1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan pasar modal merupakan salah satu leading indicator dalam memahami arah perkembangan perekonomian suatu negara karena mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional yaitu sebagai salah satu sumber pembiayaan eksternal bagi dunia usaha untuk mengembangkan usahanya. Pembiayaan eksternal dapat diperoleh perusahaan dengan proses go public atau disebut juga penawaran umum, yaitu menjual sekuritas di pasar modal untuk diperoleh masyarakat sehingga selain menyediakan pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan, pasar modal dapat menjadi wahana investasi bagi masyarakat yang mempunyai kelebihan dana. Dari banyaknya jenis investasi yang ditawarkan di pasar modal, saham merupakan jenis investasi yang paling banyak diminati oleh investor. Hal ini dapat dilihat dari jumlah perdagangan saham yang melebihi jenis investasi lainnya. Investor
tentunya
memiliki
pertimbangan
tersendiri
mengapa
menginvestasikan dana yang dimilikinya pada sebuah perusahaan. Prospek perusahaan
serta
risiko
dari
investasi
tersebut
menjadi
salah
satu
pertimbangannya. Salah satu saham yang paling banyak diminati oleh investor adalah saham yang dikeluarkan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) karena selain sebagian besar kepemilikannya dimiliki oleh pemerintah, kontribusi BUMN
2
di pasar modal pun cukup signifikan. Hal ini tercermin dari total kapitalisasi pasar BUMN di pasar modal. Kapitalisasi pasar adalah nilai pasar agregat dari saham yang ditentukan oleh harga pasar saham dan jumlah total saham yang beredar. Kapitalisasi pasar sering digunakan oleh analis untuk mencari indikasi bagaimana investor menilai prospek masa depan suatu perseroan. Kapitalisasi pasar BUMN pada tahun 2004-2008 mencapai lebih dari 30%. Pada tahun 2004 kapitalisasi pasar BUMN sebesar Rp 249 triliun atau 36,3% dari total kapitalisasi pasar modal, tahun 2005 sebesar Rp 260 triliun (32,40%), dan pada tahun 2006 mencapai Rp 493 triliun (40,23%), naik dua kali lipat dari tahun 2004 (Kementerian Negara BUMN). Tahun 2007 kapitalisasi pasar BUMN sebesar Rp 654,36 triliun atau 35,36% (antaranews, 13 Desember 2007) dan pada tahun 2008 menurun dengan nilai Rp 354,89 triliun atau 32,97% dari total kapitalisasi BEI (detikfinance, 10 Mei 2009).
Dengan kapitalisasi pasar yang lebih dari 30% menunjukkan bahwa pergerakan saham BUMN sangat mempengaruhi pergerakan saham di bursa. Pergerakan harga saham di bursa sangat fluktuatif karena dalam harga saham tercermin informasi yang ada di pasar modal. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Suad Husnan (2004:253) “semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut”. Pergerakan harga saham terjadi karena adanya perubahan harga saham yang umumnya dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran dari pasar. Permintaan dan penawaran itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi harga saham
3
diantaranya tingkat laba yang dihasilkan perusahaan, pembagian dividen, pergantian direksi, merjer dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal diantaranya tingkat inflasi, suku bunga, nilai tukar mata uang, kebijakan fiskal dan moneter, serta faktor lainnya yang dapat mempengaruhi tindakan investor karena investor akan memperhatikan semua informasi yang ada di pasar untuk menentukan risk and return dari dana yang diinvestasikannya. Para investor di pasar modal pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal dari dana yang diinvestasikannya seperti capital gain atau dividen. Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham sedangkan dividen adalah keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Besarnya dividen yang diterima investor ditentukan oleh kebijakan dividen perusahaan yang diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Kebijakan dividen merupakan keputusan
yang berkaitan dengan
penggunaan laba untuk dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau ditahan untuk pembiayaan investasi di masa mendatang. Kebijakan dividen dari suatu perusahaan dapat mengidentifikasikan kekuatan dari perusahaan itu sendiri karena melalui pembagian dividen, para investor mendapat gambaran tentang keadaan perusahaan serta kondisi keuangan perusahaan. Oleh karena itu kebijakan dividen suatu perusahaan merupakan salah satu informasi yang dapat mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan investasi. Keputusan untuk menentukan berapa banyak dividen yang harus dibagikan kepada pemegang saham akan memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan yang
4
tercermin dari harga saham karena dividen seringkali digunakan sebagai indikator atau sinyal prospek suatu perusahaan. Brigham dan Houston (dalam Andrayani, 2007: 2) menyatakan bahwa ‘pengurangan dividen atau penghilangan dividen umumnya mempunyai pengaruh negatif terhadap harga saham perusahaan, sedangkan kenaikan dividen yang besar yang tidak terduga dapat digunakan untuk memberikan isyarat positif’. Kebijakan dividen yang membagikan dividen yang stabil atau semakin bertambah dari tahun ke tahun akan meningkatkan kepercayaan investor karena menunjukkan bahwa perusahaan yakin arus kas pada masa mendatang akan cukup besar untuk menanggung dividen yang tinggi. Hal tersebut secara tidak langsung memberikan informasi kepada para investor bahwa kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba semakin meningkat. Sebaliknya jika perusahaan mengumumkan penurunan dividen, hal ini akan dijadikan sinyal oleh investor bahwa kondisi perusahaan relatif tidak baik di masa mendatang. Informasi yang demikian akan mempengaruhi permintaan dan penawaran saham di pasar modal yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Selain hal di atas, perusahaan juga harus memperhatikan laba yang akan ditahan dalam perusahaan. Jika dividen terlalu tinggi menunjukkan bahwa laba yang ditahan semakin sedikit sehingga akan mengurangi kesempatan perusahaan untuk mendapatkan sumber dana intern dalam rangka mengadakan reinvestasi, sehingga dalam jangka panjang tingkat pertumbuhan perusahaan di masa mendatang akan rendah dan akan menurunkan harga saham. Nilai saham akan maksimal jika terjadi keseimbangan antara dividen saat ini dan laba di tahan atau
5
yang disebut dengan kebijakan dividen optimal. Oleh karena itu, perusahaan harus menentukan berapa besar laba perusahaan yang layak dibagikan sebagai dividen dan berapa yang harus ditahan. Penentuan proporsi atau rasio laba bersih yang dibayarkan sebagai dividen disebut dividend payout ratio (DPR). Semakin besar dividen yang dibagi, semakin besar pula tingkat DPR. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk melakukan reinvestasi melalui sumber dana intern, maka alokasi laba ditahan semakin besar sehingga tingkat DPR rendah. Melalui jumlah DPR, dapat dilihat rencana perusahaan serta prospek perusahaan di masa mendatang. Selama ini sering ditemukan reaksi investor di sekitar tanggal pengumuman dividen karena ekspektasi pemegang saham akan kandungan informasi yang terdapat dalam pengumuman dividen. Hal ini didasarkan pada beberapa penelitian sebelumnya, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Suluh Pramastuti (2007) yang menguji apakah dividen mempunyai kandungan informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat reaksi positif terhadap peningkatan dividen dan terdapat reaksi negatif terhadap penurunan dividen. Saat perusahaan akan melaksanakan RUPS, investor biasanya akan bereaksi terhadap pengumuman tersebut. Reaksi tersebut tercermin dari perubahan harga saham di sekitar tanggal pengumuman dividen. Berikut adalah perubahan harga saham BUMN di sekitar tanggal RUPS.
6
Gambar 1.1 Perubahan Harga Saham BUMN di Sekitar Tanggal RUPS dengan Dividen Naik
150 100 50 0 -50
-3
-2
-1
0
1
2
3
-100 -150
Sumber: www.yahoo.finance.com, 2009 (diolah kembali)
Gambar 1.2 Perubahan Harga Saham BUMN di Sekitar Tanggal RUPS dengan Dividen Turun
200 150 100 50 0 -50
-3
-2
-1
0
1
2
3
-100 -150
Sumber: www.yahoo.finance.com, 2009 (diolah kembali)
7
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa saat perusahaan menentukan dividen yang akan dibagi, pasar merespon informasi tersebut yang terlihat dari berubahnya harga saham BUMN di sekitar terjadinya RUPS pada tahun 2004-2008. Perubahan harga saham tersebut diakibatkan adanya perubahan volume dan nilai perdagangan yang menunjukkan permintaan dan penawaran akan saham tersebut. Saat perusahaan mengumumkan dividen naik, harga saham saat pelaksanaan RUPS pun meningkat. Namun, setelah RUPS dilaksanakan harga saham hanya meningkat tipis dan cenderung menurun pada hari-hari berikutnya. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah saat perusahaan mengumumkan dividen turun, harga saham saat pelaksanaan RUPS meningkat tajam dan pada hari berikutnya cenderung menurun. Fenomena akan perubahan harga saham tersebut menjadi pertanyaan tersendiri apakah kebijakan dividen berpengaruh terhadap harga saham karena masih terdapat banyak faktor lainnya yang dapat mempengaruhi harga saham. Penelitian tentang pengaruh kebijakan dividen terhadap harga saham mengungkapkan hasil yang tidak seragam. Penelitian yang mendukung relevansi dividen adalah Long (1978) sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Miller dan Scholes (1983) menemukan bahwa dividen tidak relevan terhadap kesejahteraan pemegang saham. Litzenberg dan Ramawasmy (1979, 1980, 1982) melaporkan bahwa investor tidak menyukai dividen dan mereka menuntut hasil pengembalian yang lebih tinggi untuk mengganti pajak yang dikenakan atas dividen (Weston dan Copeland, 1997:179).
8
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Harga Saham BUMN yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang akan dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kebijakan dividen BUMN periode 2004-2008. 2. Bagaimanakah perubahan harga saham BUMN di sekitar tanggal pengumuman dividen periode 2004-2008. 3. Bagaimanakah pengaruh kebijakan dividen terhadap harga saham BUMN periode 2004-2008.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1
Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kebijakan dividen perusahaan dalam menentukan berapa besar proporsi antara dividen yang dibagikan dan laba ditahan serta melihat apakah kebijakan dividen tersebut berpengaruh terhadap harga saham BUMN yang go public di Bursa Efek Indonesia.
9
1.3.2
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kebijakan dividen BUMN periode 2004-2008. 2. Untuk mengetahui perubahan harga saham BUMN di sekitar tanggal pengumuman dividen periode 2004-2008. 3. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan dividen terhadap harga saham BUMN periode 2004-2008.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1
Kegunaan Teoritis Melalui penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang manajemen keuangan terutama mengenai pengaruh kebijakan dividen terhadap harga saham perusahaan.
1.4.2
Kegunaan Praktis 1. Sebagai salah satu bahan pertimbangan pengambilan keputusan manajer dalam menetapkan kebijakan dividen sehubungan dengan penentuan kebijakan sumber pendanaan (intern/ekstern) jika ingin melakukan reinvestment. 2. Dapat dijadikan salah satu informasi dalam mempertimbangkan keputusan investasi sehubungan dengan harapan pemegang saham untuk mendapatkan dividen atas dana yang diinvestasikan. 3. Sebagai masukan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan kebijakan dividen dan harga saham.