full costing dalam
menentukan harga pokok produksi. 1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat yang akan
diperoleh beberapa pihak antara lain: 1) Bagi Penulis Penelitian ini dapat digunakan sebagai tempat untuk menerapkan teori – teori yang diperoleh dan juga merupakan aplikasi teori yang telah dipelajari sehingga dengan sendirinya juga merupakan suatu proses belajar untuk penulis. 2) Bagi Pembaca Pembaca akan mendapatkan suatu pengetahuan serta bahan pembanding jika mempelajari masalah penentuan harga pokok produksi.
5
1.5 Keterbatasan Agar dalam menganalisis lebih terarah dan mendalam, maka dalam penelitian ini hanya dibatasi pada perhitungan harga pokok produksi menurut metode full costing yang berdasarkan konsep akuntansi biaya dan dibandingkan dengan harga pokok produksi yang ada diperusahaan. Maka dapat diklasifikasikan bahwa harga pokok produksi yang dianalisis pada periode tahun 2007.
6